BAB I
BUDAYA;
PENGANTAR RINGKAS
A. Pendahuluan
Budaya adalah cerminan suatu bangsa di rasa kalimat tadi
memang benar. Negara Indonesia terdiri dari berbagai
macam pulau dan berbagai macam seni budaya. Kalau
mau di breakdown lagi bisa tambah beragam lagi. Negara
kita yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dari
Pulau Miangas sampai Pulau Rote, begitu besarnya dan
begitu indahnya. Kepulauan- kepulauan yang membujur di
bumi nusantara ini sangat lah banyak dan memiliki seni
budaya masing- masing yang beragam. Coba kita uraikan
dari ujung barat Indonesia. Pulau Sumatera yang sangat
khas dan memiliki beragam seni budaya ini, memiliki tari-
tarian dan adat istiadat yang unik dan menarik serta
memiliki barbagai tempat yang indah untuk di kunjungi,
dan ini bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi para
wisatawan. Begitu pula dengan pulau- pulau lain di
Nusantara. Kita sebagai bangsa Indonesia harus bangga
dengan apa yang kita punya dan orang lain atau negara
lain tidak punya. Anehnya ada beberapa negara yang
sering mengkliam budaya, sungguh ironi..? sudah banyak
sekali budaya kita yang di klaim mejadi budaya negara itu.
Kita harus waspada akan hal itu dan harus memprotenya
2
B. Hakikat Budaya
Kata budaya berasal dari kata buddhayah sebagai bentuk
jamak dari buddhi (Sanskerta) yang berarti ‘akal’
(Koentjaraningrat, 1974: 80)1. Definisi yang paling tua
dapat diketahui dari E.B. Tylor yang dikemukakan di dalam
bukunya Primitive Culture (1871). Menurut Tylor,
kebudayaan adalah keseluruhan aktivitas manusia,
termasuk pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum,
adat-istiadat, dan kebiasaankebiasaan lain (Nyoman Kutha
Ratna, 2005: 5)2. Definisi yang mutakhir dikemukakan oleh
Marvin Harris (1999: 19)3 yaitu seluruh aspek kehidupan
manusia dalam masyarakat, yang diperoleh dengan cara
belajar, termasuk pikiran dan tingkah laku. Kecuali itu juga
ada definisi yang dikemukakan oleh Parsudi Suparlan
bahwa kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan
4
2. Kebudayaan Peternak
Kelompok kebudayaan peternak/kebudayaan berpindah-
pindah banyak dijumpai di daerah padang rumput.
3. Kebudayaan Peladang
Kelompok kebudayaan peladang ini hidup di daerah hutan
rimba. Mereka menebang pohon-pohon, membakar
ranting, daun-daun dan dahan yang ditebang. Setelah
bersih lalu ditanami berbagai macam tanaman pangan.
Setelah dua atua tiga kali ditanami, kemudian ditinggalkan
untuk membuka ladang baru di daerah lain.
10
4. Kebudayaan Nelayan
Kelompok kebudayaan nelayan ini hidup di sepanjang
pantai. Desa-desa nelayan umumnya terdapat di daerah
muara sungai atau teluk. Kebudayaan nelayan ditandai
kemampuan teknologi pembuatan kapal, pengetahuan
cara-cara berlayar di laut, pembagian kerja nelayan laut.
2. Kepandaian Bersawah
Budaya bersawah telah dikenal sejak zaman neolitikom.
Kemudian di perbaharui dengan kebudayaan perungu,
sehingga pengolahan sawah lebih intesif.
3. Astronomi
Pengetahuan perbintangan (astronomi) secara sederhana
telah dikenal dalam hubungannya untuk pelayaran demi
mengenal arah,atau pun untuk pertanian. Untuk pelayaran
dipergunakan Gubug Penceng (Zuider Kruis) guna tahu
arah selatan, sedangkan untuk pertanian di kenal Bintang
12
4. Mengatur Masyarakat
Adanya pimpinan terpilih dari masyarakat (primus inter
pares). Orang mempunyai kemampuan paling baik
diantara masyarakat yang ada.
5. Sistem Macapat
Macapat berarti cara yang didasarkan pada jumlah empat
dalam pengaturan masyarakat. Pemimpin berada ditengah
antara Barat, Timur, Selatan, dan Utara. Pada masa
sekarang dikonsepkan sebagai alun-alun yang terdapat
semua daearah.
6. Wayang
Wayang pada mulanya merupakan sarana untuk upacara
kepercayaan. Nenek moyang yang telah meninggal
dibuatkan arca perwujudan. Boneka perwujudan
dimainkan dengan iringan cerita dan nasehat.
13
7. Gamelan
Gamelan merupakan perlengkapan peralatan dalam
upacara adat.
8. Batik
Seni batik dibuat pada kain putih dengan mempergunakan
canting sebagai alat tulisnya, sehingga diperoleh batik
tulis. Kebudayaan batik terdapat pada semua daerah
dengan motif berbeda.
9. Seni Logam
Kerajinan logam sejalan dengan budaya batik dan budaya
gamelan sebagai sarana dua macam sarana tersebut.
10. Perdagangan
Perdagangan pada daerah-daerah kebudayaan dengan
pola sama yaitu sistem barter.
Pada garis besarnya sistem kekerabatan dalam masyarakat
suku-suku bangsa Indonesia memakai sistem kekerabatan
bilateral, yaitu sistem kekerabatan yang mendasarkan
garis keturunan dari ayah dan garis ibu secara berimbang.
Anak-anak yang lahir dapat masuk ke dalam kerabat
14
BAB II
SEKILAS SEJARAH KEBUDAYAAN INDONESIA
B. Sistem Sosial
Mungkin dari sisi peninggalan-peninggalan masyarakat
prasejarah saja, kita tidak mampu mendapat gambaran
utuh tentang sistem sosial mereka. Tetapi inferensi dari
kehidupan masyarakat terasing yang mirip-mirip
masyarakat prasejarah, maka kita dapat memiliki
22
D. Arsitektur
Arsitektur itu hasil budaya yang terungkap melalui hasil
karyanya yang kita kenal sebagai bangunan. Buku ini
membahas karya arsitektur yang berada di Indonesia
mulai dari penelusuran jejak prasejarah hingga pelacakan
masa pemerintahan Orde Lama setelah Indonesia
Merdeka. Pemaparan mulai dengan mengenalkan
penulisan sejarah arsitektur yang berubah penekanan di
saat ini. Kemudian akar budaya Austronesia mengawali
pembahasan tentang karya arsitektur dengan meninjau
bangunan mukiman kehidupan sehari-hari di Nusantara.
Pertemuan dengan budaya India dan Cina menyusul
dengan mengusung tindak kebudayaan yang menghasilkan
jejak-jejak jenis bangunan pemujaan seperti candi, kuil
dengan asrama beserta hunian yang terkait, dan dalam
batas tertentu jejak kota. Pertemuan dengan Islam
meninggalkan jenis bangunan masjid, keraton, kota,
taman, dan benteng. Perkenalan dengan budaya Eropa
28
1. Bahasa
Bahasa adalah suatu kemampuan alamiah yang
dianugerahkan kepada umat manusia. Sedemikian
alamiahnya sehingga kita tak menyadari bahwa tanpa
bahasa umat manusia tak mungkin mempunyai peradaban
yang di dalamnya termasuk agama, ilmu pengetahuan,
dan teknologi. Bahasa merupakan suatu properti yang
lekat secara biologis pada manusia, dan hampir semua
aktivitas manusia memerlukan bahasa.
Asia merupakan wilayah yang memiliki bahasa terbanyak
dibandingkan dengan wilayah benua yang lain, yaitu 2.034
bahasa atau sekitar 31% dari semua bahasa di dunia.
Berdasarkan penuturnya, gambarannya juga sangat
bervariasi. Ada bahasa yang penuturnya ratusan juta
orang, hingga bahasa-bahasa yang penuturnya tinggal satu
orang. Comrie (2003: 19) mencatat bahwa bahasa ibu yang
jumlah penuturnya 50 juta orang atau lebih di seluruh
dunia diperkirakan hanya ada 20 bahasa. Di antaranya
bahasa Jawa menduduki peringkat ke-9.
Kongres Bahasa Indonesia diselenggarakan, yaitu tahun
1938, 1954, 1963, dan 1974. Berdasarkan tekad yang
dicetuskan dalam Kongres Pemuda 1928, yaitu bahwa
Bahasa Indonesia menjadi bahasa persatuan, di Solo 25-28
Juni diadakan Kongres Bahasa Indonesia dengan tujuan
untuk mencari pegangan bagi semua pemakai bahasa dan
didukung penuh oleh Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat dan
33
2. Sastra
Sastra tradisional Indonesia bersumberkan manuskrip dan
tradisi lisan, ditulis dan dilisankan dengan bahasa daerah.
Kekayaan manuskrip Nusantara terdapat dalam 13 bahasa
daerah, disuratkan dalam berbagai jenis tulisan. Tidak
semua sastra tradisional yang berbahasa daerah berhasil
melewati masa peralihan ke zaman modern dengan
selamat; sebagian harus hilang dari panggung
kesusastraan, karena tidak berlanjut sebagai sastra
modern. Sastra Indonesia di zaman modern lahir dari
keragaman budaya di wilayah Indonesia dan memiliki
corak dan kehidupannya sendiri, ditingkahi oleh berbagai
budaya suku dan bangsa yang bertanah air Indonesia.
3. Aksara
Sistem aksara India dan Arab merupakan sumber berbagai
sistem aksara yang terdapat di Indonesia mulai dari abad
34
G. Sistem Teknologi
Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan yang
dimiliki manusia sebagai mahluk sosial, yang terdiri atas
perangkat-perangkat model pengetahuan dan yang secara
selektif dapat digunakan, baik untuk memahami dan
menginterpretasi lingkungan yang dihadapi maupun untuk
mendorong dan menciptakan tindakan-tindakan yang
diperlukan. Dengan kata lain, kebudayaan digunakan
manusia untuk mengadaptasikan dirinya dengan
lingkungan tertentu (alam dan sosial budaya) agar mereka
dapat senantiasa melangsungkan hidupnya sesuai dengan
kebutuhan biologis, sosial dan psikologis. Untuk itulah
manusia menciptakan sistem teknologi yang tidak lain
merupakan strategi adaptif dalam menghadapi lingkungan
yang berbeda, dan yang senantiasa berubah-ubah. Sistem
teknologi tersebut tidak saja berkaitan dengan sistem
mata pencarian, tetapi juga terkait dengan sistem budaya
lainnya seperti kepercayaan, kekerabatan dan organisasi
35
H. Sistem Pengetahuan
Dalam perspektif sejarah kebudayaan, sistem
pengetahuan merupakan sistem yang memberikan
pemahaman mengenai tingkat kecerdasan suatu
masyarakat sesuai dengan konteks ruang dan waktunya.
Pada dasarnya tingkat kecerdasan individu atau
masyarakat, sangat tergantung kepada individu atau
masyarakat itu sendiri. Artinya perkembangan
kebudayaan, khususnya sistem pengetahuan, ditentukan
oleh masyarakat yang menjadi pendukung atau penghayat
kebudayaan tersebut. Kontak atau komunikasi dengan
individu atau masyarakat lain diakui turut berperan dalam
proses pencerdasan atau perkembangan kebudayaan
suatu masyarakat. Akan tetapi sifatnya lebih banyak
sebagai pemberi inspirasi atau motivasi bagi masyarakat
bersangkutan untuk mengubah dirinya, masyarakatnya,
sehingga budayanya berkembang, atau berubah sesuai
dengan kehendaknya, sekaligus mencerminkan jati dirinya
sebagai pendukung budaya tersebut. Oleh karena itu,
sistem pengetahuan atau ilmu pengetahuan yang
berkembang di kepulauan Indonesia sangat variatif.
Sejak masa prasejarah sampai dengan masa kolonial,
perbedaan penguasaan ilmu pengetahuan di berbagai
tempat di kepulauan Indonesia kelihatan berbeda. Di
beberapa pulau yang kontak atau komunikasiya dengan
dunia luar relatif kuat, sistem pengetahuannya pun relatif
berkembang melebihi daerah lainnya. Meskipun
37
BAB III
KEBUDAYAAN INDONESIA
D. Budaya Indonesia
Budaya Indonesia adalah seluruh kebudayaan nasional,
kebudayaan lokal, maupun kebudayaan asal asing yang
telah ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka pada
tahun 1945.
Kebudayaan nasional adalah kebudayaan yang diakui
sebagai identitas nasional. Definisi kebudayaan nasional
menurut TAP MPR No.II tahun 1998, yakni:
“Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah
perwujudan cipta, karya dan karsa bangsa Indonesia dan
merupakan keseluruhan daya upaya manusia Indonesia
untuk mengembangkan harkat dan martabat sebagai
bangsa, serta diarahkan untuk memberikan wawasan dan
makna pada pembangunan nasional dalam segenap
bidang kehidupan bangsa. Dengan demikian
Pembangunan Nasional merupakan pembangunan yang
berbudaya.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Wujud, Arti dan Puncak-Puncak Kebudayaan Lama dan Asli
bagi Masyarakat Pendukungnya, Semarang: P&K, 199 ”
Kebudayaan nasional dalam pandangan Ki Hajar
Dewantara adalah “puncak-puncak dari kebudayaan
daerah”. Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham
40
E. Kebudayaan Daerah
Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek
kehidupan masyarakat di seluruh daerah di Indonesia.
Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda.
Berikut ini beberapa kebudayaan Indonesia berdasarkan
jenisnya:
1. Rumah adat
Berikut adalah daftar rumah adat di Indonesia:
a. Aceh: Rumoh Aceh, Rumah Krong Bade; Sumatera
Utara: Rumah Balai Batak Toba, Rumah Bolon,
Omo Sebua (Nias); Sumatera Barat: Rumah
Gadang, Uma (Mentawai); Riau: Selaso Jatuh
Kembar, Lontiok; Kepulauan Riau: Rumah Belah
Bubung; Jambi: Rumah Panggung, Rumah Betiang;
Bangka Belitung: Rumah Rakit; Bengkulu: Rumah
Bubungan Lima; Sumatera Selatan: Rumah Limas,
Rumah Ulu; Lampung: Nuwo Sesat;
b. Jakarta: Rumah Kebaya (Rumah Bapang) dan
Rumah Gudang
c. Jawa Barat dan Banten: Rumah Kesepuhan
d. Yogyakarta: Bangsal Kencono; Jawa: Joglo (Jawa
Tengah dan Jawa Timur), Tanean Lanjhang
(Madura)
43
2. Upacara Adat
Upacara adat merupakan suatu bentuk tradisi yang
bersifat turun-temurun yang dilaksanakan secara teratur
dan tertib menurut adat kebiasaan masyarakat dalam
bentuk suatu rangkaian aktivitas permohonan sebagai
ungkapan rasa terima kasih. Selain itu, upacara adat
merupakan perwujudan dari sistem kepercayaan
masyarakat yang mempunyai nilai-nilai universal, bernilai
sakral, suci, relijius, dilakukan secara turun-temurun serta
menjadi kekayaan kebudayaan nasional.
44
3. Tarian
Tarian Indonesia mencerminkan kekayaan dan
keanekaragaman suku bangsa dan budaya Indonesia.
Terdapat lebih dari 700 suku bangsa di Indonesia: dapat
terlihat dari akar budaya bangsa Austronesia dan
Melanesia, dipengaruhi oleh berbagai budaya dari negeri
tetangga di Asia bahkan pengaruh barat yang diserap
melalui kolonialisasi. Setiap suku bangsa di Indonesia
memiliki berbagai tarian khasnya sendiri; Di Indonesia
terdapat lebih dari 3000 tarian asli Indonesia. Tradisi kuno
tarian dan drama dilestarikan di berbagai sanggar dan
sekolah seni tari yang dilindungi oleh pihak keraton atau
akademi seni yang dijalankan pemerintah.
Untuk keperluan penggolongan, seni tari di Indonesia
dapat digolongkan ke dalam berbagai kategori. Dalam
kategori sejarah, seni tari Indonesia dapat dibagi ke dalam
tiga era: era kesukuan prasejarah, era Hindu-Buddha, dan
era Islam. Berdasarkan pelindung dan pendukungnya,
dapat terbagi dalam dua kelompok, tari keraton (tari
istana) yang didukung kaum bangsawan, dan tari rakyat
yang tumbuh dari rakyat kebanyakan. Berdasarkan
tradisinya, tarian Indonesia dibagi dalam dua kelompok;
tari tradisional dan tari kontemporer.
46
4. Lagu
Lagu daerah atau musik daerah atau lagu kedaerahan,
adalah lagu atau musik yang berasal dari suatu daerah
tertentu dan menjadi populer dinyanyikan baik oleh rakyat
daerah tersebut maupun rakyat lainnya. Pada umumnya
pencipta lagu daerah ini tidak diketahui lagi alias noname.
Lagu kedaerahan mirip dengan lagu kebangsaan, namun
statusnya hanya bersifat kedaerahan saja. Lagu
kedaerahan biasanya memiliki lirik sesuai dengan bahasa
daerahnya masing-masing seperti Manuk Dadali dari Jawa
Barat dan Rasa Sayange dari Maluku.
Selain lagu daerah, Indonesia juga memiliki beberapa lagu
nasional atau lagu patriotik yang dijadikan sebagai lagu
penyemangat bagi para pejuang pada masa perang
kemerdekaan.
Perbedaan antara lagu kebangsaan dengan lagu patriotik
adalah bahwa lagu kebangsaan ditetapkan secara resmi
menjadi simbol suatu bangsa. Selain itu, lagu kebangsaan
biasanya merupakan satu-satunya lagu resmi suatu negara
atau daerah yang menjadi ciri khasnya. Lagu Kebangsaan
Indonesia adalah Indonesia Raya yang diciptakan oleh
Wage Rudolf Soepratman.
5. Musik
Identitas musik Indonesia mulai terbentuk ketika budaya
Zaman Perunggu bermigrasi ke Nusantara pada abad
ketiga dan kedua Sebelum Masehi. Musik-musik suku
tradisional Indonesia umumnya menggunakan instrumen
perkusi, terutama gendang dan gong. Beberapa
47
6. Seni Sastra
Sastra Indonesia adalah sebuah istilah yang melingkupi
berbagai macam karya sastra di Asia Tenggara. Istilah
"Indonesia" sendiri mempunyai arti yang saling
melengkapi terutama dalam cakupan geografi dan sejarah
poltik di wilayah tersebut.
Sastra Indonesia sendiri dapat merujuk pada sastra yang
dibuat di wilayah Kepulauan Indonesia. Sering juga secara
luas dirujuk kepada sastra yang bahasa akarnya
berdasarkan Bahasa Melayu (dimana bahasa Indonesia
adalah satu turunannya). Dengan pengertian kedua maka
sastra ini dapat juga diartikan sebagai sastra yang dibuat di
wilayah Melayu (selain Indonesia, terdapat juga beberapa
negara berbahasa Melayu seperti Malaysia dan Brunei),
demikian pula bangsa Melayu yang tinggal di Singapura.
48
49
BAB IV
PEMBENTUKAN KEBUDAYAAN NASIONAL
A. Kebudayaan Indonesia : Suatu Proses Awal
1. Timbulnya Rasa Persatuan Bangsa
Indonesia mempunyai sejarah tertulis yang dimulai sejak
abad ke-4 M. Pada dasarnya, penduduk Indonesia
dianggap terdiri dari masyarakat dengan kebudayaan -
kebudayaan sukubangsa lokal yang hanya sedikit
berhubungan satu dengan yang lain. Ketika kepulauan
nusantara menjadi satu bagian yang integral dalam
perdagangan Asia, dengan rute perdagangan yang
merentang dari Asia Barat Daya dan Asia Selatan ke
Tiongkok, dan ketika pada abad ke-4 dan ke-5 rempah-
rempah dari kepulauan Indonesia, seperti merica, cengkeh
dan pala, menjadi komoditi penting dalam ekonomi dunia
kuno, keterlibatan dalam perdagangan rempa-rempah
meningkatkan mobilitas antarpulau di kalangan penduduk
nusantara. Mereka yang tinggal di daerah-daerah strategis
dalam jaringan perdagangan antarapulau, seperti Sulawesi
Selatan, pantai timur dan barat Pulau Jawa, Sumatra
Selatan, Malaka dan Aceh, kemudian tampaknya menjadi
negara-negara atau kerajaan-kerajaan dagang kecil.
Tergantung keadaan, mereka mungkin telah mengalami
persaingan keras namun merupakan negara-negara
tetangga yang bekerja sama pula. Negara-negara ini
terpusat pada kota-kota pelabuhan, dan pada umumnya
tidak memiliki daerah pedalaman yang luas maupun
50
2. Sukubangsa di Indonesia
Tiap kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat bisa
menampilkan suatu corak khas yang terutama terlihat oleh
orang luar yang bukan warga masyarakat bersangkutan.
Seroang warga dari suatu kebudayaan hidup dari hari ke
hari didalam lngkungan kebudayaannya biasanya tidak lagi
melihat corak khas itu. Sebaliknya, terhadap kebudayaaan
tetangganya, ia dapat melihat corak khasnya, terutama
mengenai unsur-unsur yang berbeda menyolok dengan
kebudayaannnya sendiri. Corak khas dari suatu
kebudayaan bisa tampil karena kebudayaan itu
menghasilkan suatu unsur yang kecil berupa satu unsur
kebudayaan fisik dengan bentuk yang khusus; atau karena
diantara pranata-pranatanya ada suatu pola sosial yang
khusus; atau dapat juga karena warganya menganut suatu
thema budaya yang khusus. Sebaliknya, corak khas tadi
juga dapat disebabkan karena adanya kompleks unsur-
unsur yang lebih besar. Berdasarkan atas corak khusus
tadi, suatu kebudayaan dapat dibedakan dari kebudayaan
yang lain.
Konsep yang tercakup dalam istilah sukubangsa adalah
suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan
61
1. Substansi
Dalam hal ini kebudayaan nasional dilihat dari segi isi
kebudayaan itu sendiri, yang menurut beberapa
pemerhati kebudayaan dinyatakan sebagai berikut :
Poerbatjaraka, menganjurkan agar orang Indonesia banyak
mempelajari sejarah kebudayaannya, agar dapat
membangun kebudayaan yang baru. Kebudayaan
Indonesia baru itu harus berakar kepada kebudayaan
Indonesia sendiri atau kebudayaan pra-Indonesia
Ki Hajar Dewantara, menyatakan bahawa kebudayaan
nasional Indonesia adalah puncak-puncak kebudayaan
daerah.
2. Orientasi
Dalam perspektif orientasi budaya, dimaksudkan bahwa
budaya nasional itu mencirikan satu arah tujuan bangsa
Indonesia yang jelas, para pemerhati kebudayaaan dengan
buah pikir dari perspektif orientasi ini antara lain :
Alisyahbana, menyatakan bahwa Kebudayaan Nasional
Indonesia merupakan suatu kebudayaan yang dikreasikan,
yang baru sama sekali, dengan mengambil banyak unsur
73
3. Fungsi
Dalam perspektif fungsi dimaksudkan sebagai usaha untuk
menggambarkan suatu kerangka budaya nasional dari
pendekatan fungsi kebudayaan itu sendiri bagi bangsa
Indonesia; tokoh yang berusaha mengemas konsep
74
BAB V
SEJARAH DAN KEBUDAYAAN MELAYU
BAB VI
BUDAYA LAMPUNG:
SEPINTAS KILAS
A. Peta Bahasa-Budaya
Dari kategorisasi itu, terlihat ada Ranau, Komering, dan
Kayu Agung di wilayah Provinsi Sumatera Selatan yang
sejatinya orang Lampung (beretnis Lampung). Di Provinsi
Banten ada wilayah Cikoneng yang beretnis Lampung dan
bertutur dengan bahasa Lampung. Satu lagi, yang agaknya
perlu penelitian, di Bengkulu ada wilayah yang bertutur
dengan bahasa Lampung. Mereka menyebut diri Lampung
Bengkulu.
102
B. Kesenian Melinting
Kesenian Melinting merupakan salah satu bentuk seni
yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Melinting,
Lampung Timur. Awalnya kesenian ini secara khusus
diperuntukkan bagi keluarga Ratu Melinting dengan hanya
dipertunjukkan di lingkungan keratuan, dimana para
pelakunya pun terbatas pada keturunan raja saja. Namun
berbagai perubahan dialami sehingga kemudian menjadi
milik masyarakat secara luas. Tulisan ini secara khusus
mengangkat bentuk penyajian kesenian Melinting serta
keberadaan kesenian ini di dalam masyarakatnya.
Keratuan Melinting masih berdiri hingga saat ini dengan
wilayah kekuasaan meliputi tujuh desa, yaitu Meringai,
Tanjung Aji, Tebing, Wana, Nibung, Pempen, dan Negeri
Agung. Masyarakat dari desa-desa inilah yang kemudian
dikenal dengan masyarakat Melinting. Mereka hidup
dalam sebuah sistem budaya atau adat istiadat, dan
memiliki konsep-konsep hidup yang khas. Sebut saja Pi’il,
Sakai Sambayan, Nemui Nyimah, Nengah Nyepur, dan
Bejuluk Beadek/Beinai, lima prinsip hidup yang hingga kini
masih dipegang teguh oleh masyarakat dan tergambar
dalam kesenian Melinting.Kesenian Melinting terdiri dari
dua elemen utama, yaitu musik dan tari, serta didukung
oleh sejumlah elemen lain sehingga menghasilkan sebuah
bentuk seni pertunjukan. Ansambel musik dalam kesenian
Melinting adalah gamelan Talo Bala dengan instrumennya
yang terdiri dari kelittang, talo, gindang/gelittang, bende,
104
C. Tarian Jangget(Lampung)
Cangget sebagai tarian khas orang Lampung Pepadun, jika
dicermati, tidak hanya mengandung nilai estetika
(keindahan), sebagaimana yang tercermin dalam gerakan-
gerakan tubuh para penarinya. Akan tetapi, juga nilai
kerukunan dan kesyukuran.Nilai kerukunan tercermin
dalam fungsi tari tersebut yang diantaranya adalah
sebagai ajang berkumpul dan berkenalan baik bagi orang
tua, kaum muda, laki-laki maupun perempuan. Dengan
berkumpul dan saling berkenalan antar warga dalam suatu
kampung atau desa untuk merayakan suatu upacara adat,
maka akan terjalin silaturahim antar sesama dan akhirnya
akan menciptakan suatu kerukunan di dalam kampung
atau desa tersebut.
106
DAFTAR PUSTAKA
Alisyahbana, Sutan Takdir. (1988). Kebudayaan Sebagai
Perjuangan. Jakarta: PT Dian Rakyat.
Bachtiar, Harsya. (1994). Masyarakat Indonesia, dalam
Majalah Ilmu-ilmu Sosial. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Brahmana, Pertampilan S. 1997. Awal Pertumbuhan
Kebudayaan Nasional Indonesia. Karya Tulis Pada
Program Magister Kajian Budaya UNUD.
Geertz, Clifford (1982). Abangan, Santri dan Priyayi Dalam
Masyarakat Jawa. Jakarta : Pustaka Jaya, Yayasan
Ilmi-Ilmu Sosial.
Geertz, Hildred. (1981). Aneka Budaya dan Komunitas di
Indonesia. Penerjemah : A Rahman Zainuddin.
Jakarta : Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial dan FIS - UI
Harris, Marvin, 1999, Theories of Culture in Postmodern
Times. New York: Altamira Press.
Harsojo. (1999). Pengantar Antropologi. Bandung : CV
Putra A Bardin.
Ignas Kleden, (1987). Sikap Ilmiah dan Kritik Kebudayaan.
Jakarta : LP3ES
Indonesia jilid xx, No.4; Jakarta: Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia. Boelaars, Y. (1984).
Kepribadian Indonesia Modern, Suatu Peelitian
Antropologi Budaya. Jakarta: PT Gramedia
Istadiyantha, 2009. “Tugas Teori Teks”. Yogyakarta:
Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada.
107