A. VISI
Menjadikan Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan Surabaya sebagai rujukan
yang menghasilkan tenaga ahli madya yang memiliki integritas dengan keunggulan yang
kompetitif bidang sanitasi perkotaan tahun 2025
B. MISI :
1. Melaksanakan integrase Tridharma Perguruan Tinggi untuk mendukung
pengembangan ilmu pengetahuan, moralitas, intergritas, dan kompetensi yang unggul
serta kompetitif bidang sanitasi perkotaan.
2. Melaksanakan tata kelola organisasi dan sumber daya manusia yang baik, bersih,
akuntabel, transparan , dan terukur.
3. Mengembangkan kerjasama dalam bidang penelitian, pengabdian masyarakat dan
pengelolaan Pendidikan.
LEMBAR PENGESAHAN
Telah disusun berdasarkan Rencana Pembelajaran Program Srudi (RPS) dan Kurikulum
Pendidikan Tinggi Diploma III Kesehatan Lingkungan Surabaya dan dapat digunakan
sebagai pedoman praktikum bagi mahasiswa.
Buku Pedoman Praktikum Dasar Teknik ini disusun sebagai buku pedoman
untuk pelaksanaan praktikum mata kuliah Dasar Teknik Program Studi Diploma III
Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Surabaya.
Dengan disusunnya modul praktikum Dasar Teknik ini mahasiswa akan lebih
terpacu untuk mendalami praktikum lebih mudah karena cara belajarnya akan lebih
terarah dan mendapatkan manfaat yang lebih besar dibandingkan jika tidak ada
buku pedoman sebagai penuntun praktikum.
Apabila masih terdapat kekurangan dalam penyusunan ini tentunya akan
diperbaiki pada waktu yang akan datang, karena buku ini akan selalu ditinjau ulang
dan diperbarui seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknolog dibidang
dasar keteknikan kesehatan lingkungan.
Saran dan kritik dari pembaca dan pengguna buku ini akan kami jadikan
motivasi untuk memperbaiki isi maupun sistematika dimasa yang akan dating.
Akhirnya kami mengucapkan kepada semua pihak yang telah memberikan
kontribusi terhadap penyusunan buku pedoman praktikum ini.
Hormat kami,
Ttd
Penyusun.
STANDAR KESELAMATAN KERJA PRAKTIKUM
Halaman Judul
Visi dan Misi i
Lembar Pengesahan ii
Kompetensi yang ingin dicapai iii
Kata Pengantar iv
Standar Keselamatan Kerja Praktikum v
Daftar Isi vi
DAFTAR PUSTAKA 54
PRAKTIK TEKNIK SAMBUNGAN DAN
2. Pendahuluan
Pemenuhan kebutuhan air bersih di rumah tangga merupakan salah satu usaha
dalam meningkatkan kesehatan masyarakat agar terhindar terjadinya penularan
penyakit melalui air (Waterborne Deseases). Oleh sebab itu air untuk kebutuhan
manusia harus memenuhi persyaratan fisik, kimia, bakteriologis maupun zat
berbahaya lainnya.
Sistem perpipaan yang baik dalam pemenuhan kebutuhan air bersih rumah tangga
dapat membantu tersedianya air bersih yang memenuhi syarat, karena tidak
mengalami pencemaran dari tanah atau zat organic di sekitarnya. Selain itu system
sambungan perpipaan yang baik juga mendukung tersedianya air bersih yang lebih
efisien, karena tidak terjadi kebocoran pada sambungan yang dapat menyebabkan
pemakaian air yang lebih banyak dan kebutuhan listrik yang melonjak akibat terlalu
sering menggunakan pompa akibat kebororan tersebut.
3. Dasar Teori:
Jenis PVC yang tahan lama dan tidak gampang dirusak dan tidak berkarat atau
membusuk menjadikan PVC paling sering digunakan dalam system perpipaan dan
pelindung kabel. PVC tahan dalam kondisi lingkungan secara biologis maupun
kimiawi, membuatnya menjadi plastic yang dipilih sebagai bahan pengganti pipa
logam yang rentan karat dalam penggunaan rumah tangga.
Pipa PVC biasanya memakai standar ukuran JIS (Japanese Industrial Standart),
sedangkan untuk PDAM biasanya memakai standart ukuran SNI (Standart Nasional
Indonesia). Dalam system JIS ada 3 jenis pipa PVC, yaitu AW,D dan C.
1
AW, paling tebal, biasanya dipakai untuk perpipaan yang membutuhkan aliran
tekanan tinggi ( seperti pakai pompa ).
D, tidak setebal AW, tapi lebih tebal dari C, digunakan untuk tekanan yang tidak
terlalu besar atau bisa dipakai untuk saluran buangan didalam tanah.
C, paling tipis biasanya untuk buangan air, tidak bisa untuk tekanan.
Berikut ini adalah macam-macam ukuran diameter pipa PVC dengan standart JIS
(satuan inch).
TEBAL SEDANG TIPIS UKURAN
- - C 5/8 “ 17 mm
AW ½ “ - C½“ 22 mm
AW ¾ “ - C¾“ 26 mm
AW 1 “ D1¼“ C1“ 32 mm
AW 1 ¼ ” D1½“ C1¼“ 42 mm
AW 1 ½ “ D2“ C1½“ 48 mm
AW 2 “ D2½“ C2“ 60 mm
AW 2 ½ “ D3“ C2½“ 76 mm
AW 3 “ D4“ C3“ 89 mm
AW 6 “ D8“ 165 mm
AW 8 “ D 10 “ 216 mm
AW 10 “ 267 mm
2
c. Berbagai jenis sambungan pipa dari bahan PVC
d. Pemotong pipa PVC
5. Bahan – bahan
- Lem PVC
- Seal tape (selotip)
- Pipa PVC
3
b. Lilitkan seal tape (selotip) dengan gerakan searah jarum jam, posisi
gulungan selotip hendaknya menghadap keluar gerakan lilitan.
c. Setelah dirasa cukup, sambungkan asesoris/ sambungan dengan
memutarnya pada bagian drat yang telah dilitkan selotip sampai terasa
agak berat.
d. Maka sambungan telah selesai.
4
Gambar 1.1. Denah rumah:
700 400
Garasi Taman
450
300 KT KT
200 KM
Ruang Santai KT
400
750 350
P 750
850
250 250
KM Dapur
5
PRAKTIK Pengukuran Beda Tinggi Dan
Jarak Dalam Pengukuran Profil
2 Memanjang dan Melintang
(Levelling)
2.1. Tujuan :
1. Mahasiswa dapat mengenal peralatan yang digunakan untuk
pengukuran.
2. Mahasiswa dapat menggunakan alat dan masing-masing fungsi dari
bagian pesawat theodolit.
3. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran profil memanjang dan profil
melintang dengan pesawat theodolit serta mendapat data hasil
pengukuran.
4. Mahasiwswa dapat mengolah data hasil pengukuran dan mampu
menghitung angka koreksi sebagai control kevalidan data
5. Mahasiswa diharapkan mampu mengatasi permasalahan yang
berkaitan dengan pengukuran di lapangan.
2.2. Pendahuluan
Pengukuran beda tinggi dan jarak di lapangan dapat digunakan untuk
berbagai kebutuhan diantaranya:
a. Untuk menentukan arah pemasangan pipa distribusi air minum
berdasarkan kemiringan yang ditemukan dari perhitungan beda tinggi
b. Untuk menghitung kebutuhan pipa berdasarkan jarak optic hasil
pengukuran
c. Untuk menghitung volume tanah urug setelah ditentukan luas dan tinggi
dari hasil pengukuran
d. Untuk pembangunan rumah/ bangunan lain
e. Untuk memasang rel kereta api.
f. Untuk keperluan lain misalnya mengukur ketinggian jalan untuk
kepentingan lalu lintas
6
2.3. Prinsip pengukuran:
Dengan mengetahui perbedaan skala yang ditunjukkan oleh hasil
pembacaan batas atas, batas tengah dan batas bawah pesawat pesawat
teodolit, maka dapat dihitung beda tinggi dan jarak optic dengan rumus
sebagai berikut:
Jarak optik adalah jarak antara pesawat (theodolit) dengan titik
pengukuran yang dihitung berdasarkan garis lurus dan mendatar (garis
bidik pesawat terhadap bak baca/ rambu ukur secara tegak lurus.
Rumus-rumus :
a. Beda tinggi antara titik A dan B = Batas tengah titik A – Batas tengah
titik B
t = Bt titik A – Bt titik B
Pesawat A B
Jarak optik
A
B
7
- Tripot/kakitiga penyangga pesawat/statip.
- Pesawat theodolit.
- Rambu bak baca/Mistar baca.
- Rol meter.
- Waterpas.
- Payung.
- Alat tulis, hitung/Calculator.
- Helmet.
- Meteran Roda.
- Alat penanda titik.(Patok,cat,dsb)
8
Gambar 1.2.
STATIP / TRIPOD
9
Gambar 1.5.
RAMBU UKUR/ BAK
BACA
10
Gambar 1.9.
PAYUNG
Gambar 1.10.
Ba 13
Ba = 13,16
Bt = 14,17
Bt 14 Bb = 15,16
Bb 15
11
Dalam membaca skala bak baca/ rambu baca harus diperhatikan angka kecil
berasal dari atas atau bagian bawah. Jika dari arah atas maka lokasi skala
berada pada posisi seperti hurus “E” sebelah atas. Pada gambar di atas
menunjukkan bahwa skala kecil dari arah bagian atas ke bawah, maka cara
membaca rambu dimulai dari atas ke benang penunjuk skala, sehingga hasil
bacaannya sebagaimana ditunjukkan data di sebelah kanan gambar.
Bt (Benang Tengah) yang digunakan dalam perhitungan beda tinggi adalah Bt
yang sudah dikoreksi, artinya Bt seharusnya sama dengan (Ba + Bb)/2. Selisih
nilai Bt hasil pembacaan dengan Bt hasil perhitungan maksimum adalah 0,01 dm
(apabila satuan rambu ukur adalah dm).
12
c)Benang bawah (Bb)
d) Menghitung hasil pengukuran dan di buatkan tabel
e)Rumus Jarak dari pesawat ke rambu ukur: (dm) = (Ba – Bb) x 100
f)Rumus menghitung beda tinggi antara dua titik 1, dan 2: Bt(beda tinggi)
= Bt1 (titik awal) – Bt2 (titik aselanjutnya)
g) Rumus angka Koreksi Pembacaan : (Ba + Bb) : 2 = Bt
h) Faktor koreksi = max 0.05 dm (sebaiknya dihindari)
8. Putar pesawat menghadap bak baca depan (titik B muka/depan). Bak baca
depan adalah titik kedua (titik B) yang terdapat pada deretan titik-titik
pengukuran selanjutnya.
9. Baca rambu untuk memperoleh data dengan cara yang sama dengan
pembacaan titik sebelumnya.
10. Masukkan data ke dalam table pengukuran.
11. Pindah posisi pesawat tepat di tengah-tengah titik B dan C. Lakukan
pembacaan pada titik B belakang.
12. Putar pesawat kea rah titik C depan/muka) kwmudian baca hasilnya.
13. Pindah pesawat pada posisi diantara titik-titik pengukuran selanjutnya
sampai titik yang terakhir. Dengan cara yang sama maka akan diperoleh
data keseluruhan yang kita harapkan.
14. Olahlah data hasil pembacaan sampai diperoleh seluruh data yang
diharapkan.
A P B P C P D E
B X1 Y1
C X2 Y2
13
Titik Belakang Muka Jarak Beda tinggi Ket.
Rambu
Ba Bt Bb Ba Bt Bb (m) (m)
D X3 Y3
E X4 Y4
• Keterangan :
= angka hasil pembacaan (bidikan)
X1 = jarak = (Ba – Bb)I x 100 + (Ba – Bb)II x 100
Y1 = beda tinggi = Bt I – Bt II (dst)
D
Jalur profil
C
Melintang
Jalur profil Memanjang
14
Titik Pengukuran Sudut Beda Jarak Ket.
Ba Bt Bb Tinggi (m)
A 0° 0 0
B 0° Y X
Dst
Keterangan :
0 = nol
Buatlah analisis hasil pengukuran untuk mengetahui arah kemiringan lahan dan
berapa faktor kesealahan yang mungkin dibuat dengan mengetahui angka koreksi
pesawat untuk setiap hasil pembacaan data hasil pengukuran.
2.8. Keslimpulan
1. Jika titik pertama ditempati pesawat untuk diukur beda tingginya dengan titik
kedua, maka bagaimanakah rumus yang seharusnya diterapkan untuk
menghitung hal tersebut?
2. Jelaskan bagaimana cara menghitung beda tinggi dan jarak untuk titik-titik
yang diukur tidak segaris ?
3. Jelaskan definisi sudut jurusan dan mengapa harus diukur pada saat
pengukuran beda tinggi di lapangan?
15
PRAKTEK MENGGAMBAR TEKNIK
3
3.1. Tujuan Praktik:
1. Agar mahasiswa dapat memilih ukuran kertas gambar dengan benar/sesuai.
2. Agar mahasiswa dapat menggambar dengan skala gambar dengan benar.
3. Agar mahasiswa dapat menggambar sambungan berbagai macam
sambungan pipa
4. Agar mahasiswa dapat menggambar profil memanjang dan profil melintang
3.2. Pendahuluan
Menggambar teknik adalah gambar yang bersifat tegas, terdiri dari garis-garis,
simbol-simbol serta tulisan tegak yang telah disepakati atau mempunyai standar
tertentu. Sebuah gambar adalah suatu bentuk goresan yang sangat jelas dari
benda nyata, ide atau rencana yang diusulkan untuk pembuatan atau konstruksi
selanjutnya. Gambar mungkin berbentuk banyak, tetapi metode membuat
gambar yang sangat jelas adalah sebuah bentuk alami dasar dari komunikasi
ide-ide yang umum. Pada dunia keteknikan gambar yang berkaitan dengan
keteknikan disebut dengan gambar teknik.
Jenis kertas :
Berdasarkan jenis kertasnya, kertas ganbar yang dapat digunakan untuk
menggambar teknik adalah
- Kertas Padalarang
- Kertas manila
- Kertas Strimin
- Kertas roti
- Kertas Kalkir
Ukuran kertas
Ukuran gambar teknik sudah ditentukan berdasarkan standart. Ukuran pokok
kertas gambar adalah
A0 = ukuran A0 adalah 1 m2 dengan perbandingan 2 : 1 untuk panjang : lebar.
A1 = diperoleh dengan membagi dua ukuran panjang A0
A2 = diperoleh dengan membagi dua ukuran panjang A1.
16
UKURAN
SERI UKURAN KERTAS
GARIS TEPI
KIRI KANAN
A0 841 mm X 1189 mm 20 10
A1 594 mm x 841 mm 20 10
A2 594 mm x 420 mm 20 10
A3 420 mm x 297 mm 20 20
A4 297 mm x 210 mm 15 5
A5 210 mm x 148 mm 15 5
17
7. Gambarlah berbagai macam sambungan pipa dengan penempatan gambar
6 bh sambungan pada setiap lembar.
18
5. Apabila memungkinkan buatlah skala gambar dengan satu skala saja,
apabila tidak memugkinkan maka dibuat skala yang berbeda antara jarak
horizontal dan vertical.
6. Skala gambar = jarak sesungguhnya di lapangan dibagi jarak pada bidang
gambar. Misalnya ketemu 50, maka skala gambar = 1 : 50, artinya satu cm
di kertas gambar = 50 cm jarak sesungguhnya.
7. Tentukan titik pertama pada bidang gambar sesuai rencana gambar
8. Gambar titik kedua sesuai dengan skala yang telah ditentukan dengan cara
membagi jarak sebenarnya dilapangan antara titik pertama dan titik kedua,
kemudian dibagi dengan skala (hati-hati satuan panjang dalam cm). Dalam
menentukan titik kedua ini perlu diperhatikan apakan skala panjang dan
tinggi titik sama atau tidak, jika berbeda maka pakailah garis bantu mendatar
untuk menggambar arah memanjang dan vertical untuk aah tinggi titik.
9. Gambar letak titik ketiga dan seterusnya sampai dengan titik terakhir dan
diperoleh gambar peta profil memanjang yang diharapkan
3.8. Kesimpulan
Buatlah kesimkpulan hasil praktek menggambar teknik berdasarkan proses, hasil
gambar dan hasil analisis yang saudara lakukan
19
PRAKTIK
MEMBUAT PASANGAN
4 BATU BATA
I. TUJUAN :
a. Mahasiswa memahami cara pemasangan batu bata.
b. Mahasiswa memahami cara pemasangan beberapa macam pasangan
batu
( pasangan lurus dan membentuk sudut )
c. Mahasiswa mampu menghitung jumlah batu bata yang dibutuhkan untuk
pesangan batu seluas 1 m2.
III. ALAT :
IV. BAHAN :
a. Batu bata
V. CARA KERJA :
LANGKAH 1
20
LANGKAH 2
21
LANGKAH 3
22
23
PASANGAN TEMBOK ½ BATA IKATAN LURUS
A. StandarKompetensi.
B. Kompetensi Dasar.
Melaksanakan pekerjaan pemasangan dinding tembok batubata ½bata ikatan
lurus (- ).
C. Indikator.
1. Proses pemasangan dinding tembok batubata ½ bata ikatan lurus(-)
dapat ditentukan.
2. Hasil praktik pemasangan dinding tembok batu bata½ bataikatan lurus(-)
dapat ditentukan.
D. PeralatanPraktik.
1. Water Pass. 8. Pensil.
2. Kawat bendrat. 9. Ember.
3. Sendok Spesi. 10. Sekop.
4. TongkatDuga. 11. Benangkasur.
5. Meteran. 12. Cangkul.
6. PemotongBata. 13. Patok
7. Palu besi (Martil).
24
E. BahanPraktik.
1. Batu batasecukupnya. 3. Pasir ayak.
2. Kapur halus. 4. Air.
F. KeselamatanKerja.
1.Memakai pakaian kerjadengan lengkap dan benar.
2.Membersihkan tempat kerjadari kotoranyangmengganggu.
3.Menggunakan alat-alat yang tersedia sebaik-baiknya dan hindari
penggunaanalat untuk hal-hal yangtidak semestinya.
4.Menghindari pemborosan penggunaan bahan.
5.Menjaga agar tempat kerja selalu bersih.
6.Bekerjasesuai dengan langkah kerja.
7.Menanyakan kepada pembimbing bila adahal-hal yang kurang jelas.
G. LangkahKerja.
1. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan.
2. Bersihkan tempat kerja sehingga pekerjaan berjalan dengan lancar.
3. Ukurpanjang dantebal rata-rata bata,siram bata dengan air hingga jenuh
agar lebih rekat dengan spesi.
4. Garis tongkat penduga dengan ukuran tebal rata-rata bata ditambah tebal
spesi ± 1Cm.
5. Buat garis pada alas (lantai) membujur lurus (-), dengan ukurkan 9
panjang rata-rata bata ditambah spesi±1Cm dan garis siku pembagi
dengan panjang 5 bata ditambah spesi ±1Cm .
6. Pasang bata kepala ,disisi samping pasangan dengan arah memanjang,
cek tebal spesi dengan tongkat duga dan cek pula kedatarannya dengan
waterpass.
7. Pasang profil ketegakan dengan rentangan benang tegang, dan
hamparkan adukan pada alas lantai dengan rata kemudian pasang bata
dan atur kelurusannya.
8. Pasang pula bata kepala diujung membujur lurus, cek tebal spesi dan
kedataran pasangan.
9. Cek setiap lapis dengan waterpass sisi tegak dan sisi datarnya dengan
peralatan yang telah tersedia.
10. Pasang kembali bata kepala diatas pasangan yang telah selesaisesuai
dengan garis ketebalan diprofil ketegakan, cek tebal spesi dan datarnya
25
dengan water pass.
11. Hamparkan lagi spesiuntuk membuat lapisan selanjutnya.
12. Cek setiap lapis tegak, datar dan tebal spesinya hingga diperoleh lapis
yang baik.
13. Ulangi langkah 6 s/d 12 sampai lapis terakhir sesuai gambarkerja.
14. Setelah pemasangan selesai bersihkan dan kembali kanalat dan bahan
sesuai tempatnya.
15. Laporkan hasil pekerjaan kepada instruktur atau guru.
H.Gambarkerja.
LAPISAN I
LAPISAN II
TAMPAK SAMPING
GAMBAR PERSPEKTIF
26
I. Evaluasi.
1. Penilaianproses
No Aspek yangdinilai Bobot
1 Langkah kerja 5
2 Penggunaan alat 5
3 Sikap kerja 5
4 Penggunaan sumber informasi 5
5 Kemampuan menganalisis pekerjaan 5
6 Ketelitian 5
7 Keselamatan kerja 5
8 Kerapihan 5
9 Kebersihan 5
10 Waktu 5
JUMLAH 50
2. Penilaian hasil
No Aspek yang dinilai Bobot
1 Ketegakan 15
2 Kedataran 5
3 Kerataan bidang 15
4 Konsistensi siar 5
5 Kepadatan spesi 10
JUMLAH 50
A. StandarKompetensi.
Melaksanakan pekerjaanfinishingbangunan.
B. Kompetensi Dasar.
Melaksanakan pekerjaan pemasangan dinding tembok batubata ½ bata
ikatan siku (L).
C. Indikator.
1. Proses pemasangan dinding tembok batubata ½ bata ikatan siku(L) dapat
ditentukan.
2. Hasil praktik pemasangan dinding tembok batubata ½ bata ikatan siku(L)
dapat ditentukan.
27
D. PeralatanPraktik.
1. Water Pass. 11. Benangkasur.
2. Siku rangka. 12. Cangkul.
3. Sendok Spesi. 13. Patok
4. TongkatDuga 14. Kawat bendrat.
5. Meteran.
6. PemotongBata.
7. Palu besi (Martil).
8. Pensil.
9. Ember.
10. Sekop.
E. BahanPraktik.
1. Batu bata secukupnya. 3. Pasir ayak.
2. Kapur halus. 4. Air.
F. KeselamatanKerja.
1.Memakai pakaian kerjadengan lengkap dan benar.
2.Membersihkan tempat kerjadari kotoranyangmengganggu.
3.Menggunakan alat-alat yang tersedia sebaik-baiknya dan hindari
penggunaanalat untuk hal-hal yangtidak semestinya.
4.Menghindari pemborosan penggunaan bahan.
5.Menjaga agar tempat kerja selalu bersih.
6.Bekerjasesuai dengan langkah kerja.
7.Menanyakankepadapembimbingbila adahal-halyangkurangjelas.
G.LangkahKerja.
1. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan.
2. Bersihkan tempat kerja sehingga pekerjaan berjalan dengan lancar.
3. Ukur panjang dantebal rata-ratabata ,siram bata dengan air hingga jenuh
agar lebih rekat dengan spesi.
4. Garis tongkat penduga dengan ukuran tebal rata-rata bata ditambah
tebal spesi ±1Cm.
5. Buat garis pada alas(lantai) membentuk huru fsiku L, dengan ukurkan 9
panjang rata-rata bata ditambah spesi ± 1Cm dangaris siku pembagi
dengan panjang 5 bata ditambah spesi ± 1 Cm .
6. Pasang bata kepala, disisi amping pasangan dengan arah memanjang,
28
cek tebal spesi dengan tongkat duga dan cekpula kedatarannya dengan
waterpass.
7. Pasang profil ketegakan dengan rentangan benang tegang, dan
hamparkan adukan pada alas lantai dengan rata kemudian pasang bata
dan atur kelurusannya.
8. Pasang pula bata kepala di samping tengah pasangan dengan arah
menyiku dengan menggunakan siku rangka, cek tebal spesi dan
kedataran pasangan.
9. Cek setiap lapis dengan waterpasss sisi tegak dan sisi datarnya serta
siku- sikunya dengan siku rangka
10. Pasang kembali bata kepala diatas pasangan yang telah selesai sesuai
dengan garis ketebalan diprofil ketegakan, cek tebal spesi dan datarnya
dengan water pass.
11. Hamparkan lagi spesiuntuk membuat lapisan selanjutnya.
12. Cek setiap lapis tegak, data r dan tebal spesinya hingga diperoleh lapis
yang baik.
13. Ulangi langkah 6 s/d 12 sampai lapis terakhir sesuai gambarkerja.
15. Setelah pemasangan selesai bersihkan dan kembalikan alat dan bahan
sesuai tempatnya.
16. Laporkan hasilpekerjaankepadainstruktur atauguru.
H. Gambarkerja.
LAPISANI LAPISANII
29
GAMBARPERSPEKTIF
I. Evaluasi.
1. Penilaian proses
No Aspek yangdinilai Bobot
1 Langkah kerja 5
2 Penggunaan alat 5
3 Sikap kerja 5
4 Penggunaan sumber informasi 5
5 Kemampuanmenganalisispekerjaan 5
6 Ketelitian 5
7 Keselamatan kerja 5
8 Kerapihan 5
9 Kebersihan 5
10 Waktu 5
JUMLAH 50
2. Penilaian hasil
No Aspek yangdinilai Bobot
1 Ketegakan 10
2 Kedataran 5
3 Kerataan bidang 10
4 Konsistensisiar 5
5 Kepadatan spesi 10
6 Kesikuan 5
7 Ikatansudutsiku 5
JUMLAH 50
30
PASANGAN TEMBOK ½ BATA IKATAN PERTEMUAN (T).
A. StandarKompetensi.
Melaksanakan pekerjaan finishing bangunan.
B. Kompetensi Dasar.
Melaksanakan pekerjaan pemasangand inding tembok batubata ½ bata ikatan
pertemuan (T).
C. Indikator.
1. Proses pemasangan dinding tembok batu bata ½ bata ikatan pertemuan
(T)
dapat ditentukan.
2. Hasil praktik pemasangan dinding tembok batu bata ½ bata ikatan
pertemuan (T) dapat ditentukan.
D. PeralatanPraktik.
1. Water Pass. 11. Benangkasur.
2. Siku rangka. 12. Cangkul.
3. Sendok Spesi. 13. Patok
4. TongkatDuga. 14. Kawat bendrat
5. Meteran.
6. PemotongBata.
7. Palu besi (Martil).
8. Pensil.
9. Ember.
10. Sekop.
E. BahanPraktik.
1. Batu batasecukupnya. 3. Pasir ayak.
2. Kapur halus. 4. Air.
F. KeselamatanKerja.
1. Memakai pakaian kerja dengan lengkap dan benar.
2. Membersihkan tempat kerjadari kotoran yang mengganggu.
3. Menggunakan alat-alat yang tersedia sebaik-baiknya dan hindari
penggunaan alat untuk hal-hal yang tidak semestinya.
31
4. Menghindari pemborosan penggunaan bahan.
5. Menjaga agar tempat kerja selalu bersih.
6. Bekerjasesuai dengan langkah kerja.
7. Menanyakan kepada pembimbing bila adahal-hal yang kurang jelas.
G.LangkahKerja.
1. Siapkanperalatan dan bahanyangdibutuhkan.
2. Bersihkan tempat kerja sehingga pekerjaan berjalan dengan lancar.
3. Ukur panjang dantebal rata-ratabata, siram bata dengan air hingga jenuh
agar lebih rekat dengan spesi.
4. Garis tongkat penduga dengan ukuran tebal rata-rata bata ditambah tebal
spesi ± 1 Cm.
5. Buat garis pada alas (lantai) membentuk huruf T, dengan ukurkan 9
panjang rata-rata bata ditambah spesi ± 1 Cm dan garis siku pembagi
dengan panjang5 bata ditambah spesi ± 1 Cm .
6. Pasang bata kepala, disisi samping pasangan dengan arah memanjang,
cek tebal spesi dengan tongkat duga dan cek pula kedatarannya dengan
waterpass.
7. Pasang profil ketegakan dengan rentangan benang tegang, dan
hamparkan adukan pada alas lantai dengan rata kemu dianpasang bata
dan atur kelurusannya.
8. Pasang pula bata kepala di samping tengah pasangan dengan arah
menyiku dengan menggunakan siku rangka, cek tebal spesi dan
kedataran pasangan.
9. Ce ksetiap lapis dengan waterpass sisi tegak dan sisi datarnya serta siku-
sikunya dengan siku rangka
10. Pasang kembali bata kepala diatas pasangan yang telah selesai sesuai
dengangarisketebalan diprofilketegakan, cektebalspesidandatarnya
dengan water pass.
11. Hamparkan lagi spesiuntuk membuat lapisan selanjutnya.
12. Cek setiap lapis tegak,datar dan tebal spesinya hingga diperoleh lapis
yang baik.
13. Ulangi langkah 6 s/d 12 sampai lapis terakhir sesuai gambarkerja.
14. Setelah pemasangan selesai bersihkan dan kembalikan alat dan bahan
sesuai tempatnya.
15. Laporkan hasil pekerjaan kepada instruktur atau guru.
32
H.Gambarkerja.
LAPISAN I
LAPISAN II
GAMBAR PERSPEKTIF
33
I. Evaluasi.
1. Penilaian proses
No Aspek yangdinilai Bobot
1 Langkahkerja 5
2 Penggunaan alat 5
3 Sikap kerja 5
4 Penggunaan sumber informasi 5
5 Kemampuanmenganalisispekerjaan 5
6 Ketelitian 5
7 Keselamatan kerja 5
8 Kerapihan 5
9 Kebersihan 5
10 Waktu 5
JUMLAH 50
2. Penilaian hasil
No Aspek yangdinilai Bobot
1 Ketegakan 10
2 Kedataran 5
3 Kerataan bidang 10
4 Konsistensisiar 5
5 Kepadatan spesi 10
6 Kesikuan 5
7 Ikatan pertemuan 5
JUMLAH 50
A. StandarKompetensi.
Melaksanakan pekerjaanfinishingbangunan.
B. Kompetensi Dasar.
Melaksanakanpekerjaanpemasangandindingtembokbatubata½bataikatan
persilangan (+).
C. Indikator.
1. Prosespemasangandindingtembokbatubata½bataikatanpersilangan
(+)dapat ditentukan.
2. Hasil praktik pemasangan dinding tembok batu bata ½ bata ikatan
persilangan (+) dapat ditentukan.
34
D. PeralatanPraktik.
1. Water Pass. 11. Benangkasur.
2. Siku rangka. 12. Cangkul.
3. Sendok Spesi. 13. Patok
4. TongkatDuga. 14. Kawat bendrat
5. Meteran.
6. PemotongBata.
7. Palu besi (Martil).
8. Pensil.
9. Ember.
10. Sekop.
E. BahanPraktik.
1. Batu batasecukupnya. 3. Pasir ayak.
2. Kapur halus. 4. Air.
F. KeselamatanKerja.
1. Memakai pakaian kerjadengan lengkap dan benar.
2. Membersihkan tempat kerjadari kotoranyangmengganggu.
3. Menggunakan alat-alat yang tersedia sebaik-baiknya dan hindari
penggunaan alat untuk hal-hal yangtidak semestinya.
4. Menghindari pemborosan penggunaan bahan.
5. Menjaga agar tempat kerja selalu bersih.
6. Bekerjasesuai dengan langkah kerja.
7. Menanyakankepadapembimbingbila adahal-halyangkurang jelas.
G.LangkahKerja.
1. Siapkanperalatan dan bahanyangdibutuhkan.
2. Bersihkan tempat kerjasehinggapekerjaan berjalan dengan lancar.
3. Ukur panjang dan tebal rata-rata bata,siram bata dengan air hingga jenuh
agar lebih rekat dengan spesi.
4. Garis tongkat penduga dengan ukuran tebal rata-rata bata ditambah tebal
spesi ± 1 Cm.
5. Buat garis pada alas (lantai) membentuk persilangan (+), dengan
ukurkan 9 panjang rata-rata bata ditambah spesi ± 1 Cm dangaris siku
pembagi dengan panjang 5 bata di tambah spesi±1Cm .
6. Pasang bata kepala, disisi samping pasangan dengan arah memanjang,
35
cekt ebalspesi dengan tongkat duga dan cek pula kedatarannya dengan
waterpass.
7. Pasang profil ketegakan dengan rentangan benang tegang, dan
hamparkan adukan pada alas lantai dengan rata kemudian pasang bata
dan atur kelurusannya.
8. Pasang pula bata kepala di samping tengah pasangan dengan arah
menyiku dengan menggunakan siku rangka, cek tebal spesi dan
kedataran pasangan.
9. Cek setiap lapis dengan waterpass sisi tegak dan sisi datarnya serta siku-
sikunyad engan siku rangka
10. Pasang kembali bata kepala diatas pasangan yang telah selesai sesuai
dengan garis ketebalan diprofil ketegakan, cek tebal spesi dan datarnya
dengan water pass.
11. Hamparkan lagi spesiuntuk membuat lapisan selanjutnya.
12. Cek setiap lapis tegak, datar dan tebal spesinya hingga diperoleh lapis
yang baik.
13. Ulangi langkah 6 s/d 12 sampai lapis terakhir sesuai gambarkerja.
14. Setelah pemasangan selesai bersihkan dan kembalikan alat dan bahan
sesuai tempatnya.
15. Laporkan hasil pekerjaan kepada instruktur atau guru.
H.Gambarkerja.
LAPISAN I LAPISAN II
36
GAMBARPERSPEKTIF
I. Evaluasi.
1. Penilaian proses
No Aspek yangdinilai Bobot
1 Langkah kerja 5
2 Penggunaan alat 5
3 Sikap kerja 5
4 Penggunaan sumber informasi 5
5 Kemampuanmenganalisispekerjaan 5
6 Ketelitian 5
7 Keselamatan kerja 5
8 Kerapihan 5
9 Kebersihan 5
10 Waktu 5
JUMLAH 50
2. Penilaian hasil
No Aspek yangdinilai Bobot
1 Ketegakan 10
2 Kedataran 5
3 Kerataan bidang 10
4 Konsistensisiar 5
5 Kepadatan spesi 10
6 Kesikuan 5
7 Ikatanpersilangan (+) 5
JUMLAH 50
J. SumberBacaan
Aman Subakti. (1994).Teknologibeton dalam praktik. Surabaya: FTS &ITS.
37
CAMPURAN SPESI BATU BATA
A. StandarKompetensi
Melaksanakan pekerjaanpasangan batu bata untukbangunan.
B. KompetensiDasar
Mencampur spesi untuk pekerjaan bangunan.
C. Indikator
1. Tipe-tipe campuran spesi untuk pekerjaan pasangan batu bata untuk
bangunan dapat diidentifikasi.
2. Proses pencampuran spesi untuk pekerjaan batu bata untuk bangunan dapat
ditentukan.
3. Hasil pencampuran spesi untuk pekerjaan pasangan batu bata untuk bangunan
dapat ditentukan.
D. Pengantar
Spesi, adukan atau mortar adalah suatu campuran material yang terdiri dari
bahan pengikat dan bahan pengisi. Didalam pekerjaan pasangan batu bata
bahan pengikat yang sering digunakan adalah kapur dan sement
portlan.Sedangkan bahan pengisi yang sering digunakan adalah pasir dan
trasbasa. Campuran spesi dalam bentuk kering dalam kondisi homogin bila
diberi air akan menjadi adukan dalam bentuk pasta. Adukan ini akan mengera
sdalam beberap awaktu setelah dibiarkan menyatu dalam bentuk ikatan yang
masif dengan material pasangan (bata, batukali, batako, dan lain sebagainya).
Untuk dapat menghasilkan kualitas adukan yang baik maka bahan-bahan
tersebut harus memenuhi syarat mutu sebagai bahan adukan. Adukan yang
memakai campuran bahan pengikat semen portlan akan mempunyai kekuatan
dan daya adhesi yang tinggi, akan tetapi pengerjaannya agak sulit (workability
rendah). Sedangkan adukan yang memakai campuran bahan pengikat kapur
mempunyai kekuatan dan daya adhesi rendah, tetapi cukup mudah untuk
dikerjakan (workability tinggi).Oleh karena itu yang sering dilakukan
adalah dengan mengambil jalan tengah yakni dengan
pencampuran antara semen portlan dan kapur sebagai bahan pengikat.
Dalam pekerjaan pasangan batu bata, adukan yang digunakan harus
memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan. Persyaratan ini paling tidak
kuat tekan adukan setelah kering minimal harus ama dengan kuat tekan
batanya sebagai material yang diikat. Persyaratan lain untuk adukan antara lain
38
sebagai berikut: (1) Mudah dikerjakan (workabilitytinggi), (2) Cukup kenyal/ liat
untuk dipasang, (3) Tidak terlalu cepat mengeras, tetapi juga tidak terlalu
lama mengeras(menjadikerasdalamtemporelative sedang),
(4)Kekuatanseimbang dengan bahan pasangannya, (5) Baik pengikatannya,
(6)Memadahi dan tahan lama ,(7) Sifat penyusutannya kecil.
Penggunaan adukan di lapangan kerja biasanya disesuaikan dengan
kebutuhan. Untuk memenuhinya berbagai alternative campuran material
adukan dapat dibuat dan disesuaikan dengan tujuannya. Fokus utama dalam
pembuatan adukan terletak pada kekuatan dan daya adhesi yang cukup tinggi.
Sedangkan adukan untuk plesteran laur selain harus mempunyai daya adhesi
yang cukup, harus pula mempunyai sifat tidak tembus air (keda pair). Beberapa
tipe adukan untuk pasangan batu bata dan plesteran dapat dilihat pada table
berikut ini.
Tabel 2.Adukansemenportland,kapurdanpasir
TIPE KOMPOSISI
Semen(PC) Kapur Pasir
1 1 3 10½
2 1 2 8
3 1 1 6
4 1 ½ 5
5 1 ½ 4½
3. Adukan semen Portland dan pasir
KOMPOSISI
TIPE
Semen Portland (PC) Pasir
6 1 3
7 1 4
8 1 5
9 1 6
39
E. Bahan yang dibutuhkan
1. Semen Portland (PC)
2. Semen merah
3. Pasir
4. Kapur
5. Air.
G.Keselamatan Kerja
1. Memakai pakaian kerjadengan lengkap dan benar.
2. Membersihkan tempat kerjadari kotoran yang mengganggu.
3. Menggunakan lat-alat yang tersedia sebaik-baiknya dan hindari penggunaan
alat untuk hal-hal yangtidak semestinya.
4. Menghindari pemborosan penggunaan bahan.
5. Menjaga agar tempat kerja selalu bersih.
6. Bekerja sesuai dengan langkah kerja.
7. Menanyakan kepada pembimbing bila ada hal-hal yang kurang jelas.
H. Langkah Kerja
1. Siapkan alat-alat dan bahan yang dipergunakan dan dibutuhkan.
2. Takar bahan pengis pasir sesuai dengan panduan penakaran.
3. Takarbahan pengikat kapur sesuai dengan panduan penakaran.
4. Takar air sesuai kebutuhan.
5. Tuang pasir ditempata las adukan, kemudian tuang kapur dan tuang semen
portland.
6. Kemudian campur ketiga komponen tersebut menjadi homogen.
7. Buat seperti gunung kemudian gali tengahnya sehingga membentuk seperti
lubang guna tempat air sebelum proses pengadukan spesi jadi.
8. Diamkan sejenak supaya air yang sudah dituang dapat menyebar diseluruh
pori campuran selanjutnya dapat diaduk.
9. Penambahan air dapat disesuaikan dengan kondisi campuran spesi.
10. Gunakan perbandingan skala yang benar sesuai kegunaan spesi tersebut.
40
I. Rencana Campuran Spesi
Dalam praktik, untuk campuran spesi dilakukan campuran secara kering
dengan menggunakan perbandingan volume. Ukuran volume yang digunakan
adalah ember plastic yang biasa digunakan sebagai peralatan praktik kerja batu dan
beton. Setiap group membuat campuran spesi untuk adukan 4:12 ukuran volume,
dimana 4 adalah untuk ukuran bahan pengikat dan 12 untuk ukuran bahan pengisi.
Bahan pengikat digunakan kapur ayak, sedang kan bahan pengisi digunakan
pasir ayak. Perbandingan untuk bahan dasar dapat dilihat sebagai berikut:
= 3 volume ember
bahan pengisi
(pasirayak)
PASIR
PASIR+ KAPUR
KAPUR
Catatan:
Bila campuran antara pasir dan kapur setelah proses pengadukan secara
kering belum didapat suatu campuran yang warnanya homogen. Maka proses
pengadukan dapat dilanjutkan lagi kepada proses pengadukan yang keempat kali,
atau sampai dicapai warna campuran antara kapur dan pasir menjadi homogin.
41
J. Evaluasi.
1. Penilaian proses
No Aspekyangdinilai Bobot
1 Langkah kerja 5
2 Penggunaan alat 5
3 Sikap kerja 5
4 Penggunaan sumber informasi 5
5 Kemampuan menganalisispekerjaan 5
6 Ketelitian 5
7 Keselamatan kerja 5
8 Kerapihan 5
9 Kebersihan 5
10 Waktu 5
JUMLAH 50
2. Penilaian hasil
No Aspekyangdinilai Bobot
1 Kebenaran perbandingancampuran 25
2 Gradasi butirancampuran 15
3 Homoginitas warnacampuran 10
JUMLAH 50
42
PRAKTEK
Membuat sambungan kayu
sederhana
5
Tujuan Kegiatan Pembelajaran :
Bahan :
Kayu
Alat :
1. Pensil
2. Meteran
3. Perusut
4. Ketam
5. Gergaji
6. Pahat
7. Palu
8. Obeng
9. Bor
10. Blok ampelas
11. Ragum meja
Langkah Kerja :
Sambungan tumpul :
43
Sambungan lidah :
44
Evaluasi :
45
PRAKTEK
KONSTRUKSI BETON
6
1) Judul : Pemeriksaan Kadar Lumpur Agegat Halus (Pasir)
2) Tujuan :
Pasir adalah Pasir adalah batuan berbutir halus yang terdiri atas butiran sebesar
0,15 mm sampai 4,75 mm. Pasir berasal dari penghancuran batuan baik secara
alamiah maupun penghancuran dengan bantuan manusia. Pasir merupakan
bahan bangunan yang berfungsi antara lain sebagai bahan campuran adukan
beton. Maka dari itu mutu dari pasir sangat perlu diperhatikan.
Sedangkan Lumpur adalah bagian – bagian butiran yang dapat melewati ayakan
0,063 mm. Kandungan Lumpur dalam pasir diwajibkan tidak lebih dari 3% dari
berat kering pasir.
Sebagai bahan tambahan pasir yang akan digunakan harus memenuhi syarat :
a. Butirannya halus tajam dan keras dan mempunyai sifat yang kekal (tidak
mudah hancur oleh pengaruh alam ataupun direndam dalam air).
b. Dalam kondisi kering tidak mengandung lumpur lebih dari 5%, bila
mengandung lebih dari 5% harus dicuci lbh dahulu.
c. Tidak terlalu mengandung bahan organis yang berlebihan. Diukur dengan
standart warna “Abram Harder”.
d. Diameter butiran pasir harus memenuhi syarat, diatas ayakan 4 mm
adalah 2% ; 1 mm =10%; 0,25 mm = 80-95%.
4) Alat :
46
5) Bahan :
b. Air biasa.
6) Cara Kerja :
d. Tutup permukaan gelas dan kocok sebanyak 50 kali untuk mencuci pasir dari
lumpur;
e. Setelah dikocok simpan gelas ukur dan biarkan mengendap selama ±24 jam;
f. Setelah ±24 jam ukur tinggi pasir dan lumpur yang ada di gelas ukur tersebut.
7) Cara Analisis
47
Sumber :
http://helm-proyeku.blogspot.com/2018/01/contoh-laporanprosedur-
pemeriksaan_22.html
Helm-proyeku.blogspot.co.id
3) Dasar Teori :
Seperti yang kita ketahui bahwa kandungan lumpur pada agregat kasar
(kerikil) dan agregat halus (pasir) yang melebihi batas akan mempengaruhi
kualitas campuran beton. Pada kali ini akan dibahas bagaimana cara
melakukan pemeriksaan kandungan lumpur pada kerikil.
4) Alat :
48
c. Nampan pencuci
d. Tungku pengering (oven)
e. Timbangan dengan ketelitian 0.1%
5) Bahan :
6) Cara Kerja :
a. Ambil kerikil yang lolos ayakan ukuran 38,1mm seberat 500 gr (B1).
b. Masukkan kerikil tersebut ke dalam nampan pencuci dan tambahkan air
secukupnya sampai semuanya terendam.
c. Goncang-goncangkan nampan, kemudian air cucian dituangkan ke dalam
ayakan no. 200 (butir-butir besar dijaga jangan sampai masuk ke ayakan
supaya tidak merusak ayakan).
d. Ulangi langkah no c sampai cucian tampak bersih.
e. Masukkan butir-butir kerikil yang tersisa di ayakan no. 200 ke dalam
nampan, kemudian masukkan ke dalam tungku untuk dikeringkan
kembali.
f. Kerikil setelah kering tungku (B2) ditimbang kembali.
g. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, gunakan 2 atau 3 percobaan
dan ambil rata-rata untuk setiap kali hasil pengujian.
7) Cara Analisis :
Berat pasir setelah dicuci dan kering oven (B2) : 467 gram
100% = 6,6 %
49
Daftar Pustaka
John Stefford dan Guy McMurdo, 1986, Teknologi Kerja Kayu, Jakarta : Erlangga.
Priatna Eka S. 1996, Aneka Cara Menyambung Kayu, Jakarta : PT. Pustaka
Pembangunan Swadaya Nusantara
Slamet Basuki. (2016). Ilmu Ukur Tanah. Yaogyakarta, Gajah Mada University Press
https://www.ilmutekniksipil.com/bahan-bangunan/pemeriksaan-kandungan-lumpur-
dalam-kerikil-cara-ayakan-no-200
50