DISUSUN OLEH
RIVAYA THAHIR
JALALUDDIN ALMAHDI
SALDI MUSLIM
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan
kemudahan dan kesehatan kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan
sebuah laporan kelompok untuk mata pelajaran ekonomi dengan judul “industri
home”.
laporan yang sudah kami susun ini untuk menyelesaikan tugas mata
pelajaran ekonomi yang mesti digarap bersama karena membutuhkan
waktu dan tenaga yang cukup besar. Di tengah pergumulan diskusi
yang alot dan panjang di tengah kelompok tiga, kami pun berhasil
menyelesaikan laporan kami. Kemudian laporan berikut bisa rampung berkat
pihak-pihak yang sudah membantu, khususnya wali kelas, guru ekonomi, dan
narasumber yang sudah berkenan untuk kami wawancara.
Kami pun menyadari jika isi laporan ini jauh dari sempurna karena keterbatasan
kami. Oleh sebab itu, kami harapkan adanya umpan balik berupa kritik dan saran
yang membangun agar di kemudian hari kami sanggup makalah yang lebih
maksimal.
Akhirnya, semoga laporan yang sudah kami susun bersama-sama bisa bermanfaat
bagi dunia pendidikan.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Asal Usul Tenun
Selain memiliki budaya yang beragam, Indonesia juga akan kaya nilai nilai tradisi yang tertuang
dalam berbagai hasil kerajinan dan tersebar di seluruh nusantara.Salah satu diantaranya yaitu
berupa kain tenun tradisional yang dapat ditemukan di seluruh pelosok Indonesia. Sexara garis
besar kain tenun yang diciptakan dalam berbagai macam warna, ccorak, dan beragam hias,
memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan system pengetahuan, budaya,
kepercayaan,lingkungan,dan alam system organisasi masyarakat.
Tidak mengherankan jika kain tenun yang terdapat pada masing masing daerah di Indonesia
memiliki cirri khas tersendiri dan menjadi bagian penting yang mempresentasikan budaya dan
nilai social yang berkembang di lingkunga tersebut. Keberadaan kain tenun tradisional di
Indonesia diperkirakan telah berkembang sejak masa neolitikum ( prasejarah).
Hal ini diperkuar dengan temuan benda benda prasejarah prehistory yang berusia lebih dari
3000 tahun. Bekas bekas peninggalan berupa teraan (Cap) tenunan , alat untuk memintal,
kereweng kereweng bercap kain tenun dan bahan tenunan kain dari kapas tersebut di temukan
dalam situs gilimanuk,melolo,sumba timur gunung wingko , dan Yogyakarta.
Dalam prasasti jawa kuno terdapat istilah istilah yang membrikan gambaran tentang adanya
aktivitas pertenunan di masa lalu diantarnya diantaranya “putih hlai 1 (satu) kalambi” yang
dapat di artikan sebagai kain putih satu helai dan baju pada prasasti karang tengah berangka
tahun 847 (kol.mus nas no D 27), istilah “makapas” atau madagang kapas pada prasati
singosari tahun 929M (KOL.MUS NAS NO88), serta pawdikan yang berarti pembatik atau
penenun pada prasati “baru” tahun 1034M. Bukti lain adanya aktivitas menenun di masa lalu
relief “wanita sedang menenun” yang dipahatkan pada umpak batu abad 14 dari daerah
trowulan , jawa timur serta cerita rakyat Indonesia yang menganggkat tema pertenunan. Salah
satunya adalah legenda sangkuriyang. Dalam cerita tersebut, dayang sumbi digambarkan
sebagai sosok wanita yang sangat mahir menenun.
Berbeda dengan teknik menenun yang dilakukan oleh masyarakat dinwilayah Indonesia bagian
timur, para penenun di jawa-bali biasa menggunakan alat tenun bernama cacak yang
ditempatkan pada sebuah “ amben” atau balai balai dari bahan bamboo. Cacak merupakan dua
buah tiang pendek yang diberi belahan untuk menempatkankan guna untuk menggulung
benang yang akan ditenun.
Meski corak yang ditampilkan dan teknik pembuatan kain tenun pada tiap tiap daerah berbeda
beda namun secara keseluruhan kain tenun dapat difungsikan sebagai alat transaksi (barter),
mahar dalam perkawinan , serta bahan pakaian sehari hari maupun busana dalam pertunjukkan
tari dan upacara adat.
CARA KERJA :
Persiapan Benang : Proses dimulai dengan mempersiapkan dua jenis benang utama:
benang pakan (lungsin) dan benang tarikan (pakan). Benang pakan diatur secara vertikal
dan tegak lurus, sementara benang tarikan berada dalam bentuk gulungan atau bobin.
Pengaturan Benang Pakan : Benang pakan diatur dengan rapi di alat tenun, seperti mesin
tenun atau alat tenun tangan. Pengaturan benang pakan ini akan menjadi dasar pembuatan
kain.
Menganyam Benang Tarikan : Proses penghenti dimulai dengan memasukkan benang
tarikan di antara benang pakan yang telah diatur. Benang tarikan bergerak horizontal dan
melintasi benang pakan yang vertikal. Ini membentuk kain.
Pemilihan Motif dan Pola : Selama proses permintaan, pengrajin dapat mengganti warna
benang tarikan untuk menciptakan pola dan motif dalam kain. Kreativitas dapat berperan
dalam desain kain.
Pemadatan Kain : Setiap kali benang tarikan dimasukkan, kain perlu dipadatkan agar rapi.
Pengrajin menggunakan alat seperti penyepit atau beater untuk melakukan ini.
Pengulangan Langkah : Langkah-langkah di atas diulang berulang kali hingga seluruh kain
selesai. Pengulangan ini membentuk pola dan tekstur kain.
Finishing : Setelah selesai meminta, kain perlu menjalani proses finishing. Ini melibatkan
pencucian, pengeringan, dan mungkin juga perlakuan tambahan seperti merapikan tepi
kain.
Hasil Akhir : Setelah proses finishing, produk kain tenun siap digunakan untuk berbagai
keperluan, seperti pakaian, perabot rumah tangga, aksesoris, atau seni tekstil.
.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Untuk menenun harus melewati beberapa tahap, yaitu menghani, mmemasang benang
lungsi pada bum benang lungsi, pencucukan pada mata gun, pencucukan pada sisir,
mengikat benang lungsi pada bum kain, penyetelan, menenun, melepas tenun.
4.1 Menghani
Menghani adalah tahapan awal proses pertenunan, yaitu proses pembuatan helaian-
helaian benang untuk dijadikan lungsi pada alat yang dinamai alat hani.
4.6 Penyetelan
Berilah nomor gun 1,2,3,4 dan injakan juga 1,2,3,4 untuk memudahkan dalam
penenunan
Cermati hasil pencucukan, apakah sudah benar
Atur posisi gun dan injakan, gun 1 dengan injakan 1, gun 2 dengan injakan 2,
gun 3dengan injakan 3, gun 4 dengan injakan 4
Aturlah ketegangan ikatan benang lungsi, usahakan sama ketegangannya
Siap menenun
4.7 Menenun
Awali dengan tenun sebagai bantuan saja, sampai posisi susunan benang
lungsi sudah rata
Ketika menenun usahakan jarak gunung-gunung sama, sehingga hasil lebar
tenunan dapat rata kanan dan kiri
Sambungan benang usahakan maju dari tepi tenunan kira kira 2-3 cm
Memadatkan tenunan dengan sisir juga harus sama, kalau 2 kali ketukan juga
sebaiknya semua 2 kali ketukan , sehingga hasil kerapatan tenunan juga rata
Tenun sesuai motif dan ukuran produk yang akan dibuat
Kalau mulut benang lungsi sudah sempit , gulung hasil tenunan
Tenun sampai mencapai ukuran yang dikehendaki
1.6
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari Uraian tersebut maka kami mengambil kesimpulan yaitu
Dengan dijadikannya hasil wawancara kali ini membuat kita bisa
menggembambangkan pengetahuan kita tentang cara cara menenun
Proses penenunan kainmempunyai beberapa taghapan mulai dari menghani
hingga melepas tenunan