Anda di halaman 1dari 4

Memudarnya Kesenian Daerah

Indonesia memiliki keanekaragman kesenian daerah yang merupakan ciri khas bangsa Indonesia. Seharusnya kita bangga menjadi bangsa Indonesia. Namun kesenian daerah itu, semakin lama semakin memudar. A. Penyebab pudarnya kesenian daerah 1. Kurangnya perhatian dari pemerintah terhadap kesenian daerah seperti alat musik tradisional dan lagu lagu daerah. Pemerintah terlalu sibuk dalam mengurusi bidang politik dan bidang lainnya, sehingga lupa akan seni budaya yang mulai pudar di kalangan masyarakat. 2. Kurangnya kemauan dari generasi muda untuk mempelajari alat musik tradisional dan lagu lagu (kesenian) daerahnya. Hal ini disebabkan oleh terpengaruhnya generasi muda terhadap gaya hidup bangsa luar (globalisasi). 3. Adanya rasa malu (gengsi) di kalangan masyarakat, khususnya dari kalangan generasi muda, bahwa memainkan alat musik tradisional dan menyanyi lagu daerah tidak mencerminkan suatu kemodernan. Hal seperti itu dianggap sebagai sesuatu yang kuno. 4. Kurangnya penghargaan dari masyarakat terhadap keseniannya sendiri. Banyak masyarakat yang merasa kurang percaya diri dengan kesenian daerah sendiri. Sehingga masyarakat lebih menghargai kesenian daerah atau bangsa lain daripada kesenian daerah sendiri. 5. Kurang gencarnya pemerintah dalam mensosialisasikan alat musik tradisional dan lagu daerah (kesenian) daerah. Sehingga karena ketidakpedulian tersebut, masyarakat juga menjadi tidak peduli. Akibatnya, kesenian daerah semakin pudar dari hari ke hari. 6. Kurangnya apresiasi pemerintah terhadap karya anak daerah sendiri. 7. Tidak adanya regenerasi kesenian. Dalam hal ini, tidak adanya pewarisan kesenian yang dilakukan oleh orang tua kepada anaknya. Sehingga pengetahuan tentang kesenian daerah akan semakin menurun dan bisa saja menghilang. 8. Kurangnya sosialisasi kepada penerus bangsa ini 9. Ketidak pedulian masyarakat untuk melestarikan kesenian daerahnya masing-masing 10. Kurangnya wadah untuk berbagi informasi tentang kesenian daerah dan masih banyak lagi penyebab lain yang menyebabkan memudarnya kesenian daerah.

B. Dampak memudarnya kesenian daerah Indonesia memiliki beranekaragam kesenian daerah yang merupakan ciri khas bangsa tersebut. Apabila kesenian daerahnya memudar maka akan berkurang ciri khas yang membentuk bangsa Indonesia dan jika dibiarkan terus menerus, lama kelamaan ciri khas tersebut akan hilang. Selain itu, memudarnya kesenian daerah juga berdampak bagi generasi penerus karena jika kesenian daerah telah memudar, dan dibiarkan terus menerus maka kebudayaan tersebut akan hilang. Sehingga tidak ada yang dapat dibanggakan oleh generasi penerus bangsa Indonesia dan banyak lagi dampak yang ditimbulkan apabila kesenian daerah telah pudar. C. 1. 2. 3. Upaya mengatasi pudarnya kesenian daerah Menumbuhkan rasa bangga terhadap hasil kesenian sendiri Sosialisasi macam macam hasil kesenian daerah Sosialisasikan kepada masyarakat untuk tetap menjaga dan melestarikan kesenian daerah.

4. Mengadakan pertunjukan kesenian daerah tiap tahunnya agar masyarakat lebih mengenal kesenian daerah di indonesia. 5. harus adanya pelajaran ilmu budaya dasar di tiap sekolah agar penerus bangsa tahu akan pentingnya kesenian daerah dan banyak lagi upaya yang dapat kita lakukan untuk mengatasi pudarnya kesenian daerah. D. Kesimpulan Indonesia mempunyai beranekaragam kesenian daerah. Namun sangat disayangkan keanekaragaman itu mulai memudar karena kurangnya partisipasi masyarakat dan pemerintah untuk melestarikannya. Hal tersebut akan berdampak buruk bagi generasi penerus. Oleh sebab itu, marilah kita yang merupakan generasi penerus melakukan berbagai upaya untuk melestarikan kesenian daerah yang merupakan ciri khas bangsa kita.
budaya Indonesia yang semakin tergeser karena berbagai pengaruh. globalisasi menimbulkan berbagai masalah terhadap eksistensi kebudayaan daerah, salah satunya adalah terjadinya penurunan rasa cinta terhadap kebudayaan yang merupakan jati diri suatu bangsa, erosi nilai-nilai budaya, terjadinya akulturasi budaya yang selanjutnya berkembang menjadi budaya massa. dan pemerintah yang kurang peka terhadap seni dan budaya Indonesia.

2.3

Budaya yang Sudah Mulai Hilang

Perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni perubahan dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai dan norma social merupakan salah satu dampak dari adanya globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia secara mendasar. Komunikasi dan sarana transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa. Peristiwa transkultural seperti itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap keberadaan kesenian kita. Padahal kesenian tradisional kita merupakan bagian dari khasanah kebudayaan nasional yang perlu dijaga kelestariannya. Di saat yang lain dengan teknologi informasi yang semakin canggih seperti saat ini, kita disuguhi oleh banyak alternatif tawaran hiburan dan informasi yang lebih beragam, yang mungkin lebih menarik jika dibandingkan dengan kesenian tradisional kita. Dengan parabola masyarakat bisa menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang bersifat mendunia yang berasal dari berbagai belahan bumi. Kondisi yang demikian mau tidak mau membuat semakin tersisihnya kesenian tradisional Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia yang sarat akan pemaknaan dalam masyarakat Indonesia. Misalnya saja bentuk-bentuk ekspresi kesenian etnis Indonesia, baik yang rakyat maupun istana, selalu berkaitan erat dengan perilaku ritual masyarakat pertanian. Dengan datangnya perubahan sosial yang hadir sebagai akibat proses industrialisasi dan sistem ekonomi pasar, dan globalisasi informasi, maka kesenian kita pun mulai bergeser ke arah kesenian yang berdimensi komersial. Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai tersingkir dan kehilangan fungsinya.

Pesatnya laju teknologi informasi atau teknologi komunikasi telah menjadi sarana difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga alternatif pilihan hiburan yang lebih beragam bagi masyarakat luas. Akibatnya masyarakat tidak tertarik lagi menikmati berbagai seni pertunjukan tradisional yang sebelumnya akrab dengan kehidupan mereka. Misalnya saja kesenian tradisional wayang orang Bharata, yang terdapat di Gedung Wayang Orang Bharata Jakarta kini tampak sepi seolah-olah tak ada pengunjungnya. Hal ini sangat disayangkan mengingat wayang merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional Indonesia yang sarat dan kaya akan pesan-pesan moral, dan merupakan salah satu agen penanaman nilai-nilai moral yang baik, menurut saya. Contoh lainnya adalah kesenian Ludruk yang sampai pada tahun 1980-an masih berjaya di Jawa Timur sekarang ini tengah mengalami mati suri. Wayang orang dan ludruk merupakan contoh kecil dari mulai terdepaknya kesenian tradisional akibat globalisasi. Bisa jadi fenomena demikian tidak hanya dialami oleh kesenian Jawa tradisional, melainkan juga dalam berbagai ekspresi kesenian tradisional di berbagai tempat di Indonesia. Sekalipun demikian bukan berarti semua kesenian tradisional mati begitu saja dengan merebaknya globalisasi. Di sisi lain, ada beberapa seni pertunjukan yang tetap eksis tetapi telah mengalami perubahan fungsi. Ada pula kesenian yang mampu beradaptasi dan mentransformasikan diri dengan teknologi komunikasi yang telah menyatu dengan kehidupan masyarakat, misalnya saja kesenian tradisional Ketoprak yang dipopulerkan ke layar kaca oleh kelompok Srimulat. Kenyataan di atas menunjukkan kesenian ketoprak sesungguhnya memiliki penggemar tersendiri, terutama ketoprak yang disajikan dalam bentuk siaran televisi, bukan ketoprak panggung. Dari segi bentuk pementasan atau penyajian, ketoprak termasuk kesenian tradisional yang telah terbukti mampu beradaptasi dengan perubahan zaman. Selain ketoprak masih ada kesenian lain yang tetap bertahan dan mampu beradaptasi dengan teknologi mutakhir yaitu wayang kulit. Beberapa dalang wayang kulit terkenal seperti Ki Manteb Sudarsono dan Ki Anom Suroto tetap diminati masyarakat, baik itu kaset rekaman pementasannya, maupun pertunjukan secara langsung. Keberanian stasiun televisi Indosiar yang sejak beberapa tahun lalu menayangkan wayang kulit setiap malam minggu cukup sebagai bukti akan besarnya minat masyarakat terhadap salah satu khasanah kebudayaan nasional kita. Bahkan Museum Nasional pun tetap mempertahankan eksistensi dari kesenian tradisonal seperti wayang kulit dengan mengadakan pagelaran wayang kulit tiap beberapa bulan sekali dan pagelaran musik gamelan tiap satu minggu atau satu bulan sekali yang diadakan di aula Kertarajasa, Museum Nasional. 2.4 Penyebab Budaya Tradisional Hilang

Budaya nasional yang seharusnya menjadi kebanggaan dan harusnya di pertahankan sekarang mulai hilang dikarenakan masuknya budaya asing (modern). Kita sebagai warga negara indonesia yang mempunyai hak penuh atas kebudayaan tersebut seharusnya melestarikannya bukan malah mengesampingkannya dengan berbagai alasan seperti takut dibilang ketinggalan jaman, takut dibilang kupper, katrok, dan lain sebagainya. Jika ditinjau melalui aspek global, globalisasi menjadi tantangan untuk semua aspek kehidupan juga yang terkait dengan kebudayaan. Budaya tradisional yang mencerminkan etos kerja yang kurang baik tidak akan mampu bertahan dalam era global. Era global menuntut kesiapan kita

untuk siap berubah menyesuaikan perubahan zaman dan mampu mengambil setiap kesempatan. Budaya tradisional di Indonesia sebenarnya lebih kreatif dan tidak bersifat meniru, yang menjadi masalah adalah mempertahankan jati diri bangsa. Sebagai contoh sederhana, budaya gotong royong di Indonesia saat ini hampir terkikis habis, individual dan tidak mau tahu dengan orang lain adalah cerminan yang tampak saat ini. Perlu dipikirkan agar kebudayaan kita tetap dapat mencerminkan kepribadian \bangsa. Kebudayaan tradisional adalah sebuah warisan luhur. Dalam era globalisasi, kebudayaan tradisional mulai mengalami erosi. Orang, anak muda utamanya lebih senang menghabiskan waktunya untuk mengakses internet dari pada mempelajari tarian dari kebudayaan sendiri. Orang akan merasa bangga ketika dapat menuru gaya berpakaian orang barat dan menganggap budayanya kuno dan ketinggalan. Globalisasi akan selalu memberikan perubahan, kita lah yang harus meneliti apakah budaya-budaya tersebut bersifat positif ataupun negatife.

2.5

Cara-cara Untuk Menjaga Kelestarian Budaya Tradisional

Budaya yang dahulu tak ternilai harganya, kini justru menjadi budaya yang tak bernilai di mata masyarakat. Sikap yang tak menghargai itu memberikan dampak yang cukup buruk bagi perkembangan budaya tradisional di negara kita. Mengapa? Karena salah satu cara untuk melestarikan budaya trsdisional adalah sikap dan perilaku dari masyarakatnya sendiri. Jika dalam diri setiap masyarakat terdapat jiwa nasionalis yang dominan, melestarikan budaya tradisional merupakan suatu kebanggaan, tapi generasi muda sekarang ini justru beranggapan yang sebaliknya, sehingga mereka menggagap melestarikan budaya itu suatu paksaan. Jadi kelestarian buadaya tradisional itu juga sangat bergantung pada jiwa nasionais generasi mudanya. Sebagai para generasi muda penerus bangsa, jiwa dan sikap nasionalis sangatlah diperlukan. Bukan hanya untuk kepentingan politik saja kita dituntut untuk berjiwa nasionalis, tetapi dalam mempertahankan dan melestarikan budayapun juga demikian. Kita butuh untuk menyadari bahwa untuk mempertahankan budaya peninggalan sejarah itu tidak mudah. Butuh pengorbanan yang besar pula. Oleh karenanya tak cukup apabila hanya ada satu generasi muda yang mau untuk tapi yang lain masa bodoh. Dalam melakukannya dibutuhkan kebersamaan untuk saling mendukung dan mengisi satu sama lain. Dalam kata lain dalam menjaga kelestarian budaya juga diperlukan kekompakan untuk saling mengisi dan mendukung.

Anda mungkin juga menyukai