Anda di halaman 1dari 13

JURNAL KRIYA

WAYANG BEBER KARYA PUJIANTO KASIDI


STUDI BIOGRAFI DAN ESTETIKA

Yoke Satya Pratama1, Sri Marwati2


Prodi S1-Kriya Seni, Fakultas Seni Rupa dan Desain,
Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta
1
Email: yokesatya@gmail.com
2
Email: art.marwatie@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini membahas tentang biografi dan estetika wayang beber karya Pujianto Kasidi. Da-
lam penelitian ini menggunakan 2 pendekatan yaitu pendekatan biografi dan estetika. Biografi adalah tu-
lisan pejalanan hidup seseorang. Estetika adalah keindahan yang dibangun oleh wujud, isi/makna dan
penampilan. Makna karya wayang beber terletak pada isi ceritanya. Untuk mendapatkan makna cerita
wayang beber digunakan teori bahasa rupa.
Data-data diperoleh dari hasil wawancara, observasi langsung, tinjauan pustaka. Hasil tersebut
kemudian disusun menjadi laporan penelitian. Hal-hal yang penting berkaitan dengan wayang beber karya
Pujianto Kasidi studi biografi dan estetika meliputi latar belakang Pujianto Kasidi, proses pembuatan karya
dan warna sungging, serta estetika karya wayang beber Pujianto Kasidi.
Berdasarkan penelitian maka diperoleh temuan bahwa Pujianto Kasidi merupakan putra dari seo-
rang dalang yang sejak kecil hingga remaja tekun belajar membuat wayang kulit, ketika dewasa mengem-
bangkan dan melestarikan wayang beber. Karya–karya hasil kembangannya mendapatkan banyak peng-
hargaan. Pujianto Kasidi mempunyai istilah warna sendiri yaitu warna klaras. Warna klaras adalah warna
daun pisang yang sudah kering. Karya wayang bebernya diwujudkan dengan pengambaran tokoh, or-
namen pendukung cerita dan ornamen penghias bidang. Isi cerita jagong wayang beber dibaca berdasar-
kan latar dan gesture tokohnya. Karya wayang bebernya ditampilkan dengan ukuran yang lebih besar
dibandingkan wayang beber asli.

Kata Kunci : Wayang Beber, Pujianto Kasidi, Biografi, Estetika

ABSTRACT

This study discusses the biography and aesthetics of wayang beber’s works by Pujianto Kasidi. In
this study, using two approaches namely the biographical and aesthetic approaches. Biography is writing
the journey of one’s life. Aesthetics is beauty that is built by form, content / meaning and appearance. The
meaning of the wayang beber’s work lies in the contents of the story. To get the meaning of wayang beber
stories used visual language theory.
Data obtained from interviews, direct observations, literature review. The results are then compiled
into a research report. Important matters relating to Pujianto Kasidi’s puppet works by biography and aes-
thetics studies include Pujianto Kasidi’s background, the process of making works and color sungging, and
the aesthetics of Pujianto Kasidi’s puppet works.
Based on the research, it was found that Pujianto Kasidi was the son of a puppeteer who from
childhood to adolescence diligently learned to make shadow puppets, as adults developed and preserved
beber puppets. His development works received many awards. Pujianto Kasidi has his own color term,
klaras color. The color of klaras is the color of a dried banana leaf. His wayang bebernya works are mani-
fested by depicting characters, story supporting ornaments and ornamental ornamental fields. The contents
of the Jagang wayang beber are read based on the background and gestures of the characters. His beber
puppet works are displayed in a larger size than the original beber puppet.
Keywords: Puppet Beber, Pujianto Kasidi, Biography, Aesthetics

72 Vol 16, No. 01, Januari 2019


Yoke Satya Pratama, Sri Marwati: Wayang Beber Karya Pujianto Kasidi Studi Biografi dan Estetika

PENDAHULUAN Sekartaji dan Raja Klana.

Wayang adalah sebuah kata ba- Wayang beber Pacitan sampai saat ini
hasa Indonesia (Jawa) asli yang berarti tersimpan di Donorojo, Kabupaten Pacitan se-
‘bayang’ atau bayang-bayang yang be- dangkan wayang beber Wonosari tersimpan
rasal dari kata ‘yang’ dengan mendapat di dusun Gelaran, Gunung Kidul, Yogyakarta.
awalan ‘wa’ menjadi wayang. Kata-kata Wayang beber Pacitan menurut (Alm) Sarnen
di dalam bahasa Jawa yang mempu- adalah warisan dari leluhurnya Naladerma.
nyai akar kata ‘yang’ dengan berbagai Konon Naladerma telah berjasa menyem-
variasi vokalnya antara lain adalah: buhkan penyakit putri raja (Prabu Brawijaya
layang, dhoyong, puyeng dan reyong V) dan sebagai hadiahnya Naladerma diberi
yang berarti: selalu bergerak, tidak tetap, seperangkat wayang beber.4
samar-samar dan sayup-sayup. Kata
Terlepas dari kepastian sejarah mun-
‘wayang’, ‘hamayang’ pada waktu dulu
culnya wayang beber, kondisi wayang beber
berarti mempertunjukkan bayangan, lam-
saat ini malah terabaikan. Perdebatan yang
bat laun menjadi pertunjukan bayang-
tak tentu akhir menguras konsentrasi dan per-
bayang. Kemudian menjadi seni pentas
hatian. Wayang beber yang kalah bersaing
bayang-bayang atau wayang.1
dengan wayang kulit sejak dilarangnya pertun-
Pertunjukan wayang identik dengan jukan wayang beber oleh Raja Mataram Islam
pertunjukan bayangan. Tetapi berbeda dengan pada waktu itu Sinuwun Hanyakrawati Seda
pertunjukan wayang beber yang unik menya- Krapyak, menyebabkan wayang beber sema-
jikan gambar sebagai objek pertunjukannya.2 kin langka dan sudah tidak lagi mendapat hati
Wayang Beber dibuat di atas kertas atau kain, di masyarakat.5 Meskipun demikian wayang
digambar dalam satu panel untuk setiap ade- beber sesungguhnya adalah jejak nyata kebu-
gan yang disebut jagong. Hanya pada saat dayaan bangsa Indonesia pada masa lalu dan
pementasan saja wayang digelar atau dibe- wajib dilestarikan.6
ber oleh dalang, untuk kemudian diceritakan
Karisidenan Surakarta yang meliputi
dengan bahasa pedalangan. Itulah sebabnya
Surakarta, Wonogiri, Sragen, Boyolali, Karang-
disebut Wayang Beber.3 Wayang beber memi-
anyar, Sukoharjo dan Klaten merupakan salah
liki dua jenis yaitu wayang beber Pacitan dan
satu kota yang terkenal atas kesenian dan
wayang beber Wonosari. Cerita kedua wayang
budayanya, terutama seniman lukis wayang
beber tersebut sama, hanya saja penokohan-
beber diantaranya Joko Sri Yono, Subandono
nya yang berbeda. Wayang beber Pacitan
Atmosupomo, Pujianto Kasidi, Dani Iswardana
dengan tokoh Joko Kembang Kuning sedang-
Wibowo, Hermin Istinianingsih, Kuntadi Wasi
kan wayang beber Wonosari dengan tokoh
Darmojo, Sutopo. Pujianto Kasidi merupakan
Remeng Mangunwijaya. Cerita wayang be-
seniman lukis wayang beber tradisional yang
ber ialah cerita percintaan antara Panji, Dewi
hingga kini masih eksis. Kemampuannya diakui
1 Sri Mulyono. Wayang : Asal-usul, secara nasional maupun internasional, terbukti
Filsafat dan Masa Depannya (Jakarta : Haji Masa-
gung, 1989), p. 51 4 Ardus M Sawega,Wayang Beber
2 Bagyo Suharyono. Wayang Beber antara Inpirasi dan Tranformasi, (Solo : Bentara
Wonosari (Wonogiri : Bina Citra Pustaka, 2005), Budaya Balai Soedjatmoko, 2013), p. 48
p.2 5 Skripsi Purnomo Jamhari, Kriya,
3 Dharsono Sony Kartika, Estetika 96147122, Ragam Hias Pada Wayang Beber Jaka
Seni Rupa Nusantara, (Surakarta : ISI Press Sura- Kembang Kuning Pacitan, STSI, 2003, p. 75
karta, 2004), p.21 6 Ardus M Sawega,2013, p 48

Vol 16, No. 01, Januari 2019 73


JURNAL KRIYA

ia telah mengikuti berbagai macam pameran internasional didapatkannya. Pujianto Kasidi


wayang beber.7 Beliau mengembangkan dan kembali melestarikan, mengembangkan dan
melestarikan wayang beber melalui proses mempopulerkan wayang beber dalam bentuk
yang panjang dalam hidupnya. lukisan melalui berbagai media. Beliau pula
yang memegang rekor lukis wayang beber
Sejak kelas 6 SD, Pujianto Kasidi telah
terpanjang di Indonesia, yaitu 60 meter serta
memiliki minat di dalam dunia kesenian sejak
dikenal sebagai pelestari wayang beber .10
dikenalkan oleh (alm) ayahnya. Pujianto Kasidi
tidak berkesempatan meneruskan sekolahnya Biografi dan Estetika dijadikan fokus
ke jenjang yang lebih tinggi, Setelah ditinggal penelitian ini karena beberapa alasan sebagai
oleh ayahnya. Keadaan ekonomi memaksanya berikut : (1) pengalaman dan perjalanan Pu-
mencari nafkah dengan bekerja di tempat ka- jianto Kasidi bersama wayang beber menjadi
kak ipar yang juga pembuat wayang. penting ketika menginspirasi orang lain. (2) vi-
sual karya wayang beber yang telah mendapa-
Pada tahun 1974 hingga tahun 1977
tkan penghargaan menarik untuk diuraikan
Pujianto Kasidi menekuni dan memperdalam
nilai estetisnya.
ilmu di bidang tatah sungging wayang dari mer-
antau ke Jakarta hingga ke Yogyakarta. Dalam
proses ini beliau dipertemukan dengan empu Metode Penelitian
tatah sungging wayang kulit Haryono Karyo
Penelitian yang dilakukan menggu-
Gurtino di Jakarta serta empu wayang ukur Ki
nakan metode kualitatif deskriptif. Pendekatan
Sigit Sukasman di Yogyakarta.8
yang digunakan ada dua yaitu 1. Pendekatan
Ketekunan terhadap wayang disambut biografi, biografi adalah sejarah tertulis tentang
baik oleh rekan-rekannya, diajaklah Pujianto kehidupan seseorang.11, 2. Pendekatan Esteti-
Kasidi untuk meneliti wayang beber di desa Ge- ka, estetika adalah suatu kondisi berkaitan den-
dompol, Donorojo, Pacitan pada tahun 1990. gan keindahan yang dirasakan oleh seseorang
Setelah mengenal wayang beber beliau mera- sebagai sesuatu yang baik dan menyenang-
sa prihatin dengan semakin nyaris punahnya kan. Keindahan dibangun dari unsur-unsur
warisan budaya asli Indonesia. Kemudian tim- yang membangunnya. Keindahan dibangun
bul keinginan untuk mengembangkan secara oleh unsur-unsur keindahan itu sendiri yakni
serius di bidang seni wayang beber.9 wujud, isi, dan penampilan.12

Proses kreatif Pujianto Kasidi dalam Pengumpulan data dilakukan dengan


pembuatan wayang beber dilakukan den- cara observasi, wawancara dan studi pusta-
gan bereksperimen menggunakan berbagai ka.13 Observasi dilakukan dengan cara penin-
media maupun ukuran wayang beber yang 10 Wawancara Pujianto Kasidi , 13
ditampilkan secara modern dan kontempor- agutus 2017
11 Nyoman Kutha Ratna, METOD-
er. Di sinilah pengakuan secara nasional dan
OLOGI PENELITIAN Kajian Budaya dan Ilmu
7 Subandi dkk, “Wayang Beber Re- Sosial Humaniora Pada Umumnya( Yogyakarta
meng Mangunjaya Gelaran Wonosari dan Wayang :Pustaka Pelajar, 2010)p.375
Beber Jaka Kembang Kuning Karangtalun Pacitan 12 A.A.M. Djelantik, Estetika Sebuah
Serta Persebarannya di Seputar Surakarta”, (Solo : Pengantar” (Bandung : Masyarakat Seni Pertunju-
ISI Press, 2011), p.224-225 kan Indonesia, 1999) p.17
8 Wawancara Pujianto Kasidi , 13 13 Lexy J. Moleong, Metode Peneli-
Agutus 2017 tian Kualitatif (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
9 Wawancara Pujianto Kasidi , 13 1990),p.6
Agutus 2017

74 Vol 16, No. 01, Januari 2019


Yoke Satya Pratama, Sri Marwati: Wayang Beber Karya Pujianto Kasidi Studi Biografi dan Estetika

jauan ke Sanggar Seni Sekartaji, serta di Show- Karena ketekunannya beliau memiliki banyak
room Museum Keris Brojobuwono, dilengkapi teman dalam pekerjaannya.
dengan pengambilan foto karya. Wawancara
Masa dewasa Pujianto Kasidi menikah
dilakukan dengan tanya jawab kepada Puji-
dengan Sujirah, sejak saat itu beliau berpin-
anto Kasidi sebagai narasumber utama, dan
dah tempat tinggal di Gabugan Tanon Sragen.
pihak-pihak yang dapat memberikan informa-
Gabungan menjadi tempat dikenalnya Pujianto
si tentang biografi Pujianto Kasidi dan esteti-
Kasidi sebagai pelestari wayang beber meski-
ka karyanya. Studi pustaka dilakukan dengan
pun beliau lahir di Sonorejo, Sukoharjo. Pada
buku-buku, artikel-artikel dan tulisan-tulisan
tahun 1990 diajaklah beliau meneliti wayang
yang dapat dijadikan acuan penelitian.
beber di Donorejo, Pacitan oleh Jumaji dan
Data yang dikumpulkan adalah berupa (alm) Musyafiq. Kedua orang tersebut secara
kata-kata dan gambar kemudian disusun ses- tidak langsung mengenal kesenian wayang
uai dengan fokus permasalahan serta didasar- beber yang menurut Pujianto Kasidi merupa-
kan pada pendekatan penelitian. Penelitian ini kan bentuk kesenian yang baru. Setelah men-
memiliki tiga tujuan penelitian yang pertama genal wayang beber beliau mengembangkan
adalah biografi Pujianto Kasidi, kedua proses wayang beber secara serius.
sungging yang oleh beliau, yang terakhir este-
tika wayang beber karya Pujianto Kasidi yang
terpajang di showroom Museum Keris Bro-
jobuwono. Data-data ini kemudian di analisis,
di verifikasi kebenarannya dan ditarik kesimpu-
lan.

PEMBAHASAN

Biografi Pujianto Kasidi


Pujianto Kasidi lahir 20 September
1958 di Kelurahan Sonorejo, Kabupaten Su-
koharjo. Ayah bernama Slametwirjo dan ibu Gambar 1. Pujianto, Jumadi, (Alm) Musafiq
yang bernama Mulyowirjo, yang dulu berkerja bersama mbah Marno
sebagai pegawai TU (tata usaha) SMK 7 Sura- saat sedang melakukan penelitian wayang beber.
(Repro: Yoke, 2018)
karta, sedangkan ayahnya menjadi petani ser-
ta seorang dalang. Sejak kecil Pujianto Kasidi Pengembangan karya-karya wayang
telah akrab dengan kesenian tatah sungging beber oleh Pujianto Kasidi mendapatkan ban-
wayang kulit, proses ini dilalui setelah diting- yak penghargaan seperti 1. Pembuat wayang
gal ayahnya. Keberadaaan ekonomi yang tidak beber terpanjang oleh rekor Muri (2004), 2.
memungkinkan untuk meneruskan sekolah ke Anugerah Dharmawangsa atas upaya mem-
jenjang yang lebih tinggi memaksa Pujian- bangkitkan tradisi wayang beber (2012), 3.
to Kasidi untuk mencari nafkah dan memulai Anugerah Kebudayaan Kategori Pelestari dan
bekerja di tempat kakak ipar yang juga seorang Pengembang Warisan Budaya (2013). Setelah
pembuat wayang kulit. Masa kanak-kanak di- mendapatkan penghargaan atas kerja kerasn-
habiskan untuk belajar tatah sungging wayang ya bersama wayang beber tidak menyurutkan
kulit. Masa remaja beliau habiskan untuk be- semangat beliau mengenal wayang beber ke
lajar menekuni wayang kulit dan wayang ukur. seluruh Indonesia.

Vol 16, No. 01, Januari 2019 75


JURNAL KRIYA

Pujianto Kasidi mengenal wayang be- ngunwijaya. Cerita wayang beber sebenarn-
ber dari kota ke kota, mengelar pameran, pem- ya hanya menceritakan cinta segitiga antara
bukaan stand kesenian, produk kesenian sela- Panji, Dewi Sekertaji dan Raja Klana. Bila dari
lu beliau ikuti. Terutama untuk wilayah Sragen segi visual, wayang beber Pacitan memiliki
dan Sekitarnya. Wayang beber memberikan latar belakang yang lebih rumit serta penuh or-
efek positif sebagai seniman dan masyarakatn- namen dibandingkan wayang beber Wonosari.
ya. Bila Pujianto Kasidi mendapatkan pesenan Bentuknya berbeda dengan bentuk wayang
dengan jumlah yang besar beliau selalu meli- beber yang sekarang, karena wayang beber
batkan warga sekitar untuk membantu proses sekarang dibuat pada zaman kerajaan Demak
pengerjaannya. Tempat pembuatan wayang dan disempurnakan pada zaman kerajaan Kar-
beber milik beliau dahulu bernama sanggar tasura dan Surakarta.
seni Campusari kemudian berubah menjadi
sanggar seni Sekartaji yang diresmikan oleh
wakil DPR RI M. Hidayat Nur Wahid pada tang-
gal 20 Agustus 2016. Hingga saat ini Pujianto
Kasidi tetap berkarya.

B. Wayang Beber dan Proses Sungging Pu-


jianto Kasidi

Wayang beber adalah Wayang yang


dibuat di atas kertas atau kain, digambar da-
lam satu panel untuk setiap adegan yang dise-
Gambar 2. Ilustrasi perubahan bentuk wayang
but Jagong. Hanya pada saat pementasan
beber15
saja wayang digelar atau dibeber oleh dalang, (Foto: Repro Yoke, 2018)
untuk kemudian diceritakan dengan bahasa
pedalangan. Itulah sebabnya disebut Wayang
Pujianto Kasidi memiliki hal yang ber-
beber.14
beda daripada pembuatan wayang beber pada
Hingga saat ini wayang beber yang umumnya. Terutama bahan dan teknik sung-
bertahan hanya ada 2 perangkat yaitu wayang ging wayang beber. Pujianto Kasidi menggu-
beber Pacitan dan wayang beber Wonosari. nakan alat seperti botol diberi sedotan, piring
Wayang beber Pacitan tersimpan di Dusun kaca serta palette dari wadah agar-agar/jelly.
Gedompol, Desa Donorojo, Kabupaten Pac- Bahan dasar yang digunakan menggunakan
itan, Jawa Timur sedangkan wayang beber kain philips, cat tembok di campur pigmen, ser-
Wonosari tersimpan di Dusun Gelaran, Desa ta cat acrylic. Proses pembuatan karya diawali
Bejiharjo, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Is- dengan pewarnaan kain yang menjadi dasar
timewa Yogyakarta, Jawa Tengah. Perbedaan karya wayang beber. Kemudian mensket-
wayang beber Pacitan dan Wonosari terletak sa karya wayang beber dan mulai mewarnai/
pada nama tokoh, visual bentuk, warna, tetapi menyungging. Pembuatan karya yang berha-
ceritanya sama. Wayang beber Pacitan den- sil diketemukan dari awal hingga akhir adalah
gan lakon Joko Kembang Kuning dan Wayang pembuatan karya jagong 22 dengan pewar-
beber Wonosari dengan lakon Remeng Ma- naan warna klaras. Warna klaras merupakan
warna seperti daun pisang yang telah kering.
14 Dharsono Sony Kartika, Estetika
Seni Rupa Nusantara, (Surakarta : ISI Press Sura- 15 Anggota Ikapi, Ringkasan Sejarah
karta, 2004), p.21 Wayang,(Jakarta Pradnya Paramita,1981), p.16

76 Vol 16, No. 01, Januari 2019


Yoke Satya Pratama, Sri Marwati: Wayang Beber Karya Pujianto Kasidi Studi Biografi dan Estetika

Tahapan-tahapan dalam menyungging


berhasil penulis amati secara langsung saat
penulis menjadi partisipan, sehingga istilah,
teknik, dan pengalaman yang sama dapat
diketahui secara maksimal. Pertama adalah
pembuatan skestsa jagong 22 menggunakan
pensil ketika semua figur dan ornamen peng- Gambar 4. Warna Kedua dan Warna Ketiga
hiasnya telah selesai digambarkan kemudian (Foto : Yoke, 2018)
masuk dalam tahap pewarnaan. Pewarnaan
dengan warna klasar, dimulai dengan war- Cara pewarnaan dengan susunan
na pertama yaitu abu-abu kecoklatan. Warna klaras ini penulis mencoba membandingkan
pertama merupakan pembuka jalan dan pem- dengan karya-karya wayang beber Pujianto
bentuk pada warna selanjutnya. Bentuk sketsa Kasidi terdahulu sehingga dapat ditemukan
yang masih pensil akan mudah terhapus oleh warna ciri khas beliau. Warna-warna sungging
komposisi warna pertama saat digoreskan, memiliki istilah tersendiri menurut Subandono
maka pewarnaan harus dilakukan dengan cer- dalam bukunya Pengetahuan Sungging. ada
mat dan teliti. Warna pertama juga sebagai tiga pengelompokan warna sungging yaitu (1)
warna pembentuk sketsa yang digambarkan warna dasar adalah warna kain sebagai dasar,
belum sempurna. (2) sorotan tunggal adalah susunan sungging
dengan satu warna pokok, (3) sorotan ganda
adalah gabugan dari dua sorotan tunggal yang
berbeda warna pokoknya.

Gambar 3. Warna Pertama


(Foto : Yoke, 2018)
Setelah warna pertama selesai kemu-
dian dilanjutkan dengan warna kedua. Warna
kedua ialah warna coklat muda. Pemberian
warna ini mengikuti warna pertama dan warna
dsaran kain. Urutannya dalam sebuah bidang
bagian paling tepi adalah warna dasar ka- Gambar 5. Karya wayang beber dengan visual
in-warna pertama dan warna kedua. Setelah cerita wayang purwa Pandawa
warna kedua selesai dilanjutkan warna ketiga (Yoke: 2018)
mengikuti urutan yang telah dibuat oleh warna
sebelumnya. Warna ketiga adalah warna akh-
ir susunan sungging warna klasar. Kemudian
dilanjutkan pewarnaan blok seperti busana,
rambut, kayon dan lemahan.

Vol 16, No. 01, Januari 2019 77


JURNAL KRIYA

Gambar 6. Karya wayang beber dengan visual tunggal hijau, (4) sorotan tunggal biru.
cerita wayang purwa Mintaraga
(Foto Pujianto : 2018) Bila semua warna sudah selesai diker-
jakan kemudian diberikan isen-isen. Isen-isen
Kedua gambar di atas merupakan adalah penghias berupa titik, garis dan warna
karya wayang beber Pujianto Kasidi terdahulu untuk penghias sungging. Penerapan isen-is-
yang menggunakan warna klasar sebagai war- en dimulai dari elemen yang paling kecil yaitu
na pokoknya. Warna ini juga digunakan untuk titik, kemudian garis, gabungan garis dan titik,
pembuatan karya jagong 22 gaya Pacitan yang warna. Titik pada sungging wayang beber dise-
penulis amati secara langsung. Warna klaras but drenjeman, garis panjang disebut cawen,
dapat digambarkan sebagai berikut : garis pendek disebut sawut , garis melengkung
beraturan disebut sembulihan, gabungan an-
tara garis dan titik disebut maliran. Garis yang
dibentuk seperti pohon pakis disebut sulur-su-
luran, titik warna kuning yang dibentuk bun-
ga disebut kembangan. Menariknya terdapat
isen-isen busana kebaruan yang ditampilkan
Pujianto Kasidi dalam karyanya yaitu motif
yang menyerupai motif parang, lar-laran dan
stilasi bunga.

Gambar 7. Detail warna sorotan tunggal


(Yoke: 2018)

Gambar diatas merupakan warna sung-


ging dengan penyebutan (1) sorotan tungal
coklat, (2) sorotan tunggal merah, (3) sorotan
tunggal hijau, (4) sorotan tunggal biru.
Gambar 9. Contoh bentuk isen-isen busana.
1. Motif stilasi bunga, 2. Seperti motif parang,
3. Seperti motif lar-laran. (Yoke: 2018)

C. Estetika Wayang Beber Karya Pujianto


Kasidi

Estetika merupakan filsafat (keinda-


han) yang diturunkan melalui persepsi indera-
wi (sense perception), dalam pengertian yang
lebih luas berarti kepekaan untuk menanggapi
suatu objek. Menurut Dharsono Sony Kartika
Gambar 8. Contoh warna sorotan ganda yang dan Nanang Ganda, estetika berasal dari ba-
dihasilkan (Yoke: 2018) hasa Yunani “aisthetika” berarti hal-hal yang
dapat diserap oleh pancaindera.16 Oleh karena
Gambar diatas merupakan warna
itu estetika sering diartikan sebagai persepsi
klaras dengan penyebutan (1) sorotan tungal
coklat, (2) sorotan tunggal merah, (3) sorotan 16 Dharsono Sony Kartika dkk, 2004,
p 5.

78 Vol 16, No. 01, Januari 2019


Yoke Satya Pratama, Sri Marwati: Wayang Beber Karya Pujianto Kasidi Studi Biografi dan Estetika

indera (sense of perception). Menurut Djelan- dari sekali dengan waktu dan tempat yang se-
tik unsur-unsur estetika ada 3 yaitu : 1. Wu- dikit berbeda.20 Bila benda digambarkan den-
jud atau rupa, 2. Bobot atau Isi 3. Penampilan, gan ukuran yang lebih besar dari sekelilingn-
Penyajian.17 ya maka benda atau objek tersebut dianggap
penting.21 Bila semua latar sudah terbaca maka
Visual wayang beber Pujianto Kasidi
lengkaplah sudah maknanya. 22 Pembacaan
merupakan hasil dari penyusunan berbagai
isi cerita wayang beber dengan teori tersebut
macam ornamen dari ornamen geometris dan
disebut bahasa rupa sistem ruang waktu datar.
non geometris. Visualnya kemudian diwarnai
Pengambilan contoh sampling menggunakan
dengan teknik sungging. Agar visual terwu-
metode sampling berurutan. Estetika wayang
jud indah unsur-unsur tersebut disusun sede-
beber karya Pujianto Kasidi dapat dijabarkan
mikian rupa agar seimbang, selaras utuh agar
sebagai berikut:
dapat dikatakan indah. Keseimbangan adalah
dimana pada semua bagian karya bebannya 1. Visual Wayang Beber Pacitan Jagong 1
sama, sehingga pada gilirannya akan mem-
a. Wujud Karya Jagong 1
bawa rasa tenang dan enak dilihat.18 Untuk
mengetahui isi makna dari cerita wayang be-
ber penulis menggunakan teori bahasa rupa.
Jagong wayang beber sebenarnya merupakan
gambar sekuen yang terdiri dari beberapa ade-
gan, yang merupakan ruang dimensi dan wak-
tu. Ketika wayang beber didalangkan sede-
mikian rupa hingga para penonton/pendengar
mampu mengimajinasikan ruang dan waktu
tempat kejadian jagong wayang beber.19

Jadi cerita dibaca berdasarkan ges-


ture-nya. Tokoh-tokoh wayang beber berbicara
Gambar.10 Visual Wayang Beber Jagong 1 Karya
dengan gesture bukan dengan mimik wajah. Pujianto Kasidi
Wajah sulit teridentifikasi, namun identifika- (Foto : Koleksi Museum Keris Brojobuwono)
si diperoleh melalui atribut tokohnya. Visual Gambar di atas merupakan visual
wayang beber tidak menggunakan perspektif wayang beber jagong 1. Digambarkan berat
maka kesannya datar, tapi ada ruang dengan sebelah, antara sisi kiri dan kanan. Sebelah kiri
menciptakan beberapa lapis latar. Latar ter- adalah Raja Kediri digambarkan duduk di atas
belakang terjadi lebih dahulu dan saat latar singgasananya (Garuda), Raja kediri dikelilin-
ini dibaca latar di depannya dianggap belum gi oleh 8 emban, 6 tampak utuh sedangkan 2
ada. Kemudian dikisahkan latar tengah dan lainnya terlihat sebagian. Sebelah kanan diha-
terakhir latar terdepan. Jagong wayang beber dapan Raja kediri duduk bersila berurutan to-
memiiliki urutan cara melihat yang disebut dulu koh paling depan dari kiri ke kanan latar paling
yang ditengah lalu ke tepi di tiap latar. Di tiap belakang yaitu Patih Arya Deksa Negara, serta
latar tokoh, benda, dapat digambarkan lebih dua perwira prajurit.
17 Djelantik, Estetika Sebuah Pen- Tokoh yang berada di depan deretan pal-
gantar, (Bandung : Masyarakat Seni Pertunjukan
Indonesia), p.17 20 Primadi Tabrani, p. 72-73
18 Sadjima, p.188 21 Primadi Tabrani, p. 101
19 Primadi Tabrani, p. 56 22 Primadi Tabrani, p. 101

Vol 16, No. 01, Januari 2019 79


JURNAL KRIYA

ing belakang dari depan yaitu Joko Kembang bangkan sebuah kekuatan, kemegahan dan
Kuning, Tawang Alun, Naladerma, dan terakhir keagungan dengan mahkota dikepalanya.23
Kebo Lorodan. Ornamen aksesoris yang dike- Garuda digambarkan memiliki sayap yang leb-
nakan berragam sesuai dengan pangkat atau ar, memakai mahkota, sedikit berkumis, diatas
kedudukan tokoh, adapun aksesoris yang dike- badan Garuda terdapat permadani berwarna
nakan pada jagong 1 yaitu sirkam, sumping, gi- biru berhiaskan motif bunga serta outline hi-
wang, gelang, keris, klat bahu serta selendang. tam. Garuda bermahkota berwarna hijau, sisik
berwarna merah, sedangkan sayapnya terdiri
Latar belakang dihiasi kayon, tumpal, dari 3 lapisan sayap.
bangsal dan garuda. Komposisi ini berlatar
belakang cerita di kerajaan. Terdapat 3 latar b) Tikar
waktu pada jagong ini serta gesture tokohnya.
Warna yang digunakan tidak mencolok, soft,
didominasi warna biru dan hijau, penggunaan
warna kuning sebagai pengisi aksesoris to-
koh serta tiang pada bansal. Jagong ke 1 di-
dominasi oleh ornamen berbetuk figur (tokoh).
Dari komposisi wujud jagong 1 terlihat men-
capai keseimbangan asimetri (keseimbangan
tersembunyi). Gambar 12. Tikar
( Yoke : 2018)
Komposisi tokoh, ornamen dapat di
Tikar merupakan benda yang diper-
kelompokan sebagai berikut :
gunakan untuk alas duduk tokoh. Tikar diberi
1) Ornamen Pendukung Cerita warna kuning keemasan dengan dihiasi motif
sulur.
a) Garuda
2) Ornamen Penghias Bidang

a) Kayon

Gambar 11. Garuda Jagong 1


( Yoke : 2018)
Gambar 13. Kayon
Garuda digambarkan sebagai tempat ( Yoke : 2018)
atau singgasana Raja Kediri, Garuda adalah
makhluk khayalan atau mitos, yang merupa- Kayon digambarkan dengan ben-
kan gambaran bentuk yang perkasa dan sakti. tuk dasar segitiga. Tepinya berbetuk stilasi
Garuda kadang digambarkan seperti burung 23 Sewan Susanto dalam Purnomo
raksasa yang bersayap lebar yang melam- Jamhari, 77

80 Vol 16, No. 01, Januari 2019


Yoke Satya Pratama, Sri Marwati: Wayang Beber Karya Pujianto Kasidi Studi Biografi dan Estetika

daun dan ikal. Di dalam kayon terdapat motif ki dasar bentuk segitiga.26 Lemahan diwarnai
modang, trubusan, lidah api serta sulur. Kay- dengan sorotan ganda serta pada sela-selan-
on, pohon hayat, atau gunungan berperan se- ya dihiasi trubusan, tanaman ataupun bunga.
bagai pembatas penggambaran adegan relief
pada candi di Jawa Timur. Sesungguhnya po- d) Tumpal
hon hayat merupakan pohon harapan, pohon
keinginan, karena itu disebut kekayon.24 Kayon
pada jagong 1 tergambarkan setengah bagian,
kayon di wayang beber juga berfungsi sebagai
pembatas jagong dengan jagong selanjutnya.

b) Bangsal

Gambar 16. Tumpal


( Yoke : 2018)

Tumpal berupa bentuk segitiga yang


dijajarkan sebagai tepi atas jagong, penggam-
barannya diisi dengan trubusan dan bunga.27
Gambar 14. Bangsal Tumpal diwarnai dengan sorotam tunggal biru
( Yoke : 2018) dan background hijau tua
Bangsal merupakan bangunan yang e) Modang
berbentuk seperti ruang yang terbuka yang bi-
asanya terdapat di istana kerajaan.25 Bangsal
ditopang oleh tiang berwarna kuning keema-
san dan di hiasi motif sulur. Bangsal didasa-
ri oleh lantai, beratapkan genteng berhiaskan
deretan tumpal.

c) Lemahan

Gambar 15. Lemahan Gambar 17. Modang


( Yoke : 2018) ( Yoke : 2018)

Lemahan adalah penggambaran tanah Modang berbentuk segitiga berhiaskan


dalam wayang beber, lemahan berbentuk sep- motif lidah api.28 Modang digunakan sebagai
erti gundukan-gundukan tanah yang memili- pengisi kayon pada visual wayang beber.
Modang diberi warna orange tua, di dalamnya
24 Aryo Sunaryo. Ornamen Nusan-
tara : Kajian Khusus tentang Ornamen Indonesia 26 Wawancara Joko Sri Yono, Mei
(Semarang : Dahara Prize,2010) p.166 2015
25 Purnomo Jamhari, hal 45 27 Purnomo Jamhari, hal 45
28 Purnomo Jamhari, hal 45

Vol 16, No. 01, Januari 2019 81


JURNAL KRIYA

terdapat lidah api diwarnai sorotan ganda hijau Jagong 1 menceritakan diadakann-
ke merah dengan isen-isen sawen. ya sayembara oleh Raja Kediri. Karena Dewi
Sekartaji menghilang. Raja Kediri mengadakan
f) Trubusan sidang di balairung dan memutuskan diadakan
sayembara untuk menemukan Dewi Sekartaji.
Dalam Jagong ini terdapat 3 latar waktu.

1) Latar cerita 1 jagong 1

Latar 1 menceritakan sidang yang dip-


impin Raja Kediri dihadiri oleh Patih Arya Dek-
sa Negara, Tumenggung dan Perwira Prajurit.
Sidang ini membahas hilangnya Dewi Sekarta-
ji.

Gambar 18. Trubusan


( Yoke : 2018)
Trubusan bentuknya berupa tunas yang
tumbuh di sela-sela cabang, batang pohon mo- Gambar 20. Latar cerita 1 jagong 1
tif ini biasanya digunakan sebagai pengisi mo- ( Yoke : 2018)
tif utama seperti tumpal, lemahan dan bidang-
bidang lain yang kosong.29 Raja Kediri digambarkan berada di sisi
kiri sedang duduk di singgasana (garuda) dikel-
g) Genteng ilingi oleh emban/pelayan Kerajaan Kediri. Raja
Kediri digambarkan lebih besar daripada tokoh
di sekelilingnya (tokoh penting) dengan wajah
menunduk, tangan kanan disamping badan,
terlihat sedang berbicara. Di depan Raja Kediri
duduk bersila Patih Arya Deksa Negara di be-
lakangnya, Tumenggung dan Perwira Prajurit.
Patih Arya Deksa digambarkan wajah lurus
Gambar 19. Genteng kedepan memperhatikan, Tumenggung den-
( Yoke : 2018) gan wajah menunduk mendengarkan, serta
kedua Perwira Prajurit yang digambarkan den-
Genteng adalah benda yang digunakan
gan wajah mendongak kearah Raja Kediri, dari
untuk menjadi atap sebuah bangunan. Peng-
jauh memperhatikan. Dalam sidang ini Raja
gambaran genteng di dalam visual wayang be-
Kediri memutuskan mengadakan sayembara
ber digambarkan dengan bentuk persegi pan-
untuk menemukan Dewi Sekartaji, bila ia pria
jang terletak di atas bangsal. Genteng diwarnai
akan dijodohkan dengan Dewi Sekartaji dan
dengan sorotan hijau dan merah diberi isen-is-
apabila wanita akan dijadikan saudara.
en cawen.
2) Latar cerita 2 jagong 1
b. Bobot atau isi cerita jagong 1
Setelah diputuskan adanya sayembara untuk
29 Purnomo Jamhari, hal 44

82 Vol 16, No. 01, Januari 2019


Yoke Satya Pratama, Sri Marwati: Wayang Beber Karya Pujianto Kasidi Studi Biografi dan Estetika

menemukan Dewi Sekartaji masuklah Joko Lorodan. Ketika tiba tiba masuk Kebo Lorodan
Kembang Kuning beserta pengikutnya. berlanjutlah ke latar selanjutnya.

3) Latar cerita 3 jagong 1

Masuklah Kebo Lorodan sebagai utusan Raja


Klana dari Negeri Sebrang untuk melamarkan
Dewi Sekartaji bagi rajanya.

Gambar 21. Latar cerita 2 jagong 1


( Yoke : 2018)

Digambarkan Joko Kembang Kuning,


Naladerma dan Tawang Alun lebih besar dari
sekelilingnya (tokoh penting). Joko Kembang
Kuning digambarkan menunduk mendengar-
kan, dibelakangnya Tawang Alun digambarkan
terlihat bagian kepalanya saja dengan posi- Gambar 22. Latar cerita 3 jagong 1
si mendonggak memperhatikan. Diceritakan ( Yoke : 2018)
bahwa Panji Asmarabangun menyamar men-
jadi rakyat biasa tidak mengenakan atribut Tiba-tiba terjadi keributan di luar karena ada
kerajaan ataupun aksesoris sesuai statusnya yang memaksa masuk. Seorang tinggi besar
sebagai seorang pangeran. Panji menyamar yang mengaku patih dari negri sebrang berna-
dan mengaku bernama Joko Kembang Kuning ma Kebo Lorodan yang bermaksud melamar
yang ingin mengikuti sayembara.30 Sedangkan Dewi Sekartaji bagi rajanya. Bila lamaran di-
dilain versi Panji datang ke balairung karena
tolak kerajaan Kediri akan dihancurkan oleh
sebagai utusan Demang Kuning agar mencari
Raja Klana.32 Naladerma yang berada paling
Dewi Sekartaji.31
belakang seketika menoleh ketika Kebo Lo-
Menariknya di latar ini Naladerma su- rodan memaksa masuk, Naladerma yang di-
dah digambarkan dengan posisi wajah me-
gambarkan, memandang sinis (marah) kepada
noleh kebelakang menghadap Kebo Lorodan
Kebo Lorodan karena Kebo Lorodan meng-
(latar selanjutnya). Masuknya Naladerma ber-
samaan dengan Joko Kembang Kuning, Joko hina Naladerma sebagai pria yang perutnya
Kembang Kuning terlihat sedang mendengar- buncit.33 Tergambarkan Kebo Lorodan meman-
kan Raja Kediri, sebagai bawahan harusnya dang tajam, dengan kedua jari tangan tangan
Naladerma tidak memalingkan muka ketika menunjuk Naladerma. Karena Dewi Sekartaji
Raja sedang berbicara. Gesture Naladerma masih menghilang maka Raja Kediri memutus-
ini menunjukan bahwa terjadinya perubahan
kan untuk menunggu Dewi Sekartaji ditemu-
latar secara tiba-tiba dengan masuknya Kebo
kan kemudian sidang dibubarkan.
30 Primadi Tabrani, p.24 32 Sumanto, p.180
31 Sumanto Dkk, p.180 33 Sumanto, p.180

Vol 16, No. 01, Januari 2019 83


JURNAL KRIYA

c. Penyajian Karya DAFTAR ACUAN

Karya wayang beber jagong 1 disajikan den- Buku:


gan ukuran 100 cm x 80 cm, bahan digunakan
adalah kain philips. Perwarnaan jagong ke 1 A.A.M. Djelantik, 1999.Estetika Sebuah Pen-
menggunakan warna pigmen yang dicampur gantar” Bandung : Masyarakat Seni Pertunju-
dengan cat tembok. Warna sungging meng- kan Indonesia
gunakan dasar warna klaras dengan diakhiri Ardus M Sawega, 2013. Wayang Beber an-
warna merah, biru, hijau dan coklat. Warna tara Inpirasi dan Tranformasi, Solo :
yang digunakan lembut/tidak mencolok (soft). Bentara Budaya Balai Soedjatmoko
Dengan pengulangan warna klaras di berbagai
bidang ornamen karya terlihat seimbang dan Primadi Tabrani.2005. Bahasa Rupa, Bandung
selaras. Penggunaan isen-isen seperti cawen, : Kelir
sawut terlihat garisnya luwes. Isen-isen bu-
Laporan Penelitian/Jurnal Ilmiah:
sana tokohnya beragam seperti stilasi bunga,
motif parang motif lar-laran. Purnomo Jamhari, Kriya, 96147122, 2003Rag-
am Hias Pada Wayang Beber Jaka
Kembang Kuning Pacitan, STSI
SIMPULAN

Pujianto Kasidi merupakan putra dari seorang


dalang yang sejak kecil hingga remaja tekun
belajar membuat wayang kulit, ketika dewasa
mengembangkan dan melestarikan wayang
beber. Karya–karya hasil kembangannya
mendapatkan banyak penghargaan. Pujianto
Kasidi mempunyai istilah warna sendiri yaitu
warna klaras. Warna klaras adalah warna daun
pisang yang sudah kering. Karya wayang be-
bernya diwujudkan dengan pengambaran to-
koh, ornamen pendukung cerita dan ornamen
penghias bidang. Isi cerita jagong wayang be-
ber dibaca berdasarkan latar dan gesture to-
kohnya. Karya wayang bebernya ditampilkan
dengan ukuran yang lebih besar dibandingkan
wayang beber asli.

84 Vol 16, No. 01, Januari 2019

Anda mungkin juga menyukai