Anda di halaman 1dari 3

Resensi Buku Gatra Wayang

Indonesia
Judul Buku : Gatra Wayang Indonesia
Pengarang : Solichin
Penerbit

: SENA WANGI

Tahun Terbit : Cetakan pertama, November 2013


Kota Terbit : Jakarta
Tebal Buku : 357 halaman

Wayang merupakan seni yang epideni-adiluhung, yaitu seni yang


indah dan mengandung nilai-nilai keutamaan hidup. Asal mula wayang
di Indonesia diperkirakan pada tahun 1500 SM yang masih dalam
bentuk ritual animisme. Nenek moyang percaya bahwa roh atau arwah
orang yang meninggal tetap hidup dan bisa memberi pertolongan pada
yang masih hidup. Kerena itu, roh tersebut dipuja-puja dengan sebutan
hyang atau dahyang. Para hyang ini diwujudkan dalam bentuk
patung atau gambar. Dari pemujaan yang inilah asal-usul pertunjukan
wayang.

Budaya

ini

kemudian

berkembang

di

Indonesia

dan

mengalami akulturasi dengan budaya-budaya lain yang memiliki adat


istiadatnya sendiri. Wayang juga terbawa oleh proses transmigrasi dari
Jawa dan Bali ke wilayah Indonesia lainnya sehingga seni budaya
wayang kulit Purwa, wayang Golek Sunda, dan wayang Bali tersebar
hampir di seluruh tanah air.
Kehadiran Gatra Wayang Indonesia dalam hal ini melengkapi
kepustakaan tanah air perihal ensiklopedia tentang wayang yang
membahas secara spesifik seputar jenis-jenis wayang yang jumlahnya
tidak kurang dari 100 jenis yang akhirnya tumbuh dan berkembang di
Indonesia. Buku ini merekam secara detil jejak wayang di Indonesia,
mulai

dari

sejarah

perkembangan,

peta

persebaran,

hingga

pendeskripsian 11 ragam wayang yang mewakili ratusan seni budaya


wayang dengan asal dan karakteristiknya masing-masing. Di antaranya
wayang kulit Purwa Gaya Surakarta, wayang kulit Purwa Gaya

Yogyakarta, wayang kulit Purwa Gaya Banyumas, wayang kulit Purwa


Gaya Jawa Timur, Wayang kulit Parwa Bali, wayang Golek Sunda,
wayang Sasak dari Nusa Tenggara Barat, wayang Palembang, wayang
Banjar, wayang Kulit Betawi, dan wayang Orang.
Gatra Wayang Indonesia juga mengulas tentang perkembangan
cerita wayang di Indonesia serta misi yang ada di dalamnya. Pada
umumnya,

sumber

cerita

wayang

dari

Epos

Ramayana

dan

Mahabarata. Tetapi ada pula yang menggunakan cerita Menak yang


disadur dari hikayat Amir Hamzah. Ada juga yang menceritakan
legenda seperti wayang Sigale-Gale dari Sumatra Utara. Kemampuan
wayang sebagai tontonan, tatanan, dan tuntunan hendaknya benarbenar dikembangkan menjadi kekuatan bagi sarana komunikasi massa
yang

efektif

menjangkau

semua

lapisan

masyarakat,

terutama

masyarakat bawah atau grassroots yang biasanya sulit ditembus oleh


sarana komunikasi lainnya. Misi dari pewayangan ini juga semakin
berkembang, antara lain sebagai sarana pendidikan budi pekerti,
pembentukan karakter, hingga sosialisasi pembangunan nasional.
Kemudian pada bagian akhir buku ini, berbagai organisasi atau
lembaga yang bergerak di bidang pelestarian wayang juga dipaparkan
secara

detil

dan

sistematis.

Hingga

saat

ini,

organisasi

resmi

pewayangan yang telah berdiri yaitu SENA WANGI (Sekretariat Nasional


Pewayangan Indonesia) yang bertugas mengoordinasikan kegiatan
pewayangan

secara

nasional,

PEPADI

(Persatuan

Pedalangan

Indonesia) yaitu organisasi profesi pedalangan yang beranggotakan


dalang,

pesinden,

pengrawit,

(ASEAN Puppetry Association)

dan

yang

pengrajin

dibentuk

wayang,

untuk

APA

menggalang

kerjasama di ASEAN, serta pada tingkat dunia terdapat UNIMA (Union


Internationale de la Marionette). Kelebihan dari buku ini adalah:
1.

Kertas dengan kualitas baik.

2.

Penjelasan yang detil dan cenderung mudah dimengerti saat


dikonsumsi pembaca awam.

3.

Data yang disajikan lengkap.

4.

Dilengkapi
Yogyakarta.

dengan

koleksi

foto-foto

ekslusif

dari

Keraton

5.

Menggunakan dua bahasa (Indonesia dan Inggris).

Kekurangan: Belum dijual bebas.


Amanat: Membuka mata masyarakat Indonesia bahwa kesenian dan
kebudayaan wayang di Indonesia beraneka ragam dan bukan hanya
milik orang Jawa. Hal ini perlu dilestarikan sebagai tanggung jawab
bangsa dalam menjaga penghargaan UNESCO yang telah menetapkan
wayang sebagai World Heritage, a Masterpiece of the Oral and
Intangible Heritage of Humanity.
Khalayak: Semua umur, baik di Indonesia maupun luar negeri.

Anda mungkin juga menyukai