Anda di halaman 1dari 25

HUKUM ISLAM DI

INDONESIA

Dr. MOCHAMMAD AE
DUNURAENI,S.H,M.H
 Sistem hukum di Indonesia:
 Sistem hukumnya majemuk, krn berlaku beberapa
sistem hukum, yaitu:
hukum adat, Islam dan barat.

Di dunia sekurang-kurangnya berlaku 5 sistem


hukum, yaitu :
sistem common law, sistem civil law, sistem
hukum adat,sistem hukum Islam dan sistem
hukum komunis/sosialis.
 Perbandingan sistem hukum Adat,sistem
hukum Islam dan sistem Hukum Barat
 Keadaannya:
 Hukum Adat
 Telah lama berlaku di Indonesia dan tidak dapat
ditentukan secara pasti waktu mulai berlakunya.
 Hukum yang tertua umurnya jika dibandingkan dengan
HA dan HI.
 Sebelum tahun 1927 keadaan dan berlakunya biasa
saja, namun sejak tahun 1927 pemerintah Belanda
dalam rangka melaksanakan politik hukumnya mulai
memperhatikan dan mempelajari HA, sejalan dengan
diberlakukannya teori resepsi.
 Hukum Islam:
 Dikenal sejak Islam masuk ke Indonesia.
 Belum ada kata sepakat mengenai kapan Islam masuk ke
Indonesia. Ada yang mengatakan tahun 1 H atau abad ke-7
Masehi, ada yang mengatakan pada abad 7 H atau abad 13 M.
 Hukum Islam berlaku, diikuti dan dilaksanakan di Indonesia
sejak Islam masuk ke Indonesia.
 Bukti: dapat dilihat pada studi para pujangga mengenai hukum
Islam dan peranannya dalam menyelesaikan perkara-perkara
yang timbul dalam masyarakat.
 Hal ini dapat dilihat dalam kitab miratul Thullab, sirathal
mustaqim, Sabilal Muhtadin, Kutaragama.
 Setelah Belanda menjajah maka Hukum Islam “dikendalikan”
dan sejak berlakunya teori resepsi perkembangan hukum Islam
dihambat.
 Hukum Barat
 Diperkenalkan di Indonesia sejak kedatangan orang-
orang Belanda untuk berdagang.
 Awalnya hanya diberlakukan bagi orang Belanda dan
Eropa saja.
 Kemudian melalui berbagai upaya peraturan peraturan
perundang-undangan hukum Barat berlaku juga bagi
mereka yang disamakan dengan orang Eropa dan Timur
Asing dan orang Indonesia.
 Keadaan hukum Barat ini jauh lebih baik dan
menguntungkan daripada HA dan HI karena merupakan
hukum penguasa.
 HA dan HI berlaku bagi orang Indonesia asli dan
mereka yang disamakan dengan penduduk
“bumiputera”. Keadaan ini diatur pem Bld sejak
thn 1854-1942.
 Bentuk
 Hukum Adat:
 Pada dasarnya HA adalah hukum yang tidak
tertulis. Ia tumbuh, berkembang dan hilang sejalan
dengan pertumbuhan dan perkembangan
masyarakat.

 Saat ini ada usaha-usaha untuk mengangkat


hukum adat menjadi hukum perundang-undangan
agar memperoleh bentuk tertulis. Sebagai contoh :
UUPA.
 Hukum Islam
 Bentuknya juga tidak tertulis, artinya HI tidak tertulis
dalam peraturan perundang-undangan.
 HI dalam makna hukum fikih Islam adalah hukum yang
bersumber dan disalurkan dari hukum syari’at Islam
yang terdapat dalam Q dan Sunnah, kmd
dikembangkan melalui ijtihad.
 Hasil ijtihad ini terdapat dalam kitab-kitab
fikih.Misalnya: Muharrar kr ar-Rafi, Fathul Mu’in kr al-
Malabari.
 Tdk ada sanksi dari penguasa namun dipatuhi oleh
umat Islam karena kesadaran dan keyakinan bahwa
HI adalah hukum yang benar.
 Hukum Barat
 Tertulis dalam bhs Belanda dalam UU atau kitab
UU, seperti BW.
 Krn bhs menjadi rintangan utk berlakunya hukum
ini sebagai hukum tertulis dalam perUUan aslinya,
maka diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, BW
menjadi KUHPer.
 Terjemahan ini merupakan karya pribadi
seseorang, krnnya merupakan hukum yang semu
tertulis.
 Karena terjemahan maka isi dan makna pasal-
pasalnya pun telah agak berbeda dengan konsep
atau pengertiannya semula.
 Tujuannya:
 Hukum Adat
 Bertujuan untuk menyelenggarakan kehidupan
masyarakat yang aman, tenteram, dan sejahtera .
 Hukum Islam
 Bertujuan untuk melaksanakan perintah dan kehendak
Allah serta menjauhi larangan-Nya.
 Abu Ishaq as-Shatibi merumuskan 5 tujuan HI, yakni
memelihara agama, jiwa, akal, keturunan dan harta
benda. Jika kelima tujuan ini tercapai maka manusia
akan mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat.
 Hukum Barat
 Kepastian dan keadilan hukum.
 Sumber:
 Mengenai sumber ketiga sistem hukum tersebut, dapat
dikategorikan ke dalam:
 1. Sumber pengenal
 Hukum Adat
 Menurut B. ter Haar yang menjadi sumber
pengenalnya adalah keputusan penguasa adat.
 Hal ini dibantah oleh Koesnoe. Menurut beliau sumber
pengenal HA ialah apa yang benar-benar terlaksana di
dalam pergaulan hukum di dalam masyarakat ybs.
 Yang dimaksud dengan pergaulan hukum di sini adalah
segala gejala sosial yang dikehendaki atau tidak oleh
para fihak ada dalam masyarakat ybs yg di dalamnya
terkandung gejala-gejala sosial lain menyertainya.
 Hukum Islam
 Sumber pengenal HI dalam pengertian hukum
syari’at adalah al-Qur’an dan kitab-kitab
hadis.
 Sumber pengenal HI dalam penertian hukum
fikih adalah kitab-kitab fikih yang memuat
hasil ijtihad.
 Karenanya sumber pengenal HI tersimpan
dengan baik dalam dokumen-dokumen yang
terpelihara dengan baik dari masa ke masa.
 Hukum Barat
 Sumber pengenal hukum barat adalah segala
peraturan perundang-undangan sejak zaman
kolonial dahulu beserta segala perubahannya
yang dinyatakan dalam Staatsblad atau
Lembaran Negara.

 Sumber Isi
 Hukum Adat
 Kesadaran hukum yang hidup dalam
masyarakat adat.
 Hukum Islam
 Dalam pengertian syari’at adalah kemauan
Allah berupa wahyu yang terdapat dalam al-
Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad yang
tertulis dalam kitab-kitab hadis. Dan dalam
pengertian fikih sumber ketiga adalah akal
fikiran atau ra’yu.

 Hukum Barat
 Adalah kemauan pembentuk UU di negeri
Belanda di masa lalu.
 Sumber Pengikat
 Hukum Adat
 Adalah rasa malu yang ditimbulkan oleh
karena berfungsinya sistem nilai dalam
masyarakat adat ybs atau karena upaya-upaya
lain yang pada akhirnya akan mengenai ybs
jika tidak mematuhi hukum yang ada.

 Jadi kekuatan mengikat HA adalah kesadaran


hukum anggota masyarakat adat ybs.
 Hukum Islam
 Sumber pengikatnya adalah iman dan tingkat
ketakwaan seorang muslim.

 Hukum Barat
 Sumber pengikatnya adalah kekuasaan
negara yang membentuk uu itu dahulu yang
melalui aturan peralihan UUD kita, kini
dilanjutkan oleh alat kekuasaan negara RI.
 Struktur
Yang dimaksud dengan struktur disini adalah
tumpukan logis dari lapisan yang ada pada sistem
hukum ybs.
Hukum Adat
Misal dalam HA Minangkabau ada teori struktur yaitu :

1. Adat nan sabana adat I adalah adat yang tidak dibuat


oleh manusia tetapi oleh dan berasal dari alam.
Merupakan guru bagi kehidupan manusia. Sering
dikatakan sebagai hukum alam.
Hasilnya disebut sebagai adat pusaka.
 Adat Pusaka dibedakan ke dalam tiga kategori yakni :
 a. Adat Istiadat
adalah segala dalil dan ajaran mengenai bagaimana
orang bertingkah laku dalam masyarakat.
b. Adat nan Teradat
adalah ajaran dan dalil yang dituangkan ke dlm
bangunan-bangunan adat yg lebih nyata yg menjadi
kebutuhan masyarakat sehari-hari, seperti
perkawinan, kewarisan, jual beli, dsbnya.
c. Adat nan Diadatkan
bangunan-bangunan adat mendapat lingkungan adat
dan diwujudkan di dalam kehidupan sehari-hari.
 Hukum Islam
 Struktur HI terdiri dari :
1. nas al-Qur’an;
2. sunnah Rasulullah;
3. hasil ijtihad;
4. pelaksanaannya dalam konkreto oleh
masyarakat Islam baik berupa keputusan-
keputusan hakim maupun amalan-amalan umat
Islam.
 Hukum Barat
Strukturnya adalah :
Kitab UU yang dibuat oleh lembaga legislatif. Dari
kitab uu itu ditarik kesimpulan-kesimpulan berupa
keputusan hukum oleh petugas hukum dalam arti
luas. Dari sini lahirlah amalan keputusan tersebut.
 Lingkup Masalah
 Hukum Adat dan Hukum Barat
Ruang lingkup keduanya ada kesamaan yaitu keduanya
hanya mengatur hubungan antara manusia dengan
manusia dan penguasa dalam masyarakat. Jadi hanya
duniawi saja.

Hukum Islam
Ruang lingkupnya tidak hanya masalah hubungan antara
manusia dengan manusia lain serta penguasa dalam
masyarakat , tetapi juga mengatur hubungan manusia
dengan Allah. Jadi ruang lingkup HI selain memandang
konsekuensi duniawi tapi juga akhirat.
 Pembidangan
 Hukum Adat
 HA tidak mengenal pembidangan hukum perdata dan
hukum publik. Dalam HA tidak ada pemisahan yang
tajam antara kepentingan pribadi (perdata) dengan
kepentingan umum (publik). Dalam konsep HA
manusia dipandang sebagai pribadi-pribadi yang
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
masyarakat.
 Hukum Islam
 Terdapat pembidangan yaitu ibadat dan muamalat.
 Dalam bidang muamalat HI tidak membedakan antara
hukum perdata dengan hukum publik, sebab dalam
dalam soalTerdapat pembidangan yaitu ibadat dan
muamalat.
 Dalam bidang muamalat HI tidak membedakan antara
hukum perdata dengan hukum publik, sebab dalam
dalam soal perdata terdapat segi-segi publik, dalam
soal publik terdapat segi-segi perdatanya.
 Hukum Barat
 Dikenal pembidangan hukum privat (perdata) dan
hukum publik.

 Hak dan Kewajiban


 Hukum Islam
Dalam sistem HI kewajiban lebih diutamakan dari hak.
Hukum Barat
Hak didahulukan dari kewajiban.
 Norma atau Kaidah Hukum
 Hukum Barat
 Dikenal 3 norma atau kaidah, yaitu:
1. Impere (perintah);
2. Prohibere (larangan);
3. Permittere (yang dibolehkan).
Hukum Islam
Ada 5 macam norma atau kaidah hukum yaitu al-
Ahkam al-Khamsah, fard /wajib, sunnah (anjuran),
jaiz/mubah/ibahah (kebolehan), makruh (celaan), dan
haram (larangan).
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai