Anda di halaman 1dari 7

Logika Dan Bahasa

Topik III : LOGIKA DAN BAHASA

1. Kaitan erat logika dan bahasa

* Ada dua aspek penting dalam pemikiran, yaitu aspek


kegiatan mental (=bahwa penalaran itu berlangsung dalam
batin) dan aspek ekspressi verbal (=bahasa untuk
menyatakan isi pemikiran)

* Melalui bahasa, kita dapat mengkomunikasikan


penalaran kita, dan dengan demikian dapat diuji tepat-
tidaknya.

* Penalaran yang baik menuntut kemampuan penggunaan


bahasa yang baik pula
* Salah satu fungsi bahasa adalah fungsi logis,
yakni dimana bahasa digunakan untuk menalar,
menganalisis dan menjelaskan suatu masalah atau
argumen. Melalui bahasa orang bisa menerima atau
menolak kebenaran dari pernyataan- pernyataan atau
teori yang dikemukakan.

* Secara analog, pemikiran manusia dapat


diibaratkan sebagai sebuah rumah tembok, yang
tersusun dari beberapa kamar dan yang dibentuk
oleh bata-bata.
Demikianlah penalaran tersusun dari putusan-
putusan (proposisi), dimana suatu putusan dibentuk
oleh pengertian (konsep)
* Logika sepadan dengan bahasa

- Suatu pengertian dihubungkan dengan pengertian lain,


akan menghasilkan putusan. Beberapa putusan
dihubungkan, akan menghasilkan suatu penyimpulan

- Begitu juga bahasa. Satuan terkecil yang memiliki arti


adalah “kata”. Dua atau lebih kata digabung, akan
membentuk kalimat. Kalimat-kalimat kita susun menjadi
suatu komposisi.

- Dengan demikian, unsur-unsur pokok pemikiran


manusia (pengertian, putusan dan penalaran /
penyimpulan) mendapat padanannya dalam bahasa.
Kesejajaran antara logika dan bahasa
Pengertian (konsep), term - Kata (morfem)
Putusan (proposisi) - Kalimat
Penalaran/penyimpulan - Komposisi

2. Namun logika bukanlah bahasa

- Bahasa ada bermacam-macam, gramatika dan


kosa katanya berbeda
- Namun kaidah berpikir ilmiah diharapkan
sama, walau diungkapkan dengan
bahasa-bahasa yang strukturnya berbeda.
- Jadi, di balik keanekaan bahasa, diandaikan adanya
satu kaidah berpikir, yaitu logika.
- Hal yang kita tunjuk dengan kata Indonesia ‘pasar’,
dapat diungkapkan dengan aneka kata lain, ‘market,
‘Markt’, ‘marche’, dsb. Semua kata itu punya arti atau
acuan yang sama. Dan itulah yang kita sebut dalam
logika sebagai ‘konsep’ atau “pengertian”.

- Begitu juga hubungan antara konsep dengan konsep


(yang menghasilkan putusan), meskipun diatur oleh
gramatika yang berbeda-beda, namun didasari oleh
relasi logis yang sama.

- Maka, dibalik aneka perbedaan tata bahasa itu, kita


perlu mengetahui dengan pasti apa yang sebenarnya mau
diungkapkam melalui ungkapan verbal atau tulisan itu.
Misalnya:

- “Ibu tidak pergi ke pasar” (Indonesia)


- “Mather doesn’t go to the market” (Inggris)
- “Muter gehst nicht nach den Markt” (Jerman)

Bandingkan kata kerja dari ketiga kalimat itu (tidak


pergi, melakukan tidak pergi, pergi tidak).
Ketiganya jelas berbeda, namun relasi logis di
belakangnya tetap sama, yakni hanya mau
menyatakan bahwa konsep ‘A’ (ibu) dan konsep ‘B’
(orang yang pergi ke pasar) tidak berhubungan.
Jadi relasi logisnya hanya mau mengatakan bahwa
A bukanlah B, atau : A  B

Anda mungkin juga menyukai