Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MENGENAL KAIN TENUN TROSO SEBAGAI SALAH


SATU CARA MEMPERKAYA WAWASAN
NUSANTARA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan


Kewarganegaraan tentang Wawasan Nusantara

Dosen pengampu : Endang Setyowati, S.H., M.Hum.

PENYUSUN :
SUPRAPTI
NIM A 1161167

PROGRAM D3 FARMASI
AKADEMI FARMASI NUSAPUTERA
SEMARANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga makalah tentang “MENGENAL KAIN
TENUN TROSO SEBAGAI SALAH SATU CARA MEMPERKAYA
WAWASAN NUSANTARA” ini dapat diselesaikan. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
Kain tenun merupakan salah satu hasil kesenian dan budaya Indonesia
yang khas. Indonesia memiliki beragam jenis dan motif tenun, tetapi pada
makalah ini penulis hanya membahas tenun torso dari Desa Troso Kecamatan
Pecangaan Kabupaten Jepara.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan


bagi penulis sendiri dan bagi para pembaca. Penulis mengucapkan terima kasih
atas perhatian dan kerjasama dari semua pihak yang telah mendukung
keberhasilan penulisan makalah ini.

Semarang, 16 Mei
2017

Penulis
DAFTAR ISI

Kata
Pengantar ..........................................................................................................i

Daftar
Isi ..................................................................................................................ii

Bab I
Pendahuluan ..................................................................................................1

Latar
Belakang .........................................................................................................3

Rumusan
Masalah ....................................................................................................4

Tujuan Penulisan .....................................................................................................5

Bab II
Pembahasan ..................................................................................................6

Kain Tenun ..............................................................................................................6

Sejarah Kain Tenun Troso


.......................................................................................6

Proses Tenun Troso .................................................................................................6

Motif Kain Tenun


Troso .........................................................................................6

Keterkaitan Kain Tenun Troso Dengan Wawasan Nusantara ...............................10


Bab III
Penutup .....................................................................................................14

Kesimpulan ............................................................................................................1
4

Daftar
pustaka ........................................................................................................16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas yang didalamnya


terdapat keanekaragaman suku, bahasa, adat istiadat, kesenian dan lain-lain.
Dalam hal kesenian dan budaya, Indonesia mempunyai hasil karya yang tidak
dapat ditemukan di negara manapun yaitu kain tenun. Kain tenun adalah kain
tradisional Indonesia. Tenun merupakan proses pembuatan kain dengan
menggabungkan benang-benang yang melintang memanjang maupun melebar
(Affendi, 1995).
Indonesia memiliki beragam jenis dan motif tenun, misalnya di Batak
dikenal dengan ulos, di Bali dengan tenun geringsing, di Palembang dengan tenun
songket, di Banten dengan tenun baduy dan di Jawa Tengah khususnya kota
Jepara dengan tenun troso. Semua nama kain tenun tersebut disesuaikan dengan
nama daerah yang membuatnya.
Keanekaragaman kain tenun merupakan salah satu wujud nyata Bhineka
Tunggal Ika, yaitu walaupun nama dan jenisnya berbeda tetapi merupakan suatu
hasil karya yang menjadi ciri khas Negara Indonesia. Sebagai contoh adalah kain
tenun troso yang berasal dari desa Troso Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara.
Kain tenun troso ini merupakan salah satu produk unggulan Jawa Tengah setelah
batik. Kain tenun troso adalah kain tradisional khas Jepara yang telah menasional
dengan banyaknya permintaan dari luar Jepara dan luar Jawa Tengah bahkan juga
telah mendunia dengan adanya permintaan ekspor ke luar negeri.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan dibahas adalah :
1. Apakah kain tenun itu?
2. Apa sejarah kain tenun troso?
3. Bagaimana proses tenun troso?
4. Apasaja motif kain tenun troso
5. Apa Keterkaitan Kain Tenun Troso Dengan Wawasan Nusantara?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui tentang kain tenun
2. Mengetahui sejarah kain tenun troso
3. Mengetahui proses tenun troso
4. Mengetahui motif kain tenun troso
5. Mengetahui keterkaitan kain tenun troso dengan Wawasan Nusantara
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kain Tenun


Kain tenun adalah kain yang dibuat dengan cara “menganyam” benang
pakan (benang yang terentang secara horisontal) yang dibuat tegak lurus dengan
benang lungsinnya (benang yang membujur secara vertikal). Tenunan bisa dibuat
tanpa motif (polos), bisa juga dibuat sekaligus dengan motifnya.
Pada zaman dahulu kala, seluruh tenun di berbagai wilayah di Indonesia
menggunakan alat tenun tradisional gedog (yang memiliki nama berbeda-beda
pada setiap daerah penenunnya, misalnya kalira di Sumba, atau peranggon di
Lombok). Alat Tenun Gedog ini terbuat dari kayu, berukuran kecil, relatif mudah
dibawa kemana-mana dan cara menenunnya hanya bisa dilakukan sambil
duduk selonjor (kaki diluruskan ke depan). Hasil tenunan dari gedog ini hanya
bisa berlebar maksimal sekitar 70cm (karena dibatasi pada jangkauan lebar dari
alat tenun itu sendiri). Oleh karena itu, tenunan yang dibuat dari alat tenun gedog
biasanya hanya dapat digunakan sebagai selendang, atau jika ingin membuat
sarung/ kain besar, maka harus dijahit dan disambung di bagian tengah-tengah
kainnya.
Gambar: Alat Tenun Gedog dan Alat Tenun Bukan Mesin (Elmir, 2008)

Pada zaman sekarang salah satu alat yang paling banyak digunakan untuk
menenun adalah Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Dengan ATBM, seseorang
bisa menghasilkan kain tenun lebih cepat dengan ukuran yang jauh lebih lebar,
sesuai dengan jangkauan lebar atau besarnya ukuran ATBM itu sendiri (hingga 2
meter tanpa ada jahitan sambung dengan tenunan lain). ATBM ini berbentuk
seperti meja dengan bilah-bilah kayu yang terbentang baik secara melintang
maupun membujur. Berbeda dengan gedog yang dilakukan dengan posisi
duduk selonjor, maka penenun ATBM bekerja sambil duduk di atas kursi. Karena
alat ini besar, biasanya ATBM diletakkan di satu ruangan khusus karena tidak
memungkinkan untuk dapat dibawa kemana-mana. ATBM ini dapat dengan
mudah dijumpai di dataran Jawa, utamanya daerah penghasil tenunan seperti Desa
Troso di Jepara, Jawa Tengah.
Jenis ataupun ragam hias kain tenun dapat menunjukkan apakah seseorang
itu keturunan raja, kepala adat atau hanya rakyat biasa. Untuk menunjukkan
identitas kelompok biasanya tenun tampak dipergunakan misalnya dalam upacara
kelahiran, inisiasi, perkawinan ataupun kematian. (Eko Punto Hendro, 2000)
Dari fungsi ekonomi, kain tenun merupakan komoditi berharga karena
memiliki nilai tukar yang tinggi di pasar barang. Tingginya nilai tukar tersebut
disebabkan proses pembuatanya (menggunakan ketrampilan tangan) yang cukup
rumit, hiasannya yang unik, motif, corak, nilai sejarah dan juga dari jenis bahan
benang yang digunakan.

2.2 Sejarah Kain Tenun Troso


Tenun troso adalah kain tenun yang cara pembuatanya dengan
menggunakan ATBM (alat tenun bukan mesin) yang menghasilkan tenun ikat
dengan merek dagang troso (Eko Punto hendro, 2000). Arti tenun troso adalah
barang tenunan yang cara pembuatanya dimulai dari menter atau mewarnai.
Dalam proses ini, benang diwarnai sesuai pewarnaan juga kemudian dijemur.
Berikutnya, proses spul atau benang digulung kecil. Proses ketiga, benang
diproses dan dipasang ke alat tenun bukan mesin ditempat tersebut dinamakan
dicucuk. Proses yang terakhir adalah penenunan.
Menurut masyarakat setempat tentang munculnya kegiatan menenun di
desa Troso dibakukan dalam sebuah cerita (mitos), bahwa dahulu kala ada tokoh
bernama kyai senu dan nyai senu yang pertama kali melakukan pekerjaan
menenun dengan tenun emasnya, pekerjaan ini kemudian diperkenalkan kepada
masyarakat. Masyarakat masih percaya alat tenun emas itu masih sering muncul
di tengah-tengah desa, dikatakan bahwa beberapa orang pernah melihatnya.
Walaupun mitos tersebut merupakan suatu bentuk cerita dari mulut ke mulut,
tetapi memiliki fungsi sosial bagi masyarakat yang memilikinya (Eko Punto
Hendro, 2000:151).
Tenun troso dikenal dengan nama kain tenun troso karena pembuatannya
di desa Troso sesuai dengan nama desa asal pembuatan. Keterampilan membuat
Tenun troso sudah dimiliki oleh warga desa Troso sejak tahun 1935. Pada tahun
1943 mulai berkembang Tenun Pancal dan kemudian pada tahun 1946 beralih
menjadi Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Kain tenun troso yang dihasilkan
dengan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) mempunyai nilai jual yang lebih tinggi
daripada kain yang dihasilkan dengan Alat Tenun Mesin (ATM) karena
membutuhkan waktu yang relatif lebih lama untuk membuat sehelai kain tenun
troso ATBM selain itu sentuhan atau ketrampilan tangan saat menenun juga
merupakan nilai seni yang patut diperhitungkan. Desa Troso Kecamatan
Pecangaan Kabupaten Jepara merupakan sentra kerajinan Tenun Troso dan
merupakan produk unggulan Kabupaten Jepara setelah industri mebel.

2.3 Proses Tenun Troso


Tenun troso menggunakan proses tenun ikat yaitu merupakan proses
pembuatan kain yang motifnya dibuat pada benang pakan, lungsi, maupun kedua
benang tersebut dengan cara diikat dengan menggunakan tali pengikat yang dapat
melindungi motif dari zat warna. Hal-hal yang berkaitan dengan proses menenun
adalah bahan baku, tali pengikat, pewarna, dan alat-alat yang dibutuhkan untuk
memperlancar proses menenun.
a. Bahan baku
Bahan baku yang dibuat untuk membuat tenun troso pada umumnya adalah
benang. Pengusaha tenun troso ada yang membuat tenun dengan menggunakan
bahan pembuat benang yang alami seperti serat daun nanas, serat pelepah
pohon pisang, eceng gondok dan sebagainya. Tetapi proses pembuatan benang
dari bahan alam ini sangat memakan waktu dan biaya, sehingga saat ini
digunakan benang yang ada dipasaran yang terbuat dari kapas, sutra, atau bulu
domba yang sudah siap pakai.
b. Tali Pengikat
Adapun jenis tali pengikat yang digunakan adalah tali yang tahan air (tidak
meresap air). Tali ini digunakan untuk mengikat motif/pola pada benang
sebelum pencelupan. Pada masa lampau, tali yang digunakan untuk mengikat
motif terbuat dari bahan alam yaitu pelepah pisang. Bahan tersebut dipilih
karena mudah didapat. Pada saat ini, umumnya tali pengikat motif yang
digunakan oleh para pengrajin adalah tali rafia karena harganya yang murah,
mudah didapat, dan warnanya yang beraneka ragam. Banyaknya macam warna
tali rafia memudahkan penenun untuk mengikat motif agar dapat dibedakan
jenis warna yang akan digunakan.
c. Pewarna
Pewarna yang digunakan dapat berupa pewarna alami, misalnya warna yang
dihasilkan dari kayu secang, batang pohon tenggeran dan lain-lain, atau dapat
juga digunakan pewarna sintetis, misalnya napthol, indhigosol, silver dan
indhantren. Pemilihan warna tersebut disesuaikan dengan kebutuhan. Sebelum
diikat, benang-benang yang akan diikat motifnya harus ditata pada sebuah
bidang atau bingkai untuk memastikan ketegangan benang tersebut sama.
Penataan benang pada bidang juga bertujuan untuk membuat perhitungan
mengenai tata letak motif yang dibuat pada saat penggambaran motif.
d. Alat
- Alat persiapan benang
Alat ini untuk menyiapkan benang yang akan digunakan sebagai bahan
dasar pembuatan kain tenun. Pada dasarnya, benang pakan dan benang
lungsi dalam tenun ikat awalnya adalah benang putih polos. Oleh sebab itu
persiapan benang pakan haruslah melibatkan proses pewarnaan benang
yang dalam hal ini adalah proses pembentukan motif kain tenun.
- Alat penggulungan benang (proses pengelosan)
Alat ini disebut alat kelos, di desa troso alat ini disebut dengan alat spul
yaitu alat untuk memindahkan benang dalam gulungan benang tertentu
yang disebut bobin.
- Alat pewarnaan benang
Alat tersebut menggunakan batangan besi, bambu, maupun kayu yang
berfungsi sebagai alat penggantung benang ATBM.
- Alat tenun
Alat tenun yang masih banyak digunakan didesa Troso adalah ATBM.
ATBM merupakan alat tenun bukan mesin yang memiliki dua buah gun
yang dihubungkan dengan dua injakan
Selain itu terdapat juga ATM (Alat Tenun Mesin). ATM merupakan alat
tenun yang digerakkan oleh mesin pengerak. Alat ini dapat menghasilkan
kain tenun lebih cepat daripada ATBM.
2.3 Motif Kain Tenun Troso
Ciri khas kerajinan tenun di Desa Troso yaitu menggunakan banyak ragam
hias Nusantara, sehingga hasil ragam kain tenun troso lebih menarik dan
bervariasi. Secara umum ciri-ciri motif tenun troso tidak berbeda jauh dengan motif-
motif tenun di luar jawa. Motif merupakan bentuk dasar dalam penciptaan sebuah
desain pada suatu karya seni. Dalam hal ini meliputi segala bentuk ciptaan Tuhan
(binatang, tumbuh tumbuhan, manusia, gunung, air, dan lain-lain) dan hasil kreasi
manusia (bentuk garis, geometris, dan lain-lain).
Pada tenun tradisional, motif berfungsi sebagai penghias. Motif
merupakan kerangka yang mengalami berbagai penyusunan dengan membentuk
pola tertentu. Apabila dilihat susunan polanya, akan didapatkan bentuk-bentuk
motif hias yang berbeda. Bentuk motif tersebut dapat diklasifikasi kedalam
beberapa golongan, sesuai dengan bentuk dasar motif dan tata susunanya.
Berikut ini adalah contoh motif-motif pada kain troso :
a. Motif kawung

b. Motif hias tumpal


c. Motif bunga melati

d. Motif gajah mada

e. Motif bentuk garis-garis (motif SBY)


Selain motif-motif diatas masih banyak lagi motif yang diproduksi didesa
Troso, seperti motif lung lungan, motif gapuro mantingan (motif seragam bagi PNS
pada awal peresmian), dan sebagainya.
Untuk mengembangkan ekonomi, pengusaha tenun troso sering melakukan inovasi-
inovasi dengan menyesuaikan selera konsumen. Misalnya membuat motif kombinasi
dengan daerah lain, membuat motif sesuai pesanan atau dapat juga membuat motif
sesuai pasar, maksudnya motif yang dibuat adalah motif yang sedang banyak
diminati. Selain itu, pengusaha tenun troso juga menggunakan bahan-bahan dari serat
tumbuhan yang harganya lebih murah sampai menggunakan bahan kualitas tinggi
misalnya benang sutra yang membuat harganya menjadi lebih mahal. Semua itu
tergantung dari minat dan daya beli konsumen.

2.4 Keterkaitan Kain Tenun Troso Dengan Wawasan Nusantara


Wawasan nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan
lingkungannya berdasarkan ide nasionalnya yang dilandasi Pancasila dan UUD
1945, yang merupakan aspirasi bangsa yang merdeka, berdaulat, bermartabat,
serta menjiwai tata hidup dan tindak kebijaksanaan dalam mencapai tujuan.
Secara sederhana Wawasan Nusantara berarti cara pandang bangsa Indonesia
terhadap diri dan lingkungannya. Diri yang dimaksud adalah diri bangsa
Indonesia sendiri, serta nusantara sebagai lingkungan tempat tinggalnya.
Sesuai dengan pengertian Wawasan Nusantara maka kain tenun troso
termasuk seni budaya yang merupakan hasil buah karya masyarakat Indonesia
(desa Troso) yang hubungannya sesuai dengan landasan Wawasan Nusantara
yaitu :
1. Landasan Idiil : Pancasila
Pancasila sebagai dasar negara juga termasuk mendasari keberadaan Wawasan
Nusantara. Pancasila mempunyai kekuatan hukum yang mengikat para
penyelenggara negara, para pimpinan pemerintahan, dan seluruh rakyat
Indonesia.
Pelaksanaan Pancasila dalam kaitannya dengan kain tenun troso ini sesuai
dengan sila ke tiga Pancasila “Persatuan Indonesia” yaitu dalam kehidupan
bermasyarakat, adanya kain tenun ini muncul paguyuban kain tenun troso yang
diikuti oleh seluruh pengusaha baik dari industri kecil (home industri) yang
menjalankan produksi dengan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) sampai
industri besar yang menjalankan produksi dengan Alat Tenun Mesin (ATM).
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, kain tenun troso merupakan hasil
dari menenun dengan teknik tertentu, sehingga banyak orang-orang dari luar
jepara baik dari luar kota, luar pulau bahkan luar negeri untuk belajar menenun
di Jepara. selain itu pelaksanaannya juga sesuai dengan sila ke lima Pancasila
“Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia” yaitu dengan adanya industri
kain tenun ini maka pemerataan ekonomi dapat tercapai. Artinya, jika banyak
alat tenun manual yang digunakan maka tenaga kerja yang dibutuhkan juga
banyak, sehingga angka pengangguran dan kemiskinan dapat dikurangi.
2. Landasan Konstitusional : UUD 1945
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan konstitusi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Wujudnya antara lain dalam bentuk
negara kesatuan serta penguasaan atas bumi, air, dan dirgantara oleh Negara
yang semuanya itu dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Pelaksanaan UUD 1945 dalam kaitannya dengan kain tenun troso ini adalah
bahwa bahan baku, alat yang digunakan, banyaknya pekerja, banyaknya
industri pembuat dan proses pemasaran diketahui oleh negara.
Arah pandang mengenai kain tenun troso ini juga sesuai dengan Wawasan
Nusantara, yaitu :
1. Arah pandang kedalam
Kain tenun banyak diproduksi oleh daerah-daerah yang tersebar di seluruh
wilayah Indonesia. Dengan adanya pemasaran, maka kain tenun khususnya
tenun troso dapat dikenal di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini dapat menjadi
salah satu upaya untuk membina dan memelihara persatuan dan kesatuan.
Sebagai contohnya dengan digunakannya kain tenun sebagai seragam kedinasan,
seragam suatu organisasi tertentu, dal lain-lain.

2. Arah pandang keluar

Kain tenun khususnya tenun troso telah banyak diminati sampai ke luar negeri.
Salah satu cara untuk memasarkan kain tenun troso adalah dengan adanya
pameran, penggunaan baju dari kain tenun troso oleh presiden dan jajarannya,
dan lain-lain. Wisatawan yang berminat untuk belajar menenun kain troso juga
dapat langsung datang ke desa Troso. Hal tersebut menimbulkan adanya
permintaan pasar luar negeri. Adanya kegiatan ekspor yang dilakukan untuk
memenuhi permintaan luar negeri tersebut berarti kerjasama serta rasa saling
menghormati dan menghargai antar negara dapat terlaksana sehingga
ketertiban dan perdamaian dapat terjadi.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kain tenun troso mempunyai ciri khas dengan menggunakan banyak
ragam hias Nusantara. Secara umum ciri-ciri motif tenun troso tidak berbeda jauh
dengan motif-motif tenun di daerah lain. Dengan mengenal kain tenun troso sebagai
salah satu kekayaan seni dan budaya Indonesia merupakan salah satu cara untuk
memperkaya Wawasan Nusantara.
Indonesia memiliki beragam jenis dan motif tenun dimana nama-nama
kain tenun tersebut disesuaikan dengan nama daerah yang membuatnya.
Keanekaragaman kain tenun merupakan salah satu wujud nyata Bhineka Tunggal
Ika, yaitu walaupun nama dan jenisnya berbeda tetapi merupakan suatu hasil
karya yang menjadi ciri khas yang dapat dijadikan identitas bangsa Indonesia.
Masing-masing daerah pembuat kain tenun harus saling menghormati dan
menghargai hasil kain tenun dari daerah lain agar tidak terjadi konflik yang dapat
menyebabkan perpecahan. Oleh karena itu diperlukan Wawasan Nusantara sebagai

nilai dasar Ketahanan Nasional serta sebagai pemersatu keragaman budaya bangsa.
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

Sunarto, dkk. 2013. Pendidikan Kewarganegaraan Di Perguruan Tinggi. Semarang :Pusat


Pengembangan MKU/MKDK-LP3 Universitas Negeri Semarang.

https://id.wikipedia.org/wiki/Wawasan_Nusantara

http://www.dosenpendidikan.com/

Santoso Budi, dkk. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Gramedia Pustaka


Utama.

Kaelan. 2004. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : Paradigma.


Sadjiman, Djunaedi. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan. Daerah :Tanpa Nama
Penerbit.
Sumarsono, dkk. 2006. Pendidikan kewarganegaraan. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
Panut Panuju, Ida Umami ; Psikologi Remaja, PT. Tiara Wacana Yogya,
Yogyakarta, 1999

Anda mungkin juga menyukai