Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUJIAN ORGANOLEPTIS DAN FISIS KULIT


ARTIKEL SOL SAMAK NABATI
TEKNOLOGI PENGOLAHAN KULIT SEMESTER
V

Dosen Pengampu :
Titik Anggraeni, B.Sc., SE., MM.

Disusun Oleh :
1. Intan Ikrima Nur K (2001032)
2. Irieka Widiya Permata (2001033)
3. Rivai Juniawan (2001039)
4. Siti Mafrukha (2001042)

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN RI
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
POLITEKNIK ATK YOGYAKARTA
2022
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGUJIAN ORGANOLEPTIS DAN FISIS KULIT
ARTIKEL SOL SAMAK NABATI

Disusun Oleh :
1. Intan Ikrima Nur K (2001032)
2. Irieka Widiya Permata (2001033)
3. Rivai Juniawan (2001039)
4. Siti Mafrukha (2001042)

Laporan ini dibuat guna untuk memenuhi tugas mata kuliah “Pengujian
Organoleptis dan Fisis Kulit” pada program studi Teknologi Pengolahan Kulit di
Politeknik ATK Yogyakarta.
Disahkan pada tanggal Agustus
2022

Asisten Dosen III Asisten Dosen I Asisten Dosen II

Adi Ifandy, A.Md.T Isti’anah, A.Md., ST. Fauzi Ashari, M.Sc

Dosen Pengampu

Titik Anggraeni, B.Sc.,SE., MM.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
dan karunia kesehatan dan kesempatan dari-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan resmi Pengujian Organoleptis dan Fisis Kulit. Penulisan
laporan resmi bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengujian
Organoleptis dan Fisis Kulit. Tak lupa penulis sampaikan ucapan terimakasih
kepada :
1. Ibu Titik Anggraeni, B.Sc., SE., MM. Selaku dosen Mata Kuliah
Pengujian Organoleptis dan Fisis Kulit.
2. Isti'anah, A.Md.T., S.T selaku Asisten Dosen I Pada Praktikum Pengujian
Organoleptis dan Fisis Kulit..
3. Fauzi Ashari, M.Sc selaku Asisten Dosen II Pada Praktikum Pengujian
Organoleptis dan Fisis Kulit..
4. Adi Ifandy, A.Md.T selaku Asisten Dosen III Pada Praktikum Pengujian
Organoleptis dan Fisis Kulit..
5. Teman-teman kelas TPK B Angkatan 2020 yang telah Berjuang bersama
pada Praktikum.
6. Serta seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
laporan ini.

Semoga dengan selesainya penulisan laporan ini dapat bermanfaat bagi


membaca sebagai referensi dan dapat menambah ilmu mengenai Pengujian
Organoleptis dan Fisis Kulit. Dalam penulisan laporan ini penulis menyadari
masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis meminta
kritik dan saran pembaca untuk dapat menyempurnakan penulisan laporan ini.

Yogyakarta, Agustus 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................................i

Halaman Pengesahan......................................................................................................ii

Kata Pengantar................................................................................................................iii

Daftar Isi.........................................................................................................................iv

Daftar Tabel....................................................................................................................v

Daftar Gambar................................................................................................................vi

Daftar Lampiran..............................................................................................................vii

Bab I Pendahuluan..........................................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................1

B. Tujuan.................................................................................................................2

C. Landasan Teori....................................................................................................3

Bab II Pelaksanaan Pengujian Organoleptis dan Fisis....................................................12

1. Pengujian Organoleptis........................................................................................12

2. Pengujian Fisis.....................................................................................................14

Bab III Pembahasan........................................................................................................22

Bab IV Kesimpulan.........................................................................................................23

Saran....................................................................................................................24

Daftar Pustaka.................................................................................................................25

Lampiran.........................................................................................................................26

DAFTAR TABEL

iv
Tabel 1.1 Syarat Mutu Kulit Sapi Sol (SNI-0235-1989)................................................8

Tabel 2.1 Hasil Pengujian...............................................................................................13

Tabel 2.2 Transparan : Matang Tidak Sempurna............................................................16

Tabel 2.3 Hasil Penyerapan Air Melalui Flesh...............................................................18

Tabel 2.4 Hasil Penyerapan Air Melalui Grain..............................................................18

Tabel 2.5 Hasil Pengujian...............................................................................................21

DAFTAR GAMBAR

v
Gambar 2.1 Cara Pengujian............................................................................................8

Gambar 2.2 Contoh Uji Dipotong Dari Kulit Bagian Yang Paling Tebal .....................13

Gambar 2.3 Kulit Dipotong Berupa Lingkaran Dengan Diameter 7cm Diambil Dari
Bagian Krupon
.........................................................................................................................................
16

Gambar 2.4 Kulit Dipotong Dengan Pisau Sebanyak 2 Potong Dari Bagian Krupon....18

DAFTAR LAMPIRAN

vi
Lampiran I Bab III..........................................................................................................22

Lampiran II Bab IV.........................................................................................................23

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyamakan kulit merupakan salah satu aset Indonesia yang dapat mejunjung
perekonomian. Pada proses pengolahan kulit, diperlukan beberapa tahapan
proses beserta kontrol dalam setiap prosesnya agar mendapatkan hasil sesuai
dengan keinginan konsumen pada jamannya. Keinginan atau tuntutan
konsumen terhadap produk kulit dari waktu ke waktu terus berkembang,
selain fungsi produk, konsumen juga memperhatikan kenyamanan,
keamanan, hingga saat ini, konsumen juga memperhatikan keindahan dalam
produk yang ingin digunakannya. Hal ini berarti, dengan perkembangan di
atas, produsen harus memikirkan bagaimana bisa memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen. Perusahaan penyamakan kulit secara umum setelah
proses produksi selesai sebelum barang dipasarkan, secara periodik bagian
QC (Quality Control) akan melakukan pengujian baik pengujian
fisis,organoleptis maupun kimiawi untuk mengetahui kualitas produknya, hal
itu dilakukan untuk menjamin bahwa kulit yang dijual sudah memenuhi
persyaratan dan untuk memberikan kepuasan terhadap konsumen selain juga
sebagai upaya untuk menjaga stabilitas produk kulit yang dihasilkan.
Perusahaan penyamakan kulit, selain melakukan pengujian terhadap produk
juga melakukan pengujian terhadap limbah yang ditimbulkan dari proses
produksinya guna menjaga agar lingkungannya bebas dari pencemaran.
Pengujian tidak dapat dipisahkan dari pengendalian mutu, Mutu adalah suatu
obyek yang abstrak, yaitu sesuatu yang bernilai mahal,tahan lama, kuat dan
memenuhi keinginan konsumen. Mutu Menurut SNI 19-8402-91 adalah
karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan
kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan atau yang
tersirat. Sedangkan ISO 8402 (1986) mendefinisikan mutu sebagai totalitas
dari wujud dan ciri suatu barang maupun jasa yang didalamnya terkandung
rasa aman dan pemenuhan kebutuhan pengguna. Di Indonesia masalahmutu

1
tidak bisa lepas dari standar yang ada yaitu SNI (Standar Nasional
Indonesia). Hal ini karena industri kulit kebanyakan menggunakan SNI
sebagai alat untuk mengukur/menilai kualitas kulitnya.

Hal ini karena industri kulit kebanyakan menggunakan SNI sebagai alat untuk
mengukur/menilai kualitas kulitnya. Berdasarkan definisi tersebut maka suatu barang
atau jasa dikatakan bermutu bila memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Sesuai dengan kebutuhan dan penggunaan

2. Memuaskan keinginan konsumen

3. Sesuai persyaratan yang ditentukan 4. Sesuai dengan ketentuan hukum yang

berlaku

5. Ekonomis.

Untuk itu pengujian/pengendalian mutu sangat penting dilakukan karena


dapat meningkatkan indeks kepuasan mutu (quality satisfaction index),
produktivitas dan evisiensi, laba/keuntungan, pasar, moral dan semangat
karyawan, serta kepuasan pelanggan.

B. Tujuan
- Untuk mempelajari pengujian organoleptis dan fisis kulit sol samak nabati.
- Untuk menentukan/mengetahui kualitas kulit sol samak nabati.
Maksudnya, dengan melalui pengujian mutu contoh kulit sol samak nabati
akan bisa mengetahui mutu/kualitasnya kulit tersebut secara keseluruhan/hasil
produksi yang selanjutnya dibandingkan dengan standar (SNI).
- Untuk pengawasan mutu solsamak nabati.
Maksudnya, setelah mengetahui hasil pengujian dapat melakukan
pengendalianterhadap bahan yang digunakan maupun formulasi pada proses
yang dilakukan sehingga stabilitas produk terjamin.
- Untuk mengevaluasi dan memperbaiki proses produksi kulit sol samak nabati.
- Untuk membandingkan produk sendiri dengan produk pesaing.
- Untuk mengetahui apakah kulit sesuai dengan SNI (Standar Nasional Indonesia)

2
C. Landasan Teori

Penyamakan Nabati

Penyamakan nabati merupakan proses penyamakan yang menggunakan bahan


nabati sebagai bahan penyamak, seperti mimosa, quebracho dan gambir.
Kandungan bahan utama pada bahan penyamak nabati adalah tannin. Tannin
merupakan substansi pahit yang terdapat dalam babakan, buah, kacang-kacangan,
daun, akar dan biji tumbuhan yang dipakai untuk mengubah kulit hewan menjadi
kulit samak 2 (Soekarbowo, 1981). Karena bahan ini berasal dari tubuh-
tumbuhan, sehingga penyamakan dengan menggunakan bahan ini disebut dengan
penyamakan nabati. Prnsip utama penyamakan nabati adalah ketika tannin
berhubungan dengan protein yang terkandung di dalam kolagen-kolagen kulit aan
saling berikatan membentuk kulit samak dan terhindar dari kebusukan dalam
jangka waktu yang lama. Proses penyamakan nabati yang baik haruslah dimulai
dengan memasukkan larutan yang lemah pada kulit, dilanjutkan secara bertahap
dengan memasukkan larutan yang semakin kuat dan pekat (Soekarbowo, 1981).

Penggunaan bahan penyamak nabati dalam penyamakan kulit akan mempengaruhi


kualitas fisik kulit, baik itu kekuatan tarik, kekuatan sobekmaupun karakter fisik
lainnya. Selain itu dapat mereduksi penggunaan krom yangdiketahui memiliki
limbah berupa cairan krom hasil penyamakan yang berbahaya bagi lingkungan
maupun makhluk hidup. Dari segi ekonomis penggunaan bahan penyamak nabati
lebih murah dibanding bahan penyamak krom.Penyamakan nabati adalah
penyamakan yang dilakukan dengan mengunakan bahan penyamak yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan, seperti: akasia, gambir(Purnomo, 1991). Masih menurut
Purnomo (1991), kulit yang disamak nabatiumumnya berwarna cokelat muda atau
kemerahan sesuai dengan warna bahan penyamaknya, ketahanan fisiknya terhadap
panas kurang baik dibandingkan kulityang disamak khrom walaupun lebih baik
bila dibandingkan dengan kulit yangdisamak dengan minyak atau formaldehyde.

Ibrahim, dkk (2005) mengungkapkan bahwa sifat-sifat bahan penyamakannabati


adalah: 1). Dalam larutan encer (<30 Be) mudah tumbuh mikroorganismedan
terurai menjadi asam-asam yang lemah, 2). Dalam pH yang rendahmempunyai

3
molekul yang besar dan warna muda dalam pH yang tinggisebaliknya, 3). Bila
bersinggungan dengan besi akan membentuk ferro tanat yang berwarna hitam, 4).
Dalam larutan yang encer molekul mengecil, dan dalamlarutan pekat sebaliknya,
5). Dalam tempat yang terbuka mudah mengadakanoksidasi dengan udara, dan
warna menjadi tua/gelap

Kulit

Kulit jadi ( tersamak ) berasal dari kulit mentah yang sebelumnya telah diawetkan
lalu diolah melalui proses yang bertahap mulai dari proses Soaking (perendaman)
sampai proses Finishing (penyalesaian). Dimana kesemua proses tersebut pada
akhirnya memberikan karakter tertentu pada kulit jadinya yang disesuaikan
dengan tujuan peruntukakannya dengan cara penambahan bahan – bahan tertentu
pada saat proses. Pada akhirnya kulit jadi akan dijual ke pasaran. Tentunya pasar
menginginkan kualitas kulit jadi yang terbaik agar kulit jadi tersebut dapat
digunakan sesuai dengan fungsi dari jenis artikelnya masing – masing. Dengan
adanya Standar Industri Indonesia (SII), maka dapat diketahui kriteria kulit jadi
yang memenuhi standar baik itu ditinjau dari segi fisik maupun kimiawinya yang
tentunya disesuaikan dengan jenis artikelnya. Sebab setiap artikel mempunyai
standar yang berbeda – beda.

Sifat-sifat kulit ialah ketahanan kulit terhadap pengaruh-pengaruh luar antara lain
pengaruh mekanik, kelembaban dan suhu luar. Kekerasan kulit dan kekuatannya
dipengaruhi oleh kadar air, protein fibrous, protein glubular dan lemak yang ada
dalam kulit. Sifat-sifat fisik kulit jugaditentukan oleh struktur jaringan yaitu
bentuk anyaman dan kepadatanberkas-berkas serabut kolagen dan komposisi
kimianya. Kekuatan kulit terutama dipengaruhi oleh kekuatan kolagen, semakin
bertambah umur,serabut kolagen menjadi semakin stabil, suhu kerut naik, sukar
larut, danikatan silangnya bertambah banyak (Soeparnoet al ., 2001).

Penyamakan kulit adalah suatu proses pengolahan untuk mengubah kulit mentah
menjadi kulit tersamak atau leather. Penyamakan kulit merupakan cara untuk
mengubah kulit mentah yang bersifat labil (mudah rusak oleh pengaruhfisik,
kimia dan biologis) menjadi kulit yang stabil terhadap pengaruh tersebutyang

4
biasa disebut kulit tersamak (leather). Kulit samak atau kulit jadi memilikisifat-
sifat khusus yang sangat berbeda dengan kulit mentahnya, baik sifat fisismaupun
sifat khemisnya. Kulit mentah mudah sekali membusuk dalam keadaankering,
keras, dan kaku. Sedangkan kulit tersamak memiliki sifat sebaliknya.Teknik
mengolah kulit mentah menjadi kulit samak disebut penyamakan.
Dengandemikian, kulit hewan yang mudah busuk dapat menjadi tahan terhadap
seranganmikroorganisme. Prinsip mekanisme penyamakan kulit adalah
memasukkan bahan penyamak ke dalam anyaman atau jaringan serat kulit
sehingga menjadiikatan kimia antara bahan penyamak dan serat kulit (Raffy,
2012). Mekanisme penyamakan kulit adalah memasukkan bahan tertentu yang
disebut bahan penyamak ke dalam anyaman atau jaringan serat kulit sehingga
terjadi ikatankimia antara bahan penyamak dengan serat kulit.

Pengujian Organoleptis

Pengujian organoleptis merupakan suatu pengujian yang dilakukan dengan


menggunakan panca indra atau dilakukan secara visual, dan dibantu dengan alat
yang sederhana, dalam pengujian ini sifat-sifat yang diuji meliputi kelepasan nerf,
keadaan kulit, keadaan cat, kelentingan dan ketahanan sobek.

Pengujian fisis

Pengujian fisis merupakan pengujian yang dilakukan dengan menggunakan


alatalat mekanis seperti tensil strenght, stiknes, crokmeter dan lain sebagainya,
hal-hal yang diuji dalam pengujian fisis meliputi; tebal kulit, kondisi penyamakan,
ketahanan gosok cat kering maupun basah, ketahanan zwik, ketahanan tarik,
ketahanan regang, ketahanan bengkuk, penyerapan air, ketahanan letup.

Pengujian Mutu Kulit

Menurut Anonimus (1992), mendefinisikan bahwa mutu adalah gambaran dan


karakteristik menyeluruh dari barang dan jasa, yang menunjukan
kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan atau tersurat.

5
Mutu didefinisikan sebagai keseluruhan gabungan karakteristik produk dan jasa
pemasaran, rekayasa, pembuatan, dan pemeliharaan yang membuat produk
dan jasa yang digunakan memenuhi harapan–harapan pelanggan (Feigenbaun,
1992).

Menurut SNI 19-8402-91, mutu adalah karakteristik menyeluruh dari barang atau
jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang
ditentukan atau yang tersirat. Berdasarkan definisi tersebut maka suatu barang
atau jasa dikatakan bermutu bila memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Sesuai dengan kebutuhan dan penggunaan


b.Memuaskan keinginan konsumen
c. Sesuai persyaratan konsumen
d.Sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku
e. Ekonomis
Menurut Jayusman dalam diktat penuntun praktikum ilmu bahan II (1982), secara
garis besar tujuan dilakukannya pengujian terhadap suatu kulit samak adalah
untuk menentukan mutu atau kualitas kulit secara umum, karena melalui suatu
analisa atau pengujian dapat ditentukan contoh kulit yang diuji tersebut bermutu
baik, sedang, atau kurang; untuk mencari kesalahan atau kekurangan dalam proses
penyamakan kulit karena dari hasil uji ini dapat dilihat kekurangan yang terdapat
pada hasil penyamakan kulit. Sehingga dapat ditentukan pada proses-proses apa
saja yang menyebabkan terjadinya kesalahan tersebut dan dapat diperbaiki pada
proses berikutnya sehingga kulit yang dihasilkan menjadi lebih baik atau
berkualitas baik.

Tujuan lain pengujian mutu kulit adalah untuk meniru atau mengikuti proses-
proses produksi kulit yang berkualitas baik sehingga untuk mengetahui proses
produksinya dilakukan pengujian terlebih dahulu terhasil kulit tersebut setelah
mengetahui karakteristiknya baru dilakukan penyusunan rancangan proses,
melakukan proses percobaan, kemudian hasilnya diuji dan terus dilakukan
penyempurnaan sampai didapat hasil yang diinginkan.

6
Di Indonesia masalah mutu tidak bisa lepas dari standar yang ada, yaitu SNI
(Standar Nasional Indonesia). Mutu harus diukur, untuk dapat diukur harus ada
kriteria/persyaratan yang dinyatakan dengan besaran, baik secara fisis (yang
menggunakan alat) maupun secara organoleptis (mengunakan panca indera). Hal
inilah kiranya yang mendasari pentingnya pemahaman proses pengujian kulit
secara organoleptis dan fisis.

Kulit Sol

Kulit sol adalah kulit yang diperoleh dari penyamakan kulit sapi dengan
menggunakan bahan penyamak nabati. Kulit sol digunakan sebagai lapisan bawah
pada sepatu sehingga kulit tersebut harus keras. Dalam pengujian kulit sol perlu
dilakukan pengujian secara organoleptis, fisis dan kimiawi untuk mengetahui
kualitas dari kulit sol tersebut. Kulit Sol adalah kulit jadi, matang dari bahan baku
kulit sapi yang disamak nabati, atau dikombinasikan krom nabati, umumnya
digunakan sebagai bawahan sepatu, insole, maupun Out sole. Penggunaannya
dalam sepau antara lain untuk : pengeras muka dan belakang, penguat tengah, sol
luar, pengisi telapak kaki muka, pita, sol dalam, sol tengah, lapis hak. Pada hewan
sapi faktor jenis bangsa lebih besar pengaruhnya terhadap kulit dibandingkan
dengan umurnya.

Kulit sol sapi ialah kulit matang, berasal dari kulit sapi yang disamak dengan zat
penyamak nabati dan umumnya digunakan untuk sol pada pembuatan sepatu (SNI
06-0235-1989). Kulit Sol adalah kulit jadi, matang dari bahan baku kulit sapi yang
disamak nabati, atau dikombinasikan krom nabati, umumnya digunakan sebagai
bawahan sepatu, insole, maupun Out sole. Penggunaannya dalam sepau antara lain
untuk : pengeras muka dan belakang, penguat tengah, sol luar, pengisi telapak
kaki muka, pita, sol dalam, sol tengah, lapis hak.

7
Tabel 1.1 Syarat Mutu Kulit Sapi Sol (SNI-0235-1989)

Jenis Uji Satuan Syarat Mutu Keterangan


Minimum maksimu
m

A. KIMIAWI
1. Kadar air % - 18
2. Kadar abu jumlah % - 2,5
3. Kadar
gemuk/lemak % - 2,0
4. Kadar Zat Larut
Air % - 10
5. Derajat
penyamakan % 60 95
6. pH - 3,5 7,0
B. FISIS
1. Tebal
mm 1,5 2,0 Pengeras muka (PDH)
2,0 2,5 Pengeras muka (PDL)
1,5 2,0 Pengeras belakang
(PDH)
2,0 2,5 Pengeras belakang
(PDH)
2,5 3,5 Penguat tangah (PDH)
2,5 3,0 Penguat tengah (PDL)
2,5 3,5 Pengisi telapak kaki
muka (PDL)

2,5 3,5 Pengisi telapak kaki


muka (PDL)

3,0 3,5 Pita (PDH)


3,0 3,5 Sol dalam (PDH)

8
3,5 4,0 Sol dalam (PDL)
3,5 4,0 Sol tengah (PDL)
4,5 5,0 Soal luar (PDH)
3,0 3,5 Lapis hak (PDH)
3,8 4,2 Lapis hak (PDL)
2. Penyamakan % Masak
3. Penyerapan air
a. 2 jam % 50
b. 24 jam % 60

9
4. Ketahanan kg/cm2 250
tarik
5. Ketahanan aus 1.000
a. Indek berat 5.000
b. Indek tebal Tidak
6. Ketahana n retak
bengkuk
7. Berat jenis

Warna makin
C.ORGANOLEPTI muda makin baik,
Licin, rata
K makin bersih
Bersih
1. Bagian nerf makin baik
dari sisa
2. Bagian daging daging
3. Warna bekas dan
bekas
potongan/ potongan
Dipres padat
Penampang pisau rata

4. Keadaan kulit

10
Penentuan mutu kulit sol sapi:

Kulit sol dibagi dalam klas A, B, dan C.


Klas A : Syarat I dan II dipenuhi, sedang kerusakan menurut
Uji III maksimum 10%
Klas B : Syarat I dan II dipenuhi, sedang kerusakan menurut
Uji III maksimum 15%
Klas C : Syarat I dan II dipenuhi, sedang kerusakan menurut
Uji III maksimum 25%

11
BAB II

PELAKSANAAN PENGUJIAN ORGANOLEPTIS dan FISIS

1. Pengujian Organoleptis
a. Alat dan Bahan Alat :
− Penggaris 30 cm
− Penggaris besi 100 cm
− Thickness
− Silver pen
− Frame
− Meja kerja
− Selotip bening
− Cutter
Bahan :
− Kulit sol samak nabati
b. Cara Pengujian
• Identifikasi Kulit
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Kulit diukur tebalnya dengan menggunakan thickness.
3. Kulit diukur luasnya dengan menggunakan frame.
• Pengujian Bagian Nerf
1. Diamati dan dipegang tentang keadaan permukaan harus dilicinkan.
2. Cacat dihitung sebagai presen dari luas permukaan kulit.
3. Kerataan warna harus coklat muda.
• Pengujian Bagian Daging
1. Diamati sisa daging dan bekas potongan pisau.
2. Cacat dihitung sebagai persen dari luas permukaan kulit.
• Warna pada Penampang/Bekas Potongan
1. Kulit diiris pada bagian yang tebal.
2. Kulit diamati penampangnya berwarna coklat tanpa ada lapisan
yang putih (tak tersamak).

12
• Keadaan Kulit
1. Kulit diamati bentuknya.
2. Kulit dipres padat dengan cara dibengkuk dengan tangan.

c. Tabel 2.1 Hasil Pengujian

No Parameter Hasil
1. Warna Coklat Muda
2. Luas 16,75 sqft
3. Tebal Perut
Rata-rata : 4,7 mm Titik 1 : 3,5 mm
Titik 2 : 2,7 mm

Punggung
Titik 1 : 6,7 mm
Titik 2 : 6,5 mm
Titik 3 : 5,7 mm
4. Kerataan warna Tidak rata
6. Defek / Cacat : 61,8% - Lubang pada bagian
perut, leher, dan flank
- Noda asam diperut dan
leher
- Kutu diseluruh bagian
- Vena diseluruh bagian
perut dan flank
- Luka dibagian pantat
- Jamur dibagian kaki dan
krupon

7. Kilap/tidaknya cat Tidak mengkilap

No Parameter Hasil

13
1. Jenis Kerusakan Lubang, kutu
2. Berat/Ringannya kerusakan Sangat berat
3. Banyaknya Kerusakan 61,8 %
4. Lokasi Kerusakan Ditempat penting
5. Tujuan penggunaan kulit jadi Atasan sepatu
6. Klas V

No Parameter Hasil
1. Licin Tidak licin
2. Sisa daging Banyak terdapat sisa daging
3. Bekas potongan pisau Ada
4. Penampang Warna penampang tidak rata
5. Keadaan kulit Bentuk : side
(bentuk/dipress) Dipress : dipress

2. Pengujian Fisis
• Penyiapan Contoh Uji untuk Pengujian Fisis Kulit
a. Alat dan Bahan
Alat :
- Penggaris
- Cutter
- Cutting mat Bahan :

- Sampel uji
b. Cara Pengujian

14
Gambar 2.1 Cara Pengujian

1. Kulit diletakkan di meja datar.


2. Dibuat garis punggung dengan tinta perak.
3. Ditentukan bagian-bagian kulit (krupon, leher dan perut) dengan tinta
perak.
4. Ditentukan pangkal ekornya (titik A).
5. Tentukan daerah contoh uji dengan menentukan titik A I yang berjarak
12,5 cm dari titik A (di garis punggung) dan titik A II yang berjarak 5 cm
dari titik A (kebawah).
6. Buat garis lurus dititik AI tegak lurus dengan garis punggung.
7. Buat garis lurus dititik AII sejajar garis punggung.
8. Kedua garis bertemu (berpotongan) dititik B.
9. Dari titik B dibuat garis tegak lurus dengan garis punggung dan sejajar
garis punggung, bidang yang terjadi adalah daerah contoh uji.

• Pengujian Kemasakan Kulit


a. Alat dan Bahan
Alat :
− Pinset
− Cutter
− Cutting mat

15
− Senter/Lampu
− Pipet volume
− Petri disk
− Beaker glass penampung limbah Bahan :

− Sampel uji ukuran 1x1 cm


− Asam asetat 30%
− Kertas buram
b. Cara Pengujian
1. Contoh uji dipotong dari kulit bagian yang paling tebal dengan ukuran
(50x1) mm.

Gambar 2.2 Contoh uji dipotong dari kulit bagian yang paling tebal

2. Contoh uji disiapkan untuk pengujian dan standar untuk pembanding.


3. Contoh uji dimasukkan ke dalam petri disk.
4. Ditambahkan 30 ml asam asetat 30%.
5. Contoh uji direndam selama ± 10 menit.
6. Kulit diangkat dan periksa penampangnya dengan arah menantang
matahari.
7. Kulit dinyatakan masak bila tidak terjadi kebengkakan dan penampang
tidak transparan.

c. Hasil Pengujian
Tabel 2.2 Transparan : Matang tidak sempurna
Kode Kulit Hasil
Kulit 1 Tembus cahaya/ Transparan dibagian tengah
Kulit 2 Tembus cahaya/ Transparan dibagian tengah

16
Kulit 3 Tembus cahaya/ Transparan dibagian tengah
Kulit 4 Tembus cahaya/ Transparan dibagian tengah

• Pengujian Penyerapan Air


a. Alat dan Bahan Alat :
− Penggaris
− Petri disk
− Pinset
− Timbangan elektrik
− Gelas ukur
Bahan :
− Sampel uji lingkaran diameter 7 cm
− Aquadest
b. Cara Pengujian
1. Kulit dipotong berupa lingkaran dengan diameter 7 cm, diambil
dari bagian krupon.

Gambar 2.3 Kulit dipotong berupa lingkaran dengan diameter 7 cm


diambil dari bagian krupon

1. Timbang contoh uji.


2. Siapkan aquades sebanyak 30 ml dengan gelas ukur, masukkan ke
dalam petri disk.
3. Masukkan kulit dengan nerf di atas dan nerf di bawah
masingmasing ke dalam petri disk.
4. Rendam selama 2 jam, ditiriskan dan ditimbang.
5. Hitung penyerapan air selama 2 jam.

17
6. Lanjutkan perendaman selama 24 jam, ditiriskan dan ditimbang.
7. Hitung penyerapan air selama 24 jam.

c. Hasil Pengujian

Tabel 2.3 hasil penyerapan air melalui flesh


Kode Berat Berat Berat Perhitungan
Kulit Awal setelah setelah
Setelah 2 jam Setelah 24 jam
(gr) 2 jam 24 jam
F1 15,4 25,9 gr 26,3 gr 𝑥 100% 𝑥 100%
gr = =
= 68,18 % = 70,77 %

F2 14,3 24,2 gr 24,7 gr 𝑥 100% 𝑥 100%


gr = =
= 69,23 % = 72, 72 %

F3 15,0 24,0 gr 24,6 gr 𝑥 100% 𝑥 100%


gr = =
= 60 % = 64 %

F4 17,0 27,8 gr 28,4 gr 𝑥 100% 𝑥 100%


gr = =
= 63,52% = 67,05 %

Tabel 2.4 hasil penyerapan air melalui grain


Kode Berat Berat Berat Perhitungan
Kulit Awal setelah setelah Setelah 2 jam Setelah 24 jam
(gr) 2 jam 24 jam

18
G1 15,3 gr 25,1 gr 26,0 gr = 𝑥 100%
15,3 = 𝑥 100%
= 64,05 % = 69,93 %

G2 14,8 gr 24,5 gr 25,2 gr 𝑥 100% 𝑥 100%


= =
= 65, 54 % = 70,27 %

G3 15,1 24,8 gr 25,3 gr 𝑥 100% 𝑥 100%


gr = =
= 64,23 % = 67,54 %

G4 15,9 25,2 gr 25,7 gr 𝑥 100% 𝑥 100%


gr = =
= 58,49 % =61,63 %

• Pengujian Kuat Tarik dengan Tensile Strength Testing Machine GT-01


a. Alat dan Bahan Alat :
− Tensile Strength Tester
− Penggaris
− Pengukur tebal kulit (Tickness Gauge)
− Pensile perak
Bahan ;
− Sampel uji kuat tarik
b. Cara Pengujian
1. Kulit dipotong dengan pisau seperti gambar sebanyak 2 potong dari
bagian krupon.

19
Gambar 2.4 Kulit dipotong dengan pisau seperti gambar sebanyak
2 potong dari bagian krupon.

2. Memutar tombol Emergency (STOP) putar ke kanan.


3. Memutar power switch on (ke arah kanan) ditandai lampu power
menyala.
4. Menyalakan Komputer.
5. Klik 2x program TM 2101.
6. Mengklik user setting.
7. Pilih specimen select.
Misal: Kulit
Isi kolom Width (lebar)
Thickness (tebal)
Muncul nilai luas area sampel
8. Pilih project (pilih tensile)
9. Pasang Sampel sampai kencang dan presisi.
10. Klik zero dan klik Test.
11. Biarkan posisi tensil berjalan sampai berhenti dengan sendirinya.
12. Pilih save data, simpan dalam folder beri nama file.
13. Untuk melihat report tekan open record, lihat nama file yang di uji.
14. Klik test result, Edit Report isi data.
15. Untuk data sampel pada print out.
16. Untuk print hasil pilih result select.

20
c. Hasil Pengujian

Tabel 2.5 Hasil Pengujian


Kode Tensile Tensile Perhitungan SNI 06 – 0235 – Memenuhi SNI /
Kulit Strength Strength 1989 Tidak
(N/mm2) (Kg/cm2) Kulit Sol
1 15. 006 150.060 77,4333 Minimal 250 kg/cm2 Tidak memenuhi
= = 150,064
2 16.268 162.680 Minimal 250 kg/cm2 Tidak memenuhi
= = 162,683
3 18.179 181.790 Minimal 250 kg/cm2 Tidak memenuhi
= = 209,414
4 20.941 209.410 Minimal 250 kg/cm2 Tidak memenuhi
= = 181,791

BAB III

21
PEMBAHASAN

Terlampir 1

BAB IV

22
A. KESIMPULAN

Terlampir 2

B. SARAN

23
DAFTAR PUSTAKA

24
LAMPIRAN

25

Anda mungkin juga menyukai