Anda di halaman 1dari 13

UPAYA MENJAGA BUDAYA INDONESIA DI ERA

GLOBALISASI

Nama : Dara Pratiwi


Asal Sekolah : SMK DAARUL FATAA
UPAYA MENJAGA BUDAYA INDONESIA DI ERA
GLOBALISASI
Nama : Dara Pratiwi
Asal Sekolah : SMK DAARUL FATAA
Kebudayaan Indonesia adalah keseluruhan kebudayaan lokal yang
ada disetiap daerah di Indonesia.Kebudayaan nasional dalam pandangan
Ki Hajar Dewantara adalah “puncak-puncak dari kebudayaan
daerah”.Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham kesatuan makin
dimantapkan, sehingga ketunggalikaan makin lebih dirasakan daripada
kebhinekaan.Wujudnya berupa negara kesatuan, ekonomi nasional,
hukum nasional, serta bahasa nasional.Kebudayaan Indonesia dari zaman
ke zaman selalu mengalami perubahan, perubahan ini terjadi karena
faktor masyarakat yang memangA menginginkan perubahan dan
perubahan kebudayaan terjadi sangat pesat yaitu karena masuknya unsur-
unsur globalisasi ke dalam kebudayaan Indonesia. Unsur globalisasi
masuk tak terkendali merasuki kebudayaan nasional yang merupakan
jelmaan dari kebudayaan lokal yang ada disetiap daerah dari Sabang
sampai Merauke ( Tobroni: 2012 : 123)
Pola hidup masyarakat masa kini dengan masa dahulu sangatlah
berbeda hal ini juga dampak arus globalisasi sehingga perlu penanganan
yang lebih baik. Dampaklain dari globalisasi yaitu berkembangnya
teknologi-teknologi canggih yang sangat membantu manusia namun juga
dapat merusak mental dan moral generasi muda. Sebagai contoh pada
Masyarakat NTT yang dahulunya sangat menjunjung tinggi budaya
gotong royong dalam menyelesaikan pekerjaan di bidang pertanian,
namun pada saat ini masyarakat cenderung menggunakan mesin mulai
dari menanam hingga proses penggilingan padi, sehingga budaya gotong
royong yang sangat kental dalam masyarakat perlahan-lahan mulai
dilupakan pada generasi muda dimana; solidaritas mekanik dan solidaritas
organik. Sesuai dengan teori dari salah satu tokoh sosiologi yaitu Emile
Durkheim berpendapat bahwa; dalam masyarakat ada dua jenis solidaritas
yaitu solidaritas mekanik yang kebersamaannya berdasarkan rasa
kekeluargaan sedangkan solidaritas organik kebersamaannya berdasarkan
adanya kepentingan. Oleh karena itu, semua unsur kebudayaan yang
berasal dari luar harus dipelajari terlebih dahulu sebelum menerapkan
unsur-unsur tersebut. Dari sekian banyak budaya yang ada di Indonesia,
kuliner, fashion, seni, dll. B. Kuliner kelezatan dari beberapa daerah
sebagai contohnya. Rendang dari Padang, Kue Delapan Jam dari
Palembang, Sate Susu dari Pulau Dewata, Gudeg dari Yogyakarta dan
Korn Bose dari Timor masing-masing memiliki kekhasan tersendiri.
Semuanya merupakan produk dalam negeri yang harus dijaga dan
dilestarikan agar keaslian dan keberadaannya tidak tergerus oleh derasnya
arus globalisasi. Adanya fenomena menarik dalam keragaman budaya di
seluruh wilayah Indonesia menjadi alasan yang kuat bagi penulis untuk
menulis karya ilmiah berjudul “Upaya Mempertahankan Budaya
Indonesia di Era Globalisasi”. Orang Indonesia saat ini lebih menyukai
budaya asing yang lebih menarik, unik dan praktis. Banyak budaya lokal
yang menurun karena kurangnya minat generasi penerus untuk
mempelajari dan mewariskannya, mempengaruhi budaya rendah dan
pasif
Dalam era globalisasi informasi menjadi kekuatan yang sangat
dahsyat dalam mempengaruhi pola pikir manusia.Budaya barat saat ini
diidentikkan dengan modernitas (modernisasi), dan budaya timur
diidentikkan dengan tradisional atau konvensional. Orang tidak saja
mengadopsi ilmu pengetahuan dan teknologi Barat sebagai bagian dari
kebudayaan tetapi juga meniru semua gaya orang Barat, sampai-sampai
yang di Barat dianggap sebagai budaya yang tidak baik tetapi setelah
sampai di Timur diadopsi secara membabi buta. Seorang yang sudah lama
menetap di Australia kemudian mudik ke Indonesia, ia tercengang
melihat betapa cepatnya perubahan budaya di Indonesia. Ia saat itu
bahkan merasa berada di Amerika. Ada beberapa saluran TV yang
menayangkan banyak film Amerika yang penuh dengan adegan kekerasan
dan seks. Selama beberapa minggu ia berada di tanah air, ia tidak
melihat kesenian tradisionaL yang ditayangkan di TV swasta seperti
yang pernah dilihatnya dahulu di TVRI. Ia kemudian sadar bahwa reog,
angklung, calung, wayang golek, gamelan, dan tarian tradisional tidak
hanya nyaris tidak ditayangkan di TV, tetapi juga jarang sekali
dipertontonkan langsung di tengah-tengah masyarakatnya. Sementara itu,
ia justru menemukan Mc. Donald‟s, Kentucky Fried Chicken, Pizza Hut,
dan Dunkin Donuts di sini. Beberapa toserba dan pasar swalayan juga
mirip seperti yang ia temukan di luar negeri dengan penataan yang
serupa. Kedua tempat berbelanja tersebut bahkan lebih banyak
menggunakan petunjuk-petunjuk berbahasa Inggris, meskipun mayoritas
pengunjungnya adalah orang Melayu.Ia melihat banyak pemuda bergaya
masa kini, dengan rambut panjang sepertiekor kuda, sebelah telinganya
beranting, bercelana Levi‟s duduk-duduk santai di Mall, seraya meneguk
minuman dingin „Soft Drink‟. Demikian pula pemuda-pemudinya
banyak sekali yang hanya menggunakan kaos sepotong yang ketat dan
tidak sempat menutup pusarnya, dengan celana panjang yang ketat pula,
sedangkan rambutnya disisir dengan gaya semrawut.
Di kota-kota besar sudah tumbuh pub-pub, night-club, diskotik
dan karaoke yang sangat laris. Restoran-restoran yang menyediakan
makanan ala China, dan Eropa. Ia tertegun benarkah ini negeriku
Indonesia? Fenomena tersebut menunjukkan bahwa kebudayaan
Indonesia yang halus dan yang tinggi nilai budayanya telah
terkontaminasi oleh kebudayaan Barat yang sekuler seperti itu?
Karenanya, kewajiban bagi setiap lapisan masyarakat untuk
mempertahankan kebudayaan yang dimiliki sejak dahulu dan diwariskan
secara turun-temurun.Peran generasi muda sangat diharapkan untuk terus
berusaha belajar dan dapat mewarisinya. Oleh karena itu, dalam tulisan
ini penulis bertujuan ingin memaparkan tentang: 1) Pengertian
Kebudayaan, 2) Perkembangan kebudayaan di Indonesia 3) Pembelajaran
tentang Budaya Lokal 4) Upaya-upaya dalam Melestarikan Budaya
Indonesia.
Di era globalisasi, informasi adalah kekuatan yang sangat kuat
mempengaruhi cara berpikir masyarakat, dan sekarang budaya Barat
disamakan dengan modernisasi dan budaya Timur dengan tradisional atau
tradisional. Orang-orang tidak hanya memasukkan sains dan teknologi
Barat sebagai bagian dari budaya mereka, mereka juga meniru semua
gaya Barat sampai-sampai apa yang dianggap budaya buruk di Barat
diadopsi secara membabi buta ketika tiba di Timur. . Setelah lama tinggal
di Australia dan kembali ke Indonesia, ia kagum dengan betapa cepatnya
budaya Indonesia berubah. Saat itu, dia bahkan merasa seperti berada di
Amerika. Ada beberapa saluran TV yang menayangkan banyak film
Amerika yang penuh dengan adegan kekerasan dan seks.
Restoran yang menyajikan masakan Cina dan Eropa. Dia
tercengang: Apakah ini benar-benar negara saya, Indonesia, Fenomena ini
menunjukkan bahwa budaya Indonesia yang canggih dan bernilai budaya
terkontaminasi dengan budaya Barat yang sekuler itu. Untuk itu, menjadi
tanggung jawab seluruh lapisan masyarakat untuk memelihara budaya
yang telah dibina dan diturunkan dari generasi ke generasi, mempelajari
peran budaya ini untuk generasi mendatang, dan terus mewariskannya.
Oleh karena itu, dalam artikel ini, saya ingin membahas tentang 1)
pemahaman budaya, 2) perkembangan budaya Indonesia, 3) pembelajaran
budaya lokal, dan 4) upaya melestarikan budaya Indonesia.
Menurut Koentjaraningrat (2015:146), kebudayaan diartikan
sebagai totalitas gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan
untuk dipelajari, bersama dengan segala hasil pemikiran dan karya
manusia. Dari sudut pandang bahasa Inggris, kata culture berasal dari
bahasa Latin colera, yang berarti mengolah atau bekerja, dan kemudian
berkembang menjadi kata culture. sebagai daya manusia dan upaya
untuk mengubah alam. Kebudayaan pada hakikatnya adalah jiwa yang
hidup karena terus mengalir dalam kehidupan masyarakat. Budaya
terus diciptakan dari satu tempat ke tempat lain, dari orang ke orang, dan
dari waktu ke waktu. Berdasarkan pendapat Koenchalaningrad di atas,
hal ini menunjukkan bahwa kebudayaan selalu berubah dari waktu ke
waktu, oleh karena itu orang-orang yang memiliki kebudayaan itu sadar,
memelihara dan memelihara kebudayaannya sendiri, harus terus
berlangsung, dan perubahan-perubahan yang terjadi tidak boleh
kehilangan karakter asli dari budaya itu sendiri.2. Perkembangan budaya
Indonesia

Budaya dan masyarakat seperti dua sisi mata uang yang sama dan
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Selain itu, Indonesia merupakan
negara yang kaya dengan berbagai macam budaya sosial yang unik dan
indah, yang sangat cocok bagi para traveller yang ingin melihat sosial
budaya. pesona Indonesia. Oleh karena itu, wisatawan sangat ingin
memuaskan hasrat mereka untuk mengalami secara langsung budaya
keajaiban alam yang sulit ditemukan di belahan dunia lain. Pada tahun
2018, orang-orang dari seluruh dunia berbondong-bondong ke Labuan
Bajo NTT hanya untuk menikmati budaya lokal dan komodo. Teori
Sinkronisasi Budaya (Hamelink dalam Liliweri, 1983: 23) menyatakan
bahwa ``lalu lintas produk budaya masih searah dan pada hakekatnya
memiliki modus sinkron, diikuti oleh negara-negara satelit, kacau balau
dan membahayakan seluruh proses budaya daerah. Keunikan budaya
nusantara dalam spektrum nilai kemanusiaan yang telah berevolusi
selama berabad-abad dengan cepat diliputi oleh budaya asing yang tidak
terlihat kegunaannya. budaya telah terjadi konflik budaya satu arah
Saat ini kesadaran masyarakat untuk membudidayakan budaya
lokal masih sangat rendah, dan masyarakat lebih menyukai budaya asing
yang lebih praktis dan modern. Seperti masuknya budaya asing yaitu
budaya berpakaian yang agak minim dan terbuka yang sering disebut
dengan 'orang bisa dilihat', inilah budaya Indonesia yang menganut nilai
kesantunan dan dijunjung tinggi oleh sebagian besar masyarakatnya. tidak
didukung. Muslim mempertahankan jenis pakaian yang memungkinkan
mereka untuk menutupi alat kelamin mereka. Budaya lokal juga dapat
beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa melestarikan ciri khas
budaya aslinya. Kurangnya pembelajaran budaya menjadi salah satu
penyebab merosotnya budaya lokal di kalangan generasi muda. Oleh
karena itu, pembelajaran tentang budaya harus diajarkan sejak dini.
Namun, saat ini banyak orang yang tidak mementingkan mempelajari
budaya lokal. Hal ini dibuktikan dengan fakta bahwa sektor sosial budaya
masih menyumbang proporsi yang sangat kecil dalam setiap rencana
pembangunan nasional. Melalui studi budaya, siswa belajar pentingnya
budaya lokal dalam membangun budaya nasional dan bagaimana
menyesuaikan budaya lokal di era globalisasi (Sedyawati: 2006: 28)..
Konservasi adalah suatu kegiatan atau kegiatan yang dilakukan
secara berkesinambungan, terarah, terpadu untuk mencapai suatu tujuan
tertentu, yang tetap, abadi, dinamis, luwes, mencerminkan adanya sesuatu
melalui pengembangan nilai-nilai selektif, perwujudan nilai-nilai
tradisional. . Dinamis, fleksibel dan selektif, beradaptasi dengan situasi
dan kondisi yang selalu berubah dan berkembang. Widjaja (1986)
menggambarkan konservasi sebagai cara yang berkesinambungan,
terarah, dan terpadu untuk mencapai tujuan tertentu yang mencerminkan
adanya yang tetap, abadi, dinamis, luwes, dan selektif. , 2006:56). .
Menumbuhkan dan melestarikan budaya Indonesia dapat
dilakukan dengan banyak cara. Ada dua cara masyarakat, terutama
generasi muda, dapat mendukung pelestarian budaya dan berpartisipasi
dalam pelestarian budaya lokal (Sendjaja, 1994: 286). yaitu:
1. Culture Experience

Pengalaman budaya adalah pelestarian budaya yang langsung


menuju pengalaman budaya. Misalnya, jika budaya itu berbentuk tarian,
orang didorong untuk belajar dan berlatih untuk menguasai tarian itu, dan
mungkin ditampilkan pada acara atau festival tertentu setiap tahun,
budaya akan selalu dilestarikan..
2. Culture Knowledge

Culture Knowledge Merupakan pelestarian budaya yang dilakukan


dengan cara membuat suatu pusat informasi mengenai kebudayaan yang
dapat difungsionalisasi ke dalam banyak bentuk. Tujuannya adalah untuk
edukasi ataupun untuk kepentingan pengembangan kebudayaan itu
sendiri dan potensi kepariwisataan daerah.Dengan demikian para
Generasi Muda dapat memperkaya pengetahuannya tentang
kebudayaanya sendiri. Selain dilestarikan dalam dua bentuk diatas,
kebudayaan lokal juga dapat dilestarikan dengan cara mengenal budaya
itu sendiri. Dengan demikian, setidaknya dapat diantisipasi pembajakan
kebudayaan yang dilakukan oleh negara- negara lain. Persoalan yang
sering terjadi dalam masyarakaat adalah terkadang tidak merasa bangga
terhadap produk atau
melestarikan budaya bangsa juga sangatlah penting. Bagaimanapun juga
pemerintah memiliki peran yang sangat besar dalam upaya pelestarian
kebudayaan lokal di tanah air.
Pemerintah harus menerapkan kebijakan yang mengarah pada
pelestarian budaya nasional. Salah satu kebijakan pemerintah yang patut
didukung adalah penyertaan budaya lokal dalam semua acara besar
nasional, seperti tarian, lagu daerah, dan pertunjukan salon tenun ikat.
Lebih khusus lagi, Presiden Joko Widodo baru-baru ini mewajibkan
semua acara besar nasional, seperti Hari Kemerdekaan Indonesia pada 17
Agustus setiap tahun, untuk mengenakan pakaian adat sesuai dengan
asalnya. budaya.
Masyarakat wajib memahami dan mengetahui berbagai macam
kebudayaan yang dimiliki.Pemerintah juga dapat lebih memusatkan
perhatian pada pendidikan muatan lokal kebudayaan daerah.Selain hal-
hal tersebut diatas, masih ada cara lain dalam melestarikan budaya lokal
( Yunus: 2014: 123) yaitu:
a. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam memajukan
budaya lokal.

b. Mendorong masyarakat untuk memaksimalkan potensi budaya


lokal beserta pemberdayaan danpelestariannya.
c. Berusaha menghidupkan kembali semangat toleransi,
kekeluargaan, keramahtamahan
dan solidaritas yang tinggi.

d. Selalu mempertahankan budaya Indonesia agar tidak punah.


Mengusahakan agar masyarakat mampu mengelola
keanekaragaman budaya lokal.

Indonesia merupakan negara yang mempunyai banyak sekali


kebudayaan, yang terdiri dari kumpulan kebudayaan yang ada di seluruh
tanah air Indoesia yang berbentuk kebudayaan lokal. Budaya asing terus
masuk dengan tidakterbendung ke Indonesia yang dapat mengikis
ataupun melunturkan budaya lokal yang dimiliki oleh bangsa Indonesia,
untuk ituperlunya upaya-upaya penting terus dilakukan dalam
menanggulangi permasalahan tersebut sehingga budaya Indonesia dapat
tetap eksis dalam keasliannya walaupun diterpa arus globalisasi. Berbagai
cara dapat dilakukan dalam melestarikan budaya, namun yang
palingpenting yang harus pertama dimiliki adalah menumbuhkan
kesadaran serta rasa memiliki akan budaya tersebut, sehingga dengan
rasa memiliki serta mencintai budaya sendiri, orang akan termotivasi
untuk mempelajarinya sehingga budaya akan tetap ada karena pewaris
kebudayaannya akan tetap terus ada. Ada berbagai upaya yang dapat
dilakukan untuk melestarikan budaya lokal diantaranya:
1. Menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya budaya sebagai jati diri
bangsa.

2. Ikut melestarikan budaya dengan cara berpartisipasi dalam pelestarian


dan pelaksanaannya.
3. Mempelajarinya dan ikut Mensosialisasikan kepada orang lain
sehingga mereka tertarik untuk ikut menjaga atau melestarikannya
bahkan mempertahankannya.
Budaya lokal merupakan aset Bangsa Indonesia yang harus
memperoleh perhatian terutama di era Globalisasi saat ini.Budaya
nasional menjadi bagian penting negara Indonesia yang dapat
dikembangkan dan dikelola sebaik-baiknya.Hal ini penting agar dapat
berfungsi lebih luas tidak hanya sekadar warisan ataupun adat istiadat
masyarakat Indonesia yang dirayakan ataupun dilaksanakan pada saat
peringatan hari Sumpah Pemuda atau hari Pahlawan saja.
DAFTAR PUSTAKA

(Suryanto & Sadjiarto, 2016)Furqi Sholekhatun Sityardi, & Sufi Desrini.


(2021). Potential of orchid as antifungal agent resources: a scoping
review. Indonesian Journal of Pharmacology and Therapy, 2(3), 124–
135. https://doi.org/10.22146/ijpther.2325

Gresik, U. M. (2018). Panduan penulisan laporan pengalaman kerja


lapangan.

Khoirul Saleh, & Achmat Munif. (2015). Prilaku Politik Etnis Sumatera
Utara. Addin, 9(2), 309–332.

Rakhmawati, I. (2016). Perkembangan Media Sebagai Sarana. AT-


TABSYIR: Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam, 4(1), 49–70.

Subadra, I. N. (2019). Alleviating poverty through community-based


tourism: Evidence from Batur Natural Hot Spring Water - Bali. African
Journal of Hospitality, Tourism and Leisure, 8(5), 1–23.

Suryanto, M. R., & Sadjiarto, A. (2016). Efisiensi Penggunaan Model Eoq


(Economic Order Quantity) Pada Pt. Puspa Madu Sari Salatiga. Among
Makarti, 5(2), 110–134. https://doi.org/10.52353/ama.v5i2.133

(Gresik, 2018)(Furqi Sholekhatun Sityardi & Sufi Desrini, 2021)Furqi


Sholekhatun Sityardi, & Sufi Desrini. (2021). Potential of orchid as
antifungal agent resources: a scoping review. Indonesian Journal of
Pharmacology and Therapy, 2(3), 124–135.
https://doi.org/10.22146/ijpther.2325

Gresik, U. M. (2018). Panduan penulisan laporan pengalaman kerja


lapangan.

Khoirul Saleh, & Achmat Munif. (2015). Prilaku Politik Etnis Sumatera
Utara. Addin, 9(2), 309–332.

Rakhmawati, I. (2016). Perkembangan Media Sebagai Sarana. AT-


TABSYIR: Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam, 4(1), 49–70.
Subadra, I. N. (2019). Alleviating poverty through community-based
tourism: Evidence from Batur Natural Hot Spring Water - Bali. African
Journal of Hospitality, Tourism and Leisure, 8(5), 1–23.

Suryanto, M. R., & Sadjiarto, A. (2016). Efisiensi Penggunaan Model Eoq


(Economic Order Quantity) Pada Pt. Puspa Madu Sari Salatiga. Among
Makarti, 5(2), 110–134. https://doi.org/10.52353/ama.v5i2.133

(Subadra, 2019)(Khoirul Saleh & Achmat Munif, 2015)(Rakhmawati,


2016)

Anda mungkin juga menyukai