0
Jurnal ini disusun sebagai pra-syarat peserta
LK II INTERMEDIATE TRAINING
HMI CABANG BEKASI
Disusun oleh:
MUHAMAD HARTONO
A. Pendahuluan
Tulisan ini tentang eksistensi budaya nasional di era milenial 4.0.
Merambahnya budaya asing ke Indonesia melalui media massa serta media
dunia maya sangat mempengaruhi perkembangan budaya Indonesia. Proses
saling mempengaruhi adalah gejala yang wajar dalam interaksi antar
masyarakat. Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa
Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami
nusantara telah mengalami proses dipengaruhi dan mempengaruhi. Pada
hakekatnya bangsa Indonesia, juga bangsa-bangsa lain, berkembang karena
adanya pengaruh-pengaruh luar. Kemajuan bisa dihasilkan oleh interaksi
dengan pihak luar, hal inilah yang terjadi dalam proses globalisasi. Oleh
karena itu, globalisasi bukan hanya soal ekonomi namun juga terkait dengan
masalah atau isu makna budaya dimana nilai dan makna yang terlekat di
dalamnya masih tetap berarti.
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dalam
berbagai hal, seperti keanekaragaman budaya, lingkungan alam, dan wilayah
geografisnya. Kebudayaan lokal Indonesia yang sangat beranekaragam
menjadi suatu kebanggaan sekaligus tantangan untuk mempertahankan serta
mewariskan kepada generasi selanjutnya. Budaya lokal Indonesia sangat
membanggakan karena memiliki keanekaragaman yang sangat bervariasi
serta memiliki keunikan tersendiri. Setiap daerah akan mempunyai
kebudayaan yang berbeda, perbedaan itulah yang menjadi jati diri bangsa
sehingga ketika kebudayaan itu berubah atau hilang maka jati diri yang
dimilikinya akan memudar . Seiring berkembangnya zaman, menimbulkan
perubahan pola hidup masyakat yang lebih modern. Akibatnya, masyarakat
lebih memilih kebudayaan baru yang mungkin dinilai lebih praktis
dibandingkan dengan budaya lokal. Banyak faktor yang menyebabkan
budaya lokal dilupakan dimasa sekarang ini, misalnya masuknya budaya
asing.
B. Pembahasan
1. Apa yang dimaksud eksistensi budaya nasional ?
Eksistensi di artikan sebagai keberadaan. dimana keberadaan yang di
maksud adalah adanya pengaruh atas ada atau tidak adanya kita. eksistensi
ini perlu “diberikan” orang lain kepada kita, karena dengan adanya respon
dari orang di sekeliling kita ini membuktikan bahwa keberadaan atau kita
diakui. Masalah keperluan akan nilai eksistensi ini sangat penting, karena ini
merupakan pembuktian akan hasil kerja atau performa di dalam suatu
lingkungan. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa :
“Eksistensi artinya keberadaan, keadaan, adanya” (Idrus, 1996 : 95). Apalagi
kata eksistensi demikian luas cakupannya. 4(Idrus, H.A. : Kamus Umum Baku
Bahasa Indonesia. Bintang Usaha, Surabaya, 1996. Hlm 2.)
Hakikat kebudayaan merujuk pada upaya manusia memanusiawikan
dirinya melalui pemanusiaan kehidupan. Man humanizes himself in
humanizing the world around him. Demikian tanda J.W.M. Baker. Oleh karena
itu, didalam proses kebudayaan, terdapat dua hal yang tidak bisa terpisah,
yakni pemanusiaan kehidupan dan pemanusiaan manusia. Artinya, tujuan
pengolahan dunia kehidupan adalah pemanusiaan kehidupan itu sendiri,
demi pemanusiaan manusia. Dalam proses ini budi merupakan objek formal
yang mengolah objek material berupa alam kehidupan. Hal ini yang
membuahkan kata budaya yang diambil dari bahasa Sansekerta, budhii dan
dhaya. Budhii Adalah akal yang telah dicerahi oleh roh (Atma). Sementara
dhaya adalah kekuatan pewujud. Oleh karena itu, budhii-dhaya merupakan
proses pendayaan budi: perwujudan budi. 5(J.W.M Bakker, Filsafat
Kebudayaan, Sebuah Pengantar, Yogyakarta: Kanisius, 1984. Hlm 32-35.)
Banyak berbagai definisi dari kebudayaan, Kebudayaan akan terus
tercipta dari masa kemasa, dari tempat ketempat dan dari orang keorang.
Kebudayaan adalah sebuah warisan dari para pendiri bangsa ini.
Perkembangannya tak semudah membalikkan telapak tangan, akan tetapi
melalui sebuah proses yang panjang lagi rumit. Berkembang dari dalam diri
masyarakat, juga dari bangsa asing yang dahulu datang ke nusantara. Dari itu
terlahirlah suatu budaya bangsa Indonesia yang modern seperti yang ada
saat ini. Sebagai generasi muda yang nanti kelak akan menjadi penerus sudah
seharusnya kita ikut melestarikan budaya agung yang kita miliki ini.
Jangan sampai warisan yang berharga ini hilang. Kita seharusnya
belajar tentang kebudayaan bangsa ini, karena budaya ini telah menjadi jati
diri bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia telah dikenal dunia internasional
karena kebudayaan yang dimiliki. Banyak orang-orang asing yang sedang
mempelajari kebudayaan di Indonesia, karena keanekaragaman yang ada.
Jika dijumlahkan mulai dari Sabang sampai Merauke terdapat beribu–ribu
kebudayaan yang berbeda. Mulai dari adat istiadat, kebiasaan, bahasa,rumah
adat, pakaian adat, makanan khas, dan masih banyak yang lainnya.
Indonesia adalah negara yang mempunyai beribu kebudayaan, karena
Indonesia bukanlah negara yang memiliki hanya satu daerah sehingga
kebudayaan bangsa Indonesia adalah kebudayaan lokal. Setiap daerah akan
mempunyai kebudayaan yang berbeda, perbedaan itulah yang menjadi jati
diri bangsa sehingga ketika kebudayaan itu berubah atau hilang maka jati diri
yang dimilikinya akan memudar. Banyak hal dapat dilakukan sebagai
apresiasi dari rasa cinta pada budaya, khususnya kebudayaan daerah.
Berbagai aktifitas dalam upaya pelestarian kebudayaan daerah mulai muncul
dari berbagai kalangan. Cara untuk melestarikan budaya bermacam - macam
baik secara langsung maupun secara tidak langsung. 6(Manfred B, Steger.
Globalisme : Bangkitnya Ideologi Pasar. Yogyakarta: Lafadf. 2006.)
C. Penutup
Eksistensi Budaya Nasional di Era Milenial 4.0 sampailah pada
kesimpulan. Arus globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap
perkembangan budaya bangsa Indonesia. Derasnya arus informasi dan
telekomunikasi ternyata menimbulkan sebuah kecenderungan yang
mengarah terhadap memudarnya nilai-nilai pelestarian budaya.
Keanekaragaman budaya menjadi suatu kebanggaan sekaligus tantangan
untuk mempertahankan serta mewarisi kepada generasi selanjutnya.
Keanekaragaman budaya menjadi suatu kebanggaan sekaligus tantangan
untuk mempertahankan serta mewarisi kepada generasi selanjutnya.
Kelestarian tidak dapat berdiri sendiri. Oleh karena itu harus dikembangkan
pula. Melestarikan suatu kebudayaan pun dengan cara mendalami atau
paling tidak mengetahui tentang budaya itu sendiri.
Peran kebijaksanaan pemerintah yang lebih mengarah kepada
pertimbangan-pertimbangan ekonomi dari pada cultural atau budaya dapat
dikatakan merugikan suatu perkembangan kebudayaan. Pengaruh globalisasi
disatu sisi ternyata menimbulkan pengaruh yang negatif bagi kebudayaan
bangsa Indonesia. Norma-norma yang terkandung dalam kebudayaan bangsa
Indonesia perlahan-lahan mulai pudar. Gencarnya serbuan teknologi disertai
nilai-nilai interinsik yang diberlakukan di dalamnya, telah menimbulkan isu
mengenai globalisasi dan pada akhirnya menimbulkan nilai baru tentang
kesatuan dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Elly M. Setiadi,dkk. 2006. Ilmu sosial dan Budaya dasar. Jakarta: Kencana
PrenadaMedia.
Herimanto dan Winarto. 2010. Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta:
Bumi Aksara.
Idrus, H.A. : Kamus Umum Baku Bahasa Indonesia. Bintang Usaha, Surabaya,
1996.
Gleson, Nancy W. 2018. Higher Education in the Era of the Fourth Industrial
Revolution. Springer. Singapure.
Furito, Dr. Asnan. 2017. Menelusuri Inovasi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.