Anda di halaman 1dari 18

BUDAYA LOKAL : Pengertian, Konsep, Ciri-ciri, Contoh, Macam-macam

7816
1. Pengertian Budaya Lokal
Budaya lokal adalah nilai-nilai lokal hasil budi daya masyarakat suatu daerah yang
terbentuk secara alami dan diperoleh melalui proses belajar dari waktu ke waktu.
Budaya lokal dapat berupa hasil seni, tradisi, pola pikir, atau hukum adat. Indonesia
terdiri atas 34 provinsi, karena itu memiliki banyak kekayaan budaya. Kekayaan
budaya

tersebut

dapat

menjadi

aset

negara

yang

bermanfaat

untuk

memperkenalkan Indonesia ke dunia luar, salah satu di antaranya adalah Candi


Borobudur.
Referensi Antropologi :

Gambar 3. Arca Buddha dan stupa Borobudur. (Wikimedia Commons)


Kamadhatu melambangkan kaki. Hal ini adalah representasi dari dunia yang penuh
dengan kama atau nafsu (keinginan) manusia. Rupadhatu melambangkan dunia
yang masih terikat dengan rupa dan bentuk meskipun tidak mampu melepaskan dari
hawa nafsu. Dunia ini adalah alam antara yang membatasi Kamadhatu alam
bawah dengan Rupadhatu alam atas. Sementara itu, Arupadhatu melambangkan
tempat bersemayamnya para Buddha yang berada di alam atas. Pada alam tersebut

kebebasan akan hawa dunia yang masih mementingkan bentuk dan rupa telah
tercapai. Kebebasan tersebut dilambangkan dengan tidak adanya relief sebagai
tempat lenyapnya nafsu dunia. Relief ada jika disambung dapat mencapai panjang
2.900 m (hampir mencapai 3 km) dengan 1.460 adegan dan relief dekoratif (hiasan)
sebanyak 1.212 buah. Candi Borobudur memiliki 505 buah arca. Itulah salah satu
dari 7 keajaiban dunia. (Sumber: www.pikiran-rakyat.com)
Adat pernikahan secara tradisional adalah salah satu bentuk budaya lokal pula. Oleh
karena itu, jika ada sepasang pengantin yang berasal dari daerah yang berlainan,
seringkali mengenakan busana tradisional pernikahan bergantian sesuai dengan
busana daerah masing-masing mempelai. Demikian pula acara tradisi upacara
pernikahan diadakan dua kali, disesuaikan dengan upacara adat masing-masing
mempelai.
Bentuk lain dari budaya lokal adalah tarian tradisional. Tarian tradisional di Indonesia
awalnya

dipertunjukkan

untuk

peristiwa

tertentu

seperti

panen,

kelahiran,

pemakaman, dan pernikahan. Saat ini tradisi tersebut ada yang mengalami
pergeseran, tarian dipertunjukkan untuk acara komersial. Namun demikian, hal
tersebut dapat menjadi salah satu sarana untuk melestarikan budaya lokal, bahkan
untuk memperkenalkan budaya lokal ke tingkat yang lebih halus.
Bahasa daerah juga salah satu bentuk budaya lokal. Istilah-istilah yang berasal dari
bahasa

daerah

sesungguhnya

dapat

menjadi

suatu

kontrol

sosial

bagi

masyarakatnya. Hal ini akan dibahas pada bab selanjutnya di dalam buku ini.
Bentuk budaya lokal yang lain adalah mitos. Mitos adalah suatu cerita suci berupa
simbol yang mengisahkan peristiwa nyata atau imajiner mengenai perubahan alam
dan asal usul jagat raya, dewa-dewi, atau kepahlawanan seseorang.
Beberapa bentuk budaya lokal lain di antaranya adalah pakaian tradisional, folklor,
musik tradisional, olahraga tradisional, permainan anak tradisional, kerajinan tangan,
dan lain-lain. Menurut James Danandjaja (dalam Sulastrin Sutrisno, 1985:460),
folklor adalah sebagian kebudayaan Indonesia yang tersebar dan diwariskan secara
turun-temurun secara tradisional. Tradisi ini bisa berbeda-beda versinya baik dalam
bentuk lisan, perbuatan, maupun alat-alat pembantu pengingat. Kebudayaan
Indonesia yang berbentuk folklor memiliki ciri-ciri khusus antara lain sebagai berikut:

bersifat lisan, bersifat tradisional, versinya berbeda-beda, cenderung mempunyai


bentuk berumus atau berpola, tidak diketahui siapa penciptanya, mempunyai fungsi
dalam kehidupan kolektif yang memilikinya, berifat pralogis, menjadi hak milik
bersama, dan bersifat polos atau spontan.
Secara garis besar folklor dikelompokkan menjadi tiga antara lain sebagai berikut
(dikutip dari James Danandjaya, 1984).
a. Folklor Lisan
Yang tergabung ke dalam folklor lisan antara lain sebagai berikut.
1) Bahasa rakyat seperti logat, julukan, gelar, bahasa rahasia, dan sebagainya.
2) Ungkapan tradisional seperti peribahasa, pepatah, dan sebagainya.
3) Pertanyaan tradisional seperti teka-teki, cangkriman, dan sebagainya.
4) Puisi rakyat seperti pantun, syair, bidal, pemeo, dan lain-lain.
5) Cerita prosa rakyat seperti mite, legenda, dongeng, dan sebagainya.
6) Nyanyian rakyat
b. Folklor Sebagian Lisan
Yang tergabung dalam folklor sebagian lisan antara lain sebagai berikut.
1) Kepercayaan atau takhayul
2) Permainan dan hiburan rakyat
3) Teater rakyat seperti wayang orang (Jawa Tengah), ludruk (Jawa Timur), lenong
(Jakarta), arja (Bali)
4) Adat kebiasaan seperti khitanan, gotong royong, dan lain-lain.
5) Upacara-upacara yang dilaksanakan dalam siklus hidup manusia
6) Tari rakyat seperti Srimpi (Jawa Tengah), tari Tor-tor (Batak), tari doger (Jakarta).
7) Pesta rakyat seperti selamatan
c. Folklor Bukan Lisan
Folklor bukan lisan lain sebagai berikut.

1) Arsitektur seperti bentuk rumah adat dan lumbung padi


2) Hasil kerajinan rakyat seperti batik, patung, keris
3) Pakaian dan perhiasan seperti pakaian adat
4) Obat-obatan rakyat seperti jamu tradisional
5) Makanan dan minuman tradisional seperti rendang Padang, gudeg Yogyakarta
6) Alat musik tradisional seperti angklung, gamelan
7) Peralatan dan senjata seperti alat-alat rumah tangga, senjata untuk berburu
8) Mainan seperti boneka, alat musik, dan lain-lain.
Dalam sebuah folklor biasanya terkandung nilai, petuah, nasihat, dan pelajaran yang
bisa dijadikan cermin bagi orang yang membaca atau mendengarnya. Agar lebih
jelas silakan kamu baca contoh folklor berikut ini.
Nyi Pohaci
Alkisah Nyi Pohaci terlahir dari sebutir telur yang berasal dari air mata Dewa Naga
Anta. Dewa Naga Anta menangis karena dimarahi oleh Batara Narada.
Sesungguhnya Dewa Naga Anta ingin membantu pembangunan istananya Dewa
Guruingin, namun karena Dewa Naga Anta tidak memiliki tangan, maka tidak dapat
dilakukannya. Tiga tetas air mata Naga Anta menjelma menjadi tiga butir telur dan
digigitnya perlahan untuk dibawa kepada Dewa Guru.
Dalam perjalanan, ia tidak menjawab sapaan Elang karena mulutnya penuh dengan
telur. Karena tidak menjawab sapaan, Elang lalu menyambar Naga Anta sehingga
dua telur terjatuh ke bumi menjelma menjadi dua ekor babi hutan yang bernama
Kakabuat dan Budug Basu. Sebutir telur yang selamat akhirnya sampai ke hadapan
Dewa Guru dan diperintahkannya Naga Anta untuk mengerami telur tersebut.
Setelah menetas, muncullah seorang bayi cantik yang diberi nama Nyi Pohaci. Bayi
yang cantik tersebut akhirnya disusui oleh Dewi Umah; istri Dewa Guru. Setelah Nyi
Pohaci beranjak dewasa, Dewa Guru berniat menyuntingnya. Namun, Nyi Pohaci
jatuh sakit dan wafat. Nyi Pohaci dimakamkan di bumi. Dari makamnya muncul
beraneka tanaman yang dibutuhkan masyarakat Sunda. Kepala Nyi Pohaci
menjelma menjadi pohon kelapa, mata kanannya menjadi padi putih, mata kiri
menjadi padi merah, hatinya menjadi ketan, paha kanan menjadi bambu aur, paha
kiri menjadi bambu tali, betisnya menjadi pohon enau, ususnya menjadi akar
tunjang, dan rambutnya menjadi rerumputan.

Sayangnya, Kalabuat dan Budug Basu sering merusak tanaman-tanaman tersebut.


Untuk menjaga tanaman-tanaman tersebut, Yang Maha Wenang menciptakan Jaka
Sadana (Sulanjana), Sri Sadana, dan Rambut Sadana yang berasal dari tiga tetes
air mata Yang Maha Wenang. Selain itu, untuk memperbanyak tanaman-tanaman
tersebut di Kerajaan Pajajaran, Dewa Guru juga memerintah Batara Semar.
(Sumber: www.mail-archive.com)
Pada awal pembentukan disiplin antropologi di Indonesia, para ahli etnografi
berusaha untuk mendeskripsikan berbagai macam kebudayaan yang tersebar luas
di tanah air. Penelitian tersebut ditulis dalam buku Manusia dan Kebudayaan di
Indonesia karangan Koentjaraningrat yang berisi esai atau kumpulan tulisan
mengenai laporan etnografi kebudayaan suku bangsa di Indonesia.

1. Konsep Budaya Lokal

Budaya lokal biasanya didefinisikan sebagai budaya asli dari suatu kelompok
masyarakat tertentu. Menurut J.W. Ajawaila, budaya lokal adalah ciri khas budaya
sebuah kelompok masyarakat lokal. Akan tetapi, tidak mudah untuk merumuskan
atau mendefinisikan konsep budaya lokal. Menurut Irwan Abdullah, definisi
kebudayaan hampir selalu terikat pada batas-batas fisik dan geografis yang jelas.
Misalnya, budaya Jawa yang merujuk pada suatu tradisi yang berkembang di Pulau
Jawa. Oleh karena itu, batas geografis telah dijadikan landasan untuk merumuskan
definisi suatu kebudayaan lokal. Namun, dalam proses perubahan sosial budaya
telah muncul kecenderungan mencairnya batas-batas fisik suatu kebudayaan. Hal
itu dipengaruhi oleh faktor percepatan migrasi dan penyebaran media komunikasi
secara global sehingga tidak ada budaya lokal suatu kelompok masyarakat yang
masih sedemikian asli.
Menurut Geertz (1981) dalam bukunya Aneka Budaya dan Komunitas di Indonesia,
di Indonesia saat ini terdapat lebih 300 dari suku bangsa yang berbicara dalam 250
bahasa yang berbeda dan memiliki karakteristik budaya lokal yang berbeda pula.
Wilayah Indonesia memiliki kondisi geografis dan iklim yang berbeda-beda.
Misalnya, wilayah pesisir pantai Jawa yang beriklim tropis hingga wilayah

pegunungan Jayawijaya di Provinsi Papua yang bersalju. Perbedaan iklim dan


kondisi geografis tersebut berpengaruh terhadap kemajemukan budaya lokal di
Indonesia.
Pada saat nenek moyang bangsa Indonesia datang secara bergelombang dari
daerah Cina Selatan sekitar 2000 tahun sebelum Masehi, keadaan geografis
Indonesia yang luas tersebut telah memaksa nenek moyang bangsa Indonesia untuk
menetap di daerah yang terpisah satu sama lain. Isolasi geografis tersebut
mengakibatkan penduduk yang menempati setiap pulau di Nusantara tumbuh
menjadi kesatuan suku bangsa yang hidup terisolasi dari suku bangsa lainnya.
Setiap suku bangsa tersebut tumbuh menjadi kelompok masyarakat yang disatukan
oleh ikatan-ikatan emosional serta memandang diri mereka sebagai suatu kelompok
masyarakat

tersendiri.

Selanjutnya,

kelompok

suku

bangsa

tersebut

mengembangkan kepercayaan bahwa mereka memiliki asal-usul keturunan yang


sama dengan didukung oleh suatu kepercayaan yang berbentuk mitos-mitos yang
hidup di dalam masyarakat.
Kemajemukan budaya lokal di Indonesia tercermin dari keragaman budaya dan adat
istiadat dalam masyarakat. Suku bangsa di Indonesia, seperti suku Jawa, Sunda,
Batak, Minang, Timor, Bali, Sasak, Papua, dan Maluku memiliki adat istiadat dan
bahasa yang berbeda-beda. Setiap suku bangsa tersebut tumbuh dan berkembang
sesuai dengan alam lingkungannya. Keadaan geografis yang terisolir menyebabkan
penduduk setiap pulau mengembangkan pola hidup dan adat istiadat yang berbedabeda. Misalnya, perbedaan bahasa dan adat istiadat antara suku bangsa Gayo-Alas
di daerah pegunungan Gayo-Alas dengan penduduk suku bangsa Aceh yang tinggal
di pesisir pantai Aceh.
Menurut Soekmono (1998) dalam Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia I,
masyarakat awal pada zaman praaksara yang datang pertama kali di Kepulauan
Indonesia adalah ras Austroloid sekitar 20.000 tahun yang lalu. Selanjutnya, disusul
kedatangan ras Melanosoid Negroid sekitar 10.000 tahun lalu. Ras yang datang
terakhir ke Indonesia adalah ras Melayu Mongoloid sekitar 2500 tahun SM pada
zaman Neolithikum dan Logam. Ras Austroloid kemudian bermigrasi ke Australia
dan sisanya hidup di di Nusa Tenggara Timur dan Papua. Ras Melanesia Mongoloid
berkembang di Maluku dan Papua, sedangkan ras Melayu Mongoloid menyebar di
Indonesia bagian barat. Ras-ras tersebut tersebar dan membentuk berbagai suku

bangsa di Indonesia. Kondisi tersebut juga mendorong terjadinya kemajemukan


budaya lokal berbagai suku bangsa di Indonesia.
Menurut James J. Fox, di Indonesia terdapat sekitar 250 bahasa daerah, daerah
hukum adat, aneka ragam kebiasaan, dan adat istiadat. Namun, semua bahasa
daerah dan dialek itu sesungguhnya berasal dari sumber yang sama, yaitu bahasa
dan budaya Melayu Austronesia. Di antara suku bangsa Indonesia yang banyak
jumlahnya itu memiliki dasar persamaan sebagai berikut.
a. Asas-asas yang sama dalam bentuk persekutuan masyarakat, seperti bentuk
rumah dan adat perkawinan.
b. Asas-asas persamaan dalam hukum adat.
c. Persamaan kehidupan sosial yang berdasarkan asas kekeluargaan.
d. Asas-asas yang sama atas hak milik tanah.

2. Ciri Budaya Lokal

Ciri-ciri budaya lokal dapat dikenali dalam bentuk kelembagaan sosial yang dimiliki
oleh suatu suku bangsa. Kelembagaan sosial merupakan ikatan sosial bersama di
antara anggota masyarakat yang mengoordinasikan tindakan sosial bersama antara
anggota masyarakat. Lembaga sosial memiliki orientasi perilaku sosial ke dalam
yang sangat kuat. Hal itu ditunjukkan dengan orientasi untuk memenuhi kebutuhan
anggota lembaga sosial tersebut. Dalam lembaga sosial, hubungan sosial di antara
anggotanya sangat bersifat pribadi dan didasari oleh loyalitas yang tinggi terhadap
pemimpin dan gengsi sosial yang dimiliki. Bentuk kelembagaan sosial tersebut dapat
dijumpai dalam sistem gotong royong di Jawa dan di dalam sistem banjar atau
ikatan adat di Bali. Gotong royong merupakan ikatan hubungan tolong-menolong di
antara masyarakat desa. Di daerah pedesaan pola hubungan gotong royong dapat
terwujud dalam banyak aspek kehidupan. Kerja bakti, bersih desa, dan panen
bersama merupakan beberapa contoh dari aktivitas gotong royong yang sampai
sekarang masih dapat ditemukan di daerah pedesaan. Di dalam masyarakat Jawa,
kebiasaan gotong royong terbagi dalam berbagai macam bentuk. Bentuk itu di
antaranya berkaitan dengan upacara siklus hidup manusia, seperti perkawinan,
kematian, dan panen yang dikemas dalam bentuk selamatan.

Tokoh Antropologi :
Clifford Geertz

Clifford Geertz (ccs.research.yale.edu)


Clifford Geertz, seorang antropolog dari Amerika Serikat yang banyak menulis
mengenai kebudayaan Bali dan Jawa menguraikan gambaran acara selamatan
dalam masyarakat Jawa dalam karya monumentalnya The Religion of Java
(Abangan, Santri, dan Priyayi). Karya ini memberikan gambaran bahwa salah satu
aspek dari kebudayaan masyarakat Jawa yang tak lekang dimakan usia adalah
budaya selamatan. Sampai sekarang, kita masih bisa menemukan acara selamatan
meskipun dalam kemasan yang berbeda di daerah perkotaan dan pedesaan.
Karyanya mengenai kebudayaan Bali yang begitu detail dan kaya akan data
lapangan serta interpretasi yang mengagumkan ditulis dalam buku NEGARA The
Theatre State in Nineteenth Century Bali (Negara Teater: Kerajaan-Kerajaan di Bali
Abad Sembilan Belas).
Di dalam masyarakat Jawa, pelaksanaan selamatan ada yang dilakukan secara
individual ataupun secara kolektif. Tujuannya adalah untuk memperkuat ikatan sosial
masyarakat yang dilakukan oleh suatu kelompok sosial tertentu. Misalnya, keraton
Yogyakarta dan Surakarta adalah kelompok masyarakat yang paling sering
melakukan ritual selamatan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan, seperti
gerebeg, sedekah bumi, upacara apeman, dan gunungan yang masih dilaksanakan
sampai sekarang.

Di daerah Bali, beberapa bentuk kebudayaan lokal masih dilaksanakan sampai saat
ini. Misalnya, mebanten atau membuat sesaji setiap hari sebanyak tiga kali oleh
masyarakat Bali sebagai perwujudan rasa syukur, hormat, dan penyembahan
kepada Tuhan. Konsep kepercayaan masyarakat Bali yang menjadi budaya adalah
adat untuk melilitkan kain berwarna hitam dan putih pada batang pohon yang besar,
tiang, dan bangunan di setiap daerah di Pulau Bali. Selain itu, contoh budaya lokal
adalah upacara Ngaben yang saat ini menjadi tontonan para wisatawan yang datang
ke Bali.
Ngaben adalah upacara tradisi membakar jenazah orang yang sudah meninggal
sebagai bentuk penghormatan terhadap orang yang sudah meninggal. Salah satu
aktivitas masyarakat Bali yang diikat oleh prinsip kebudayaan lokal adalah sistem
pengairan di Bali yang disebut Subak. Subak adalah salah satu bentuk gotong
royong atau sistem pengelolaan air untuk mengairi lahan persawahan berbentuk
organisasi yang anggotanya diikat oleh pura subak. Di dalam sistem subak terdapat
pembagian kerja berdasarkan hak dan kewajiban sebagai anggota subak. Oleh
karena itu, apabila ada warga yang tidak menjadi anggota maka ia tidak berhak atas
jatah air untuk mengairi sawahnya dan mengurus pura serta bebas dari semua
kewajiban di sawah dan pura.
Budaya lokal di Indonesia mempunyai berbagai perbedaan. Suku-suku bangsa yang
sudah banyak bergaul dengan masyarakat luar dan bersentuhan dengan budaya
modern, seperti suku Jawa, Minangkabau, Batak, Aceh, dan Bugis memiliki budaya
lokal yang berbeda dengan suku bangsa yang masih tertutup atau terisolasi seperti
suku Dayak di pedalaman Kalimantan atau suku bangsa Wana di Sulawesi Tengah.
Perbedaan budaya tersebut bisa menimbulkan konflik sosial akibat adanya
perbedaan perilaku yang dilandasi nilai-nilai budaya yang berbeda. Oleh karena itu,
diperlukan

konsep

budaya

yang

mengandung

nilai

kebersamaan,

saling

menghormati, toleransi, dan solidaritas antar warga masyarakat yang hidup dalam
komunitas yang sama. Misalnya, para mahasiswa yang tinggal di rumah indekos di
Yogyakarta. Para mahasiswa tersebut berasal dari berbagai daerah di Indonesia
yang memiliki budaya dan adat istiadat yang berbeda-beda. Perbedaan budaya
tersebut bisa menimbulkan konflik sosial dalam kehidupan sehari-hari apabila tidak
dikelola dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan rasa toleransi dan saling
menghormati antar penghuni rumah indekos. Sikap toleransi antar penghuni rumah
indekos tersebut akan muncul apabila didasari prinsip relativisme budaya yang

memandang bahwa setiap kebudayaan tersebut berbeda dan unik serta tidak ada
nilai-nilai budaya suatu kelompok yang dianggap lebih baik atau buruk dibanding
kelompok lainnya.
WAWANCARA KEBUDAYAAN-KEBUDAYAAN di INDONESIA

Wawancara 2
1. T: Apa yang anda ketahui tentang Indonesia?
J: Indonesia adalah negara kepulauan yang artinya sebuah negara yang
mempunyai beribu-ribu pulau membentang dari Sabang hingga Merauke.
2. T: Apakah anda setuju Indonesia adalah negara yang sangat
indah?
J: Ya,Indonesia itu sangat indah karena banyak sekali pemandangan alam
di Indonesia yang begitu mengagumkan.Saya sangat kagum dengan alam
di Indonesia.
3. T: Apa yang anda ketahui dimana saja tempat-tempat yang
indah di
Indonesia?
J: Banyak sekali,seperti di Bali yang terkenal dengan pantaipantainya,Taman laut Bunaken,Palembang terkenal dengan jembatannya
dan sungainya,Lombok dengan pasir pantainya yang putih.Masih banyak
sebenarnya tempat-tempat yang indah di Indonesia tetapi saya tidak bisa
menyebutkan semuanya.
4. T: Bagaimana menurut anda,tentang kebudayaan di Indonesia?
J: Kebudayaan di Indonesia sangat banyak dan setiap pulau atau provinsi
pasti mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda,itu suatu kelebihan
negara Indonesia yang mempunyai beragam kebudayaan masinngmasing dan berbeda-beda.
5. T: Apakah anda bisa memberikan jenis kebudayaan yang ada di
Indonesia?
J: Seperti kebudayaan tarian tradisional,baju adat tradisional,lagu-lagu
daerah,makanan khas daerah,bahasa daerah,cerita legenda dan
sebagainya.
6. T: Bisakah anda menyebutkan tari-tarian tradisional dan dari
mana
saja jenis-jenis tarian tersebut?

J: Ya,saya akan memberikan contohnya tetapi,tidak semuanya.Seperti tari


pendet dan kecak yang berasal dari Bali,tari piring dari Padang,tari
jaipong dari Sunda,reog Ponorogo dari Jawa Timur dan lain-lain.
7. T: Soal tari pendet,bagaimana menurut anda tentang Malaysia
yang
menjiplak tarian tersebut?
J: Saya sangat kecewa dengan Malaysia yang terang-terangan mengklaim
bahwa tari pendet adalah punya mereka,seharusnya mereka tahu bahwa
tari pendet asli milik Indonesia dan itu sudah ada dari jaman dahulu.

8. T: Bagaimana saran anda agar tidak ada lagi warisan Indonesia


yang diklaim oleh negara lain?
J: Saya hanya ingin pemerintah Indonesia cepat tanggap soal penjiplakan
kebudayaan Indonesia karena ini adalah warisan untuk Indonesia dan
mudah-mudahan semua kebudayaan di Indonesia terus dilestarikan.
9. T: Apa yang anda ketahui tentang batik yang saat ini sedang
mendunia?
J: Batik adalah sebuah karya seni yang diukir di sebuah kain dengan corak
yang khas dan dibuat sendiri oleh manusia.Sekarang,batik di negara lain
pun sudah banyak yang punya dan mereka juga sudah bisa membuat
sendiri,tetapi saya yakin batik itu berasal dari Indonesia.Sudah banyak
negara-negara yang mengklaim kalau mereka juga punya batik sendiri.
10.T: Bagaimana anda tahu jika batik itu benar-benar milik
Indonesia?
J: Ya,karena kita sudah tahu dari dulu Indonesia sudah ada dari jaman
dahulu.Banyak sekali rakyat Indonesia memakai batik,bahkan batik itu
pakaian yang digunakan untuk acara-acara yang resmi walaupun batik
belum begitu terkenal pada saat itu dan sekarang batik sudah sangat
terkenal dimana-mana tetapi,banyak yang bilang kalau batik berasal dari
Indonesia.
11.T: Apakah anda bangga dengan Indonesia dan
kebudayaannya?
J: Ya,saya sangat bangga menjadi warga Indonesia karena banyak sekali
kekayaan Indonesia yang berlimpah,kebudayaan yang beragam,pulaupulau yang begitu eksotis dan saya benar-benar cinta Indonesia.
12.T: Kebudayaan apa yang anda kagumi dan berasal dari mana

Kebudayaan itu?
J: Saya mengagumi semua kebudayaan di Indonesia karena semua begitu
mengagumkan.Tetapi yang saya sukai adlah kebudayaan di Jawa Tengah
yang terkenal dengan Wayang Kulitnya,makanan khasnya.Mudahmudahan makin banyak kebudayaan di Indonesia dan benar-benar
dilestarikan.

Wawancara 2
1. T: Apa yang anda ketahui tentang Indonesia?
J: Indonesia itu adalah negara yang berupa pulau-pulau besar dan kecil
yang bersatu dari Sabang sampai Merauke dan menjadi negara Indonesia.
2. T: Apakah anda setuju Indonesia adalah negara yang sangat
indah?
J: Setuju,karena setiap pulau di Indonesia mempunyai keindahan yang ada
seperti keindahan alamnya.
3. T: Apa yang anda ketahui dimana saja tempat-tempat yang
indah di
Indonesia?
J: Tempat-tempat di Indonesia itu seperti Taman laut
Bunaken,Prangritis,Danau Toba,Tangkuban Perahu,Bali dan itu semua
terkenal dengan alammya yang eksotis.Masih banyak lagi tempat-tempat
yang indah selain yang saya sebutkan.
4. T: Bagaimana menurut anda tentang kebudayaan di Indonesia?
J: Kebudayaan di Indonesia itu menurut saya sangat bagus dan banyak
sekali karena kebudayaan di Indonesia tidak hanya satu bisa jadi,beriburibu kebudayaan masing-masing dan setiap provinsi mempunyai
kebudayaan yang berbeda yang membuat Indonesia kaya akan
kebudayaannya.
5. T: Apakah anda bisa memberikan jenis kebudayaan yang ada di
Indonesia?
J: Ya,seperti tari-tarian,lagu-lagu daerah,senjata tradisional,baju daerah
dan sebagainya.Pastinya lebih banyak lagi keragaman kebudayaan yang
ada di Indonesia.

6. T: Bisakah anda menyebutkan contoh dari jenis kebudayaan di


Indonesia dan dari mana asalnya?
J: Seperti tari Bali,kecak dan pendet,tari jaipong dari Jawa Barat dan lainlain.Senjata tradisional seperti keris dari Jawa,parang dari Jawa
Timur,golok dari Betawi dan sebagainya.Masih banyak lagi kcontoh
kebudayaan yang ada.
7. T: Soal tari pendet,bagaimana menurut anda tentang Malaysia
yang
mengklaim itu miliknya?
J: Tidak setuju,karena tari pendet itu benar-benar milik Indonesia dan
semua rakyat Indonesia pun tahu akan hal itu dan sekarang masalah ini
sudah selesai karena Malaysia minta maaf akan hal ini tetapi
bagaimanapun kita harus tetap waspada karena masih banyak
kebudayaan kita yang dijiplak oleh mereka.

8. T: Bagaimana upaya anda agar tidak ada kebudayaan Indonesia


Yang diklaim oleh negara lain?
J: Upaya saya,agar rakyat Indonesia dan pemerintah terus memperhatikan
kebudayaan di Indonesia dan terus dilestarikan karena ini adalah waarisan
untuk masa-masa yang akan datang agar Indonesia tetap menjadi negara
yang beraneka ragam budaya yang begitu banyak.
9. T: Apa yang anda ketahui tentang batik yang saat ini sedang
mendunia?
J: Batik adalah karya seni buatan Indonesia dan buatan tangan yang diukir
di kain dengan corak-corak yang unik.Tetapi sekarang banyak batik yang
sudah memakai mesin cetak dan hasilnya tidak kalah bagus dengan
buatan manual.
10.T: Bagaimana anda tahu kalau batik itu benar-benar dari
Indonesia?
J: Karena dari abad-abad lalu,batik sudah ada walaupun belum terkenal
seperti sekarang.Banyak sekali rakyat Indonesia yang tahu akan asal usul
batik itu dan sekarang batik sudah bisa dipakai untuk sehari-hari dan
banyak model batik yang beragam.
11.T: Apakah anda bangga dengan Indonesia dan
kebudayaannya?
J: Ya,sangat bangga karena saya bisa tahu beragam budaya di Indonesia
apalagi bukan hanya rakyat Indonesia yang bangga terhadap negara
sendiri tetapi negara lain pun memuji Indonesia yang terkenal eksotis.

12.T: Kebudayaan apa yang anda kagumi dan berasal dari mana
Kebudayaan itu?
J: Semuanya saya sangat kagum akan kebudayaan Indonesia karena
mempunyai cirri khas masing-masing.Perbedaan itu tidak dapat dijadikan
penghalang.

NRP/TDP

DOKUMEN AMDAL

Anda mungkin juga menyukai