Anda di halaman 1dari 10

BAHAN AJAR

BUDAYA NASIONAL DAN INTERAKSI GLOBAL

A. Sebaran Keragaman Budaya Nasional


1. Konsep Budaya
Budaya merupakan perkembangan majemuk dari budi daya, yang berarti
daya dari budi. Jadi budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, rasa, dan
karsa. Budaya menurut ilmu antropologi adalah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan, dan tindakan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat
yang dijadikan milik diri manusia dalam belajar.
Unsur-unsur kebudayaan secara universal antara lain sebagai berikut:
a. Bahasa
Bahasa merupakan alat pengantar dalam berkomunikasi. Perbedaan pada
setiap wilayah di Indonesia berbeda-beda, ditentukan oleh adat-istiadat,
wilayah, dan demografi. Contoh: penduduk yang tinggal di wilayah pesisir,
pegunungan, dan perkotaan memiliki perbedaan tutur kata karena pengaruh
letak wilayah.
b. Sistem pengetahuan
Pengetahuan sangat berguna untuk melahirkan ide-ide yang baru dan kreatif.
Tanpa ada pengetahuan maka pengetahuan tidak akan tercipta, apalagi
berkembang.
c. Organisasi sosial
Manusia membutuhkan manusia lain dalam hidupnya. Maka, organisasi
muncul untuk memenuhi kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial.
d. Peralatan hidup dan teknologi.
Manusia mengembangkan peralatan hidup dan teknologi untuk dapat
menyiasati lingkungan tempat tinggalnya. Contoh: masyarakat petani dan
peladang membuat alat-alat pertanian untuk dapat membantu mereka dalam
bercocok tanam.
e. Mata pencaharian
Manusia membutuhkan mata pencaharian untuk dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya.
f. Sistem religi
Sistem religi muncul untuk memenuhi kebutuhan manusia terhadap Tuhan
Yang Maha Kuasa. Manusia sadar terdapat zat yang menguasai seluruh
bumi dan alam semesta.
g. Kesenian
Manusia tidak hanya memerlukan kebutuhan fisik, tetapi juga memerlukan
sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan psikisnya. Oleh karena itu
manusia menciptakan kesenian yang dapat dirasa dan didengar.
Unsur kebudayaan universal di atas diturunkan lagi menjadi kebudayaan
khusus. Misalnya adat istiadat, pertanian, kekerabatan, toleransi, dan alat
pertanian. Faktor geografis sangat mempengaruhi unsur budaya, karena terdapat
keterkaitan antara aspek alam (faktor geografis) dengan aspek manusia
(kebudayaan).
Definisi kebudayaan selalu berkaitan dengan batas-batas fisik dan geografis,
misalnya budaya Sunda merupakan suatu tradisi yang berkembang di Tanah
Sunda, budaya Minangkabau berkembang di Sumatera Barat.
2. Budaya Lokal dan Budaya Nasional
a) Budaya lokal
Budaya lokal dapat dikatakan sebagai budaya yang dimiliki oleh daerah atau
suku bangsa yang bersifat khas dan diwariskan secara turun temurun di
wilayah tersebut. Budaya lokal lahir ketika penduduk suatu daerah telah
memiliki segala bentuk cara-cara berperilaku, bertindak, serta pola pikiran
yang sama. Kesemuanya itu menjadi suatu kebiasaan yang membedakan
mereka dengan penduduk lain. Contoh perbedaan tersebut antara lain:
1) upacara adat ritual dan aturan, dan hukum adat.
2) kesenian lokal
3) sistem kepercayaan
4) sistem kekerabatan
5) seni arsitektur dan teknologi bercocok tanam
6) bahasa daerah.
b) Budaya nasional
Kebudayaan nasional adalah kebudayaan yang diakui sebagai identitas
nasional. Budaya lokal merupakan unsur pembentuk budaya nasional.
Menurut TAP MPR No. 11 Tahun 1998 bahwa kebudayaan nasional yang
berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, karya, dan karsa bangsa
Indonesia untuk mengembangkan harkat dan martabat sebagai bangsa, serta
diarahkan untuk memberikan wawasan dan makna pada pembangunan
nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa.
Contoh kebudayaan nasional:
Unsur Universal Unsur Khusus
Bahasa  Bahasa Indonesia
 Bahasa daerah
Teknologi  Arsitektur tradisional
 Teknologi pertanian dan kelautan
Organisasi nasional  ideologi pancasila
 organisasi masyarakat
 adat istiadat
 wawasan nusantara
 lambang negara
 semboyan Bhinneka Tunggal Ika
Sistem pengetahuan  Lagu kebangsaan
 Pengetahuan sistem bercocok tanam
 Pengetahuan pengobatan tradisional
 Pengetahuan astronomi
Kesenian  Seni musik, tari, ukir, drama, lukis, dll.

3. Pengaruh Geografis terhadap Keragaman Budaya


Kebudayaan daerah di Indonesia sangatlah beragam. Hal ini
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan batas-batas geografis,
antara lain sebagai berikut:
a. Letak geografis
Isolasi geografis mengakibatkan penduduk yang menempati setiap pulau
tumbuh menjadi kesatuan suku bangsa yang hidup terisolasi dari suku
bangsa lain. Akibatnya, mereka mengembangkan kebudayaan masing-
masing yang semakin berbeda dengan kebudayaan asal. Contoh: kebudaayn
suku Bajo berbeda dengan kebudayaan suku Dayak. Kebudayaan di Pulau
Sumatera berbeda dengan kebudayaan di Pulau Sulawesi, dll.
b. Posisi strategis
Menurut Koentjaraningrat, budaya lokal Indonesia banyak dipengaruhi oleh
kebudayaan Hindu-Budha, Islam, danEropa. Hal ini tidak terlepas dari
posisi Indonesia yang berada di jalur strategis, yaitu terletak di antara dua
benua dan dua samudera yang menjadi perlintasan hubungan antarbangsa.
Banyak bangsa asing yang menjalin hubungan dengan penduduk Indonesia
baik untuk kepentingan ekonomi (gold), kekuasaan (glory), dan agama
(gospel). Kedatangan bangsa ini memberikan pengaruh yang besar terhadap
kebudayaan. Contoh: kebudayaan di Pulau Timor yang dahulu dijajah oleh
Portugis, berbeda dengan kebudayaan di Maluku yang dulu dijajah oleh
Belanda. Latar belakang historis penjajahan kedua wilayah yang berbeda
tersebut berpengaruh terhadap kebudayaan penduduk setempat.
c. Kondisi ekologis
Lingkungan ekologis terbentuk dari struktur tanah, iklim, dan topografi
yang memberikan kontribusi bagi kondisi penduduk baik dari segi ekonomi,
sosial, maupun budaya. Perbedaan ekologi tersebut berpengaruh terhadap
kemajemukan budaya lokal di Indonesia.

4. Interaksi Budaya
Interaksi dengan budaya asing menghasilkan kebudayaan baru yang
semakin memperkaya budaya.
a. Akulturasi
adalah proses sosial yang timbul akibat suatu kebudayaan tertentu (asli)
dihadapkan dengan kebudayaan lainnya (asing). Kebudayaan asing tersebut
lambat laun diterima dan dipadukan dengan kebudayaan asli tanpa
menghilangkan unsur kebudayaan asli. Contoh: seni arsitektur Indonesia
banyak berakulturasi dengan budaya bangsa Cina dan Eropa.
b. Asimilasi
adalah pembauran dua atau lebih kebudayaan yang ditandai dengan
hilangnya kebudayaan asli dan membentuk suatu kebudayaan yang baru.
Asimilasi menghilangkan perbedaan-perbedaan yang ada di antara dua atau
lebih kebudayaan tersebut, sehingga tercipta satu kesatuan atau
keseragaman menjadi kebudayaan lain.

c. Amalgamasi
adalah proses penyatuan dua atau lebih ras atau kebudayaan melalui proses
perkawinan. Contoh: pernikahan dua etnis atau suku yang berbeda.

B. Kearifan Lokal dalam Budaya Nasional Indonesia


1. Kearifan lokal (local wisdom)
adalah tata nilai atau perilaku hidup masyarakat lokal dalam berinteraksi
dengan lingkungan temptanya hidup secara arif. Menurut Undang-Undang
No.32 Tahun 2009, bahwa kearifan lokal yaitu nilai-nilai luhur yang berlaku
dalam tata kehidupan masyarakat untuk melindungi dan mengelola lingkungan
hidup secara lestari.
Fungsi kearifan lokal adalah sebagai berikut:
a. sebagai bentuk konservasi dan pelestarian terhadap sumberdaya alam
b. untuk mengembangkan sumberdaya manusia
c. pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan
d. sebagai petuah, kepercayaan, sastra, dan pantangan
e. bermakna sosial, sebagai penguat solidaritas masyarakat.

2. Bentuk kearifan lokal dalam budaya nasional


Bentuk-bentuk kearifan lokal dalam masyarakat dapat berupa nilai, norma,
kepercayaan, dan aturan-aturan khusus. Beberapa bentuk yang berperan dalam
pengelolaan sumber daya alam dan lingkungannya dalam kebudayaan
masyarakat adalah sebagai berikut:
a. Kearifan lokal dalam bidang pertanian
1) Subak di Bali
Subak adalah suatu organisasi masyarakat adat yang mengelola irigasi
untuk sistem pertanian. Sedangkan sistem pengairan di Jawa Tengah
dikenal dengan nama Dharma Tirta, di Jawa Barat disebut Mitracai, dan
di Sulawesi Tengah disebut Tolai.
2) Pranoto Mongso di Jawa
Pranoto mongso (penentuan musim) merupakan waktu musim yang
digunakan oleh para petani sebagai patokan untuk mengolah pertanian.
3) Nyabuk gunung di Jawa
Pengertian nyabuk gunung pada dasarnya adalah sistem pertanian yang
membuat teras sawah mengikuti kontur gunung (countur planting).
Sistem pertanian ini dilakukan di lahan pertanian atau perkebunan di
lereng-lereng pegunungan.
4) Masyarakat Undau Mau di Kalimantan Barat
Aturan adat pada masyarakat Undau Mau mengharuskan kegiatan
membuka hutan (rimbo) harus seizin dari ketua adat. Keberadaan hutan
bagi mereka adalah sebagai penopang kehidupan.
b. Kearifan lokal dalam falsafah, tradisi, dan kepercayaan
1) Kearifan Suku Mentawai, Sumatera Barat
Sebelum pembukaan ladang, Suku Mentawai melakukan upacara-upacara
untuk meminta izin kepada roh-roh penjaga hutan. Dalam kegiatan
perladangan, tidak dikenal sistem tebas bakar karena mereka percaya
akan menimbulkan kemarahan roh penjaga hutan.
2) Falsafah hidup Suku Baduy di Banten
Suku Baduy tidak mengeksploitasi alam, mereka menggunakan
seperlunya. Pembagian wilayah dalam pemanfaatan air sungai
memperhatikan sistem daya pulih air. Sehingga masyarakatnya
memperoleh air yang berkualitas.
c. Kearifan lokal dalam pemanfaatan sumber daya alam
1) Konservasi laut Orang Bajo di Togean
Orang Bajo mempunyai keyakinan bahwa penguasa laut memberikan
hasil laut yang melimpah kepada mereka. Sebagai timbal balik, setelah
mereka menangkap ikan, setidaknya dua ekor ikan dilepas kembali
sebagai bentuk terimakasih kepada laut.
2) Kepercayaan terhadap alam di Papua
Di Papua terdapat kepercayaan te aro neweak lako (alam adalah aku),
dimana tanah adalah bagian dari hidup manusia.
3) Tradisi Tana’ Ulen suku Dayak Kenyah di Kalimantan Timur
Tana’ Ulen adalah konsep konservasi lingkungan yang dikenal oleh
masyarakat Dayak. Dimana penduduk dilarang menebang pohon,
menebang hutan, membuat ladang, dan melakukan aktivitas lain yang
menimbulkan kerusakan hutan.
4) Kearifan lokal dalam cerita budaya, petuah, dan sastra
a) Pasang ri kajang, pesan leluhur masyarakat adat Kajang Tana Toa,
Kabupaten Bulukumba. Mereka memiliki pesan leluhur (teks lisan)
yang berisi 120 pasal, dan 19 pasal. Diantaranya berisi tentang
sistem pengelolaan lingkungan berbunyi “Hutan tidak boleh dirusak,
jika engkau merusaknya, sama halnya engkau merusak dirimu
sendiri” dan “Hutan bisa lestari karena dijaga oleh adat. Jika bumi
hancur, hancur pula adat.”
b) Semong dalam cerita rakyat Aceh
Semong atau smong merupakan sebuah seni tutur bahasa yang
dimiliki oleh masyarakat Aceh. Semong menjadi semacam mitigasi
bencana yang menyerukan kepada penduduk untuk lari ke bukit
ketika terjadi gempa.
c) Kearifan lokal dalam sastra Melayu
Suku Melayu terkenal dengan seni sastranya. Lewat seni sastra suku
Melayu menggambarkan kearifan lokal yang wajib dijunjung tinggi.
5) Kearifan lokal dalam mitos masyarakat
a) Hutan larangan di Kampung Naga, Jawa Barat
Leuweung larangan atau hutan larangan merupakan kawasan hutan
yang berada di sekitar Kampung Naga. Masyarakat Kampung Naga
memiliki aturan untuk tidak memasuki hutan larangan, bagi yang
memasukinya akan celaka. Aturan ini sebenarnya merupakan bentuk
kearifan untuk melindungi kelestarian alam. Masyarakat Kampung
Naga hidup selaras dengan alam, tidak mengubah keadaan alam.
Hutan menjadi penyokong ketersediaan mata air untuk kehidupan
masyarakat.
b)Lubuk Larangan, Sumatera Barat
Lubuk larangan merupakan kearifan lokal masyarakat Sumatera
Barat dalam melestarikan wilayah sungai dan danau/waduk.
Penduduk dilarang mengambil ikan pada saat-saat tertentu.
Pengambilan ikan diwajibkan menggunakan alat yang ramah
lingkungan.Keberadaan lubuk larangan merupakan bentuk
pelestarian lingkungan perairan sungai dan ekosistem di dalamnya.
c) Mitos terhadap pohon-pohon dan hewan keramat
Mitos ini banyak dijumpai di berbagai wilayah di Indonesia. Contoh:
penduduk Jawa dan Bali yang menganggap pohon besar memiliki
roh penunggu sehingga tidak boleh ditebang. Disadari atau tidak,
mitos ini sangat membantu keseimbangan alam. Karena pohon besar
menyimpan cadangan air tanah dan penyedia oksigen.
Mitos terhadap hewan yang dianggap keramat juga turut
menyumbang pelesatarian hewan dari kepunahan. Hewan yang
dianggap keramat contohnya ular, kucing, burung gagak, burung
hantu, buaya, burung enggang, dll. Dengan adanya mitos tersebut,
kelangsungan hidup hewan lebih terjamin. Hal ini mengingat satwa
merupakan bagian jaringan ekosistem yang memainkan perannya
dalam keseimbangan ekosistem.
6) Kearifan lokal dalam seni arsitektur rumah adat
Konsep kearifan lokal juga terdapat dalam seni arsitektur rumaha dat
suku-suku di Indonesia. Biasanya rumah adat dibangun dengan
menyelaraskan alam sekitar. Bentuk rumah adat di daerah pesisir tentu
berbeda dengan rumah adat di daerah pegunungan. Contoh: rumah adat
Bali dengan kearifan lokalnya terbukti ramah lingkungan,
memperhatikan konsep Tri Hita Karana, Tri Mandala, Asta Bumi, dan
Asta Kosala Kosali. Kearifan lokal dalam seni arsitektur rumah adat tidak
hanya pada bentuk rumah saja, tetapi juga dari ukiran, penggunaan bahan
bangunan ramah lingkungan, posisi, dan tata letak.

3. Pentingnya menjaga kearifan lokal untuk kelestarian alam


Kesalahan pengelolaan sumber daya alam memang bukan menjadi masalah baru,
namun sampai saat ini belum ada solusi tepat untuk menyelesaikannya.
Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam yang arif dengan teknologi
tinggi juga belum tentu menjamin kelestarian alam. Kearifan lokal menjadi suatu
alternatif untuk menyelesaikannya.
Maka kearifan lokal sangat penting untuk dikaji dan dilestarikan keberadaannya.
Selain itu juga penting untuk menjaga nilai-nilai budaya dan kelestarian
lingkungan alam.

C. Pengaruh Interaksi Global terhadap Budaya Nasional


Global mempunyai arti menyeluruh, bersifat mendunia, sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa global mencakup atau mempengaruhi dunia. Dalam era global
seperti sekarang ini, interaksi antar negara sangat mudah terjadi. Era global dikenal
dengan istilah globalisasi.
1. Globalisasi
Globalisasi adalah suatu proses dunia menjadi satu tanpa batas. Proses
globalisasi ini terjadi antara akhir abad ke-20 dan permulaan abad ke-21.
Dengan adanya globalisasi, dunia menjadi seperti borderless atau tanpa sekat.
Hal yang paling mendapat pengaruh globalisasi adalah trade
(perdagangan), travel (pariwisata), dan telekomunikasi.
a. Saluran Globalisasi
Globalisasi tidak begitu saja sampai ke masyarakat, akan tetapi
membutuhkan saluran. Beberapa saluran yang dapat mempercepat proses
globalisasi antara lain sebagai berikut:
1) Komunikasi dan transportasi
Komunikasi di era gobalisasi menggunakan teknologi satelit sehingga
mempermudah setiap orang berhubungan dengan orang lain di berbagai
tempat tanpa dibatasi oleh ruang. Kemajuan transportasi sekarang ini
yang modern dan cepat serta memberi kenyamanan memudahkan
penduduk untuk berpindah tempat dengan mudah.
2) Perdagangan internasional
Era global melahirkan sebuah sistem baru dalam bidang perdagangan dan
industri yaitu era pasar bebas. Antarnegara bebas melakukan kegiatan
perdagagan. Perkembangan teknolog trasportasi mempengaruhi
perdgangan Internasional. Masyarakat bisa mendapatkan barang dengan
mudah dan melakukan proses transaksi dengan cepat melalui internet,
telepon, atau teknologi komunikasi lainya.
3) Pariwisata internasional
Sekor pariwisata merupakan lahan potensial untuk mendatangkan devisa
negara. Pariwisata telah memberikan kemudahan bagi semua orang untuk
pergi ke mana pun dan tanpa harus dibatasi letk geografis.
4) Migrasi internasional
Migrasi internasional merupakan migrasi yang melewati batas politik dan
budaya antarnegara. Penduduk yang melakukan migrasi internsional
biasanya masih lekat dengan kebudayaan yang dibawanya.
5) Kerjasama antar Negara
Setiap negara memerlukan kerja sama dengan negara lain untuk
mencukupi kebutuhan.kerja sama antarnegara biasanya meliputi bidang
sosial, ekonomi, budaya, pendidikan, pariwisata, olahraga, dan
sebagainya.
6) Media massa.
Saluran utama globalisasi adalah media massa. Dengan adanya media
massa, masyarakat dapat mengakses informasi dari berbagai belahan
dunia.

b. Dampak Globalisasi
Berikut dampak-dampak globalisasi:
Dampak positif Dampak negatif
 Akses berkomunikasi dan informasi  Interaksi masyarakat semakin berkurang karena
semakin mudah. interaksi lebih banyak dilakukan melalui
teknologi komunikasi.
 Kemajuan transportasi menyebabkan  Polusi udara dan lingkungan
mobilitas tinggi.  Penggunaan bahan bakar yang semakin
bertambah
 Meningkatkan angka kemacetan
 Mudah mendapatkan barang  Timbul masyarakat dengan pola konsumtif
komoditas dari berbagai negara  Lunturnya rasa cinta terhadap produk dalam
negeri
 Kualitas SDM semakin meningkat.  Persaingan dunia kerja menjadi semakin berat
 Masyarakat semakin gencar  Spesialis dalam berbagai bidang pekerjaan
meningkatkan kualitas SDM sebagai
antisipasi persaingan global.
 Sikap toleransi semakin berkembang  Sikap individulistik
 Kepekaan sosial semakin memudar
 Pengelolaan SDA dengan teknologi  Eksploitasi SDA secara berlebih
canggih  Banyak kerusakan lingkungan alam
 Berkembangnya demokrasi  Ideologi asing mudah masuk sehingga
mengubah tata nilai dalam masyarakat
 Adopsi budaya yang belum tentu sesuai dengan
kepribadian bangsa.

2. Pengaruh Globalisasi Terhadap Budaya Nasional


Pengaruh globalisasi yang mengancam jati diri bangsa adalah masuknya unsur-
unsur budaya yang bertentangan dengan budaya nasional. Akibatnya berbagai
paham dan ideologi yang dapat merusak moral bangsa Indonesia. Paham-paham
tersebut antara lain:
1. Individualisme, yaitu suatu paham yang mementingkan kepentingan diri
sendiri (individu).
2. Mterialisme, yaitu suatu paham yang selalu mengutamakan segala sesuatu
berdasarkan materi.
3. Sekularisme, yaitu suatu paham yang selalu mencerminkan kehidupan
keduniawian.
4. Hedonisme, yaitu suatu paham yang melihat bahwa kesenangan atau
kenikmatan menjadi tujuan hidup dan tindakan manusia.

Globalisasi dewasa ini merambah hampir di semua bidang, namun tidak semua
masyarakat menerima globalisasi dengan tangan terbuka. Ketidaksiapan
menerima globalisasi akan menciptakan perubahan dalam masyarakat. Beberapa
dampak akibat ketidaksiapan dalam penerimaan globalisasi adalah sebagai
berikut:
a. Kesenjangan Budaya (Cultural Lag)
Cultural lag adalah suatu kondisi dimana terjadi kesenjangan antara berbagai
bagian dalam suatu kebudayaan. Dapat dikatakan cultural lag merupakan
suatu ketertinggalan kebudayaan.
b. Gegar Budaya (Culture Shock)
Culture shock atau disebut gegar budaya merupakan istilah psikologis untuk
menggambarkan keadaan dan perasaan seseorang menghadapi kondisi
lingkungan sosial budaya yang berbeda. Globalisasi banyak membawa unsur-
unsur budaya baru yang mungkin mengakibatkan “kekagetan” oleh
masyarakat yang tidak siap menerimanya.
3. Kearifan Lokal Sebagai Tameng Arus Negatif Globalisasi
Arus global dapat menggerus nilai-nilai budaya lokal termasuk kearifan
lokal yang dipegang oleh masyarakat. Jika ditelusur lebih mendalam, nilai-nilai
kearifan lokal dalam budaya penduduk Indonesia selaras dengan isu-isu seperti
demokrasi, hak asasi manusia, dan lingkungan hidup. Globalisasi telah
mendorong terjadinya pergeseran atau perubahan terhadap sistem atau aturan
yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.
Kearifan lokal dapat dijadikan sebagai dasar pijakan dalam penyusunan
strategi dalam pelestarian dan pengembangan budaya. Upaya memperkuat jati
diri daerah dapat dilakukan melaui penanaman nilai-nilai budaya dan
kesejarahan senasib sepenanggungan di antara warga. Oleh karena itu, perlu
dilakukan revitalisasi budaya daerah dan penguatan budaya daerah. Upaya
tersebut dapat meminimalisasi dampak negatif atau menahan gemburan nilai-
nilai yang merusak kepribadian bangsa.

D. Budaya Tradisional Sebagai Potensi Wisata dan Ekonomi


1. Budaya Tradisional
Budaya tradisional adalah kebudayaan yang terbentuk dari keanekaragaman
suku di Indonesia serta dipengaruhi oleh sejarah, kebiasaan, dan adat masa lalu.
Keberadaan budaya tradisional dapat diketahui dari berbagai jenis, yaitu:
a. Kesenian tradisional, merupakan suatu kesenian yang berasal dari daerah
tertentu dan memiliki ciri khas.
b. Bahasa tradisional, atau dikenal dengan sebutan bahasa daerah yang menjadi
ciri khas masyarakat di daerah tersebut.
c. Lagu tradisional dikenal juga dengan sebutan lagu daerah, merupakan
nyanyian atau lagu yang menjadi ciri khas daerah tersebut
d. Tarian tradisional, merupakan tarian khas dari daerah tertentu yang memiliki
arti penting karena fungsinya sebagai sebuah penghormatan dan memiliki
nilai sendiri.
e. Alat musik tradisional, merupakan alat musik khas dari suatu daerah yang
digunakan untuk membawakan lagu daerah dan mengiringi tari daerah.
f. Pakaian tradisional, merupakan pakaian khas dari suatu daerah yang berbeda
dengan daerah lainnya.
g. Senjata tradisional, merupakan senjata khas dari daerah tertentu yang
digunakan oleh para leluhur.
h. Rumah tradisional atau sering disebut dengan rumah adat, yaitu memiliki
ciri khas derahnya masing-masing.
i. Permainan dan olahraga tradisional, merupakan permainan dan olahraga
yang berkembang dari daerah tertentu.
j. Makanan tradisional, merupakan makanan khas dari suatu daerah tertentu.

2. Potensi Wisata Budaya Tradisional Sebagai Bentuk Ekonomi Kreatif


Kekayaan alam dan budaya di Indonesia sangat beranekaragam, hal
tersebut menjadi sebuah potensi dalam bidang pariwisata. Selain keindahan
alam Indonesia, budaya tradisional juga dapat dijadikan sebagai potensi untuk
meningkatkan bidang pariwisata, misalnya dalam pengembangan ekonomi
kreatif.
Ekonomi kreatif sebagai potensi wisata budaya tradisional bersumber dari
seni budaya dan tradisi serta kearifan lokal masyarakat adat. Oleh karena itu,
ekonomi kreatif mempunyai peranan untuk mempromosikan sekaligus
melestarikan budaya tradisional. Contoh daerah-daerah di Indonesia yang telah
mengembangkan ekonomi kreatif sebagai potensi budaya tradisional adalah
sebagai berikut:
a. Daerah Tapanuli, Sumatra Utara
Di daerah ini berbagai budaya tradisional telah dikembangkan menjadi
ekonomi kreatif Tari Tor-tor, rumah adat Bolon, Dank Ain Ulos.
b. Daerah Kampung Laweyan Solo, Jawa Tengah
Sejak abad XIV, Laweyan sudah menjadi pasar perdagangan pakaian. Saat
ini, Laweyan terkenal sebagai kampung batik.
c. Daerah Kalimantan
Potensi budaya tradisional yang dapat dijadikan sumber ekonomi kreatif
misalnya pada masyarakat Suku Dayak di Kalimantan.
d. Daerah Sulawesi
Suku Toraja di Sulawesi terkenal dengan ritual pemakaman, rumah adat
Tongkonan, dan ukiran kayunya. Rambu Solo, upacara pemakaman yang
berlangsung selama berhari-hari merupakan potensi wisata budaya
tradisional yang menarik wisatawan domestik dan mancanegara untuk
berkunjung.
e. Daerah Ubud, Bali
Pesona Desa Ubud telah diketahui hingga ke mancanegara, tidak hanya
karena pemandangan alamnya, tetapi juga potensi budaya
tradisionalnya.Pertunjukan seni seperti sendratari kecak, pameran lukisan,
dan pameran ukiran merupakan pertunjukan yang selalu digelar setiap
harinya di museum dan galeri di Desa Ubud. Selain itu, kekhasan
kulinernya seperti bebek bengil merupakan kekayaan tradisional yang
dapat menjadi potensi pengembangan ekonomi kreatif.
f. Kampung Sade, Nusa Tenggara Barat
Kampung Sade merupakan perkampungan Suku Sasak dengan jumlah
penduduk sekitar 700 jiwa. Kampung Sasak memiliki kebudayaan
tradisional yang masih dijaga kelestariannya. Hal ini dapat dimanfaatkan
untuk pengembangan ekonomi kreatif yang dapat meningkatkan
perekonomian penduduknya.
g. Kampong Adat Bena, Nusa Tenggara Timur
Kampung Adat Bena memiliki kekhasan tersendiri yang dapat menarik
minat wisatawan untuk berkunjung. Kampung Adat Bena didesain
berbentuk perahu dan juga dapat berfungsi sebagai benteng pertahanan.
h. Pulau Morotai, Maluku Utara
Pulau Morotai terkenal dengan budaya tradisionalnya seperti upacara adat
yang diperuntukkan agar terjadi keseimbangan alam atas penggunaan
sumber daya laut. Selain upacara adat, tarian tradisional yang ada di Pulau
Morotai merupakan budaya tradisional yang melengkapi keindahan bahari
Pulau Morotai. Peninggalan sejarah Perang Dunia II menjadi nilai potensi
wisata untuk pengembangan ekonomi kreatif di Pulau Morotai.
i. Raja Ampat, Papua
Wilayah Raja Ampat menyimpan potensi wisata yang sangat besar bahkan
sudah dikenal di mancanegara. Potensi wisata budaya tradisional untuk
pengembangan ekonomi kreatif gencar dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai