Anda di halaman 1dari 17

EKSISTENSI BUDAYA NASIONAL DI ERA MILENIAL 4.

0
Jurnal ini disusun sebagai pra-syarat peserta
LK II INTERMEDIATE TRAINING
HMI CABANG BEKASI

Disusun oleh:
MUHAMAD HARTONO

Himpunan Mahasiswa Islam


Cabang Banjarbaru
2019
ABSTRAK

Eksistensi budaya nasional di era milenial 4.0. Eksistensi di artikan


sebagai keberadaan. Dimana keberadaan yang di maksud adalah adanya
pengaruh atas ada atau tidak adanya kita. Eksistensi ini perlu “diberikan”
orang lain kepada kita, karena dengan adanya respon dari orang di sekeliling
kita ini membuktikan bahwa keberadaan atau kita diakui. Kebudayaan
nasional menurut TAP MPR No.II tahun 1998, yakni: Kebudayaan nasional
yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, karya dan karsa
bangsa Indonesia dan merupakan keseluruhan daya upaya manusia
Indonesia untuk mengembangkan harkat dan martabat sebagai bangsa, serta
diarahkan untuk memberikan wawasan dan makna pada pembangunan
nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa. Dengan demikian
Pembangunan Nasional merupakan pembangunan yang berbudaya.
Disebutkan juga pada pasal selanjutnya bahwa kebudayaan nasional juga
mencermikan nilai-nilai luhur bangsa. Tampaklah bahwa batasan
kebudayaan nasional yang dirumuskan oleh pemerintah berorientasi pada
pembangunan nasional yang dilandasi oleh semangat Pancasila. 1(Elly M.
Setiadi, ddk. Ilmu sosial dan Budaya dasar. Kencana Prenada Media. Jakarta,
2006 : Hlm 2.)

Kebudayaan nasional dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah


“puncak-puncak dari kebudayaan daerah”. Kutipan pernyataan ini merujuk
pada paham kesatuan makin dimantapkan, sehingga ketunggalikaan makin
lebih dirasakan daripada kebhinekaan. Wujudnya berupa negara kesatuan,
ekonomi nasional, hukum nasional, serta bahasa nasional. Definisi yang
diberikan oleh Koentjaraningrat dapat dilihat dari peryataannya: “yang khas
dan bermutu dari suku bangsa mana pun asalnya, asal bisa
mengidentifikasikan diri dan menimbulkan rasa bangga, itulah kebudayaan
nasional”. Pernyataan ini merujuk pada puncak-puncak kebudayaan daerah
dan kebudayaan suku bangsa yang bisa menimbulkan rasa bangga bagi orang
Indonesia jika ditampilkan untuk mewakili identitas bersama.
2(Koentjoroningrat. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. :Gramedia,
Jakarta, 1994. Hlm 1.)

Generasi milenial atau yang akrab disebut generasi Y yaitu kelompok


anak muda yang berusia belasan tahun hingga awal tiga puluhan yang lahir
pada awal 1980 hingga awal 2000 (Suryadi, 2015). Revolusi industri telah
terjadi sejak tahun 1750-an dan terus berlanjut sampai sekarang. Dimulai
dari mesin uap yang mendominasi industri saat itu, dari kereta sampai mesin
penggerak turbin. Dan sekarang memasuki revolusi industri ke 4, semuanya
telah berubah secara dramatis. Tren otomatisasi, pertukaran data terkini,
komputasi awan, Internet of things (iot), kecerdasan buatan atau artificial
intelligence (AI) dan semua hal virtual yang mampu memudahkan kegiatan
operasional kita. Semua itu merupakan salah satu wujud nyata dari
perkembangan arus globalisasi. 3(Yoris Sebastian, Dilla Amran,Youthlab.
Generasi Langgas Millenials Indonesia. : Gagas Media, Jakarta Selatan, 2018.
Hlm 1.)

A. Pendahuluan
Tulisan ini tentang eksistensi budaya nasional di era milenial 4.0.
Merambahnya budaya asing ke Indonesia melalui media massa serta media
dunia maya sangat mempengaruhi perkembangan budaya Indonesia. Proses
saling mempengaruhi adalah gejala yang wajar dalam interaksi antar
masyarakat. Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa
Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami
nusantara telah mengalami proses dipengaruhi dan mempengaruhi. Pada
hakekatnya bangsa Indonesia, juga bangsa-bangsa lain, berkembang karena
adanya pengaruh-pengaruh luar. Kemajuan bisa dihasilkan oleh interaksi
dengan pihak luar, hal inilah yang terjadi dalam proses globalisasi. Oleh
karena itu, globalisasi bukan hanya soal ekonomi namun juga terkait dengan
masalah atau isu makna budaya dimana nilai dan makna yang terlekat di
dalamnya masih tetap berarti.
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dalam
berbagai hal, seperti keanekaragaman budaya, lingkungan alam, dan wilayah
geografisnya. Kebudayaan lokal Indonesia yang sangat beranekaragam
menjadi suatu kebanggaan sekaligus tantangan untuk mempertahankan serta
mewariskan kepada generasi selanjutnya. Budaya lokal Indonesia sangat
membanggakan karena memiliki keanekaragaman yang sangat bervariasi
serta memiliki keunikan tersendiri. Setiap daerah akan mempunyai
kebudayaan yang berbeda, perbedaan itulah yang menjadi jati diri bangsa
sehingga ketika kebudayaan itu berubah atau hilang maka jati diri yang
dimilikinya akan memudar . Seiring berkembangnya zaman, menimbulkan
perubahan pola hidup masyakat yang lebih modern. Akibatnya, masyarakat
lebih memilih kebudayaan baru yang mungkin dinilai lebih praktis
dibandingkan dengan budaya lokal. Banyak faktor yang menyebabkan
budaya lokal dilupakan dimasa sekarang ini, misalnya masuknya budaya
asing.

Masuknya budaya asing ke suatu negara sebenarnya merupakan hal


yang wajar, asalkan budaya tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa.
Namun pada kenyataannya budaya asing mulai mendominasi sehingga
budaya lokal mulai dilupakan. Faktor lain yang menjadi masalah adalah
kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya peranan budaya lokal.
Budaya lokal adalah identitas bangsa. Sebagai identitas bangsa, budaya lokal
harus terus dijaga keaslian maupun kepemilikannya agar tidak dapat diakui
oleh negara lain. Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan budaya
asing masuk asalkan sesuai dengan kepribadian negara karena suatu negara
juga membutuhkan input-input dari negara lain yang akan berpengaruh
terhadap perkembangan di negaranya. Lalu strategi apa yang harus
dilakukan untuk tetap menjaga eksistensi dan keaslian budaya nasional di
era milenial 4.0 ini.

B. Pembahasan
1. Apa yang dimaksud eksistensi budaya nasional ?
Eksistensi di artikan sebagai keberadaan. dimana keberadaan yang di
maksud adalah adanya pengaruh atas ada atau tidak adanya kita. eksistensi
ini perlu “diberikan” orang lain kepada kita, karena dengan adanya respon
dari orang di sekeliling kita ini membuktikan bahwa keberadaan atau kita
diakui. Masalah keperluan akan nilai eksistensi ini sangat penting, karena ini
merupakan pembuktian akan hasil kerja atau performa di dalam suatu
lingkungan. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa :
“Eksistensi artinya keberadaan, keadaan, adanya” (Idrus, 1996 : 95). Apalagi
kata eksistensi demikian luas cakupannya. 4(Idrus, H.A. : Kamus Umum Baku
Bahasa Indonesia. Bintang Usaha, Surabaya, 1996. Hlm 2.)
Hakikat kebudayaan merujuk pada upaya manusia memanusiawikan
dirinya melalui pemanusiaan kehidupan. Man humanizes himself in
humanizing the world around him. Demikian tanda J.W.M. Baker. Oleh karena
itu, didalam proses kebudayaan, terdapat dua hal yang tidak bisa terpisah,
yakni pemanusiaan kehidupan dan pemanusiaan manusia. Artinya, tujuan
pengolahan dunia kehidupan adalah pemanusiaan kehidupan itu sendiri,
demi pemanusiaan manusia. Dalam proses ini budi merupakan objek formal
yang mengolah objek material berupa alam kehidupan. Hal ini yang
membuahkan kata budaya yang diambil dari bahasa Sansekerta, budhii dan
dhaya. Budhii Adalah akal yang telah dicerahi oleh roh (Atma). Sementara
dhaya adalah kekuatan pewujud. Oleh karena itu, budhii-dhaya merupakan
proses pendayaan budi: perwujudan budi. 5(J.W.M Bakker, Filsafat
Kebudayaan, Sebuah Pengantar, Yogyakarta: Kanisius, 1984. Hlm 32-35.)
Banyak berbagai definisi dari kebudayaan, Kebudayaan akan terus
tercipta dari masa kemasa, dari tempat ketempat dan dari orang keorang.
Kebudayaan adalah sebuah warisan dari para pendiri bangsa ini.
Perkembangannya tak semudah membalikkan telapak tangan, akan tetapi
melalui sebuah proses yang panjang lagi rumit. Berkembang dari dalam diri
masyarakat, juga dari bangsa asing yang dahulu datang ke nusantara. Dari itu
terlahirlah suatu budaya bangsa Indonesia yang modern seperti yang ada
saat ini. Sebagai generasi muda yang nanti kelak akan menjadi penerus sudah
seharusnya kita ikut melestarikan budaya agung yang kita miliki ini.
Jangan sampai warisan yang berharga ini hilang. Kita seharusnya
belajar tentang kebudayaan bangsa ini, karena budaya ini telah menjadi jati
diri bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia telah dikenal dunia internasional
karena kebudayaan yang dimiliki. Banyak orang-orang asing yang sedang
mempelajari kebudayaan di Indonesia, karena keanekaragaman yang ada.
Jika dijumlahkan mulai dari Sabang sampai Merauke terdapat beribu–ribu
kebudayaan yang berbeda. Mulai dari adat istiadat, kebiasaan, bahasa,rumah
adat, pakaian adat, makanan khas, dan masih banyak yang lainnya.
Indonesia adalah negara yang mempunyai beribu kebudayaan, karena
Indonesia bukanlah negara yang memiliki hanya satu daerah sehingga
kebudayaan bangsa Indonesia adalah kebudayaan lokal. Setiap daerah akan
mempunyai kebudayaan yang berbeda, perbedaan itulah yang menjadi jati
diri bangsa sehingga ketika kebudayaan itu berubah atau hilang maka jati diri
yang dimilikinya akan memudar. Banyak hal dapat dilakukan sebagai
apresiasi dari rasa cinta pada budaya, khususnya kebudayaan daerah.
Berbagai aktifitas dalam upaya pelestarian kebudayaan daerah mulai muncul
dari berbagai kalangan. Cara untuk melestarikan budaya bermacam - macam
baik secara langsung maupun secara tidak langsung. 6(Manfred B, Steger.
Globalisme : Bangkitnya Ideologi Pasar. Yogyakarta: Lafadf. 2006.)

Pernyataan ini merujuk pada puncak-puncak kebudayaan daerah dan


kebudayaan suku bangsa yang bisa menimbulkan rasa bangga bagi orang
Indonesia jika ditampilkan untuk mewakili identitas bersama. Pernyataan
yang tertera pada GBHN tersebut merupakan penjabaran dari UUD 1945
Pasal 32. Dewasa ini tokoh-tokoh kebudayaan Indonesia sedang
mempersoalkan eksistensi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional
terkait dihapuskannya tiga kalimat penjelasan pada pasal 32 dan munculnya
ayat yang baru. Mereka mempersoalkan adanya kemungkinan perpecahan
oleh kebudayaan daerah jika batasan mengenai kebudayaan nasional tidak
dijelaskan secara gamblang. Sebelum di amandemen, UUD 1945
menggunakan dua istilah untuk mengidentifikasi kebudayaan daerah dan
kebudayaan nasional. Kebudayaan bangsa, ialah kebudayaan- kebudayaan
lama dan asli yang terdapat sebagi puncak-puncak di daerah-daerah di
seluruh Indonesia, sedangkan kebudayaan nasional sendiri dipahami sebagai
kebudayaan bangsa yang sudah berada pada posisi yang memiliki makna
bagi seluruh bangsa indonesia. 7(Latif, Negara Paripurna. Hlm 184-193.)

Dalam kebudayaan nasional terdapat unsur pemersatu dari Banga


Indonesia yang sudah sadar dan mengalami persebaran secara nasional. Di
dalamnya terdapat unsur kebudayaan bangsa dan unsur kebudayaan asing,
serta unsur kreasi baru atau hasil invensi nasional.
Warisan Budaya diartikan oleh Davidson sebagai Produk atau hasil budaya
fisik dari tradisi-tradisi yang berbeda dan prestasi-prestasi spiritual dalam
bentuk nilai dari masa lalu yang menjadai elemen pokok dalam jati diri suatu
kelompok atau bangsa. Jadi warisan budaya merupakan hasil budaya fisik
(tangible), dan nilai budaya (intangible), dari masa lalu. Warisan budaya
adalah salah satu bagian dari Pusaka suatu bangsa, yaitu Pusaka Budaya.
Pusaka Budaya adalah hasil cipta, rasa, dan karsa yang istimewa dari lebih
500 suku bangsa di Tanah Air Indonesia, secara sendiri – sendiri, sebagai
kesatuan Bangsa Indonesia, dan dalam interaksinya dengan budaya lain
sepanjanag sejarah keberadaannya. Pusaka budaya mencakup pusaka
berwujud (tangible), dan pusaka tidak berwujud (intangible).
8(Koentjoroningrat.1994. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan.
Jakarta: Gramedia.)

2. Era Milenial 4.0


Revolusi industri adalah priode industrialisasi besar – besaran yang
terjadi selama akhir tahun 1700-an hingga awal 1800-an dimulai di
britaniaraya dan kemudian dengan cepat menyebar keseluruh dunia.
Revolusi industri Amerika yang biasa disebut revolusi industri ke-2, dimulai
antara tahun 1820 – 1870. Priode ini mencangkup mekanisme pertanian dan
manufaktur tekstil serta revolusi dalam pengwasaan, termasuk kapal uap
dan rell kereta api, yang berdampak sosial, budaya dan kondisi prekonomian.
Millennial generation atau generasi Y juga akrab disebut generation
me atau echo boomers. Secara harfiah memang tidak ada demografi khusus
menggolongkannya berdasarkan tahun awal dan akhir. Penggolongan
generasi Y terbentuk bagi mereka yang lahir pada 1980 - 1990, atau pada
awal 2000, dan seterusnya. 9(Yoris Sebastian, Dilla Amran,Youthlab. Generasi
Langgas Millenials Indonesia. : Gagas Media, Jakarta Selatan, 2018.)
Selama ribuan tahun, sebagian besar penduduk dunia membuat
berbagai benda dengan cara tradisional yang tidak pernah berubah.
Kemudian, lebih dari 250 tahun yang lalu, sebuah prubahan terjadi di Inggris.
Orang – orang yang hidup selama revolusi industri pertama, priode dari
sekitar tahun 1760 hingga tahun 1840, menjadi saksi dari pertumbuhan
pesat mesin dan industrialisasi.
Revolusi industri pertama dimulai pada abad ke – 18 hingga abat ke –
19. Ketika itu masyarakat petani mulai berubah arah menjadi masyarakat
urban. Banyak penemuan baru seperti kereta api lintas banua, listrik dan
penemuan lain mengubah tatanan masyarakat secara permanen. Industri
besi dan tekstil, bersama dengan pengembangan mesin uap, memainkan
peran sentral dalam revolusi industri. Revolusi industri ke dua berlangsung
antara tahun 1850 sampai tahun 1914. Kemajuan teknologi selama priode ini
antara lain penemuan telepon, bola lampu, piringan hitam, mesin
pembakaran internal, mobil, dan pesawat terbang. Revolusi industri ke tiga
(revolusi digital) dimulai antara tahun 1950 an. Ke majuan teknologi selama
priode ini antara lain penemuan TV, PC, dan lain lain. Revolusi industri ke
empat dimulai antara 2016 sampai sekarang. Kemajuan teknologi selama
priode ini antara lain penemuan, robotika, kecerdasan buatan, nano
teknologi, komputansi kuantum, bioteknologi, internet off things, pencetakan
3D dan kendaraan otonom.10(Gleson, Nancy W. 2018. Higher Education in
the Era of the Fourth Industrial Revolution. Springer. Singapure.)
Revolusi industri telah terjadi sejak tahun 1750-an dan terus berlanjut
sampai sekarang. Dimulai dari mesin uap yang mendominasi industri saat itu,
dari kereta sampai mesin penggerak turbin. Dan sekarang memasuki revolusi
industri ke 4, semuanya telah berubah secara dramatis. Tren otomatisasi,
pertukaran data terkini, komputasi awan, Internet of things (IoT), kecerdasan
buatan atau artificial intelligence (AI) dan semua hal virtual yang mampu
memudahkan kegiatan operasional kita. Awal 2016 Ericsson mengeluarkan
10 Tren Consumer Lab untuk memprediksi beragam keinginan
konsumen. Laporan Ericsson lahir berdasarkan wawancara kepada 4.000
responden yang tersebar di 24 negara dunia. Dari 10 tren tersebut beberapa
di antaranya, adalah adanya perhatian khusus terhadap perilaku generasi
milenial. Dalam laporan tersebut Ericsson mencatat, produk teknologi akan
mengikuti gaya hidup masyarakat milenial. Sebab, pergeseran perilaku turut
berubah beriringan dengan teknologi. "Produk teknologi baru akan muncul
sebagai akomodasi perubahan teknologi," ujar Presiden Director Ericsson
Indonesia Thomas Jul.

Sepanjang tahun ini, beberapa prediksi yang disampaikan Ericsson


berhasil terbukti. Salah satunya, perilaku Streaming Native yang kini kian
populer. Jumlah remaja yang mengonsumsi layanan streaming video kian tak
terbendung. Ericsson mencatat, hingga 2011 silam hanya ada sekitar tujuh
persen remaja berusia 16 - 19 tahun yang menonton video melalui
Youtube. Rata-rata mereka menghabiskan waktu di depan layar perangkat
mobile sekitar tiga jam sehari. Angka tersebut melambung empat tahun
kemudian menjadi 20 persen. Waktu yang dialokasikan untuk menonton
streaming juga meningkat tiga kali lipat. Fakta tersebut membuktikan,
perilaku generasi milenial sudah tak bisa dilepaskan dari menonton video
secara daring. Teknologi juga membuat para generasi internet tersebut
mengandalkan media sosial sebagai tempat mendapatkan informasi. Saat ini,
media sosial telah menjadi platform pelaporan dan sumber berita utama bagi
masyarakat. Tren tersebut sudah terbukti disepanjang 2016 melalui
beberapa peristiwa penting, seperti aksi teror bom. Masyarakat benar-benar
mengandalkan media sosial untuk mendapatkan informasi terkini dari
sebuah peristiwa. The Nielsen Global Survey of E-commerce juga melakukan
penelitian terhadap pergeseran perilaku belanja para generasi internet.
Penelitian dilakukan berdasar penetrasi internet di beberapa negara. Nielsen
melakukan riset terhadap 30 ribu responden yang memiliki akses internet
memadai. Responden tersebut berasal dari 60 negara di Asia Pasifik, Eropa,
Amerika Latin dan Utara, serta Timur Tengah. Studi tersebut
menggambarkan perilaku generasi akrab internet ini memilih jalur daring
untuk meneliti dan membeli beragam produk atau jasa dalam memenuhi
kebutuhan sehari hari.

Nielsen mencatat, pertumbuhan penetrasi perangkat mobile di kota-


kota besar Indonesia mencapai 88 persen. Kepemilikan perangkat mobile
menjadi salah satu faktor paling signifikan terhadap perilaku belanja daring.
Berdasarkan riset Nielsen tersebut, Indonesia memiliki peringkat teratas
secara global dalam hal penggunaan ponsel pintar untuk belanja daring.
Sebanyak 61 persen konsumen memilih berbelanja menggunakan ponsel
pintar, dan 38 persen lainnya memilih tablet atau perangkat mobile lain.
Sementara, 58 persen konsumen lebih memilih menggunakan komputer.
11(Furito, Dr. Asnan. 2017. Menelusuri Inovasi. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta)

Pengaruh Budaya Nasional Terhadap Budaya Bangsa

Ernes Prakasa, stand up comedi yang lahir tahun 1980 merasakan


betul transisi perkembangan teknologi. Menurutnya, yang bikin beda adalah
kehadiran internet. Semua informasi semua tersedia di internet. Sependapat
dengan Ernest, Alanda Kariza yang lahir pada 1991, merasakan sejak adanya
internet semuanya jadi sangat mudah dan banyak pilihan. 12(Yoris

Sebastian: Generasi Langgas. Jakarta, 2018. Hlm. 23.)


pengaruh terhadap perkembangan budaya bangsa Indonesia.
Derasnya arus informasi dan telekomunikasi ternyata menimbulkan sebuah
kecenderungan yang mengarah terhadap memudarnya nilai-nilai pelestarian
budaya. Perkembangan 3T (Transportasi, Telekomunikasi, dan Teknologi)
mengkibatkan berkurangnya keinginan untuk melestarikan budaya negeri
sendiri . Budaya Indonesia yang dulunya ramah-tamah, gotong royong dan
sopan berganti dengan budaya barat, misalnya pergaulan bebas. Di Tapanuli
(Sumatera Utara) misalnya, dua puluh tahun yang lalu, anak-anak remajanya
masih banyak yang berminat untuk belajar tari tor-tor dan tagading (alat
musik batak). Hampir setiap minggu dan dalam acara ritual kehidupan,
remaja di sana selalu diundang pentas sebagai hiburan budaya yang meriah.
Saat ini, ketika teknologi semakin maju, ironisnya kebudayaan-kebudayaan
daerah tersebut semakin lenyap di masyarakat, bahkan hanya dapat
disaksikan di televisi dan Taman Mini Indonesi Indah (TMII).
Padahal kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut, bila dikelola
dengan baik selain dapat menjadi pariwisata budaya yang menghasilkan
pendapatan untuk pemerintah baik pusat maupun daerah, juga dapat
menjadi lahan pekerjaan yang menjanjikan bagi masyarakat sekitarnya. Hal
lain yang merupakan pengaruh globalisasi adalah dalam pemakaian bahasa
indonesia yang baik dan benar (bahasa juga salah satu budaya bangsa).
Sudah lazim di Indonesia untuk menyebut orang kedua tunggal dengan
Bapak, Ibu, Pak, Bu, Saudara, Anda dibandingkan dengan kau atau kamu
sebagai pertimbangan nilai rasa. Sekarang ada kecenderungan di kalangan
anak muda yang lebih suka menggunakan bahasa Indonesia dialek Jakarta
seperti penyebutan kata gue (saya) dan lu (kamu). Selain itu kita sering
dengar anak muda mengunakan bahasa Indonesia dengan dicampur-campur
bahasa inggris seperti OK, No problem dan Yes’, bahkan kata-kata makian
(umpatan) sekalipun yang sering kita dengar di film-film barat, sering
diucapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kata-kata ini disebarkan melalui media TV dalam film-film, iklan dan
sinetron bersamaan dengan disebarkannya gaya hidup dan fashion.
Gaya berpakaian remaja Indonesia yang dulunya menjunjung tinggi norma
kesopanan telah berubah mengikuti perkembangan jaman. Ada
kecenderungan bagi remaja putri di kota-kota besar memakai pakaian minim
dan ketat yang memamerkan bagian tubuh tertentu. Budaya perpakaian
minim ini dianut dari film-film dan majalah-majalah luar negeri yang
ditransformasikan kedalam sinetron-sinetron Indonesia. Derasnya arus
informasi, yang juga ditandai dengan hadirnya internet, turut serta
menyumbang bagi perubahan cara berpakaian. Pakaian mini dan ketat telah
menjadi trend dilingkungan anak muda. Salah satu keberhasilan penyebaran
kebudayaan Barat ialah meluasnya anggapan bahwa ilmu dan teknologi yang
berkembang di Barat merupakan suatu yang universal. Masuknya budaya
barat (dalam kemasan ilmu dan teknologi) diterima dengan `baik`. Pada sisi
inilah globalisasi telah merasuki berbagai sistem nilai sosial dan budaya
Timur (termasuk Indonesia ) sehingga terbuka pula konflik nilai antara
teknologi dan nilai-nilai ketimuran.

3. Kendala-Kendala dalam Mengembangkan Budaya Nasional di Era


Milenial 4.0
Keanekaragaman budaya menjadi suatu kebanggaan sekaligus
tantangan untuk mempertahankan serta mewarisi kepada generasi
selanjutnya. Budaya lokal Indonesia sangat membanggakan karena memiliki
keanekaragaman yang sangat bervariasi serta memiliki keunikan tersendiri.
Seiring berkembangnya zaman, menimbulkan perubahan pola hidup
masyarakat yang lebih modern.
Akibatnya, masyarakat lebih memilih kebudayaan baru yang mungkin
dinilai lebih praktis dibandingkan dengan budaya lokal. Begitu banyak faktor
yang menyebabkan budaya lokal dilupakan dimasa sekarang ini, misalnya
masuknya budaya asing. Masuknya budaya asing adalah hal yang wajar
dikarenakan suatu negara tentu akan membutuhkan input-input berupa
budaya asing dengan syarat budaya itu sejalan dengan budaya kita ini, salah
satu faktor yang juga berperan penting adalah kesadaran dari manusia itu
sendiri. Karena bila kurangnya kesadaran dalam masyarakat tentu saja bisa
menjadi hal yang fatal karena kelestarian akan budaya itu lama kelamaan
akan hilang tergeser dengan seiringnya waktu. Saat ini begitu banyak juga
budaya budaya kita yang telah dilupakan salah satu contohnya adalah alat
musik Sasando. Alat musik sasando ini adalah alat musik sederhana yang
berasal dari Pulau Rote, biasa dimainkan dengan cara di petik. Namun karena
pengaruh dari budaya asing saat ini lebih banyak kaum atau generasi muda
yang lebih memilih memainkan gitar ketimbang sasando tersebut.
4. Cara Melestarikan dan Menjaga Eksistensi Budaya Nasional di Era
Milenial 4.0.
Pelestarian adalah suatu proses atau tehnik yang didasarkan pada
kebutuhan individu itu sendiri. Kelestarian tidak dapat berdiri sendiri. Oleh
karena itu harus dikembangkan pula. Melestarikan suatu kebudayaan pun
dengan cara mendalami atau paling tidak mengetahui tentang budaya itu
sendiri. Mempertahankan nilai budaya, salah satunya dengan
mengembangkan seni budaya tersebut disertai dengan keadaaan yang kita
alami sekarang ini. Yang bertujuan untuk menguatkan nilai-nilai budayanya.
Sebagai warga negara Indonesia, kita wajib melestarikan budaya-budaya
negara kita sendiri agar tidak luntur atau hilang. Contohnya seperti tarian,
makanan khas, baju daerah, dan sebagainya. Karena budaya yang kita punya
dapat mencerminkan kepribadian bangsa kita yaitu Indonesia. Walaupun
Indonesia memiliki berbagai macam suku dan adat tetapi tetap saja itu
semua merupakan satu bagian dari kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia. Cara Melestarikan Eksistensi Budaya Nasional di Era Milenial
dapat dilakukan melalui dua bentuk, diantaranya:
1. Culture Experience (Pengalaman Budaya )
Merupakan pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara terjun
langsung kedalam sebuah pengalaman kultural. contohnya, jika kebudayaan
tersebut berbentuk tarian, maka masyarakat dianjurkan untuk belajar dan
berlatih dalam menguasai tarian tersebut. Dengan demikian dalam setiap
tahunnya selalu dapat dijaga kelestarian budaya kita ini.
2. Culture Knowledge ( Pengetahuan Budaya )
Merupakan pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara membuat
suatu pusat informasi mengenai kebudayaan yang dapat difungsionalisasi
kedalam banyak bentuk. Tujuannya adalah untuk edukasi ataupun untuk
kepentingan pengembangan kebudayaan itu sendiri dan potensi
kepariwisataan daerah. Dengan demikian para Generasi Muda dapat
mengetahui tentang kebudayaanya sendiri.
Dengan hal ini setidaknya kita dapat mengantisipasi pencurian kebudayaan
yang dilakukan oleh negara - negara lain. Penyakit masyarakat kita ini adalah
mereka terkadang tidak bangga terhadap produk atau kebudayaannya
sendiri. Kita lebih bangga terhadap budaya-budaya impor yang sebenarnya
tidak sesuai dengan budaya kita sebagai orang timur. Budaya daerah banyak
hilang dikikis zaman. Oleh sebab kita sendiri yang tidak mau mempelajari
dan melestarikannya. Akibatnya kita baru bersuara ketika negara lain sukses
dan terkenal dengan budaya yang mereka curi secara diam-diam. Selain itu
peran pemerintah dalam melestarikan budaya bangsa juga sangatlah penting.
Bagaimanapun pemerintah memiliki peran yang cukup strategis dalam upaya
pelestarian kebudayaan daerah ditanah air.
Pemerintah harus mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang
mengarah pada upaya pelestarian kebudayaan nasional. Salah satu kebijakan
pemerintah yang pantas didukung adalah penampilan kebudayaan-
kebudayaan daerah disetiap event-event akbar nasional, misalnya tari-tarian
, lagu daerah, dan sebagainya. Semua itu harus dilakukan sebagai upaya
pengenalan kepada generasi muda, bahwa budaya yang ditampilkan itu
adalah warisan dari leluhurnya.
Bukan berasal dari negara tetangga. Demikian juga upaya-upaya
melalui jalur formal pendidikan. Masyarakat harus memahami dan
mengetahui berbagai kebudayaan yang kita miliki. Pemerintah juga dapat
lebih memusatkan perhatian pada pendidikan muatan lokal kebudayaan
daerah. Selain hal-hal tersebut diatas, masih ada berbagai cara dalam
melestarikan/menjaga eksistensi budaya, salah satunya adalah sebagai
berikut :

a. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam memajukan budaya


lokal.
b. Lebih mendorong kita untuk memaksimalkan potensi budaya lokal beserta
pemberdayaan dan pelestariannya.
c. Berusaha menghidupkan kembali semangat toleransi, kekeluargaan,
keramah-tamahan dan solidaritas yang tinggi.
d. Mengusahakan agar semua orang mampu mengelola keanekaragaman
budaya lokal Kebudayaan lokal Indonesia adalah kebudayaan yang hanya
dimiliki oleh bangsa indonesia dan setiap kebudayaan mempunyai ciri
khas masing–masing.

Bangsa indonesia juga sangat mempunyai kebudayaan lokal yang


sangat kaya dan beraneka ragam oleh sebab itu sebagai penerus kita wajib
menjaganya karena ketahanan kebudayaan lokal berada pada generasi
mudanya dan jangan sampai kita terbuai apalagi terjerumus pada budaya
asing karena tidak semua budaya asing sesuai dengan kepribadian bangsa
Indonesia bahkan disimpulkan tidak sedikit kebudayaan asing membawa
dampak negatif. Sebagai negara kepulauan pasti sulit untuk
mempertahankan persatuan dan kesatuan antara masyarakat. Namun hal itu
pasti bisa terwujud jika kita perduli untuk menjaga, mempelajari, serta
melestarikan sehingga kebudayaan lokal yang sangat kaya di Indonesia ini
tetap utuh dan tidak punah apalagi sampai dibajak atau dicuri oleh negara
lain karena kebudayaan tersebut merupakan identitas suatu bangsa dan
negara. Ada berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan
budaya, diantaranya yaitu:

a. Menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya budaya sebagai jati diri


bangsa.
b. Mempelajarinya dan mensosialisasikan kepada orang lain sehingga
mereka tertarik untuk ikut menjaga atau melestarikannya.
c. Membiasakan hal-hal atau kegiatan yang dapat melestarikan budaya
seperti memakai batik dan sasirangan atau bahkan belajar membuat
batik dan sasirangan, karena pelestarian bisa terjadi karena kita telah
terbiasa dengan kebudayaan tersebut.
d. Membuat suatu wadah khusus untuk pelestarian kebudayaan
Indonesia yang menanamkan nilai kebudayaan dari yang terkecil
sekalipun.

C. Penutup
Eksistensi Budaya Nasional di Era Milenial 4.0 sampailah pada
kesimpulan. Arus globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap
perkembangan budaya bangsa Indonesia. Derasnya arus informasi dan
telekomunikasi ternyata menimbulkan sebuah kecenderungan yang
mengarah terhadap memudarnya nilai-nilai pelestarian budaya.
Keanekaragaman budaya menjadi suatu kebanggaan sekaligus tantangan
untuk mempertahankan serta mewarisi kepada generasi selanjutnya.
Keanekaragaman budaya menjadi suatu kebanggaan sekaligus tantangan
untuk mempertahankan serta mewarisi kepada generasi selanjutnya.
Kelestarian tidak dapat berdiri sendiri. Oleh karena itu harus dikembangkan
pula. Melestarikan suatu kebudayaan pun dengan cara mendalami atau
paling tidak mengetahui tentang budaya itu sendiri.
Peran kebijaksanaan pemerintah yang lebih mengarah kepada
pertimbangan-pertimbangan ekonomi dari pada cultural atau budaya dapat
dikatakan merugikan suatu perkembangan kebudayaan. Pengaruh globalisasi
disatu sisi ternyata menimbulkan pengaruh yang negatif bagi kebudayaan
bangsa Indonesia. Norma-norma yang terkandung dalam kebudayaan bangsa
Indonesia perlahan-lahan mulai pudar. Gencarnya serbuan teknologi disertai
nilai-nilai interinsik yang diberlakukan di dalamnya, telah menimbulkan isu
mengenai globalisasi dan pada akhirnya menimbulkan nilai baru tentang
kesatuan dunia.
DAFTAR PUSTAKA

Elly M. Setiadi,dkk. 2006. Ilmu sosial dan Budaya dasar. Jakarta: Kencana
PrenadaMedia.

Herimanto dan Winarto. 2010. Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta:
Bumi Aksara.

Van, Paursen. 1995. Strategi Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.

Koentjoroningrat. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. :Gramedia,


Jakarta, 1994.

Yoris Sebastian, Dilla Amran,Youthlab. Generasi Langgas Millenials Indonesia. :


Gagas Media, Jakarta Selatan, 2018.

Idrus, H.A. : Kamus Umum Baku Bahasa Indonesia. Bintang Usaha, Surabaya,
1996.

J.W.M Bakker, Filsafat Kebudayaan, Sebuah Pengantar, Yogyakarta: Kanisius,


1984.
Manfred B, Steger. Globalisme : Bangkitnya Ideologi Pasar. Yogyakarta: Lafadf.
2006.

Latif, Negara Paripurna. Hlm 184-193.

Koentjoroningrat.1994. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta:


Gramedia.

Yoris Sebastian, Dilla Amran,Youthlab. Generasi Langgas Millenials Indonesia. :


Gagas Media, Jakarta Selatan, 2018.

Gleson, Nancy W. 2018. Higher Education in the Era of the Fourth Industrial
Revolution. Springer. Singapure.

Furito, Dr. Asnan. 2017. Menelusuri Inovasi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Ernest Prakasa. 2013. Orang Cina dan Komedi tunggal. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai