B. Tugas Perorangan
1. Bagus : Membuat Makalah
2. Cindy : Menjahit
3. Davina : Menjahit
7. Sabrina : Menjahit
8. Vivi : Menjahit
9. Zaenal : Menggunting
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh
karena itu, kami mengundang pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang dapat membangun
kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya.
a) Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
1.3 Rumusan Masalah
b) Bab II Landasan Teori
2.1 Kerajinan
2.1.1 Kerajinan Tkestil Tradisional
2.1.2 Kerajinan Tekstil Modern
2.2 Bahan Tekstil
2.2.1 Bahan Tekstil Alami
2.2.2 Bahan Tekstil Sintetis
2.2.3 Pewarnaan Tekstil
2.3.1 Pewarnaan Tekstil Alami
2.3.2 Pewarnaan Tekstil Sintetis
2.3.3 Teknik Pewarnaan
2.4 Pola
2.5 Pengemasan
2.6 Flanel
2.7 Laporan Laba Rugi
d) Bab IV Kesimpulan
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
e) Bab V Penutup
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB II
LANDASAN TEORI
Karya kerajinan tekstil tradisional Indonesia, secara fungsi dapat dibagi sebagai :
2. Sebagain alat bantu atau alat rumah tangga, seperti kain gendongan bayi dan
untuk membawa barang
3. Sebagai alat ritual (busana khusus ritual tradisi tertentu), contohnya,
Kain tenun Ulos
Kain pembungkus kafan batik motif doa
Kain ikat celup Indonesia Timur (penutup jenazah)
Kain Tapis untuk pernikahan masyarakat daerah Lampung
Kain Cepuk untuk ritual adat di Pulau Nusa Penida
Kain Songket untuk pernikahan dan khitanan
Kain Poleng dari Bali untuk acara ruwatan (penyucian)
Kreativitas bangsa Indonesia mampu mengembangkan satu jenis kain tenun Patola
Gujarat menjadi beragam tekstil yang sangat indah di seluruh daerah di Indonesia. Contoh
perkembangan kain Patola ini hanya salah satu dari bukti kreativitas tinggi yang dimiliki
oleh bangsa kita.
Pada tekstil tradisional, selain untuk memenuhi kebutuhan sandang, juga memiliki
makna simbolis di balik fungsi utamanya. Beberapa kain tradisional Indonesia dibuat untuk
memenuhi keinginan penggunanya untuk menunjukkan status sosial maupun kedudukannya
dalam masyarakat melalui simbolsimbol bentuk ragam hias dan pemilihan warna. Selain itu
ada pula kain tradisional Indonesia yang dikerjakan dengan melantunkan doa dan
menghiasinya dengan penggalan kata maupun kalimat doa sebagai ragam hiasnya.
Tujuannya, agar yang mengenakan kain tersebut diberi kesehatan, keselamatan, dan
dilindungi dari marabahaya.
Kain tradisional Indonesia dibuat dengan ketekunan, kecermatan yang teliti dalam
menyusun ragam hias, corak warna maupun maknanya. Akibatnya, kain Indonesia yang
dihasilkan mengundang kekaguman dunia internasional karena kandungan nilai estetikanya
yang tinggi.
Proses pewarnaan pada bahan tekstil pada umumnya meliputi proses berikut ini :
- Pencelupan yaitu pemberian warna pada bahan tekstil secara merata dengan warna yang
sama pada seluruh bahan tekstil dengan 3 komponen bahan utama yaitu zat warna, air dan
obat bantu.
- Pencapan adalah pemberian warna pada bahan tekstil secara setempat pada permukaan
bahan tekstil sehingga menimbulkan komposisi warna dan motif tertentu dengan 3
komponen bahan utama adalah zat warna, pengental dan obat bantu.
Proses pencelupan dapat dilakukan pada bahan tekstil baik masih berupa serat,
benang ataupun kain. Pencelupan pada serat biasanya dilakukan untuk menghasilkan motif
atau komposisi warna pada benang ataupun kain yang komposisi warna/motif tersebut bukan
dari hasil pencapan namun efek warna yang ditimbulkan oleh campuran seratnya.
Pencelupan pada benang dilakukan untuk memberi warna pada benang dan jika benang
tersebut ditenun akan menghasilkan kain yang memiliki komposisi warna /corak tertentu
dari susunan dan persilangan benang lusi dan pakan. Misalnya corak yang ada pada sarung,
lurik, baju kotak kotak, kain kasur, kain selimut bergaris dsb. Pencelupan pada kain
dilakukan untuk mewarnai kain secara merata dengan warna yang sama pada seluruh kain.
Proses pencelupan juga dapat menimbulkan motif/corak tertentu jika kain/benang tersusun
atas dua jenis atau lebih serat yang berbeda karena masing masing jenis serat memiliki
kemampuan celup dan efek warna yang berbeda beda terhadap satu jenis zat warna yang
digunakan.
Proses pencapan pada bahan tekstil dapat dilakukan pada benang atau kain. Pada
proses pencapan diperlukan pasta cap yang terdiri dari zat warna, pengental dan zat zat
pembantu yang tergantung pada jenis serat dan jenis zat warna yang digunakan. Berdasarkan
alat atau mesin yang digunakan, pencapan digolongkan sebagai berikut:
Yang banyak dan paling popular digunakan adalah screen printing dimana dalam
proses sederhananya adalan seperti proses cetak sablon yang mungkin sudah sering/biasa
kita lakukan.
c. Proses pewarnaan meliputi, larutan/pasta zat warna, PH, Suhu, Waktu dsb.
Pertama, Zat Pewarna Alam (ZPA) yaitu zat warna yang berasal dari bahan-bahan
alam seperti dari hasil ekstrak tumbuhan atau hewan.
Pada jaman dahulu proses pewarnaan tekstil menggunakan zat warna alam. Namun,
seiring peningkatan kebutuhan dan kemajuan teknologi dengan ditemukannya zat warna
sintetis untuk tekstil maka semakin terkikislah penggunaan zat warna alam. Zat Pewarna
Alam semakin sulit ditemukan di jaman seperti sekarang ini. Hutan-hutan sudah mulai
ditebangi, sehingga sumber zat pewarna alam yang berasal dari tumbuhan dan hewan sudah
mulai langka.
Berbeda dengan zat pewarna alam, zat pewarna sintetis akan lebih mudah diperoleh
di pasaran, ketersediaan warna terjamin, jenis warna bermacam macam, dan lebih praktis
dalam penggunaannya .
Rancangan busana maupun kain batik yang menggunakan zat warna alam memiliki
nilai jual atau nilai ekonomi yang tinggi karena memiliki nilai seni dan warna khas, ramah
lingkungan sehingga berkesan etnik dan eksklusif.
Zat pewarna alam untuk bahan tekstil pada umumnya diperoleh dari hasil ekstrak
berbagai bagian tumbuhan seperti akar, kayu, daun, biji ataupun bunga. Pengrajin-pengrajin
batik telah banyak mengenal tumbuhan-tumbuhan yang dapat mewarnai bahan tekstil
beberapa diantaranya adalah : daun pohon nila (indofera), kulit pohon soga tingi (Ceriops
candolleana arn), kayu tegeran (Cudraina javanensis), kunyit (Curcuma), teh (Tea), akar
mengkudu (Morinda citrifelia), kulit soga jambal (Pelthophorum ferruginum), kesumba
(Bixa orelana), daun jambu biji (Psidium guajava). (Sewan Susanto,1973).
Mori yang diwarnai dengan zat warna alam adalah yang berasal dari serat alam
contohnya sutera, wol dan kapas (katun). Sedangkan mori dari serat sintetis seperti polyester
, nilon dan lainnya tidak memiliki afinitas (daya serap) terhadap zat warna alam sehingga zat
warna alam tidak bisa menempel dan meresap di mori sintetis tersebut. Bahan dari sutera
pada umumnya memiliki afinitas paling bagus terhadap zat warna alam dibandingkan
dengan bahan dari kapas.
Salah satu kendala pewarnaan mori menggunakan zat warna alam adalah variasi
warnanya sangat terbatas dan ketersediaan bahannya yang tidak siap pakai sehingga
diperlukan proses-proses khusus untuk dapat dijadikan larutan pewarna mori. Oleh karena
itu zat warna alam dianggap kurang praktis penggunaannya. Namun dibalik kekurangannya
tersebut zat warna alam memiliki potensi pasar yang tinggi sebagai komoditas unggulan
produk Indonesia memasuki pasar global dengan daya tarik pada karakteristik yang unik,
etnik dan eksklusif.
Untuk itu, sebagai upaya mengangkat kembali penggunaan zat warna alam untuk
tekstil maka perlu dilakukan pengembangan zat warna alam dengan melakukan eksplorasi
sumber- sumber zat warna alam dari potensi sumber daya alam Indonesia yang melimpah.
Eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui secara kualitatif warna yang dihasilkan oleh
berbagai tanaman di sekitar kita untuk pencelupan tekstil. Dengan demikian hasilnya dapat
semakin memperkaya jenis jenis tanaman sumber pewarna alam sehingga ketersediaan
zat warna alam selalu terjaga dan variasi warna yang dihasilkan semakin beragam.
Eksplorasi zat warna alam ini bisa diawali dari memilih berbagai jenis tanaman yang ada di
sekitar kita baik dari bagian daun, bunga, batang, kulit ataupun akar . Sebagai indikasi awal,
tanaman yang kita pilih sebagai bahan pembuat zat pewarna alam adalah bagian
tanamantanaman yang berwarna atau jika bagian tanaman itu digoreskan ke permukaan
putih meninggalkan bekas/goresan berwarna. Pembuatan zat warna alam untuk pewarnaan
bahan mori dapat dilakukan menggunakan teknologi dan peralatan sederhana
2.3.2. PEWARNA TEKSTIL SINTESIS
Zat Pewarna Sintesis (ZPS) yaitu Zat warna buatan atau sintesis yang dibuat melalui
proses reaksi kimia dengan bahan dasar ter arang batu bara atau minyak bumi yang
merupakan hasil senyawa turunan hidrokarbon aromatik seperti benzena, naftalena dan
antrasena.
Pola desain atau pola rancangan (bahasa Inggris: design pattern) adalah sebuah
istilah di dalam rekayasa perangkat lunak yang mengacu pada solusi umum yang bisa
dipergunakan kembali atau berulang-ulang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
umum terjadi dalam konteks tertentu atau khusus yang ditemui pada desain perangkat lunak.
Sebuah pola desain yang sudah terbentuk bukan berarti desain tersebut dapat langsung
digunakan untuk menulis program.
Pola desain dapat di analogikan sebagai sebuah resep makanan yang dapat
digunakan untuk membuat makanan, namun pada kenyataannya selera orang berbeda-beda
sehingga untuk menggunkan resep tersebut agar menghasilkan makanan yang enak dan
sesuai harus dilakukan penyesuaian dengan kebutuhan dan keadaan. Pola yang sudah
dibangun diformulasikan sedemikian rupa untuk menemukan cara terbaik memecahkan
masalah, namun tetap saja programmer harus menerapkan pola tersebut dengan pendekatan
yang sesuai dengan konteks masalah yang sedang dialami, dengan penyesuaian terhadap
kebutuhan.
Pola Strategi Algoritma yang menangani masalah yang berkaitan dengan strategi tingkat
tinggi yang menggambarkan bagaimana memanfaatkan karakteristik aplikasi pada
platform komputasi.
Pola Eksekusi berkaitan dengan hal-hal yang mendukung proses eksekusi aplikasi,
termasuk strategi untuk melaksanakan alur tugas dan blok bangunan untuk mendukung
tugas sinkronisasi.
Pola Strategi Implementasi menangani masalah terkait dengan pelaksanaan kode untuk
mendukung organisasi program dan struktur data umum khusus untuk pemrograman
paralel.
Pola Desain Struktural menangani masalah yang berkaitan dengan struktur tingkat tinggi
aplikasi yang dikembangkan.
2.5. PENGEMASAN
2.5.1. PENGERTIAN
2.5.2. JENIS
1.Stapler
Stapler dipakai sebagai alat untuk menyatukan antara potongan kardus satu dengan yang
lainnya. Desain menjadi kelihatan kurang rapi.
2.Lem
Penggunaan lem sebagai alat untuk mengikat potongan kardus membuat kemasan menjadi
lebih rapi dengan harga yang lebih mahal dari stapler. Juga tergantung penyedia jasa desain
kardus dan percetakannya.
3.Glueless
Penggunaan glueless merupakan sarana untuk mendapatkan desain kemasan yang paling
rapi. Hanya saja kertas yang dipakai untuk membangun satu kemasan menjadi lebih banyak
daripada sistem lem dan stapler. Ujung-ujungnya harga menjadi lebih mahal.
4.Wrapping
Wrapping dipakai untuk mendapatkan hasil kemasan yang utuh dan sudah siapa diedarkan.
Teknik wrapping bisa menggunakan bahan plastik, tali, sticker dan sejenisnya.
2.5.3. TUJUAN
2.6. FLANEL
Flanel atau felt adalah jenis kain yang dibuat dari serat wol tanpa ditenun, dibuat
dengan proses pemanasan dan penguapan sehingga menghasilkan kain dengan beragam
tekstur dan jenis (tergantung bahan pembuatnya).
A. SEJARAH
Flanel adalah jenis kain tertua lebih tua dari kain tenun dan rajut. Di Turki,
bekas penggunaan kain flanel yang ditemukan diperkirakan berasal dari tahun
6500 SM, jenis kain flanel terumit ditemukan dalam bentuk awetan di Siberia
pada tahun 600 M. Legenda di Sumeria, menyatakan bahwa kain flanel pertama
kali dibuat oleh Urnamman.
B. MACAM-MACAM PRAKARYA DARI KAIN FLANEL
1. Bross
2. Gantungan kunci
3. Tempat pensil
4. Boneka
5. Tempat pensil
6. Sarung bantal
7. Dompet
8. Dll.
Maka arti penting dari laporan laba rugi yaitu sebagai alat untuk
mengetahui kemajuan yang dicapai perusahaan dan juga mengetahui
berapakah hasil bersih atau laba yang didapat dalam suatu periode.
Pendapatan (revenue)
Adalah aliran masuk atau kenaikan lain aktiva suatu badan usaha atau
pelunasan utangnya (atau kombinasi keduanya) selama suatu periode yang
berasal dari penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa, atau dari
kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama badan usaha.
Biaya (expense)
Adalah aliran keluar atau pemakaian lain aktiva atau timbulnya utang (atau
kombinasi keduanya) selama satu periode yang berasal dari penyerahan atau
pembuatan barang, penyerahan jasa, atau dari pelaksanaan kegiatan lain
yang merupakan kegiatan utama badan usaha.
Penghasilan (income)
Laba (gain)
Rugi (loss)
Adalah jumlah uang yang dikeluarkan atau utang yang timbul untuk
memperoleh barang atau jasa. Jumlah ini pada saat terjadinya transaksi akan
dicatat sebagai aktiva. Misalnya pembelian mesin, dan pembayaran uang
muka sewa (persekot biaya).
1) Pendapatan
2) Beban
Beban di luar usaha adalah beban yang timbul dari aktivitas di luar
usaha pokok perusahaan, misalnya: rugi penjualan aktiva tetap, dan beban
bunga. Disamping beban usaha dan beban di luar usaha tersebut di atas,
harus diinformasikan terpisah dalam laporan laba rugi adalah kerugian yang
sifatnya tidak biasa seperti kerugian akibat kebakaran atau bencana banjir.
a) Pendapatan;
c) Beban pinjaman;
d) Bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang
diberlakukan menggunakan metode ekuitas;
e) Beban pajak;
ALL INCLUSIVE
Pencatatan kerugian dari pos luar biasa tsb dapat disajikan dalam
laporan laba rugi, sedangkan dalam laporan laba yang ditahan hanya berisi
net income yang ditransfer dari laporan rugi laba deklarasi (pembayaran
dividend), penyisihan dari laba (appropriation of retained earning)
Pecatatan kerugian dari pos luar biasa tidak boleh disajikan dalam
laporan laba rugi melainkan disajikan dalam laporan laba ditahan atau
laporan perubahan modal maka laporan laba rugi hanya menentukan hasil
dari operasi normal periode tersebut.
Dalam bentuk single step, penghasilan usaha dan penghasilan di luar usaha
disusun dalam satu kelompok. Demikian pula beban usaha dan beban di luar
usaha. Laba atau rugi bersih dihitung dengan cara mengurangi total
penghasilan dengan total beban.
Dalam bentuk ini baik penghasilan maupun beban dipisah secara rinci antara
pendapatan dan beban usaha dengan penghasilan dan beban di luar usaha
sehingga bias dihitung penghasilan-penghasilan sebagai berikut:
Contoh formatnya :
Bentuk Multiple Step
Di dalam laporan Laba Rugi bentuk Multiple Step, dibedakan menjadi pendapatan
usaha dan pendapatan lain-lain. Pendpatan dan beban disajikan pertama kemudian
pendapatan lain-lain disajikan kemudian.
Contoh formatnya :
BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN
3.1 ANALISA
Dari penelitian kelompok kami, kain flanel merupakan prakarya yang sangat mudah diolah untuk dijadikan
kerajianan tangan seperti tempat pensil,bros,gantungan kunci. Oleh karena itu, kelompok kami juga
mengolah kain flanel menjadi kerajinan tangan, berikut hasilnya:
Daftar Pembelian :
a. Benang
b. Kain flannel
c. Dakron
d. Jarum
e. Benang wol
f. Lem
g. Resleting
h. Gantungan
i. Peniti bros
Hasil Penjualan :
Pendapatan
> Pendapatan Usaha Rp.
> Pendapatan Lain-lain Rp.
--------------------------------- +
Total Pendapatan Rp.
Beban
>Beban Pembelian Barang Rp.
>Beban Lain-lain Rp.
--------------------------------- +
Total Beban
3.2 PEMBAHASAN
Semua kendala yang di hadapi kelompok kami dalam penjualan adalah :
1) Susahnya mencari keuntungan
2) Susahnya mecari tempat jualan
3) sedikitnya peminat
Alasan : Mungkin karena ada beberapa Gantungan kunci yang belom finishing,dan ada beberapa
bros yang kurang menarik minat pembeli,dan juga karena tingginya harga sebuah tempat pensil
untuk kalangan siswa SMP yang seharga 25-30 ribu rupiah.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
Jadi dari apa yang sudah kelompok kami kerjakan,pada pembuatan kerajinan kain flanel kami masih
menemui kendala-kendala seperti jahitan yang kurang rapid an sulitnya mencari bahan baku dari kain flanel
itu sendiri. Di Bekasi sendiri sudah banyak kami temukan UKM yang bergerak di usaha pembuatan kain
flanel, maka dari itu persaingan antar UKM tersebut dalam satu wilayah masih sangat terasa, jadi untuk
membuka usaha seperti ini dibutuhkan pemikiran yang matang karena omset dari penjualan tersebut tidak
menentu karena bidang usaha ini bukan barang pokok yang dibutuhkan masyarakat.
Kesimpulan Pribadi :
Davina Allya F :
Kane Dayori V :
Muhammad Fazzil Q :
Nurul Aqmarina :
Sabrina Sekar ;
Vivi Irma :
Zaenal Arifin :
4.2 SARAN
BAB V
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN