ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang biografi dan estetika wayang beber karya Pujianto Kasidi. Da-
lam penelitian ini menggunakan 2 pendekatan yaitu pendekatan biografi dan estetika. Biografi adalah tu-
lisan pejalanan hidup seseorang. Estetika adalah keindahan yang dibangun oleh wujud, isi/makna dan
penampilan. Makna karya wayang beber terletak pada isi ceritanya. Untuk mendapatkan makna cerita
wayang beber digunakan teori bahasa rupa.
Data-data diperoleh dari hasil wawancara, observasi langsung, tinjauan pustaka. Hasil tersebut
kemudian disusun menjadi laporan penelitian. Hal-hal yang penting berkaitan dengan wayang beber karya
Pujianto Kasidi studi biografi dan estetika meliputi latar belakang Pujianto Kasidi, proses pembuatan karya
dan warna sungging, serta estetika karya wayang beber Pujianto Kasidi.
Berdasarkan penelitian maka diperoleh temuan bahwa Pujianto Kasidi merupakan putra dari seo-
rang dalang yang sejak kecil hingga remaja tekun belajar membuat wayang kulit, ketika dewasa mengem-
bangkan dan melestarikan wayang beber. Karya–karya hasil kembangannya mendapatkan banyak peng-
hargaan. Pujianto Kasidi mempunyai istilah warna sendiri yaitu warna klaras. Warna klaras adalah warna
daun pisang yang sudah kering. Karya wayang bebernya diwujudkan dengan pengambaran tokoh, or-
namen pendukung cerita dan ornamen penghias bidang. Isi cerita jagong wayang beber dibaca berdasar-
kan latar dan gesture tokohnya. Karya wayang bebernya ditampilkan dengan ukuran yang lebih besar
dibandingkan wayang beber asli.
ABSTRACT
This study discusses the biography and aesthetics of wayang beber’s works by Pujianto Kasidi. In
this study, using two approaches namely the biographical and aesthetic approaches. Biography is writing
the journey of one’s life. Aesthetics is beauty that is built by form, content / meaning and appearance. The
meaning of the wayang beber’s work lies in the contents of the story. To get the meaning of wayang beber
stories used visual language theory.
Data obtained from interviews, direct observations, literature review. The results are then compiled
into a research report. Important matters relating to Pujianto Kasidi’s puppet works by biography and aes-
thetics studies include Pujianto Kasidi’s background, the process of making works and color sungging, and
the aesthetics of Pujianto Kasidi’s puppet works.
Based on the research, it was found that Pujianto Kasidi was the son of a puppeteer who from
childhood to adolescence diligently learned to make shadow puppets, as adults developed and preserved
beber puppets. His development works received many awards. Pujianto Kasidi has his own color term,
klaras color. The color of klaras is the color of a dried banana leaf. His wayang bebernya works are mani-
fested by depicting characters, story supporting ornaments and ornamental ornamental fields. The contents
of the Jagang wayang beber are read based on the background and gestures of the characters. His beber
puppet works are displayed in a larger size than the original beber puppet.
Keywords: Puppet Beber, Pujianto Kasidi, Biography, Aesthetics
Wayang adalah sebuah kata ba- Wayang beber Pacitan sampai saat ini
hasa Indonesia (Jawa) asli yang berarti tersimpan di Donorojo, Kabupaten Pacitan se-
‘bayang’ atau bayang-bayang yang be- dangkan wayang beber Wonosari tersimpan
rasal dari kata ‘yang’ dengan mendapat di dusun Gelaran, Gunung Kidul, Yogyakarta.
awalan ‘wa’ menjadi wayang. Kata-kata Wayang beber Pacitan menurut (Alm) Sarnen
di dalam bahasa Jawa yang mempu- adalah warisan dari leluhurnya Naladerma.
nyai akar kata ‘yang’ dengan berbagai Konon Naladerma telah berjasa menyem-
variasi vokalnya antara lain adalah: buhkan penyakit putri raja (Prabu Brawijaya
layang, dhoyong, puyeng dan reyong V) dan sebagai hadiahnya Naladerma diberi
yang berarti: selalu bergerak, tidak tetap, seperangkat wayang beber.4
samar-samar dan sayup-sayup. Kata
Terlepas dari kepastian sejarah mun-
‘wayang’, ‘hamayang’ pada waktu dulu
culnya wayang beber, kondisi wayang beber
berarti mempertunjukkan bayangan, lam-
saat ini malah terabaikan. Perdebatan yang
bat laun menjadi pertunjukan bayang-
tak tentu akhir menguras konsentrasi dan per-
bayang. Kemudian menjadi seni pentas
hatian. Wayang beber yang kalah bersaing
bayang-bayang atau wayang.1
dengan wayang kulit sejak dilarangnya pertun-
Pertunjukan wayang identik dengan jukan wayang beber oleh Raja Mataram Islam
pertunjukan bayangan. Tetapi berbeda dengan pada waktu itu Sinuwun Hanyakrawati Seda
pertunjukan wayang beber yang unik menya- Krapyak, menyebabkan wayang beber sema-
jikan gambar sebagai objek pertunjukannya.2 kin langka dan sudah tidak lagi mendapat hati
Wayang Beber dibuat di atas kertas atau kain, di masyarakat.5 Meskipun demikian wayang
digambar dalam satu panel untuk setiap ade- beber sesungguhnya adalah jejak nyata kebu-
gan yang disebut jagong. Hanya pada saat dayaan bangsa Indonesia pada masa lalu dan
pementasan saja wayang digelar atau dibe- wajib dilestarikan.6
ber oleh dalang, untuk kemudian diceritakan
Karisidenan Surakarta yang meliputi
dengan bahasa pedalangan. Itulah sebabnya
Surakarta, Wonogiri, Sragen, Boyolali, Karang-
disebut Wayang Beber.3 Wayang beber memi-
anyar, Sukoharjo dan Klaten merupakan salah
liki dua jenis yaitu wayang beber Pacitan dan
satu kota yang terkenal atas kesenian dan
wayang beber Wonosari. Cerita kedua wayang
budayanya, terutama seniman lukis wayang
beber tersebut sama, hanya saja penokohan-
beber diantaranya Joko Sri Yono, Subandono
nya yang berbeda. Wayang beber Pacitan
Atmosupomo, Pujianto Kasidi, Dani Iswardana
dengan tokoh Joko Kembang Kuning sedang-
Wibowo, Hermin Istinianingsih, Kuntadi Wasi
kan wayang beber Wonosari dengan tokoh
Darmojo, Sutopo. Pujianto Kasidi merupakan
Remeng Mangunwijaya. Cerita wayang be-
seniman lukis wayang beber tradisional yang
ber ialah cerita percintaan antara Panji, Dewi
hingga kini masih eksis. Kemampuannya diakui
1 Sri Mulyono. Wayang : Asal-usul, secara nasional maupun internasional, terbukti
Filsafat dan Masa Depannya (Jakarta : Haji Masa-
gung, 1989), p. 51 4 Ardus M Sawega,Wayang Beber
2 Bagyo Suharyono. Wayang Beber antara Inpirasi dan Tranformasi, (Solo : Bentara
Wonosari (Wonogiri : Bina Citra Pustaka, 2005), Budaya Balai Soedjatmoko, 2013), p. 48
p.2 5 Skripsi Purnomo Jamhari, Kriya,
3 Dharsono Sony Kartika, Estetika 96147122, Ragam Hias Pada Wayang Beber Jaka
Seni Rupa Nusantara, (Surakarta : ISI Press Sura- Kembang Kuning Pacitan, STSI, 2003, p. 75
karta, 2004), p.21 6 Ardus M Sawega,2013, p 48
jauan ke Sanggar Seni Sekartaji, serta di Show- Karena ketekunannya beliau memiliki banyak
room Museum Keris Brojobuwono, dilengkapi teman dalam pekerjaannya.
dengan pengambilan foto karya. Wawancara
Masa dewasa Pujianto Kasidi menikah
dilakukan dengan tanya jawab kepada Puji-
dengan Sujirah, sejak saat itu beliau berpin-
anto Kasidi sebagai narasumber utama, dan
dah tempat tinggal di Gabugan Tanon Sragen.
pihak-pihak yang dapat memberikan informa-
Gabungan menjadi tempat dikenalnya Pujianto
si tentang biografi Pujianto Kasidi dan esteti-
Kasidi sebagai pelestari wayang beber meski-
ka karyanya. Studi pustaka dilakukan dengan
pun beliau lahir di Sonorejo, Sukoharjo. Pada
buku-buku, artikel-artikel dan tulisan-tulisan
tahun 1990 diajaklah beliau meneliti wayang
yang dapat dijadikan acuan penelitian.
beber di Donorejo, Pacitan oleh Jumaji dan
Data yang dikumpulkan adalah berupa (alm) Musyafiq. Kedua orang tersebut secara
kata-kata dan gambar kemudian disusun ses- tidak langsung mengenal kesenian wayang
uai dengan fokus permasalahan serta didasar- beber yang menurut Pujianto Kasidi merupa-
kan pada pendekatan penelitian. Penelitian ini kan bentuk kesenian yang baru. Setelah men-
memiliki tiga tujuan penelitian yang pertama genal wayang beber beliau mengembangkan
adalah biografi Pujianto Kasidi, kedua proses wayang beber secara serius.
sungging yang oleh beliau, yang terakhir este-
tika wayang beber karya Pujianto Kasidi yang
terpajang di showroom Museum Keris Bro-
jobuwono. Data-data ini kemudian di analisis,
di verifikasi kebenarannya dan ditarik kesimpu-
lan.
PEMBAHASAN
Pujianto Kasidi mengenal wayang be- ngunwijaya. Cerita wayang beber sebenarn-
ber dari kota ke kota, mengelar pameran, pem- ya hanya menceritakan cinta segitiga antara
bukaan stand kesenian, produk kesenian sela- Panji, Dewi Sekertaji dan Raja Klana. Bila dari
lu beliau ikuti. Terutama untuk wilayah Sragen segi visual, wayang beber Pacitan memiliki
dan Sekitarnya. Wayang beber memberikan latar belakang yang lebih rumit serta penuh or-
efek positif sebagai seniman dan masyarakatn- namen dibandingkan wayang beber Wonosari.
ya. Bila Pujianto Kasidi mendapatkan pesenan Bentuknya berbeda dengan bentuk wayang
dengan jumlah yang besar beliau selalu meli- beber yang sekarang, karena wayang beber
batkan warga sekitar untuk membantu proses sekarang dibuat pada zaman kerajaan Demak
pengerjaannya. Tempat pembuatan wayang dan disempurnakan pada zaman kerajaan Kar-
beber milik beliau dahulu bernama sanggar tasura dan Surakarta.
seni Campusari kemudian berubah menjadi
sanggar seni Sekartaji yang diresmikan oleh
wakil DPR RI M. Hidayat Nur Wahid pada tang-
gal 20 Agustus 2016. Hingga saat ini Pujianto
Kasidi tetap berkarya.
Gambar 6. Karya wayang beber dengan visual tunggal hijau, (4) sorotan tunggal biru.
cerita wayang purwa Mintaraga
(Foto Pujianto : 2018) Bila semua warna sudah selesai diker-
jakan kemudian diberikan isen-isen. Isen-isen
Kedua gambar di atas merupakan adalah penghias berupa titik, garis dan warna
karya wayang beber Pujianto Kasidi terdahulu untuk penghias sungging. Penerapan isen-is-
yang menggunakan warna klasar sebagai war- en dimulai dari elemen yang paling kecil yaitu
na pokoknya. Warna ini juga digunakan untuk titik, kemudian garis, gabungan garis dan titik,
pembuatan karya jagong 22 gaya Pacitan yang warna. Titik pada sungging wayang beber dise-
penulis amati secara langsung. Warna klaras but drenjeman, garis panjang disebut cawen,
dapat digambarkan sebagai berikut : garis pendek disebut sawut , garis melengkung
beraturan disebut sembulihan, gabungan an-
tara garis dan titik disebut maliran. Garis yang
dibentuk seperti pohon pakis disebut sulur-su-
luran, titik warna kuning yang dibentuk bun-
ga disebut kembangan. Menariknya terdapat
isen-isen busana kebaruan yang ditampilkan
Pujianto Kasidi dalam karyanya yaitu motif
yang menyerupai motif parang, lar-laran dan
stilasi bunga.
indera (sense of perception). Menurut Djelan- dari sekali dengan waktu dan tempat yang se-
tik unsur-unsur estetika ada 3 yaitu : 1. Wu- dikit berbeda.20 Bila benda digambarkan den-
jud atau rupa, 2. Bobot atau Isi 3. Penampilan, gan ukuran yang lebih besar dari sekelilingn-
Penyajian.17 ya maka benda atau objek tersebut dianggap
penting.21 Bila semua latar sudah terbaca maka
Visual wayang beber Pujianto Kasidi
lengkaplah sudah maknanya. 22 Pembacaan
merupakan hasil dari penyusunan berbagai
isi cerita wayang beber dengan teori tersebut
macam ornamen dari ornamen geometris dan
disebut bahasa rupa sistem ruang waktu datar.
non geometris. Visualnya kemudian diwarnai
Pengambilan contoh sampling menggunakan
dengan teknik sungging. Agar visual terwu-
metode sampling berurutan. Estetika wayang
jud indah unsur-unsur tersebut disusun sede-
beber karya Pujianto Kasidi dapat dijabarkan
mikian rupa agar seimbang, selaras utuh agar
sebagai berikut:
dapat dikatakan indah. Keseimbangan adalah
dimana pada semua bagian karya bebannya 1. Visual Wayang Beber Pacitan Jagong 1
sama, sehingga pada gilirannya akan mem-
a. Wujud Karya Jagong 1
bawa rasa tenang dan enak dilihat.18 Untuk
mengetahui isi makna dari cerita wayang be-
ber penulis menggunakan teori bahasa rupa.
Jagong wayang beber sebenarnya merupakan
gambar sekuen yang terdiri dari beberapa ade-
gan, yang merupakan ruang dimensi dan wak-
tu. Ketika wayang beber didalangkan sede-
mikian rupa hingga para penonton/pendengar
mampu mengimajinasikan ruang dan waktu
tempat kejadian jagong wayang beber.19
ing belakang dari depan yaitu Joko Kembang bangkan sebuah kekuatan, kemegahan dan
Kuning, Tawang Alun, Naladerma, dan terakhir keagungan dengan mahkota dikepalanya.23
Kebo Lorodan. Ornamen aksesoris yang dike- Garuda digambarkan memiliki sayap yang leb-
nakan berragam sesuai dengan pangkat atau ar, memakai mahkota, sedikit berkumis, diatas
kedudukan tokoh, adapun aksesoris yang dike- badan Garuda terdapat permadani berwarna
nakan pada jagong 1 yaitu sirkam, sumping, gi- biru berhiaskan motif bunga serta outline hi-
wang, gelang, keris, klat bahu serta selendang. tam. Garuda bermahkota berwarna hijau, sisik
berwarna merah, sedangkan sayapnya terdiri
Latar belakang dihiasi kayon, tumpal, dari 3 lapisan sayap.
bangsal dan garuda. Komposisi ini berlatar
belakang cerita di kerajaan. Terdapat 3 latar b) Tikar
waktu pada jagong ini serta gesture tokohnya.
Warna yang digunakan tidak mencolok, soft,
didominasi warna biru dan hijau, penggunaan
warna kuning sebagai pengisi aksesoris to-
koh serta tiang pada bansal. Jagong ke 1 di-
dominasi oleh ornamen berbetuk figur (tokoh).
Dari komposisi wujud jagong 1 terlihat men-
capai keseimbangan asimetri (keseimbangan
tersembunyi). Gambar 12. Tikar
( Yoke : 2018)
Komposisi tokoh, ornamen dapat di
Tikar merupakan benda yang diper-
kelompokan sebagai berikut :
gunakan untuk alas duduk tokoh. Tikar diberi
1) Ornamen Pendukung Cerita warna kuning keemasan dengan dihiasi motif
sulur.
a) Garuda
2) Ornamen Penghias Bidang
a) Kayon
daun dan ikal. Di dalam kayon terdapat motif ki dasar bentuk segitiga.26 Lemahan diwarnai
modang, trubusan, lidah api serta sulur. Kay- dengan sorotan ganda serta pada sela-selan-
on, pohon hayat, atau gunungan berperan se- ya dihiasi trubusan, tanaman ataupun bunga.
bagai pembatas penggambaran adegan relief
pada candi di Jawa Timur. Sesungguhnya po- d) Tumpal
hon hayat merupakan pohon harapan, pohon
keinginan, karena itu disebut kekayon.24 Kayon
pada jagong 1 tergambarkan setengah bagian,
kayon di wayang beber juga berfungsi sebagai
pembatas jagong dengan jagong selanjutnya.
b) Bangsal
c) Lemahan
terdapat lidah api diwarnai sorotan ganda hijau Jagong 1 menceritakan diadakann-
ke merah dengan isen-isen sawen. ya sayembara oleh Raja Kediri. Karena Dewi
Sekartaji menghilang. Raja Kediri mengadakan
f) Trubusan sidang di balairung dan memutuskan diadakan
sayembara untuk menemukan Dewi Sekartaji.
Dalam Jagong ini terdapat 3 latar waktu.
menemukan Dewi Sekartaji masuklah Joko Lorodan. Ketika tiba tiba masuk Kebo Lorodan
Kembang Kuning beserta pengikutnya. berlanjutlah ke latar selanjutnya.