Anda di halaman 1dari 59

VISI DAN MISI

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN

A. VISI
Menjadikan Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan Surabaya sebagai rujukan
yang menghasilkan tenaga ahli madya yang memiliki integritas dengan keunggulan yang
kompetitif bidang sanitasi perkotaan tahun 2025

B. MISI :
1. Melaksanakan integrase Tridharma Perguruan Tinggi untuk mendukung
pengembangan ilmu pengetahuan, moralitas, intergritas, dan kompetensi yang unggul
serta kompetitif bidang sanitasi perkotaan.
2. Melaksanakan tata kelola organisasi dan sumber daya manusia yang baik, bersih,
akuntabel, transparan , dan terukur.
3. Mengembangkan kerjasama dalam bidang penelitian, pengabdian masyarakat dan
pengelolaan Pendidikan.
LEMBAR PENGESAHAN

Modul Praktikum dengan judul :

MODUL PRAKTIKUM DASAR TEKNIK

Disusun oleh : Hadi Suryono, ST, MPPM


Darjati, SKM, M.Pd.

Telah disusun berdasarkan Rencana Pembelajaran Program Srudi (RPS) dan Kurikulum
Pendidikan Tinggi Diploma III Kesehatan Lingkungan Surabaya dan dapat digunakan
sebagai pedoman praktikum bagi mahasiswa.

Surabaya, Agustus 2019

Ketua Program Studi Dosen PJMK


Diploma III Kesehatan Lingkungan
Surabaya,

Nurhaidah, SKM, M.Kes. Darjati, SKM, M.Pd


NIP. 197202081996022001 NIP.

Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan


Poltekkes Kemenkes Surabaya,

Ferry Kriswandana, SST, MT


NIP. 197007111994031003
KOMPETENSI YANG INGIN DICAPAI:

Setelah melakukan praktikum, mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan


sebagai berikut:

1. Mengenal berbagai macam alat serta fungsi masing-masing


2. Melakukan praktik penyambungan pipa dengan berbagai jenis sambungan dengan
baik.
3. Merencanakan kebutuhan dalam system penyambungan pipa distribusi air bersih
pada skala rumah tangga
4. Dapat melakukan pengukuran profil memanjang dan profil melintang dengan
pesawat theodolit serta mendapat data hasil pengukuran beda tinggi dan jarak
permukaan tanah
5. Dapat mengolah data hasil pengukuran dan mampu menghitung angka koreksi
sebagai control kevalidan data
6. Memahami pemasangan batu bata dan dapat menghitung kebutuhan batu
bata seluar 1 m2 bangunan
7. Melaksanakan pekerjaan pemasangan dinding tembok batubata ½ bata
ikatan siku (L)
8. Dapat mencampur spesi untuk kebutuhan bangunan.
9. Memahami dan menjelaskan jenis-jenis sambungan
10. Mengukur persentase kadar lumpur dalam agregat halus dan menentukan
baik tidaknya agregat yang digunakan untuk bangunan
KATA PENGANTAR

Buku Pedoman Praktikum Dasar Teknik ini disusun sebagai buku pedoman
untuk pelaksanaan praktikum mata kuliah Dasar Teknik Program Studi Diploma III
Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Surabaya.
Dengan disusunnya modul praktikum Dasar Teknik ini mahasiswa akan lebih
terpacu untuk mendalami praktikum lebih mudah karena cara belajarnya akan lebih
terarah dan mendapatkan manfaat yang lebih besar dibandingkan jika tidak ada
buku pedoman sebagai penuntun praktikum.
Apabila masih terdapat kekurangan dalam penyusunan ini tentunya akan
diperbaiki pada waktu yang akan datang, karena buku ini akan selalu ditinjau ulang
dan diperbarui seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknolog dibidang
dasar keteknikan kesehatan lingkungan.
Saran dan kritik dari pembaca dan pengguna buku ini akan kami jadikan
motivasi untuk memperbaiki isi maupun sistematika dimasa yang akan dating.
Akhirnya kami mengucapkan kepada semua pihak yang telah memberikan
kontribusi terhadap penyusunan buku pedoman praktikum ini.

Surabaya, Agustus 2019

Hormat kami,
Ttd

Penyusun.
STANDAR KESELAMATAN KERJA PRAKTIKUM

Untuk keselamatan kerja selama melakukan praktikum, maka praktikan harus


mengikuti petunjuk keselamatan kerja sebagai berikut:
1. Ikutilah Tata Tertib praktikum yang telah ditentukan di laboratorium dan
bengkel kerja
2. Pakailah baju praktikum dan perlengkapan keselamatan kerja sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan substansi praktikum:
a. Untuk praktek pengukuran beda tinggi dan jarak (levelling) pakailah baju
praktek lapangan (training pak), sepatu boot dan helmet pelindung kepala.
Payungilah pesawat theodolite atau water pass yang digunakan agar
terlindung dari matahari atau hujan
b. Untuk praktek pasangan batu bata gunakan baju praktek lapangan, sepatu
boot dan masker.
c. Untuk praktek sambungan kayu pakailah baju praktek lapangan, masker
dan kacamata google supaya terlindung dari butiran kayu masuk kemata
atau saluran pernapasan.
3. Ikutilah prosedur penggunaan pesawat atau peralatan sesuai dengan standar
penggunaan alat yang tertera pada alat maupun pedoman praktikum yang
ditentukan oleh pembimbing praktek.
4. Kembalikanlah peralatan praktikum dalam kondisi baik dan bersih.
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Visi dan Misi i
Lembar Pengesahan ii
Kompetensi yang ingin dicapai iii
Kata Pengantar iv
Standar Keselamatan Kerja Praktikum v
Daftar Isi vi

PRAKTEK 1 Teknik Sambungan Dan Perencanaan Perpipaan Distribusi


Air Bersih Di Rumah Tangga 1

PRAKTEK 2 Pengukuran Beda Tinggi Dan Jarak Dalam Pengukuran Profil


Memanjang Dan Melintang (Levellin) 6

PRAKTEK 3 Menggambar Teknik 16

PRAKTEK 4 Membuat Pasangan Batu Bata 21

PRAKTEK 5 Membuat sambungan kayu sederhana 47

PRAKTEK 6 Konstruksi Beton 50

DAFTAR PUSTAKA 54
PRAKTIK TEKNIK SAMBUNGAN DAN

1 PERPIPAAN DISTRIBUSI AIR BERSIH


DI RUMAH TANGGA
1. Tujuan Praktikum:
a. Mahasiswa mampu mengenal berbagai macam sambungan pipa GI dan PVC
b. Mahasiswa dapat melakukan praktik penyambungan pipa dengan berbagai jenis
sambungan dengan baik.
c. Mahasiswa dapat merencanakan kebutuhan dalam system penyambungan pipa
distribusi air bersih pada skala rumah tangga.

2. Pendahuluan
Pemenuhan kebutuhan air bersih di rumah tangga merupakan salah satu usaha
dalam meningkatkan kesehatan masyarakat agar terhindar terjadinya penularan
penyakit melalui air (Waterborne Deseases). Oleh sebab itu air untuk kebutuhan
manusia harus memenuhi persyaratan fisik, kimia, bakteriologis maupun zat
berbahaya lainnya.
Sistem perpipaan yang baik dalam pemenuhan kebutuhan air bersih rumah tangga
dapat membantu tersedianya air bersih yang memenuhi syarat, karena tidak
mengalami pencemaran dari tanah atau zat organic di sekitarnya. Selain itu system
sambungan perpipaan yang baik juga mendukung tersedianya air bersih yang lebih
efisien, karena tidak terjadi kebocoran pada sambungan yang dapat menyebabkan
pemakaian air yang lebih banyak dan kebutuhan listrik yang melonjak akibat terlalu
sering menggunakan pompa akibat kebororan tersebut.

3. Dasar Teori:
Jenis PVC yang tahan lama dan tidak gampang dirusak dan tidak berkarat atau
membusuk menjadikan PVC paling sering digunakan dalam system perpipaan dan
pelindung kabel. PVC tahan dalam kondisi lingkungan secara biologis maupun
kimiawi, membuatnya menjadi plastic yang dipilih sebagai bahan pengganti pipa
logam yang rentan karat dalam penggunaan rumah tangga.
Pipa PVC biasanya memakai standar ukuran JIS (Japanese Industrial Standart),
sedangkan untuk PDAM biasanya memakai standart ukuran SNI (Standart Nasional
Indonesia). Dalam system JIS ada 3 jenis pipa PVC, yaitu AW,D dan C.

1
AW, paling tebal, biasanya dipakai untuk perpipaan yang membutuhkan aliran
tekanan tinggi ( seperti pakai pompa ).
D, tidak setebal AW, tapi lebih tebal dari C, digunakan untuk tekanan yang tidak
terlalu besar atau bisa dipakai untuk saluran buangan didalam tanah.
C, paling tipis biasanya untuk buangan air, tidak bisa untuk tekanan.

Berikut ini adalah macam-macam ukuran diameter pipa PVC dengan standart JIS
(satuan inch).
TEBAL SEDANG TIPIS UKURAN

- - C 5/8 “ 17 mm

AW ½ “ - C½“ 22 mm

AW ¾ “ - C¾“ 26 mm

AW 1 “ D1¼“ C1“ 32 mm

AW 1 ¼ ” D1½“ C1¼“ 42 mm

AW 1 ½ “ D2“ C1½“ 48 mm

AW 2 “ D2½“ C2“ 60 mm

AW 2 ½ “ D3“ C2½“ 76 mm

AW 3 “ D4“ C3“ 89 mm

AW 4 “ D5“ C4“ 114 mm

AW 5 “ D6“ C5“ 140 mm

AW 6 “ D8“ 165 mm

AW 8 “ D 10 “ 216 mm

AW 10 “ 267 mm

4. Alat-alat yang diperlukan:


a. Model berbagai macam sambungan pipa dari bahan GI dan PVC
b. Sikat dan kain lap

2
c. Berbagai jenis sambungan pipa dari bahan PVC
d. Pemotong pipa PVC

5. Bahan – bahan
- Lem PVC
- Seal tape (selotip)
- Pipa PVC

6. Prosedur Kerja Penyambungan Pipa:


a. Siapkan alat dan bahan praktikum
b. Mengenal berbagai macam sambungan pipa GI dan PVC dengan mengamati
dan menggambar sambungan tersebut.
c. Melakukan praktik teknik penyambungan pipa dengan berbagai macam asesoris
sambungan pipa PVC
d. Membuat perencanaan kebutuhan pipa dan sambungan, serta kebutuhan bahan
yang digunakan dalam suatu system perpipaan dalam rumah tangga.

6.1. Teknik Penyambungan Pipa:


I. Prosedur menyambung pipa PVC menggunakan sock
a). Siapkan peralatan: pemotong pipa, gergaji pipa/ pemotong pipa PVC, dan
gunting
b). Siapkan bahan : selotip, kertas gosok, pipa dan sambungannya
c). Bersihkan ujung pipa yang akan disambung dengan lap dan pastikan
bagian sekitar ujung pipa kering.
d). Gosoklah ujung pipa dengan kertas gosok halus sampai permukaannya
agak kasar, demikian juga bagian dalam sock.
e). Olesi bagian ujung pipa PVC yang akan disambung dengan lem PVC
dengan merata, demikian juga bagian dalam sock pvc.
f). Segera masukkan ujung pipa yang sudah diberi lem ke dalam sock yang
sudah di lem juga dengan gerakan agak diputar.
g). demikian pula dengan ujung pipalain yang akan disambungkan dengan
sock tersebut, lakukan dengan cara yang sama, maka tersambunglah
kedua bagian pipa tersebut.
II. Menyambung bagian pipa atau jenis sambungan yang ada ulir/ dratnya.:
a. Pegang dengan tangan kiri bagian sambungan (bisa juga kran atau stop
kran) yang ada ulir/dratnya dengan posisi menjauhi jari tangan kiri

3
b. Lilitkan seal tape (selotip) dengan gerakan searah jarum jam, posisi
gulungan selotip hendaknya menghadap keluar gerakan lilitan.
c. Setelah dirasa cukup, sambungkan asesoris/ sambungan dengan
memutarnya pada bagian drat yang telah dilitkan selotip sampai terasa
agak berat.
d. Maka sambungan telah selesai.

III. Membuat perencanaan sambungan instalasi perpipaan air bersih di


rumah tangga
a. Pelajarilah dahulu lay-out/ denah rumah dengan teliti termasuk ukuran
setiap ruang dalam bangunan tersebut.
b. Pelajarilah rencana perletakan pompa dan letak sumber air (sumur gali/
tendon PDAM
c. Gambarlah jaringan pipa yang direncanakan dengan pertimbangan
efektif dan efisien, yaitu memperkirakan jalur terdekat agar kebutuhan
pipa maupun sambungan/ asesoris yang dibutuhkan lebih sederhana
dan optimal.
d. Hitunglan panjang jalur untuk menghitung kebutuhan pipa
e. Hitung jumlah belokan untuk menghitung sambungan yang diperlukan
f. Hitung jumlah titik-titik yang akan dipasang kran
g. Hitung kebutuhan pipa, sambungan, asesoris pendukung yang
dibutuhkan, biaya yang dikeluarkan untuk keseluruhan kebutuhan.
7. Soal Pendahuluan:
7.1. Bagaimana cara menyambung pipa PVC ukuran 11/4 “ dengan pipa GI
ukuran 2”
7.2. Studi Kasus :
Perhatikan gambar di bawah ini
Sebuah rumah tangga memiliki 2 kamar mandi, satu dapur. Sumber air
bersih yang dipakai berasal dari air PDAM, dimana air PDAM harus
ditampung dalam tendon air karena kalau siang tidak mengalir. Pemilik
rumah berencana akan membuat jaringan perpipaan untuk kedua kamar
mandi, wastafel di dapur dan satu kran dipasang dekat garasi dan taman
depan rumah.
Pertanyaan:
1. Hitung kebutuhan pipa
2. Hitung Kebutuhan asesoris dan sambungan pip
3. Hitung bahan dan biaya yang dibutuhkan

4
Gambar 1.1. Denah rumah:
700 400

Garasi Taman

450

300 KT KT

200 KM

Ruang Santai KT
400

750 350
P 750
850
250 250
KM Dapur

5
PRAKTIK Pengukuran Beda Tinggi Dan
Jarak Dalam Pengukuran Profil
2 Memanjang dan Melintang
(Levelling)
2.1. Tujuan :
1. Mahasiswa dapat mengenal peralatan yang digunakan untuk
pengukuran.
2. Mahasiswa dapat menggunakan alat dan masing-masing fungsi dari
bagian pesawat theodolit.
3. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran profil memanjang dan profil
melintang dengan pesawat theodolit serta mendapat data hasil
pengukuran.
4. Mahasiwswa dapat mengolah data hasil pengukuran dan mampu
menghitung angka koreksi sebagai control kevalidan data
5. Mahasiswa diharapkan mampu mengatasi permasalahan yang
berkaitan dengan pengukuran di lapangan.

2.2. Pendahuluan
Pengukuran beda tinggi dan jarak di lapangan dapat digunakan untuk
berbagai kebutuhan diantaranya:
a. Untuk menentukan arah pemasangan pipa distribusi air minum
berdasarkan kemiringan yang ditemukan dari perhitungan beda tinggi
b. Untuk menghitung kebutuhan pipa berdasarkan jarak optic hasil
pengukuran
c. Untuk menghitung volume tanah urug setelah ditentukan luas dan tinggi
dari hasil pengukuran
d. Untuk pembangunan rumah/ bangunan lain
e. Untuk memasang rel kereta api.
f. Untuk keperluan lain misalnya mengukur ketinggian jalan untuk
kepentingan lalu lintas

6
2.3. Prinsip pengukuran:
Dengan mengetahui perbedaan skala yang ditunjukkan oleh hasil
pembacaan batas atas, batas tengah dan batas bawah pesawat pesawat
teodolit, maka dapat dihitung beda tinggi dan jarak optic dengan rumus
sebagai berikut:
Jarak optik adalah jarak antara pesawat (theodolit) dengan titik
pengukuran yang dihitung berdasarkan garis lurus dan mendatar (garis
bidik pesawat terhadap bak baca/ rambu ukur secara tegak lurus.

Rumus-rumus :

a. Beda tinggi antara titik A dan B = Batas tengah titik A – Batas tengah
titik B

t = Bt titik A – Bt titik B

Pesawat A B

b. Jarak Optik = (Ba – Bb) x 100

Jarak optik

A
B

2.4. Alat-alat/Bahan yang diperlukan:


- Pesawat Theodolit

7
- Tripot/kakitiga penyangga pesawat/statip.
- Pesawat theodolit.
- Rambu bak baca/Mistar baca.
- Rol meter.
- Waterpas.
- Payung.
- Alat tulis, hitung/Calculator.
- Helmet.
- Meteran Roda.
- Alat penanda titik.(Patok,cat,dsb)

Gambar 1.1. Pesawat Theodolit dan Peralatan lainnya:

8
Gambar 1.2.
STATIP / TRIPOD

Gambar 1.3. MEASURING


WHEEL

Gambar 1.4. SKALA PD


MEASURING WHEEL

9
Gambar 1.5.
RAMBU UKUR/ BAK
BACA

Gambar. 1.6. SKALA RAMBU

Gambar 1.7. UNTING2/ LOT


Gambar 1.8. WATER PASS

10
Gambar 1.9.
PAYUNG

Gambar 1.10.

CARA PEMBACAAN RAMBU/BAK BACA

Ba = batas tengah = benang tengah


Bt = batas tengah = benang tengah
Bb = batas bawah = benang bawah

Gambar 1.11. Bacaan Teropong

Ba 13
Ba = 13,16

Bt = 14,17
Bt 14 Bb = 15,16

Bb 15

11
Dalam membaca skala bak baca/ rambu baca harus diperhatikan angka kecil
berasal dari atas atau bagian bawah. Jika dari arah atas maka lokasi skala
berada pada posisi seperti hurus “E” sebelah atas. Pada gambar di atas
menunjukkan bahwa skala kecil dari arah bagian atas ke bawah, maka cara
membaca rambu dimulai dari atas ke benang penunjuk skala, sehingga hasil
bacaannya sebagaimana ditunjukkan data di sebelah kanan gambar.
Bt (Benang Tengah) yang digunakan dalam perhitungan beda tinggi adalah Bt
yang sudah dikoreksi, artinya Bt seharusnya sama dengan (Ba + Bb)/2. Selisih
nilai Bt hasil pembacaan dengan Bt hasil perhitungan maksimum adalah 0,01 dm
(apabila satuan rambu ukur adalah dm).

2.4. CARA PENGGUNAAN PESAWAT THEODOLIT:


1. Pasang statip/threepot pada tanah yang cukup datar
2. Atur agar posisi kepala statip cukup mendatar dengan bantuan waterpass
3. Kaitkan pesawat diatas statip dengan sekrup pengait(terletak pada bagian
pesawat bagian bawah)
4. Atur agar posisi pesawat berdiri tegak di atas statip dengan mengatur
gelembung nivo tabung tepat di tengah, dengan cara:
a. Sejajarkan kedua buah kaki kiap dengan arah teropong
b. Tengahkan gelembung nivo dengan memutar kedua kaki tersebut dengan
arah yang berlawanan
c. Putar teropong sejajar dengan dua kaki kiap yang lain
d. Tengahkan gelembung nivo dengan memutar kaki kiap yang ketiga.
e. Cek kembali posisi gelembung nivo dengan mensejajarkan arah teropong
dengan sisi yang ketiga (dengan kedua kaki kiap)
f. Apabila gelembung nivo tetap relative ditengah maka kembalikan arah
teropong pada posisi awal dan cek apakah gelembung nivo tetap
ditengah, bila demikian pengaturan sudah selesai
g. Bila belum ditengah, maka ulangi prosedur tersebut dengan memulai
dengan dua buah kaki kiap yang lain sampai diperoleh posisi yang
diharapkan.
5. Atus agar posisi teropong tegak lurus dengan sumbu tegak pesawat dengan
cara melihat sudu vertical menunjukkan skala 90o atau 270o
6. Pesawat siap digunakan

2.5. CARA PENGUKURAN PROFIL MEMANJANG :


1. Buatlah rencana titik pengukuran pada jalur yang sudah direncanakan
(biasanya di sepanjang pinggir jalan tertentu). Penentuan titik pengukuran
maksimal berjarak 50 m dari pesawat terhadap titik/ rambu ukur.
2. Tempatkan pesawat theodolit diantara titik pertama dan kedua (diantara titik
A dan B).
3. Atur sampai pesawat siap digunakan untuk membidik.
4. Arahkan pesawat pada bak baca pada titik belakang (Titik A).
belakang(A) adalah titik pertama pada jalur pengukuran.
5. Atur lensa fokusnya dan atur lensa okulernya hingga bak baca tampak jelas
serta garis pada lensa tampak jelas pula.
6. Pegang bak baca dengan posisi tegak lurus dan pemegang bak baca selalu
di samping kirinya
7. Baca dan catat angka yang tepat pada bak baca/rambu ukur terhadap
bidikan/pengukuran dan sudut datarnya
a) Benang atas (Ba)
b) Benang tengah (Bt)

12
c)Benang bawah (Bb)
d) Menghitung hasil pengukuran dan di buatkan tabel
e)Rumus Jarak dari pesawat ke rambu ukur: (dm) = (Ba – Bb) x 100
f)Rumus menghitung beda tinggi antara dua titik 1, dan 2: Bt(beda tinggi)
= Bt1 (titik awal) – Bt2 (titik aselanjutnya)
g) Rumus angka Koreksi Pembacaan : (Ba + Bb) : 2 = Bt
h) Faktor koreksi = max 0.05 dm (sebaiknya dihindari)
8. Putar pesawat menghadap bak baca depan (titik B muka/depan). Bak baca
depan adalah titik kedua (titik B) yang terdapat pada deretan titik-titik
pengukuran selanjutnya.
9. Baca rambu untuk memperoleh data dengan cara yang sama dengan
pembacaan titik sebelumnya.
10. Masukkan data ke dalam table pengukuran.
11. Pindah posisi pesawat tepat di tengah-tengah titik B dan C. Lakukan
pembacaan pada titik B belakang.
12. Putar pesawat kea rah titik C depan/muka) kwmudian baca hasilnya.
13. Pindah pesawat pada posisi diantara titik-titik pengukuran selanjutnya
sampai titik yang terakhir. Dengan cara yang sama maka akan diperoleh
data keseluruhan yang kita harapkan.
14. Olahlah data hasil pembacaan sampai diperoleh seluruh data yang
diharapkan.

Gambar 1.10. Pengukuran profil memanjang :

Blk mk blk mk blk mk blk mk

A P B P C P D E

Formulir Pengukuran Profil Memanjang

Titik Belakang Muka Jarak Beda tinggi Ket.


Rambu
Ba Bt Bb Ba Bt Bb (m) (m)
A - - -    0 0

B       X1 Y1

C       X2 Y2

13
Titik Belakang Muka Jarak Beda tinggi Ket.
Rambu
Ba Bt Bb Ba Bt Bb (m) (m)
D       X3 Y3

E       X4 Y4

• Keterangan :
 = angka hasil pembacaan (bidikan)
X1 = jarak = (Ba – Bb)I x 100 + (Ba – Bb)II x 100
Y1 = beda tinggi = Bt I – Bt II (dst)

2.6. Pengukuran Profil Melintang :


Pengukuran profil melintang bertujuan untuk mengetahui profil di daerah belokan
yang akan direncanakan untuk membuat sambungan pipa percabangan untuk
kebutuhan distribusi air minum.
Prosedur pengukuran:
1. Bagilah sudut belokan menjadi dua.
2. Buatlah garis yang membagi dua sudut tersebut sepanjangpinggir jalan/ berm/
sampai batas bangunan yang ada.
3. Buatlah titik-titik pengukuran dengan jarak 2 meter apabila kondisi jalan cukup
datar. Apabila kondisi permukaan tanah cukup ektrim/ variasi maka titik
pengukuran bisa lebih pendek atau menyesuaikan kondisi permukaan tanah
tersebut.
4. Ukur beda tinggiyang telah ditentukan antara titik-titik pengukuran. Pengukuran
dilakukan dari luar jalur pengukuran profil melintang dengan ketentuan semua
titik-titik yang ditentukan tersebut dapat terlihat dari satu titik pembidikan.
5. Masukkan data ke dalam table pengukuran.
6. Olah data sampai diperoleh seluruh data yang diharapkan.

Gambar 1.11. Profil Melintang:


F

D
Jalur profil
C
Melintang
Jalur profil Memanjang

Formulir Profil Melintang

14
Titik Pengukuran Sudut Beda Jarak Ket.

Ba Bt Bb Tinggi (m)

A    0° 0 0

B    0° Y X

Dst

Keterangan :

 = angka hasil pembacaan (bidikan)

0 = nol

X = jarak = (Ba – Bb)II x 100 – (Ba – Bb)I x 100

Y = beda tinggi = Bt I – Bt II (dst)

2.7. Analisis hasil Pengukuran

Buatlah analisis hasil pengukuran untuk mengetahui arah kemiringan lahan dan
berapa faktor kesealahan yang mungkin dibuat dengan mengetahui angka koreksi
pesawat untuk setiap hasil pembacaan data hasil pengukuran.

2.8. Keslimpulan

Buatlah kesimpulan tentang hasil yang diperoleh dikaitkan dengan proses


pemasangan perpipaan yang direncanakan.

2.9. Evaluasi Praktikum

1. Jika titik pertama ditempati pesawat untuk diukur beda tingginya dengan titik
kedua, maka bagaimanakah rumus yang seharusnya diterapkan untuk
menghitung hal tersebut?
2. Jelaskan bagaimana cara menghitung beda tinggi dan jarak untuk titik-titik
yang diukur tidak segaris ?
3. Jelaskan definisi sudut jurusan dan mengapa harus diukur pada saat
pengukuran beda tinggi di lapangan?

15
PRAKTEK MENGGAMBAR TEKNIK

3
3.1. Tujuan Praktik:
1. Agar mahasiswa dapat memilih ukuran kertas gambar dengan benar/sesuai.
2. Agar mahasiswa dapat menggambar dengan skala gambar dengan benar.
3. Agar mahasiswa dapat menggambar sambungan berbagai macam
sambungan pipa
4. Agar mahasiswa dapat menggambar profil memanjang dan profil melintang

3.2. Pendahuluan
Menggambar teknik adalah gambar yang bersifat tegas, terdiri dari garis-garis,
simbol-simbol serta tulisan tegak yang telah disepakati atau mempunyai standar
tertentu. Sebuah gambar adalah suatu bentuk goresan yang sangat jelas dari
benda nyata, ide atau rencana yang diusulkan untuk pembuatan atau konstruksi
selanjutnya. Gambar mungkin berbentuk banyak, tetapi metode membuat
gambar yang sangat jelas adalah sebuah bentuk alami dasar dari komunikasi
ide-ide yang umum. Pada dunia keteknikan gambar yang berkaitan dengan
keteknikan disebut dengan gambar teknik.

Jenis kertas :
Berdasarkan jenis kertasnya, kertas ganbar yang dapat digunakan untuk
menggambar teknik adalah
- Kertas Padalarang
- Kertas manila
- Kertas Strimin
- Kertas roti
- Kertas Kalkir
Ukuran kertas
Ukuran gambar teknik sudah ditentukan berdasarkan standart. Ukuran pokok
kertas gambar adalah
A0 = ukuran A0 adalah 1 m2 dengan perbandingan 2 : 1 untuk panjang : lebar.
A1 = diperoleh dengan membagi dua ukuran panjang A0
A2 = diperoleh dengan membagi dua ukuran panjang A1.

16
UKURAN
SERI UKURAN KERTAS
GARIS TEPI
KIRI KANAN
A0 841 mm X 1189 mm 20 10

A1 594 mm x 841 mm 20 10

A2 594 mm x 420 mm 20 10

A3 420 mm x 297 mm 20 20

A4 297 mm x 210 mm 15 5

A5 210 mm x 148 mm 15 5

3.3. Alat/ bahan yang diperlukan:Kertas gambar ukuran A3


1. Pensil
2. Penghapus
3. Kalkulator
4. Penggaris
5. Ballpoint

3.4. Prosedur / langkah kerja Menggambar Sambungan Pipa:


1. Sediakan kertas gambar dengan ukuran yang dikehendaki
2. Berilah garis tepi kertas gambar dengan jarak 2 cm dari tepi keertas.
3. Berilah Etiket gambar yang berisi :
- Judul gambar
- Skala gambar
- Keterangan gambar
- Nama dan tanda tangan pembuat gambar
4. Ukurlah jarak bidang gambar yang dikehendaki baik jarak vertical maupun
horizontal
5. Apabila memungkinkan buatlah skala gambar dengan satu skala saja,
apabila tidak memugkinkan maka dibuat skala yang berbeda antara jarak
horizontal dan vertical.
6. Skala gambar = jarak sesungguhnya di lapangan dibagi jarak pada bidang
gambar. Misalnya ketemu 50, maka skala gambar = 1 : 50, artinya satu cm
di kertas gambar = 50 cm jarak sesungguhnya.

17
7. Gambarlah berbagai macam sambungan pipa dengan penempatan gambar
6 bh sambungan pada setiap lembar.

3.5. Prosedur Menggampar Peta Situasi:


1. Sediakan kertas gambar dengan ukuran yang dikehendaki
2. Berilah garis tepi kertas gambar dengan jarak 2 cm dari tepi keertas.
3. Berilah Etiket gambar yang berisi :
- Judul gambar
- Skala gambar
- Keterangan gambar
- Nama dan tanda tangan pembuat gambar
4. Ukurlah jarak bidang gambar yang dikehendaki baik jarak vertical maupun
horizontal
5. Apabila memungkinkan buatlah skala gambar dengan satu skala saja,
apabila tidak memugkinkan maka dibuat skala yang berbeda antara jarak
horizontal dan vertical.
6. Skala gambar = jarak sesungguhnya di lapangan dibagi jarak pada bidang
gambar. Misalnya ketemu 50, maka skala gambar = 1 : 50, artinya satu cm
di kertas gambar = 50 cm jarak sesungguhnya.
7. Tentukan titik pertama pada bidang gambar sesuai rencana gambar
8. Tentukan arah jalur pengukuran sesuai dengan sudut jurusan hasil
pengukuran di lapangan
9. Gambar letak titik kedua sesuai dengan skala dengan membagi jarak
sesungguhnya dilapangan dibagi skala yang telah ditentukan, begitu
seterusnya untuk titik-titik selanjutnya sampai titik akhir dan diperoleh
gambar peta situasi yang diharapkan.

3.6. Prosedur Menggampar Peta Profil Memanjang Dan Melintang


1. Sediakan kertas gambar dengan ukuran yang dikehendaki
2. Berilah garis tepi kertas gambar dengan jarak 2 cm dari tepi keertas.
3. Berilah Etiket gambar yang berisi :
- Judul gambar
- Skala gambar
- Keterangan gambar
- Nama dan tanda tangan pembuat gambar
4. Ukurlah jarak bidang gambar yang dikehendaki baik jarak vertical maupun
horizontal

18
5. Apabila memungkinkan buatlah skala gambar dengan satu skala saja,
apabila tidak memugkinkan maka dibuat skala yang berbeda antara jarak
horizontal dan vertical.
6. Skala gambar = jarak sesungguhnya di lapangan dibagi jarak pada bidang
gambar. Misalnya ketemu 50, maka skala gambar = 1 : 50, artinya satu cm
di kertas gambar = 50 cm jarak sesungguhnya.
7. Tentukan titik pertama pada bidang gambar sesuai rencana gambar
8. Gambar titik kedua sesuai dengan skala yang telah ditentukan dengan cara
membagi jarak sebenarnya dilapangan antara titik pertama dan titik kedua,
kemudian dibagi dengan skala (hati-hati satuan panjang dalam cm). Dalam
menentukan titik kedua ini perlu diperhatikan apakan skala panjang dan
tinggi titik sama atau tidak, jika berbeda maka pakailah garis bantu mendatar
untuk menggambar arah memanjang dan vertical untuk aah tinggi titik.
9. Gambar letak titik ketiga dan seterusnya sampai dengan titik terakhir dan
diperoleh gambar peta profil memanjang yang diharapkan

3.7. Analisis Hasil Praktek

Analisis dilakukan terhadap :

1. Gambar peta dalam hal kepatutan dalam perletakan gambar berdasarkan


rencana gambar yang dibuat
2. Kebenaran dalam menentukan skala dan perhitungan dengan cara
mengecek panjang gambar secara teliti terhadap skala yang dibuat
3. Keterangan dalam etiket gambar yang menandakan bahwa gambar peta
dapat dipertanggung jawabkan.

3.8. Kesimpulan
Buatlah kesimkpulan hasil praktek menggambar teknik berdasarkan proses, hasil
gambar dan hasil analisis yang saudara lakukan

19
PRAKTIK
MEMBUAT PASANGAN
4 BATU BATA

I. TUJUAN :
a. Mahasiswa memahami cara pemasangan batu bata.
b. Mahasiswa memahami cara pemasangan beberapa macam pasangan
batu
( pasangan lurus dan membentuk sudut )
c. Mahasiswa mampu menghitung jumlah batu bata yang dibutuhkan untuk
pesangan batu seluas 1 m2.

II. PRINSIP KERJA :

a. Siapkan alat dan bahan sesuai dengan kebutuhan.


b. Tentukan macam/ jenis pasangan yang akan dibuat.

III. ALAT :

a. Benang/ waterpas kayu


b. Cetok
c. Sekop
d. Cangkul
e. Ember

IV. BAHAN :
a. Batu bata

V. CARA KERJA :
LANGKAH 1

20
LANGKAH 2

21
LANGKAH 3

Untukmendapatkantembok yang kokoh, hubungan batu bata -syarat sebagai


berikut :
 Hubungan dibuat sesederhana mungkin.
 Jangan memakai batubata yang ukurannyakurangdari ½ batu.
Usahakan memotong batu dihindari, sebab sisanya tidak bisadi
gunakan lagi.
 Dalam arahmen datar lintvoeg harus meliputi tebal tembok.
 Begitu pula stootvoeg.
 Pada bagian dalam maupun luar tidak boleh ada stootvoeg yang
berimpit langsung diatasnya.
 Pada persilangan, sudut, pertemuan dari dua tembok lapis bata
berganti dan berjalan terus, sehingga didalamnya seolah-olah seperti
dianyam.
 Tembok yang tebalnya lebih dari satu batu lapis-lapisnya diusahakan
batuutuh yang diletakkan memanjang dan melintang.
 Pada tembok yang tebal nyasatu batu atau lebih, lapis strek berakhir
dengan 3 klezor.

Adapun ukuran batu bata adalah sebagai berikut :


 Ukuran mutlak : 1 strek = 2 kop + 1 voeg
 Ukuran tidak mutlak : 1 kop = 2 tebal + 1 voeg.

22
23
PASANGAN TEMBOK ½ BATA IKATAN LURUS

A. StandarKompetensi.

Melaksanakan pekerjaan finishing bangunan.

B. Kompetensi Dasar.
Melaksanakan pekerjaan pemasangan dinding tembok batubata ½bata ikatan
lurus (- ).

C. Indikator.
1. Proses pemasangan dinding tembok batubata ½ bata ikatan lurus(-)
dapat ditentukan.
2. Hasil praktik pemasangan dinding tembok batu bata½ bataikatan lurus(-)
dapat ditentukan.

D. PeralatanPraktik.
1. Water Pass. 8. Pensil.
2. Kawat bendrat. 9. Ember.
3. Sendok Spesi. 10. Sekop.
4. TongkatDuga. 11. Benangkasur.
5. Meteran. 12. Cangkul.
6. PemotongBata. 13. Patok
7. Palu besi (Martil).

24
E. BahanPraktik.
1. Batu batasecukupnya. 3. Pasir ayak.
2. Kapur halus. 4. Air.

F. KeselamatanKerja.
1.Memakai pakaian kerjadengan lengkap dan benar.
2.Membersihkan tempat kerjadari kotoranyangmengganggu.
3.Menggunakan alat-alat yang tersedia sebaik-baiknya dan hindari
penggunaanalat untuk hal-hal yangtidak semestinya.
4.Menghindari pemborosan penggunaan bahan.
5.Menjaga agar tempat kerja selalu bersih.
6.Bekerjasesuai dengan langkah kerja.
7.Menanyakan kepada pembimbing bila adahal-hal yang kurang jelas.

G. LangkahKerja.
1. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan.
2. Bersihkan tempat kerja sehingga pekerjaan berjalan dengan lancar.
3. Ukurpanjang dantebal rata-rata bata,siram bata dengan air hingga jenuh
agar lebih rekat dengan spesi.
4. Garis tongkat penduga dengan ukuran tebal rata-rata bata ditambah tebal
spesi ± 1Cm.
5. Buat garis pada alas (lantai) membujur lurus (-), dengan ukurkan 9
panjang rata-rata bata ditambah spesi±1Cm dan garis siku pembagi
dengan panjang 5 bata ditambah spesi ±1Cm .
6. Pasang bata kepala ,disisi samping pasangan dengan arah memanjang,
cek tebal spesi dengan tongkat duga dan cek pula kedatarannya dengan
waterpass.
7. Pasang profil ketegakan dengan rentangan benang tegang, dan
hamparkan adukan pada alas lantai dengan rata kemudian pasang bata
dan atur kelurusannya.
8. Pasang pula bata kepala diujung membujur lurus, cek tebal spesi dan
kedataran pasangan.
9. Cek setiap lapis dengan waterpass sisi tegak dan sisi datarnya dengan
peralatan yang telah tersedia.
10. Pasang kembali bata kepala diatas pasangan yang telah selesaisesuai
dengan garis ketebalan diprofil ketegakan, cek tebal spesi dan datarnya

25
dengan water pass.
11. Hamparkan lagi spesiuntuk membuat lapisan selanjutnya.
12. Cek setiap lapis tegak, datar dan tebal spesinya hingga diperoleh lapis
yang baik.
13. Ulangi langkah 6 s/d 12 sampai lapis terakhir sesuai gambarkerja.
14. Setelah pemasangan selesai bersihkan dan kembali kanalat dan bahan
sesuai tempatnya.
15. Laporkan hasil pekerjaan kepada instruktur atau guru.

H.Gambarkerja.

LAPISAN I

LAPISAN II

TAMPAK SAMPING

GAMBAR PERSPEKTIF

26
I. Evaluasi.
1. Penilaianproses
No Aspek yangdinilai Bobot
1 Langkah kerja 5
2 Penggunaan alat 5
3 Sikap kerja 5
4 Penggunaan sumber informasi 5
5 Kemampuan menganalisis pekerjaan 5
6 Ketelitian 5
7 Keselamatan kerja 5
8 Kerapihan 5
9 Kebersihan 5
10 Waktu 5
JUMLAH 50

2. Penilaian hasil
No Aspek yang dinilai Bobot
1 Ketegakan 15
2 Kedataran 5
3 Kerataan bidang 15
4 Konsistensi siar 5
5 Kepadatan spesi 10
JUMLAH 50

PASANGAN TEMBOK ½ BATA IKATAN SIKU (L)

A. StandarKompetensi.
Melaksanakan pekerjaanfinishingbangunan.

B. Kompetensi Dasar.
Melaksanakan pekerjaan pemasangan dinding tembok batubata ½ bata
ikatan siku (L).

C. Indikator.
1. Proses pemasangan dinding tembok batubata ½ bata ikatan siku(L) dapat
ditentukan.
2. Hasil praktik pemasangan dinding tembok batubata ½ bata ikatan siku(L)
dapat ditentukan.

27
D. PeralatanPraktik.
1. Water Pass. 11. Benangkasur.
2. Siku rangka. 12. Cangkul.
3. Sendok Spesi. 13. Patok
4. TongkatDuga 14. Kawat bendrat.
5. Meteran.
6. PemotongBata.
7. Palu besi (Martil).
8. Pensil.
9. Ember.
10. Sekop.

E. BahanPraktik.
1. Batu bata secukupnya. 3. Pasir ayak.
2. Kapur halus. 4. Air.

F. KeselamatanKerja.
1.Memakai pakaian kerjadengan lengkap dan benar.
2.Membersihkan tempat kerjadari kotoranyangmengganggu.
3.Menggunakan alat-alat yang tersedia sebaik-baiknya dan hindari
penggunaanalat untuk hal-hal yangtidak semestinya.
4.Menghindari pemborosan penggunaan bahan.
5.Menjaga agar tempat kerja selalu bersih.
6.Bekerjasesuai dengan langkah kerja.
7.Menanyakankepadapembimbingbila adahal-halyangkurangjelas.

G.LangkahKerja.
1. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan.
2. Bersihkan tempat kerja sehingga pekerjaan berjalan dengan lancar.
3. Ukur panjang dantebal rata-ratabata ,siram bata dengan air hingga jenuh
agar lebih rekat dengan spesi.
4. Garis tongkat penduga dengan ukuran tebal rata-rata bata ditambah
tebal spesi ±1Cm.
5. Buat garis pada alas(lantai) membentuk huru fsiku L, dengan ukurkan 9
panjang rata-rata bata ditambah spesi ± 1Cm dangaris siku pembagi
dengan panjang 5 bata ditambah spesi ± 1 Cm .
6. Pasang bata kepala, disisi amping pasangan dengan arah memanjang,

28
cek tebal spesi dengan tongkat duga dan cekpula kedatarannya dengan
waterpass.
7. Pasang profil ketegakan dengan rentangan benang tegang, dan
hamparkan adukan pada alas lantai dengan rata kemudian pasang bata
dan atur kelurusannya.
8. Pasang pula bata kepala di samping tengah pasangan dengan arah
menyiku dengan menggunakan siku rangka, cek tebal spesi dan
kedataran pasangan.
9. Cek setiap lapis dengan waterpasss sisi tegak dan sisi datarnya serta
siku- sikunya dengan siku rangka
10. Pasang kembali bata kepala diatas pasangan yang telah selesai sesuai
dengan garis ketebalan diprofil ketegakan, cek tebal spesi dan datarnya
dengan water pass.
11. Hamparkan lagi spesiuntuk membuat lapisan selanjutnya.
12. Cek setiap lapis tegak, data r dan tebal spesinya hingga diperoleh lapis
yang baik.
13. Ulangi langkah 6 s/d 12 sampai lapis terakhir sesuai gambarkerja.
15. Setelah pemasangan selesai bersihkan dan kembalikan alat dan bahan
sesuai tempatnya.
16. Laporkan hasilpekerjaankepadainstruktur atauguru.

H. Gambarkerja.

LAPISANI LAPISANII

29
GAMBARPERSPEKTIF

I. Evaluasi.

1. Penilaian proses
No Aspek yangdinilai Bobot
1 Langkah kerja 5
2 Penggunaan alat 5
3 Sikap kerja 5
4 Penggunaan sumber informasi 5
5 Kemampuanmenganalisispekerjaan 5
6 Ketelitian 5
7 Keselamatan kerja 5
8 Kerapihan 5
9 Kebersihan 5
10 Waktu 5
JUMLAH 50

2. Penilaian hasil
No Aspek yangdinilai Bobot
1 Ketegakan 10
2 Kedataran 5
3 Kerataan bidang 10
4 Konsistensisiar 5
5 Kepadatan spesi 10
6 Kesikuan 5
7 Ikatansudutsiku 5
JUMLAH 50

30
PASANGAN TEMBOK ½ BATA IKATAN PERTEMUAN (T).

A. StandarKompetensi.
Melaksanakan pekerjaan finishing bangunan.

B. Kompetensi Dasar.
Melaksanakan pekerjaan pemasangand inding tembok batubata ½ bata ikatan
pertemuan (T).

C. Indikator.
1. Proses pemasangan dinding tembok batu bata ½ bata ikatan pertemuan
(T)
dapat ditentukan.
2. Hasil praktik pemasangan dinding tembok batu bata ½ bata ikatan
pertemuan (T) dapat ditentukan.
D. PeralatanPraktik.
1. Water Pass. 11. Benangkasur.
2. Siku rangka. 12. Cangkul.
3. Sendok Spesi. 13. Patok
4. TongkatDuga. 14. Kawat bendrat
5. Meteran.
6. PemotongBata.
7. Palu besi (Martil).
8. Pensil.
9. Ember.
10. Sekop.

E. BahanPraktik.
1. Batu batasecukupnya. 3. Pasir ayak.
2. Kapur halus. 4. Air.

F. KeselamatanKerja.
1. Memakai pakaian kerja dengan lengkap dan benar.
2. Membersihkan tempat kerjadari kotoran yang mengganggu.
3. Menggunakan alat-alat yang tersedia sebaik-baiknya dan hindari
penggunaan alat untuk hal-hal yang tidak semestinya.

31
4. Menghindari pemborosan penggunaan bahan.
5. Menjaga agar tempat kerja selalu bersih.
6. Bekerjasesuai dengan langkah kerja.
7. Menanyakan kepada pembimbing bila adahal-hal yang kurang jelas.

G.LangkahKerja.
1. Siapkanperalatan dan bahanyangdibutuhkan.
2. Bersihkan tempat kerja sehingga pekerjaan berjalan dengan lancar.
3. Ukur panjang dantebal rata-ratabata, siram bata dengan air hingga jenuh
agar lebih rekat dengan spesi.
4. Garis tongkat penduga dengan ukuran tebal rata-rata bata ditambah tebal
spesi ± 1 Cm.
5. Buat garis pada alas (lantai) membentuk huruf T, dengan ukurkan 9
panjang rata-rata bata ditambah spesi ± 1 Cm dan garis siku pembagi
dengan panjang5 bata ditambah spesi ± 1 Cm .
6. Pasang bata kepala, disisi samping pasangan dengan arah memanjang,
cek tebal spesi dengan tongkat duga dan cek pula kedatarannya dengan
waterpass.
7. Pasang profil ketegakan dengan rentangan benang tegang, dan
hamparkan adukan pada alas lantai dengan rata kemu dianpasang bata
dan atur kelurusannya.
8. Pasang pula bata kepala di samping tengah pasangan dengan arah
menyiku dengan menggunakan siku rangka, cek tebal spesi dan
kedataran pasangan.
9. Ce ksetiap lapis dengan waterpass sisi tegak dan sisi datarnya serta siku-
sikunya dengan siku rangka
10. Pasang kembali bata kepala diatas pasangan yang telah selesai sesuai
dengangarisketebalan diprofilketegakan, cektebalspesidandatarnya
dengan water pass.
11. Hamparkan lagi spesiuntuk membuat lapisan selanjutnya.
12. Cek setiap lapis tegak,datar dan tebal spesinya hingga diperoleh lapis
yang baik.
13. Ulangi langkah 6 s/d 12 sampai lapis terakhir sesuai gambarkerja.
14. Setelah pemasangan selesai bersihkan dan kembalikan alat dan bahan
sesuai tempatnya.
15. Laporkan hasil pekerjaan kepada instruktur atau guru.

32
H.Gambarkerja.

LAPISAN I

LAPISAN II

GAMBAR PERSPEKTIF

33
I. Evaluasi.
1. Penilaian proses
No Aspek yangdinilai Bobot
1 Langkahkerja 5
2 Penggunaan alat 5
3 Sikap kerja 5
4 Penggunaan sumber informasi 5
5 Kemampuanmenganalisispekerjaan 5
6 Ketelitian 5
7 Keselamatan kerja 5
8 Kerapihan 5
9 Kebersihan 5
10 Waktu 5
JUMLAH 50
2. Penilaian hasil
No Aspek yangdinilai Bobot
1 Ketegakan 10
2 Kedataran 5
3 Kerataan bidang 10
4 Konsistensisiar 5
5 Kepadatan spesi 10
6 Kesikuan 5
7 Ikatan pertemuan 5
JUMLAH 50

PASANGAN TEMBOK ½ BATA IKATAN PERSILANGAN (+)

A. StandarKompetensi.
Melaksanakan pekerjaanfinishingbangunan.

B. Kompetensi Dasar.
Melaksanakanpekerjaanpemasangandindingtembokbatubata½bataikatan
persilangan (+).

C. Indikator.
1. Prosespemasangandindingtembokbatubata½bataikatanpersilangan
(+)dapat ditentukan.
2. Hasil praktik pemasangan dinding tembok batu bata ½ bata ikatan
persilangan (+) dapat ditentukan.

34
D. PeralatanPraktik.
1. Water Pass. 11. Benangkasur.
2. Siku rangka. 12. Cangkul.
3. Sendok Spesi. 13. Patok
4. TongkatDuga. 14. Kawat bendrat
5. Meteran.
6. PemotongBata.
7. Palu besi (Martil).
8. Pensil.
9. Ember.
10. Sekop.

E. BahanPraktik.
1. Batu batasecukupnya. 3. Pasir ayak.
2. Kapur halus. 4. Air.

F. KeselamatanKerja.
1. Memakai pakaian kerjadengan lengkap dan benar.
2. Membersihkan tempat kerjadari kotoranyangmengganggu.
3. Menggunakan alat-alat yang tersedia sebaik-baiknya dan hindari
penggunaan alat untuk hal-hal yangtidak semestinya.
4. Menghindari pemborosan penggunaan bahan.
5. Menjaga agar tempat kerja selalu bersih.
6. Bekerjasesuai dengan langkah kerja.
7. Menanyakankepadapembimbingbila adahal-halyangkurang jelas.

G.LangkahKerja.
1. Siapkanperalatan dan bahanyangdibutuhkan.
2. Bersihkan tempat kerjasehinggapekerjaan berjalan dengan lancar.
3. Ukur panjang dan tebal rata-rata bata,siram bata dengan air hingga jenuh
agar lebih rekat dengan spesi.
4. Garis tongkat penduga dengan ukuran tebal rata-rata bata ditambah tebal
spesi ± 1 Cm.
5. Buat garis pada alas (lantai) membentuk persilangan (+), dengan
ukurkan 9 panjang rata-rata bata ditambah spesi ± 1 Cm dangaris siku
pembagi dengan panjang 5 bata di tambah spesi±1Cm .
6. Pasang bata kepala, disisi samping pasangan dengan arah memanjang,

35
cekt ebalspesi dengan tongkat duga dan cek pula kedatarannya dengan
waterpass.
7. Pasang profil ketegakan dengan rentangan benang tegang, dan
hamparkan adukan pada alas lantai dengan rata kemudian pasang bata
dan atur kelurusannya.
8. Pasang pula bata kepala di samping tengah pasangan dengan arah
menyiku dengan menggunakan siku rangka, cek tebal spesi dan
kedataran pasangan.
9. Cek setiap lapis dengan waterpass sisi tegak dan sisi datarnya serta siku-
sikunyad engan siku rangka
10. Pasang kembali bata kepala diatas pasangan yang telah selesai sesuai
dengan garis ketebalan diprofil ketegakan, cek tebal spesi dan datarnya
dengan water pass.
11. Hamparkan lagi spesiuntuk membuat lapisan selanjutnya.
12. Cek setiap lapis tegak, datar dan tebal spesinya hingga diperoleh lapis
yang baik.
13. Ulangi langkah 6 s/d 12 sampai lapis terakhir sesuai gambarkerja.
14. Setelah pemasangan selesai bersihkan dan kembalikan alat dan bahan
sesuai tempatnya.
15. Laporkan hasil pekerjaan kepada instruktur atau guru.

H.Gambarkerja.

LAPISAN I LAPISAN II

36
GAMBARPERSPEKTIF

I. Evaluasi.
1. Penilaian proses
No Aspek yangdinilai Bobot
1 Langkah kerja 5
2 Penggunaan alat 5
3 Sikap kerja 5
4 Penggunaan sumber informasi 5
5 Kemampuanmenganalisispekerjaan 5
6 Ketelitian 5
7 Keselamatan kerja 5
8 Kerapihan 5
9 Kebersihan 5
10 Waktu 5
JUMLAH 50

2. Penilaian hasil
No Aspek yangdinilai Bobot
1 Ketegakan 10
2 Kedataran 5
3 Kerataan bidang 10
4 Konsistensisiar 5
5 Kepadatan spesi 10
6 Kesikuan 5
7 Ikatanpersilangan (+) 5
JUMLAH 50

J. SumberBacaan
Aman Subakti. (1994).Teknologibeton dalam praktik. Surabaya: FTS &ITS.

Sumarjo H. (1997).Konstruksi batu beton.Yogyakarta: Jurusan Pendidikan


Teknik Sipil perencanaan, FT UNY.

DR. V. Lilik Hariyanto(2014).Produk Bahan Ajar.Yogyakarta: Jurusan


Pendidikan Teknik Sipil perencanaan, FT UNY.

37
CAMPURAN SPESI BATU BATA

A. StandarKompetensi
Melaksanakan pekerjaanpasangan batu bata untukbangunan.

B. KompetensiDasar
Mencampur spesi untuk pekerjaan bangunan.

C. Indikator
1. Tipe-tipe campuran spesi untuk pekerjaan pasangan batu bata untuk
bangunan dapat diidentifikasi.
2. Proses pencampuran spesi untuk pekerjaan batu bata untuk bangunan dapat
ditentukan.
3. Hasil pencampuran spesi untuk pekerjaan pasangan batu bata untuk bangunan
dapat ditentukan.

D. Pengantar
Spesi, adukan atau mortar adalah suatu campuran material yang terdiri dari
bahan pengikat dan bahan pengisi. Didalam pekerjaan pasangan batu bata
bahan pengikat yang sering digunakan adalah kapur dan sement
portlan.Sedangkan bahan pengisi yang sering digunakan adalah pasir dan
trasbasa. Campuran spesi dalam bentuk kering dalam kondisi homogin bila
diberi air akan menjadi adukan dalam bentuk pasta. Adukan ini akan mengera
sdalam beberap awaktu setelah dibiarkan menyatu dalam bentuk ikatan yang
masif dengan material pasangan (bata, batukali, batako, dan lain sebagainya).
Untuk dapat menghasilkan kualitas adukan yang baik maka bahan-bahan
tersebut harus memenuhi syarat mutu sebagai bahan adukan. Adukan yang
memakai campuran bahan pengikat semen portlan akan mempunyai kekuatan
dan daya adhesi yang tinggi, akan tetapi pengerjaannya agak sulit (workability
rendah). Sedangkan adukan yang memakai campuran bahan pengikat kapur
mempunyai kekuatan dan daya adhesi rendah, tetapi cukup mudah untuk
dikerjakan (workability tinggi).Oleh karena itu yang sering dilakukan
adalah dengan mengambil jalan tengah yakni dengan
pencampuran antara semen portlan dan kapur sebagai bahan pengikat.
Dalam pekerjaan pasangan batu bata, adukan yang digunakan harus
memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan. Persyaratan ini paling tidak
kuat tekan adukan setelah kering minimal harus ama dengan kuat tekan
batanya sebagai material yang diikat. Persyaratan lain untuk adukan antara lain

38
sebagai berikut: (1) Mudah dikerjakan (workabilitytinggi), (2) Cukup kenyal/ liat
untuk dipasang, (3) Tidak terlalu cepat mengeras, tetapi juga tidak terlalu
lama mengeras(menjadikerasdalamtemporelative sedang),
(4)Kekuatanseimbang dengan bahan pasangannya, (5) Baik pengikatannya,
(6)Memadahi dan tahan lama ,(7) Sifat penyusutannya kecil.
Penggunaan adukan di lapangan kerja biasanya disesuaikan dengan
kebutuhan. Untuk memenuhinya berbagai alternative campuran material
adukan dapat dibuat dan disesuaikan dengan tujuannya. Fokus utama dalam
pembuatan adukan terletak pada kekuatan dan daya adhesi yang cukup tinggi.
Sedangkan adukan untuk plesteran laur selain harus mempunyai daya adhesi
yang cukup, harus pula mempunyai sifat tidak tembus air (keda pair). Beberapa
tipe adukan untuk pasangan batu bata dan plesteran dapat dilihat pada table
berikut ini.

1. Adukan kapur, semen merah dan pasir


Tabel 1.Adukan kapur, semen merah dan pasir
KOMPOSISI
TIPE
Kapur Semen Merah Pasir
1 0 5-8
0 1 1 2
1 2 3

2. Adukan semen portland, kapur dan pasir

Tabel 2.Adukansemenportland,kapurdanpasir
TIPE KOMPOSISI
Semen(PC) Kapur Pasir
1 1 3 10½
2 1 2 8
3 1 1 6
4 1 ½ 5
5 1 ½ 4½
3. Adukan semen Portland dan pasir

Tabel 3. Adukan semen Portland dan pasir

KOMPOSISI
TIPE
Semen Portland (PC) Pasir
6 1 3
7 1 4
8 1 5
9 1 6

39
E. Bahan yang dibutuhkan
1. Semen Portland (PC)
2. Semen merah
3. Pasir
4. Kapur
5. Air.

F. Alat yang digunakan


1. Ember takar
2. Pacul
3. Sekop
4. Alas adukan

G.Keselamatan Kerja
1. Memakai pakaian kerjadengan lengkap dan benar.
2. Membersihkan tempat kerjadari kotoran yang mengganggu.
3. Menggunakan lat-alat yang tersedia sebaik-baiknya dan hindari penggunaan
alat untuk hal-hal yangtidak semestinya.
4. Menghindari pemborosan penggunaan bahan.
5. Menjaga agar tempat kerja selalu bersih.
6. Bekerja sesuai dengan langkah kerja.
7. Menanyakan kepada pembimbing bila ada hal-hal yang kurang jelas.

H. Langkah Kerja
1. Siapkan alat-alat dan bahan yang dipergunakan dan dibutuhkan.
2. Takar bahan pengis pasir sesuai dengan panduan penakaran.
3. Takarbahan pengikat kapur sesuai dengan panduan penakaran.
4. Takar air sesuai kebutuhan.
5. Tuang pasir ditempata las adukan, kemudian tuang kapur dan tuang semen
portland.
6. Kemudian campur ketiga komponen tersebut menjadi homogen.
7. Buat seperti gunung kemudian gali tengahnya sehingga membentuk seperti
lubang guna tempat air sebelum proses pengadukan spesi jadi.
8. Diamkan sejenak supaya air yang sudah dituang dapat menyebar diseluruh
pori campuran selanjutnya dapat diaduk.
9. Penambahan air dapat disesuaikan dengan kondisi campuran spesi.
10. Gunakan perbandingan skala yang benar sesuai kegunaan spesi tersebut.

40
I. Rencana Campuran Spesi
Dalam praktik, untuk campuran spesi dilakukan campuran secara kering
dengan menggunakan perbandingan volume. Ukuran volume yang digunakan
adalah ember plastic yang biasa digunakan sebagai peralatan praktik kerja batu dan
beton. Setiap group membuat campuran spesi untuk adukan 4:12 ukuran volume,
dimana 4 adalah untuk ukuran bahan pengikat dan 12 untuk ukuran bahan pengisi.
Bahan pengikat digunakan kapur ayak, sedang kan bahan pengisi digunakan
pasir ayak. Perbandingan untuk bahan dasar dapat dilihat sebagai berikut:

= 3 volume ember
bahan pengisi
(pasirayak)

= 1 volume ember bahan


pengikat (kapurayak)

PASIR
PASIR+ KAPUR
KAPUR

PERSIAPAN MENCAMPUR MENGADUK PERTAMA KALI

PASIR+ KAPUR PASIR+ KAPUR

MENGADUK PERTAMA KE 2 KALI MENGADUK PERTAMA KE 3 KALI

Catatan:
Bila campuran antara pasir dan kapur setelah proses pengadukan secara
kering belum didapat suatu campuran yang warnanya homogen. Maka proses
pengadukan dapat dilanjutkan lagi kepada proses pengadukan yang keempat kali,
atau sampai dicapai warna campuran antara kapur dan pasir menjadi homogin.

41
J. Evaluasi.

1. Penilaian proses
No Aspekyangdinilai Bobot
1 Langkah kerja 5
2 Penggunaan alat 5
3 Sikap kerja 5
4 Penggunaan sumber informasi 5
5 Kemampuan menganalisispekerjaan 5
6 Ketelitian 5
7 Keselamatan kerja 5
8 Kerapihan 5
9 Kebersihan 5
10 Waktu 5
JUMLAH 50

2. Penilaian hasil
No Aspekyangdinilai Bobot
1 Kebenaran perbandingancampuran 25
2 Gradasi butirancampuran 15
3 Homoginitas warnacampuran 10
JUMLAH 50

42
PRAKTEK
Membuat sambungan kayu
sederhana
5
Tujuan Kegiatan Pembelajaran :

1. Menyebutkan macam-macam sambungan sederhana


2. Menyebutkan alat yang digunakan untuk membuat sambungan
3. Menyebutkan teknik dan prosedur membuat sambungan
Uraian Materi (Praktek) :
Untuk melakukan pembuatan sambungan sederhana, maka harus mengetahui
bahan dan alat yang diperlukan.

Bahan dan Alat :

Bahan :
Kayu

Alat :
1. Pensil
2. Meteran
3. Perusut
4. Ketam
5. Gergaji
6. Pahat
7. Palu
8. Obeng
9. Bor
10. Blok ampelas
11. Ragum meja

Langkah Kerja :

Sambungan tumpul :

1. Menyiapkan kayu dipotong sesuai ukuran bahan yang dibutuhkan.


2. Mengetam bagian sisi-sisinya sampai rata.
3. Memasang dua potongan kayu beradu menjadi sudut kotak dengan diperkuat
perekat dan paku.

Tugas : Gambarkan hasil pekerjaan

43
Sambungan lidah :

1. Menyiapkan kayu dipotong sesuai ukuran bahan yang dibutuhkan.


2. Mengetam bagian sisi-sisinya sampai rata
3. Memotong dua bagian yang akan dibuat samabungan.
4. Mengambil satu potongan untuk dibuat coakan setebal kayu yang akan
disambungkan, kemudian kayu yang satu untuk dipasangkan.
5. Mengukur ketebalan kayu, lalu menggores menggunakan perusut separoh tebal
kayu dan lebar coakan selebar kayu pasangannya.

Tugas : Gambarkan hasil pekerjaan

Sambungan alur lidah :

1. Menyiapkan kayu dipotong sesuai ukuran bahan yang dibutuhkan


2. Mengetam bagan sisi-sisinya sampai rata
3. Memotong dua bagian yang akan dibuat sambungan
4. Sepotong kayu yang ujungnya diberi berlidah. Cara membuat separoh teball
kayu digores dengan perusut untuk dilubang selebar tebal kayu.
5. Sepotong kayu yang ujungnya diberi alur untuk menerapkan kayu yang berlidah.
6. Sambungan diperkuat dengan perekat dan paku.

Sambungan sudut miring :

1. Menyiapkan kayu dipotong sesuai ukuran bahan yang dibutuhkan


2. Mengetam bagian sisi-sisinya sampai rata
3. Memotong dua bagian yang akan dibuat sambungan.
4. Memotong kedua bagian pada ujung menyudut selebar tebal kayu
5. Untuk menambah kekuatan jenis sambungan dengan melakukan coakan-coakan
melalui sudut sambungan tersebut, kemudian memasukkan potongan kayu tipis
yang diberi perekat.
6. Sambungan miring ini digunakan untuk menyambung papan-papan lis di sudut
ruangan.

Tugas : Gambarkan hasil pekerjaan.

Sambungan sudut miring yang diberi sporing.

1. Menyiapkan kayu dipotong sesuai ukuuran bahan yang dibutuhkan.


2. Engetam bagian sisi-sisinya sampai rata.
3. Memotong dua bagian yang akan dibuat sambungan
4. Membuat sporing dan sudut miring pada ketebalan kay dengan cara tebal kayu
bagian ujungnya dibagi dua sebagian disporing dan dibuat sudut miring.
5. Sambungan ini dapat dipaku. Gambar sambungan.

Tugas : Gambarkan hasil pekerjaan.

44
Evaluasi :

1. Sebutkan alat yang digunakan untuk pekerjaan sambungan sederhana ?


2. Sebutkan 3 macam sambungan apa saja yang anda ketahui ?
3. Mengapa pekerjaan waktu memasang paku tidak harus lurus ?
4. Bagaiman cara membuat sambungan alur lidah ?

45
PRAKTEK
KONSTRUKSI BETON

6
1) Judul : Pemeriksaan Kadar Lumpur Agegat Halus (Pasir)

2) Tujuan :

a. untuk menentukan persentase (%) kadar lumpur yang terkandung dalam


agregat halus
b. untuk menentukan apakah agregat tersebut baik atau tidak untuk digunakan
dalam campuran beton.
3) Dasar Teori :

Pasir adalah Pasir adalah batuan berbutir halus yang terdiri atas butiran sebesar
0,15 mm sampai 4,75 mm. Pasir berasal dari penghancuran batuan baik secara
alamiah maupun penghancuran dengan bantuan manusia. Pasir merupakan
bahan bangunan yang berfungsi antara lain sebagai bahan campuran adukan
beton. Maka dari itu mutu dari pasir sangat perlu diperhatikan.

Sedangkan Lumpur adalah bagian – bagian butiran yang dapat melewati ayakan
0,063 mm. Kandungan Lumpur dalam pasir diwajibkan tidak lebih dari 3% dari
berat kering pasir.

Dalam prakteknya dilapangan, khususnya pada agregat halus diketahui bahwa


kebersihan agregat terhadap kadar lumpur melebihi dari syarat-syarat yang telah
ditentukan yaitu sebesar 3% dari berat agregat halus ( ASTM C-33-2003 ).

Jika dalam agregat mengandung banyak lumpur akan menambah permukaan


agregat sehingga keperluan air untuk membasahi semua permukaan butiran
dalam campuran meningkat. Ini mengakibatkan kekuatan dan ketahanan dapat
menurun. Karena pengaruh buruk tersebut, maka jumlahnya dalam agregat
dibatasi yaitu tidak boleh lebih dari 3% menurut ASTM C-33-2003.

Sebagai bahan tambahan pasir yang akan digunakan harus memenuhi syarat :
a. Butirannya halus tajam dan keras dan mempunyai sifat yang kekal (tidak
mudah hancur oleh pengaruh alam ataupun direndam dalam air).
b. Dalam kondisi kering tidak mengandung lumpur lebih dari 5%, bila
mengandung lebih dari 5% harus dicuci lbh dahulu.
c. Tidak terlalu mengandung bahan organis yang berlebihan. Diukur dengan
standart warna “Abram Harder”.
d. Diameter butiran pasir harus memenuhi syarat, diatas ayakan 4 mm
adalah 2% ; 1 mm =10%; 0,25 mm = 80-95%.

4) Alat :

Gelas ukur dengan kapasitas 1000 ml

46
5) Bahan :

a. Agregat Halus (Pasir)

b. Air biasa.

6) Cara Kerja :

a. Pertama-tama siapakan benda uji dan peralatan yang akan digunakan;

b. Masukan pasir kedalam gelas ukur sebanyak 400ml;

c. Tambahkan air kedalam gelas ukur sebanyak 500 ml;

d. Tutup permukaan gelas dan kocok sebanyak 50 kali untuk mencuci pasir dari
lumpur;

e. Setelah dikocok simpan gelas ukur dan biarkan mengendap selama ±24 jam;

f. Setelah ±24 jam ukur tinggi pasir dan lumpur yang ada di gelas ukur tersebut.

g. Bersihkan peralatan yang telah di pakai.

7) Cara Analisis

Untuk menentukan berapa persentase (%) kadar lumpur digunakan rumus :

Dimana : V1 = Tinggi pasir dan V2 = Tinggi lumpur

47
Sumber :
http://helm-proyeku.blogspot.com/2018/01/contoh-laporanprosedur-
pemeriksaan_22.html
Helm-proyeku.blogspot.co.id

1) Judul : Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat Kasar (Kerikil)


2) Tujuan :
a. untuk menentukan persentase (%) kadar lumpur yang terkandung dalam
agregat kasar (kerikil)
b. untuk menentukan apakah agregat tersebut baik atau tidak untuk
digunakan dalam campuran beton.

3) Dasar Teori :

Seperti yang kita ketahui bahwa kandungan lumpur pada agregat kasar
(kerikil) dan agregat halus (pasir) yang melebihi batas akan mempengaruhi
kualitas campuran beton. Pada kali ini akan dibahas bagaimana cara
melakukan pemeriksaan kandungan lumpur pada kerikil.

Di dalam kerikil juga masih terdapat kandungan-kandungan mineral yang lain


seperti tanah dan silt. Pasir yang digunakan untuk bahan bangunan harus
memenuhi syarat yang telah ditentukan di dalam (PUBI). Kerikil dapat
digunakan sebagai bahan bangunan, jika kandungan lumpur di dalamnya
tidak lebih dari 5%. Dengan cara endapan ekivalen kadar lumpur dalam
kerikil yang dinyatakan dalam (%) dapat diketahui secara tepat.

Agregrat kasar yang dikenal sebagai kerikil, dalam pemilihannya harus


memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Kerikil dapat berasal dari hasil disintegrasi dari batuan, atau dari hasil
mesin
pemecah batu. Pada yang umumnya yang disebut kerikil adalah batuan
yang ukurannya lebih besar atau sama dengan 5 mm.
b. Harus keras dan tidak berpori, bagian yang kekal dan yang pipih tidak
lebih
dari 20%.
c. Tidak mengandung lumpur lebih dari 1% yaitu butiran yang lolos ayakan
0,063 mm.
d. Kekerasan dari butiran dapat diuji dengan bejana “Rudeloff” dengan
beban 20
ton.
e. Agregrat kasar harus berbutir beraneka ragam dengan syarat :
- Sisa diatas ayakan 31,5 mm ( 0% )
- Sisa diatas ayakan 4 mm ( 90-98% )
f. Besar agregrat kerikil maksimum 1/5 dari jarak bidang samping letakan.

4) Alat :

a. Ayakan no. 200


b. Ayakan ukuran 38,1 mm

48
c. Nampan pencuci
d. Tungku pengering (oven)
e. Timbangan dengan ketelitian 0.1%

5) Bahan :

Kerikil yang lolos ayakan ukuran 38,1mm , misal seberat 500 gr

6) Cara Kerja :

a. Ambil kerikil yang lolos ayakan ukuran 38,1mm seberat 500 gr (B1).
b. Masukkan kerikil tersebut ke dalam nampan pencuci dan tambahkan air
secukupnya sampai semuanya terendam.
c. Goncang-goncangkan nampan, kemudian air cucian dituangkan ke dalam
ayakan no. 200 (butir-butir besar dijaga jangan sampai masuk ke ayakan
supaya tidak merusak ayakan).
d. Ulangi langkah no c sampai cucian tampak bersih.
e. Masukkan butir-butir kerikil yang tersisa di ayakan no. 200 ke dalam
nampan, kemudian masukkan ke dalam tungku untuk dikeringkan
kembali.
f. Kerikil setelah kering tungku (B2) ditimbang kembali.
g. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, gunakan 2 atau 3 percobaan
dan ambil rata-rata untuk setiap kali hasil pengujian.

7) Cara Analisis :

Berat kerikil semula kering oven (B1) : 500 gram

Berat pasir setelah dicuci dan kering oven (B2) : 467 gram

Jadi kandungan lumpur = { (B1 – B2) / B1 } x 100% = { (500 – 467) / 500 } x

100% = 6,6 %

49
Daftar Pustaka

Aman Subakti. (1994).Teknologibeton dalam praktik.Surabaya:FTS &ITS.

DR. V. Lilik Hariyanto(2014).Produk Bahan Ajar.Yogyakarta: Jurusan Pendidikan


Teknik
Sipil perencanaan, FT UNY.

John Stefford dan Guy McMurdo, 1986, Teknologi Kerja Kayu, Jakarta : Erlangga.

Priatna Eka S. 1996, Aneka Cara Menyambung Kayu, Jakarta : PT. Pustaka
Pembangunan Swadaya Nusantara

Rustani, BA, 1983. Pertukangan Kayu 2 , Bandung : Angkasa

Sofyan Moh. Noerbambang, Takeo Monmura (2014). Perencanaan Sistem Plumbing.


PT.
Pradnya Paramita.

Sumarjo H. (1997). Konstruksi batu beton.Yogyakarta: Jurusan Pendidikan


Teknik Sipil perencanaan, FT UNY.

Slamet Basuki. (2016). Ilmu Ukur Tanah. Yaogyakarta, Gajah Mada University Press

Pingkyawati, Wahadamaputra.(2015).Utilitas Bangunan Modul Plumbing. Griya


Kreasi. Jakarta

https://www.ilmutekniksipil.com/bahan-bangunan/pemeriksaan-kandungan-lumpur-
dalam-kerikil-cara-ayakan-no-200

50

Anda mungkin juga menyukai