Anda di halaman 1dari 16

PERANCANGAN MEDIA VISUAL UNTUK MEMPERKENALKAN FOLKLOR

SULAWESI SELATAN BERBASIS MEDIA SOSIAL

Proposal Tugas Akhir

Oleh :
Muhammad Givari Ali Imran
1886141005

PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL


FAKULTAS SENI DAN DESAIN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2020
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kekayaan budaya negara kita begitu beragam corak dan warnanya, setiap
daerah memiliki seni budaya khasnya masing-masing, termasuk di wilayah
Sulawesi Selatan. Warisan budaya seperti tarian, pakaian, musik, sastra, hingga
cerita rakyat, merupakan peninggalan berharga dari generasi terdahulu.
Warisan-warisan kebudayaan dan karya seni dari peninggalan generasi
terdahulu dikenal sebagai folklor. Salah satu warisan budaya yang terkenal dari
wilayah Sulawesi Selatan adalah kisah I La Galigo yang merupakan manuskrip
terpanjang di dunia. [ CITATION Yos14 \l 1033 ] menyatakan jumlah baris dalam
kisah I La Galigo mencapai 300.000 baris, mengalahkan kisah Mahabharata
dengan 200.000 baris. Selain itu, pakaian adat baju bodo, tari pakarena dan
lagu anging mammiri juga menjadi kesenian populer dari Sulawesi Selatan.

Sayangnya, masih banyak folklor Sulawesi Selatan yang kurang dikenal oleh
masyarakat. Khususnya pada kaum remaja terutama dari mereka yang tinggal
di daerah perkotaan. Hal ini disebabkan oleh industri hiburan dan media yang
didominasi oleh pengaruh kultur luar. Sehingga menyisakan ruang yang kecil
untuk memakmurkan kultur lokal. Salah satu contoh foklor adalah cerita
rakyat. Sebagian besar generasi muda sudah mulai asing dengan kisah Nenek
Pakende, Putri Tandampalik, I Laurang Sang Manusia Udang, dan cerita rakyat
lainnya. Padahal, cerita rakyat memiliki peranan penting dalam
merepresentasikan identitas khas daerah kepada masyarakat selaku pemilik
daerah. Seperti yang dikatakan oleh[ CITATION Tje10 \l 1033 ], bahwa upaya
menggali dan memperkenalkan cerita rakyat, berarti sama halnya dengan
mencari dan memperkenalkan identitas daerah pemiliknya. Oleh karena itu
cerita rakyat di setiap daerah perlu diperkenalkan kepada masyarakat secara
turun temurun, maksudnya agar masyarakat terutama generasi penerusnya
mengetahui identitas daerahnya.

Menyikapi hal ini, tentu diperlukan sebuah upaya untuk memperkenalkan


folklor khas Sulawesi Selatan melalui media mainstream dan platform yang
digunakan secara masif. Guna mendapatkan kembali perhatian masyarakat
kepada pesona folklor lokal yang seakan ‘tersembunyi’ secara meluas.

Salah satu media yang masif digunakan oleh masyarakat khususnya remaja
adalah media sosial. Media sosial adalah sebuah media online, dengan para
penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi
meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. [ CITATION Nur18 \l
1033 ]. Layanan media sosial yang memberi semua orang kesempatan untuk
saling berjejaring, berkarya, memberi / mencari ilmu serta hiburan, membuat
media sosial menjadi media virtual yang menyenangkan. Menurut (Kaplan,
Andreas, dan Haenlein, 2010) dalam [ CITATION Yun17 \l 1033 ] Media sosial
mengajak siapa saja yang tertarik untuk berpartisipasi dengan memberi
kontribusi dan feedback secara terbuka, memberi komentar, serta membagi
informasi dalam waktu yang cepat dan tak terbatas.

Banyak kita jumpai akun-akun berbasis edukasi yang menyajikan info-info


unik, menarik, dan edukatif yang menambah wawasan audiens yang
mengikutinya. Melihat hal ini, maka tepat rasanya jika folklor Sulawesi
Selatan juga diperkenalkan dengan media dan metode yang sama. Yaitu
membuat akun berbasis wawasan budaya untuk memperkenalkan folklor dari
Sulawesi Selatan kepada audiens remaja secara meluas.

B. Rumusan Masalah

Sulawesi Selatan memiliki beragam folklor yang beraneka ragam. Mulai dari
dongeng, legenda, mitos, hingga lagu tradisional. Minimnya media yang
digunakan khusus untuk mengeksplorasi dan memperkenalkan foklor daerah,
khsususnya daerah Sulawesi Selatan membuat pengetahuan masyarakat akan
warisan budaya menjadi sangat minim. Utamanya pada kaum remaja yang
sudah dikelilingi pesat dengan pengaruh budaya luar yang dibawa menjauh
dari warisan budaya dari tanah sendiri. Minimnya pengetahuan remaja akan
folklor daerah yang memiliki keunikan dan ciri khasnya masing-masing,
membuat memudarnya jati diri budaya dan malah melebur dengan corak
budaya asing. Khususnya jika kita melihat konten-konten pada media sosial
yang masih kurang mengusung tema kultural daerah. Padahal, melihat
performa media sosial yang memiliki aksesibilitas, jangkauan, dan pengguna
yang masif, sangat berpeluang untuk menjadi media yang efektif untuk
memperkenalkan folklor Sulawesi Selatan dan menjadi penyuplai pengetahuan
budaya kepada remaja.

C. Tujuan Perancangan

Adapun yang menjadi tujuan dari perancangan ini adalah sebagai berikut :
1. Membuat akun Instagram sebagai media untuk memperkenalkan folklor
Sulawesi Selatan yang mudah diakses bagi masyarakat. Khususnya kepada
remaja utamanya yang tinggal pada daerah perkotaan.
2. Pengemasan presentasi folklor Sulawesi Selatan dengan media ilustrasi.
Sebagai bentuk upaya untuk mengkekalkan warisan budaya melalui media
karya visual.
3. Bagi penulis, sebagai sarana untuk menambah pengetahuan atas warisan
budaya dan pengalaman dalam bidang ilustrasi digital.

D. Manfaat Perancangan

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat praktis, tersedianya media untuk untuk mempelajari, mengetahui,
dan mengenal folklor Sulawesi Selatan yang mudah diakses untuk
masyarakat.
2. Manfaat teoritis, mengembangkan teori dan praktek untuk
mempublikasikan eksistensi kebudayaan melalui medium digital dan
sosial.
3. Manfaat kebijakan, dapat mendukung program Pemerintah dalam upaya
untuk melestarikan kebudayaan negara Indonesia.

E. Ruang Lingkup dan Batasan Perancangan

Perancangan ini akan mengangkat publikasi folklor Sulawesi Selatan melalui


media visual berbasis media sosial. Folklor yang diangkat seperti dongeng,
cerita rakyat, legenda, mitos, asal-usul, dan lagu tradisional. Pengemasannya
melalui media ilustrasi untuk platform Instagram dan audio visual pada
platform Youtube. Memanfaatkan dua platform media sosial yang paling
sering digunakan oleh kalangan remaja. Sesuai dengan tujuan perancangan
agar publikasi dan aksesibilitas folklor Sulawesi Selatan dapat terekspos secara
maksimal. Perancangan ini menargetkan audiens remaja dengan usia 16 hingga
21 tahun, cakupan usia yang memiliki aktivitas bermedia sosial yang tinggi
(pengguna aktif).

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Kajian Teoritis

Kebudayaan bangsa Indonesia sungguh beraneka ragam dimana setiap daerah


memiliki corak, ciri khas, dan entitasnya masing-masing. Kekayaan
kebudayaan menjadi harta pusaka bangsa yang tak ternilai harganya.
Keberagaman kultural kita yang kaya ini juga menjadi daya tarik bagi negara
lain yang tentunya memberi manfaat dan aset berharga yang dapat
melambungkan nama Indonesia. Seperti yang dikatakan oleh [ CITATION
Sya20 \l 1057 ], bahwa pada hakikatnya, budaya tradisi sebagai produk asli para
leluhur terkandung banyak nilai-nilai luhur pembentuk jati diri bangsa.

Kebudayaan Indonesia merupakan cermin suatu bangsa atau masyarakat dari


berbagai daerah di seluruh wilayah Nusantara. Dalam mengembangkan
kebudayaan bangsa perlu ditumbuhkan kemampuan untuk mengembangkan
serta melestarikan nilai-nilai budaya daerah. [ CITATION Jam17 \l 1033 ]. Salah
satu ragam kebudayaan yang melekat dalam kehidupan bermasyarakat adalah
folklor yang diwariskan secara turun-temurun.

Menurut (Danandja, 1997) dalam [ CITATION Jok16 \l 1033 ] , folklor merupakan


sebagian kebudayaan dari suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan secara
turun temurun secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk
lisan maupun dalam bentuk contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat
pembantu pengingat. Dengan demikian folklor mengkaji unsur fisik manusia
dan segala bentuk budayanya, seperti bahasa, adat istiadat, tari-tarian, alat
musik, dan sejenisnya. Kekayaan folklor adalah hak penuh masyarakat karena
penuturan dan pewarisannya yang sudah lama diturunkan dari lapisan warisan
selama bertahun-tahun. Seperti yang dikatakan (Anafiah, 2015: 128) dalam
[ CITATION Nur20 \l 1057 ] bahwa keberadaan cerita rakyat diwariskan secara
turun-temurun dan umumnya tidak diketahui pengarangnya karena
kemunculannya pun tidak sengaja dan berlangsung dari waktu ke waktu, dan
tidak sekaligus seperti halnya penulisan sastra dewasa ini. Jadi, ia milik
masyarakat.

Sayangnya, penuturan warisan budaya secara tradisional atau dari mulut ke


mulut mulai ditinggalkan dan jarang dilakukan. Banyak dari kita yang sudah
jarang diceritakan kisah-kisah nenek moyang dari orang tua, sehingga
membuat kita minim ilmu akan kekayaan daerah kita sendiri. Ditambah lagi
dengan arus globalisasi sudah mengakar kuat dalam keseharian kita, membuat
warisan budaya seakan terkubur eksistensinya dari penglihatann generasi yang
baru. Utamanya pada kaum remaja, terkhusus yang tinggal didaerah perkotaan.
Banyak dari kita yang merasa asing dengan warisan budaya dari daerah kita
sendiri. Makin menjamurnya industri hiburan dan media dari luar, berhasil
mencuri antensi dari remaja. Penyajian yang modern, visual yang menarik, dan
publikasi yang tinggi membuat remaja terbuai dan lebih memilih untuk fokus
dalam mengulik dan mengikuti tren budaya luar.

Padahal jika kita ingin menelusuri dengan dalam, banyak kisah-kisah dahulu
yang sarat akan makna dengan penceritaan yang cukup menarik. Banyak
darinya yang mengajarkan tentang adat kesopanan, cinta sesama manusia, cinta
alam, penyerahan diri pada yang Kuasa dan raya syukur. Salah satu contoh
ragam folklor adalah folktale, atau lebih dikenal dengan cerita rakyat. Cerita
rakyat berupa dongeng, legenda, dan mitos. Menurut [ CITATION Tje10 \l 1033 ]
cerita rakyat berfungsi sebagai alat untuk mewariskan adat istiadat dan
kebiasaan, serta kepercayaan; untuk menyampaikan pendidikan; dan untuk
menyampaikan asal-usul kejadian atau hal-hal yang mengandung berita
maupun sejarah. Melalui cerita rakyat, generasi penerus diharapkan mengenal
asal usul nenek moyangnya serta mengetahui dan menghargai jasa orang jaman
dahulu yang telah berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat, daerah
dan keturunannya.

Selain cerita rakyat, bentuk folklor lainnya adalah tarian. Sebut saja tari
Pakarena. Dimana dalam gerak tariannya memiliki makna filosofis kehidupan
dan menggambaran kelembutan dan kesopanan gadis Gowa. Lagu Anging
Mammiri dengan keindahan liriknya yang mengingatkan kita untuk selalu
pulang ke rumah setelah pergi jauh berkelana. Tentunya masih banyak lagi
kekayaan folklor Sulawesi Selatan yang tersebar diberbagai daerah. Maka
penting bagi saluran media yang accessible untuk memanfaatkan peluangnya
untuk menarik perhatian masyarakat agar dapat mengenal folklor Sulawesi
Selatan.

Salah satu media dengan aksibilitas dan jangkaun yang tinggi adalah media
sosial. Menurut Purnama (2011) dalam [ CITATION Yun17 \l 1033 ] social media
mempunyai beberapa karakteristik khusus diantaranya :
a. Jangkauan (reach) Daya jangkauan social media dari skala kecil hinga
khalayak global.
b. Aksesibilitas (accessibility) Social media lebih mudah diakses oleh publik
dengan biaya yang terjangkau.
c. Penggunaan (usability) Social media relatif mudah digunakan karena tidak
memerlukan keterampilan dan pelatihan khusus.
d. Aktualitas (immediacy) Social media dapat memancing respon khalayak
lebih cepat.
e. Tetap (permanence) Social media dapat menggantikan komentar secara
instan atau mudah melakukan proses pengeditan.
Media sosial juga telah lama menjadi media untuk mendapatkan informasi.
Kebanyakan dari kita yang memegang gawai dengan frekunensi waktu yang
tinggi cenderung mendapatkan info-info terbaru dan terkini dari media sosial.
[ CITATION Cha17 \l 1033 ] menyatakan bahwa pada era awal milenium internet
merupakan media baru dalam kebutuhan akan penyediaan informasi bagi
segelintir kelompok masyarakat di dunia. Dalam proses perkembangannya
muncul fitur internet yang dikenal dengan istilah media sosial.
Melihat performa media sosial yang memiliki jangkauan, aksesibilitas, dan
penggunaan yang mudah, menjadikan media sosial sebagai medium ampuh
dalam memperkenalkan folklor. Selain penggunaan medium, hal lain yang
diperhatikan adalah bagaimana cara untuk mengemas presentasi folklor dengan
menarik dimata pemirsanya. Salah satu gaya pengemasan narasi dengan media
visual adalah ilustrasi. Ilustrasi memiliki fungsi sebagai penjelas dari suatu
narasi/teks. Dengan adanya ilustrasi, audiens dibawa untuk melihat bagaimana
penggambaran visual dari objek yang dijelaskan.
Salah satu tujuan dari ilustrasi yang disebutkan dalam [ CITATION Sof17 \l 1033 ],
adalah untuk menyajikan gambaran grafis secara artistik sehingga
menstimulasi rasa estetik dalam diri audiens (pembaca, penonton, pemirsa).
Rasa estetik tersebut pada gilirannya menimbulkan kesenangan, kegairahan,
keterpanaan, atau mungkin juga keterkejutan atau syok. Ilustrasi memiliki
peran sebagai penjelas, pemanis, hingga daya tarik pada teks yang diikutinya.
Sehingga ilustrasi menjadi media visual yang menjanjikan untuk menarik
perhatian target audiens. Hal ini tentunya didukung dengan kualitas ilustrasi
dan kekuatan narasi yang dibawa.
Platform media sosial yang menggunakan elemen visual sebagai elemen utama
adalah aplikasi Instagram. Instagram merupakan aplikasi berbagi foto dan
video ke berbagai layanan jejaring sosial. Menurut data yang dirilis Napoleon
Cat, pada periode Januari-Mei 2020, pengguna Instagram di Indonesia
mencapai 69,2 juta (69.270.000) pengguna. [ CITATION Mus20 \l 1033 ]. Jumlah
pengguna yang masif ini, membuka peluang yang besar untuk
memperkenalkan folklore Sulawesi Selatan kepada audiens dengan jumlah
yang besar.
Pada perancangan ini, akun media sosial akan diberi nama Ikatte Folklor,
dimana kata ‘ikatte’ berarti ‘kita’. Nama akun diberi nama demikian untuk
menunjukkan bahwa folklor ini adalah harta karun kita bersama sebagai
masyarakat Sulawesi Selatan. Memadukan dua bahasa untuk membawa ciri
khas Sulawesi Selatan dengan arus modernisasi. Gaya ilustrasi yang digunakan
dalam unggahan postingan akun adalah whimsical illustration. Menurut
[ CITATION Vin19 \l 1057 ] , whimsical adalah jenis style yang tidak anatomis,
kreatif, dan eksploratif. Whimsical Style menampilkan bentuk yang jarang kita
jumpai di dunia real. Karakter-karakternya nampak imajinatif juga unik.
Demikian dengan penggunaan warna cenderung imajinatif. Seperti warna daun
yang bisa saja berwarna ungu, Pink, biru. Warna langit yang bisa saja hijau,
biru dongker, maupun cokelat. Patter- pattern unik juga tak jarang dijumpai
dalam ilustrasi ini.
Alasan dipilihnya gaya ilustrasi ini adalah karena dianggap cocok untuk
memvisualisasikan folklor yang sifatnya fiktif dan memiliki unsur magis.
Dengan gaya visual yang imajinatif dapat membawa kesan ‘dunia lain’ pada
ilustrasi yang membawa kisah folklor Sulawesi Selatan.
Adapun jenis folklor yang akan diperkenalkan yaitu cerita rakyat, legenda,
takhayul populer, asal-usul, tarian tradisional, lagu tradisional, dan permainan
tradisional.
B. Tinjauan Desain

Salah satu artikel perancangan yang dijadikan sebagai bahan acuan kerangka
berpikir dalam memecahkan masalah adalah Perancangan Buku Interaktif
Cerita Rakyat Lombok “Monyeh” karya Mirnayati dan I Nyoman Yoga
Sumadewa. Alasan dijadikannya sebagai bahan tinjauan adalah karena
mengangkat tema yang sama, yaitu folklor daerah dan menggunakan media
visual berupa ilustrasi. Walaupun diterapkan pada media yang berbeda, dalam
hal ini buku interaktif, tetapi proses perancangannya dalam visualisasi folklor
daerah dapat dijadikan sebagai acuan pada perancangan ini.

Adapun tahapan perancangan yang dikutip dari [ CITATION Mir20 \l 1057 ]


adalah sebagai berikut:
a. Emphatize
Pada tahap ini penulis harus memahami target audien yang akan dituju,
melalui wawancara, observasi kehidupan pengguna, dan lain-lain.
b. Define
Setelah itu penulis menyimpulkan temuan-temuan dari tahap sebelumnya
empathize untuk mendefinisikan pokok persoalan
c. Ideate
Tahapan ini adalah penulis menghasilkan beberapa alternatif ide ide dari
problem yang telah didefinisikan dengan caraBrainstorming, Mind
Mapping, sketching
d. Prototype
Pada tahapan ini ide terbaik yang sudah ada pada tahapan ideate mulai
dirancang desain kedalam mockup untuk mengambaran ide yang akan
dibuat. Lalu diaplikasikan dalam media yang sudah ditentukan.
e. Test
Tahap ini adalah tahap akhir yaitu pengujian dan evaluasi terhadap produk
kepada target audien dan hasilnya akan dilakukan perubahan dan
penyempurnaan.
Metode penelitian yang digunakan dalam perancangan [ CITATION Mir20 \l
1057 ] adalah sebagai berikut:

1. Metode Kualitatif
Pada penelitian ini, Perancang penelitian menggunakan metode kualitatif
untuk menghasilkan data. Penelitian kualitatif menurut (Sukmadinata,
2009) dalam[ CITATION Mir20 \l 1057 ] , merupakan sebuah metode yang pada
saat digunakan bertujuan untuk menjabarkan serta menganalisis fenomena,
peristiwa, aktivitas sosial, prilaku, keyakinan, persepsi atau setiap orang
baik secara individual maupun kelompok.
2. Metode Kuantitatif
Metode kuantitatif menurut (Kasiram, 2008) dalam[ CITATION Mir20 \l
1057 ], merupakan metode penelitian yang menggunakan data-data berupa
angka sebagai alat menganalisi dan melakukan kajian penelitian mengenai
sesuatu yang sudah diteliti.

Hasil perancangan dari penelitian ini adalah buku interaktif “Monyeh”


menggunaka format buku cetak berukuran A5 dengan ukuran 14,8 cm x 21 cm,
menggunakan bahan artpaper 260gr laminasi glossy dan hard cover
menggunakan
laminasi doff.

(Gambar 1. Hasil Akhir dari Perancangan Buku Interaktif “Monyeh”)


Kesimpulan dari perancangan diatas adalah memperkenalkan cerita rakyat
monyeh yang merupakan cerita rakya Lombok yang disebabkan oleh arus
modernisasi menjadi kurang di minati oleh generasi muda dan karna minimnya
publikasi terhadap cerita rakyat ini kepada anak-anak maka dibuatlah sebuah
buku bergambar yang memiliki unsur interaktif didalamnya untuk menarik
minat anak agar tidak bosan saat membaca juga memberi kesan lebih
dibandingkan dengan buku cerita lainnya sehingga cerita rakyat monyeh ini
lebih mudah untuk diingat anak. Perancangan buku interaktif cerita rakyat
monyeh menggunakan metode Design Thingking dengan maksud agar tahapan
perancangan menjadi efektif sehingga dapat lebih tertata dan memiliki tahap
yang jelas dalam proses merancang, penciptaan karya sampai tahap terakhir
yaitu test hasil terhadap target yang di tentukan oleh perancangan buku ini.

Artikel kedua adalah sebuah penelitian dengan judul Peran Account Kampanye
Budaya di Media Sosial Instagram dalam Memperkenalkan Sarung Samarinda
sebagai Icon Fashion yang ditulis oleh Dinanti Darachyntia Schneider.
Penelitian ini membahas bagaimana akun instagram Kampanye Budaya hadir
untuk memperkenalkan salah satu konsep budaya yang diturunkan yaitu
pakaian sarung Samarinda yang merupakan salah satu ciri khas dari kota
Samarinda. Akun ini hadir karena kebanyakan masyarakat Indonesia kurang
mengetahui betapa banyak kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia.

Pembahasan penelitian dimulai dengan topik yang bersifat luas hingga yang
spesifik. Pembahasan dimulai dari Uses and Grafication, yaitu sebuah
kerangka untuk memahami kapan dan bagaimana konsumen media individu
menjadi lebih atau kurang aktif dan konsekuensi dari keterlibatan yang
meningkat atau menurun.[CITATION Din17 \l 1057 ]. Lalu membahas media
sosial, fungsi media sosial, Instagram, kampanye budaya, dan Sarung
Samarinda.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif.


Metode penelitian kualitatif dikatakan sebagai metode penelitian baru, karena
popularitasnya belum lama.Metode ini disebut juga metode artistik, karena
proses penelitian bersifat kurang terpola, dan disebut sebagai metode
interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interprestasi
terhadap data yang ditemukan di lapangan.[ CITATION Din17 \l 1057 ]
(Gambar 2. Akun Instagram @kampanyebudaya)

Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah bahwa dengan adanya
akun @kemahbudaya masyarakat dapat mengetahui eksistensi Sarung
Samarinda yang tidak hanya dapat dipakai sebagai sarung tapi dapat
dimodifikasi menjadi berbagai macam pakaian. Selain itu, jenis kebudayaan
dari daerah lain juga dimuat di akun ini.

Perancangan berikutnya adalah Pengenalan Cerita Rakyat I Gege Basur


Melalui Cerita Bergambar Berbasis Android karya Ni Putu Setia Dewi dan I
Ketut Setiawan.

Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini dengan


menggunakan beberapa metode yaitu observasi, kuesioner, dan kepustakaan.
Metode observasi dilakukan terkait dengan penggunaan smartphone oleh anak-
anak. Selain itu observasi juga dilakukan pada playstore terkait dengan aplikasi
yang berkaitan dengan aplikasi yang mengangkat kearifan lokal Bali,
khususnya cergam I Gede Basur. Selanjutnya metode kuesioner dilakukan
kepada anak-anak mengenai minat baca dan penggunaan smartphone dari
responden khususnya anak-anak dengan memberikan pertanyaan tertulis untuk
dijawab. Metode kuesioner ini juga digunakan untuk mencari tahu apakah
responden pernah membaca cerita rakyat dan karakter seperti apakah yang
mereka sukai. Sehingga bisa menentuka konsep karakter yang akan digunakan
pada cergam. Sedangkan metode kepustakaan dilakukan pada buku dan jurnal
yang berkaitan dengan cerita rakyat I Gede Basur serta cergam digital.
[ CITATION NiP20 \l 1057 ]
(Gambar 3. Hasil Akhir Perancangan Cerita Rakyat I Gede Basur Berbasis
Android)

Kesimpulan dari perancangan ini adalah bahwa mengenalkan cerita rakyat


khususnya cerita I Gede Basur dengan menggunakan media cergam berbasis
android memiliki keunggulan yaitu bisa diakses oleh anak-anak dengan
menggunakan smartphone yang sudah ‘akrab’ dengan mereka. Dengan
visualisasi yang menarik, karena menggunakan warna yang cerah, karakter
kartunal yang disukai anak-anak, serta didukung oleh animasi dan suara efek
sehingga menambah daya tarik anak-anak untuk membacanya. Hal ini
membuat cerita rakyat yang terkesan kuno yang mulai terlupakan, pelan-pelan
mulai dikenal dan hidup kembali dengan disinergikan dengan teknologi,
sehingga mulai kembali dikenal oleh masyarakat khususnya anak-anak.
[ CITATION NiP20 \l 1057 ]

III. METODE PERANCANGAN


A. Instrumen Perancangan

Dalam proses perancangan akun media sosial sebagai media memperkenalkan


folklore Sulawesi Selatan, digunakan beberapa instrumen, yaitu meliputi :

1. Kajian Kepustakaan
Menggunakan kajian literatur berupa jurnal, artikel dan buku sebagai
rujukan penelitian dan perancangan. Sumber literatur ini digunakan sebagai
sumber referensi dan materi rujukan sebagai penunjang dalam proses
penelitian dan perancangan.

2. Observasi Lapangan
Melakukan survei kepada target audiens untuk melakukan pengujian dalam
topik masalah yang diangkat. Survei dilakukan menggunakan media daring
dengan menyebarkan format isian kepada target audiens yang telah
ditentukan.
Observasi lapangan dilakukan untuk mendapat hasil riset yang konkrit dan
absolut mengenai tangkat urgensi topik masalah yang diangkat.
B. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan survei kepada audiens


remaja dengan rentang usia 16-21 tahun. Angket dibuat mengunakan google
form kepada responden dengan kriteria yang memenuhi syarat. Penyebaran
angket dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja akan folklor
Sulawesi Selatan dan mengetahui media apa yang paling cocok bagi target
audiens.

Angket yang diberi judul ‘Survei Wawasan Folklor Sulawesi Selatan pada
Remaja’ disebar melalui aplikasi Whatsapp dengan melampirkan kisah Asal-
Usul Tari Pakarena yang telah disiapkan sebelumnya, dalam bentuk ilustrasi
naratif sebagai sampel penguji. Proses penampungan responden survei
dilakukan selama tiga hari, yaitu dari tanggal 18-20 Septemeber 2020 dengan
hasil final sebanya 21 responden. Kebanyakan responden berdomisili di kota
Makassar dan mayoritas berusia 20 tahun.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dalam perancangan ini menggunakan dua alat bantu, yaitu
kuisoner dan sampel penguji. Kuisoner disebar kepada target audiens yaitu
remaja dengan rentang usia 16 hingga 21 tahun untuk mendapatkan data
bagaimana tingkat wawasan mereka akan eksistensi folklor Sulawesi Selatan.
Selain kuisoner, lampiran kisah “Asal-Usul Tari Pakarena” yang dikirim
bersama kuisoner, dijadikan sebagai sampel penguji untuk mengetahui tingkat
wawasan, sekaligus meminta feedback dari target audiens, apakah penyajian
folklor melalui ilustrasi cukup menarik atau tidak dimata mereka.

D. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang diterapkan dalam proses penelitian dan perancangan
media untuk memperkenalkan folklor Sulawesi Selatan menggunakan
pendekatan secara kualitatif. Pendekatan secara kualitatif merupakan metode
pembahasan yang menganalisa dan membahas suatu permasalahan dalam
bentuk narasi yang dilakukan analisa untuk mendapatkan kesimpulan dalam
proses penelitian.

Selain pendekatan kualitatif, perancangan dan penelitian ini menggunakan


metode 5W+1H (what, who, where, when, why, how) yang dilihat dairi tiga
sudut pandang. Yaitu dari sudut pandang permasalahan, audiens, dan klien.

Analisa dari sudut pandang permasalahan dapat ditarik apakah penyebab


minimnya wawasan folklor Sulawesi Selatan pada masyarakat. Siapa saja yang
wawasan folklornya masih minim. Dimana permasalahan ini terjadi. Mengapa
permasalahan ini dapat terjadi. Bagaimana mengatasi masalah ini.
Analisa data dari sudut pandang audiens dapat ditarik apa yang akan dilakukan
audiens setelah melihat presentasi folklor Sulawesi Selatan. Siapa saja target
audiens untuk perancangan ini. Dimanakah remaja banyak berkumpul.
Bagaimana pemikiran audiens setelah melihat perancangan ini

Analisa data dari sudut pandang klien dapat ditarik apa yang sudah dilakukan
klien untuk menanggulangi permasalahan ini. Dimanakah presentsi folklor
akan disebarkan. Mengapa upaya yang sudah dilakukan belum mampu
menanggulangi permasalahan ini.

E. Alur Perancangan

Alur perancangan dapat dilihat dari gambar dari mind mapping berikut

(Gambar 4. Mind Mapping Perancangan)

F. Kumpulan Data Awal

1. Observasi Lapangan
Kumpulan data berupa hasil observasi didapatkan dari sebaran angket yang
diberi judul ‘Survei Wawasan Folklor Sulawesi Selatan pada Remaja’
disebar melalui aplikasi Whatsapp dengan melampirkan kisah Asal-Usul
Tari Pakarena yang telah disiapkan sebelumnya, dalam bentuk ilustrasi
naratif sebagai sampel penguji. Proses penampungan responden survei
dilakukan selama tiga hari, yaitu dari tanggal 18 hingga 20 Septemeber
2020 dengan hasil final sebanya 21 responden. Kebanyakan responden
berdomisili di kota Makassar dan mayoritas berusia 20 tahun.
Adapun hasil dari wawancara yang dilakukan adalah 76,2% belum pernah
mendengarkan kisah yang dilampirkan. Dari 21 responden, hanya ada tiga
responden yang dapat menjawab ketika diminta untuk menyebutkan folklor
Sulawesi Selatan yang mereka ketahui, 81% setuju bahwa penting adanya
saluran media yang memperkenalkan folklor Sulawesi Selatan sebagai
upaya untuk menunjukkan kekayaan kultural Sulawesi Selatan, 66,7%
menganggap penyajian folklor melalui ilustrasi seperti lampiran yang
diberikan sangat menarik. 95,2% memilih media sosial (instagram) sebagai
media yang paling efektif dan beraksebilitas tinggi untuk memperkenalkan
folklor Sulawesi Selatan.

Dari wawancara diatas, diketahui jika tingkat wawasan remaja akan folklor
Sulawesi Selatan masih terbilang rendah. Tetapi memiliki minat yang
tinggi atas adanya perancangan media visual untuk memperkenalkan
folklor Sulawesi Selatan berbasis media sosial. Mayoritas responden
tertarik dengan visualisasi folklor menggunakan ilustrasi dan media sosial
dianggap efektif sebagai media untuk memperkenalkan folklor Sulawesi
Selatan.

2. Dokumentasi
Berikut adalah gambar dari “Asal-Usul Tari Pakarena” yang dijadikan
sebagai sampel penguji pada kuisoner.

(Gambar 5. Ilustrasi “Asal-Usul Tari Pakarena”


Sumber : Arsip Pribadi, Penulis)
IV. DAFTAR PUSTAKA

Ainiyah, N. (2018). Remaja Millenial dan Media Sosial: Media Sosial Sebagai
Media Informasi Pendidikan Bagi Remaja Millenial . JPII Volume 2,
Nomor 2, 221-236.
Aprillia, V. (2019, September 30). Tertarik Children Illustration? Mungkin Kamu
Butuh Ini. Diakses pada 7 Desember 2020, dari Medium.com:
https://medium.com/@vinsensiana.aprillia/tertarik-children-illustration-
mungkin-kamu-butuh-ini-af004e57f166
Chandra, E. (2017). Youtube, Citra Media Informasi Interaktif Atau Media
Penyampaian Aspirasi Pribadi. Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora,
dan Seni Vol. 1, No. 2, 406-417 .
Fitriani, Y. (2017). Analisis Pemanfaatan Berbagai Media Sosial Sebagai Sarana
Penyebaran Informasi Bagi Masyarakat . Paradigma, Vol. 19, No. 2, 148-
152.
Haryanto, J. T. (2016). Pesan Kerukunan Cerita Lisan Masyarakat Tengger Desa
Ngadas Kabupaten Malang. Jurnal SMaRT Studi Masyarakat Religi dan
Tradisi Volume 02 No.02, 131-142.
Iman, M. (2020, Juni 14). Pengguna Instagram di Indonesia Didominasi Wanita
dan Generasi Millenial. Diakses pada 18 September, dari Good News
Indonesia: https://www.goodnewsfromindonesia.id/2020/06/14/pengguna-
instagram-di-indonesia-didominasi-wanita-dan-generasi-
milenial#:~:text=Menurut%20data%20yang%20dirils%20Napoleon,
(69.270.000)%20pengguna.
Jamilah, T. M. (2017). Makna Gerak dan Syair Dongang-Dongang Pakarena
Anida di Sulaesi Selatan. Proceedings Of National Seminar Research And
Community Service Institute Universitas Negeri Makassar, 155-158.
Mirnayati, I. N. (2020). Perancangan Buku Interaktif Cerita Rakyat Lombok
“Monyeh”. Sasak: Desain Visual dan Komunikasi Vol. 02 No. 2, 51-58.
Ni Putu Setia Dewi, I. K. (2020). Pengenalan Cerita Rakyat I Gede Basur Melalui
Cerita Bergambar Berbasis Android. Jurnal Nawala Visual Vol.2, No.2,
70-78.
Rosmana, T. (2010). Mitos Dan Nilai Dalam Cerita Rakyat Masyarakat
Lampung . Patanjala Vol. 2, No. 2, 191 - 206 .
Rustang, N. (2020). Pengenalan Cerita Rakyat “Assalenna Cakkeleq Riala
Lambang Ri Soppeng”. Jurnal Tanra Vol.7, No.1, 31-41.
Salam, S. (2017). Seni Ilustrasi. Makassar: Badan Penerbit UNM.
Schneider, D. D. (2017). Peran Account Kampanye Budaya di Media Sosial
Instagram dalam Memperkenalkan Sarung Samarinda sebagai Icon
Fashion. eJournal Ilmu Komunikasi Vol.5, No.3, 1-13.
Syarifah Fatimah Setiasih Niode, B. I. (2020). Perancangan Media Informasi
Tradisi Tumbilotohe di Gorontalo Melalui Narrative Photostory Book.
Jurnal Tanra Vol.7, No.2, 84-91.
Yosepin Sri Ningsih, J. M., & Rais, Z. (2014). I La Galigo Folklor Illustration on
Textile Media. ITB J. Vis. Art & Des, Vol.6, No. 1, 1-8.

Anda mungkin juga menyukai