Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“ TENUN IKAT SUMBA TIMUR ”

OLEH

1. Adrianus Chandra Umbu Damu Paramba


2. Brigita Melania Diandra Rambu Nau
3. Ririn Aryati Kale
4. Juniar Albina Kudju
5. Miranda Helena Rehi
6. Marselina Kajang Dala

YAYASAN PENDIDIKAN ANDA LURI


SMA KATOLIK ANDA LURI
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
perkenanNya,kami dapat menyelasaikan makalah ini dengan judul “Tenun Ikat Sumba Timur
”,sebagaimana mestinya.

Tak luput kami haturkan terimah kasih yang berlimpah kepada semua pihak yang turut
membantu proses penyelesaian makalah ini.Tentunya pembuatan makalah ini masih jauh dari
sempurna.Untuk itu partisipasi dalam hal ini berupa kritik dan saran yang membangun kami
harapkan dari semua pihak.

Akhir kata,semoga dengan terbitnya makalah ini dapat berguna dan memberikan manfaat
serta wawasan yang penuh bagi semua pihak.

Waingapu, 29 Agustus 2019

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB I : PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 2
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 5
1.5 Metode Penelitian ....................................................................... 6
1.6 Waktu Penelitian ......................................................................... 7

BAB II : LANDASAN TEORI .................................................................... 8


BAB III : PEMBAHASAN ............................................................................ 9
3.1 Sejarah Tenun Ikat Sumba Timur ...............................................10
3.2 Proses Pembuatan Tenun Ikat Sumba Timur .............................. 11
3.3 Jenis-Jenis Tenun Ikat Sumba Timur .......................................... 12
3.4 Makna Yang Terkandung dalam Motif ......................................14
Tenun Ikat Sumba Timur

BAB IV : PENUTUP ...................................................................................... 15


4.1 Kesimpulan ................................................................................. 16
4.2 Saran ............................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 18


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG.

Tenun menyangkut aktivitas dan hasil kerajinan bahan kain yang dibuat dari benang, serat,
kayu, kapas, sutra, dan lain-lain kepandaian bertenun merupakan aktivitas budaya, manusia yang
sudah dimulai dari zaman prasejarah, yang dikembangkan dalam berbagai masyarakat bagian
dunia.

Di Indonesia sendiri kepandaian bertenun rupanya sudah dikenal sejak beberapa abad
sebelum Masehi. Kepandaian ini merupakan kelanjutan pengalaman dan pengetahuan membuat
barang-barang anyaman daun-daunan dan serat-serat kayu yang digunakan sebagai wadah dan
busana. Pengetahuan baru dari luar, yang terkait dengan tenun itu, cepat diterima dan berkembang.
Perkembangan itu menyangkut mutu bahan. Keindahan, tata warna, dan motif-motif hiasan. Motif-
motif hiasan Indonesia mendapat pengaruh dari cina, India, Arab, dan lain-lain. Barangkali itulah
sebabnya fisher menyatakan bahwa seni tenun paling kaya dan canggih yang pernah ada didunia
dihasilkan di Indonesia.

Hasil proses akulturasi pertenunan, yang menyangkut pengetahuan budaya dan


kepercayaan , disesuaikan dengan lingkungan alam dan system organisasi social dari masyrakat
pembuat dan pemilik budaya pertenunan itu. Selain sebagai busana, hasil pertenunan itu terkait
dengan aspek estetis, upacara adat, religi, dan symbol status dalam kehidupan masyarakat. Jenis
kain dengan warna dan motif hiasan tertentu dipakai oleh orang-orang dari lapisan tertentu atau
yang memegang peranan tertentu. .

Tenun ikat sendiri adalah kain tenun yang cara pembuatan motifnya mengggunakan teknik
ikat. Konsep ikat sebagai bagian teknik menenun sudah dikenal di Eropa sejak abad ke 19, lewat
Hindia Belanda, sehingga kata ikat terdapat dalam kamus bahasa belanda maupun Inggris dengan
pengertian seperti tersebut diatas. Tenun ikat lungsin dikenal sejak zaman kebudayaan dongson
dan di Indonesia tersebar di berbagai daerah. Hasil tenun seolah sudah menjadi salah satu ciri
budaya Indonesia yang dibanggakan karena mutunya yang tinggi. Dalam pameran kerajinan
Internasional yang diikuti 12 negara di Jakarta tahun1985,tenun ikat Sumba di nilai dan disahkan
sebagai tenun terbaik serta diberi penghargaan tertinggi.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana sejarah Tenun Ikat Sumba Timur?

2. Bagaimana proses pembuatan Tenun Ikat Sumba Timur?

3. Berapa macam jenis Tenun Ikat Sumba Timur?

4. Apa makna yang terkandung dalam motif Tenun Ikat Sumba Timur?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui sejarah Tenun Ikat Sumba Timur

2. Untuk mengetahui serta menambah wawasan tentang proses pembuatan Tenun Ikat

Sumba Timur

3. Untuk mengetahui berbagai macam jenis Tenun Ikat Sumba Timur

4. Untuk menggali serta mengetahui makna yang terkandung dalam motif Tenun Ikat
Sumba Timur.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Diharapkan dengan terbitnya makalah ini dapat memberikan wawasan serta


menambah pengetahuan tentang dunia Tenun Ikat Sumba Timur.

Adapun manfaat yang dimaksud yakni:

 Manfaat Teoritis

Makalah ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan serta pemahaman bagi


masyarakat khususnya kaum muda untuk mengetahui secara jelas tentang Tenun Ikat
Sumba Timur.

 Manfaat Praktis
 Memberikan peluang bagi masyarakat khususnya kaum muda untuk mengetahui
tentang Tenun Ikat Sumba Timur
 Dengan kita memahami,kita belajar untuk mecintai budaya sendiri yakni mencintai
Tenun Ikat Sumba Timur.
 Dapat menumbuhkembangkan sikap cinta budaya dan belajar melestarikan Tenun
Ikat.
 Dapat menjadikan sebagai pedoman untuk belajar berproses.
 Dapat dijadikan sebagai referensi untuk mengamati secara lanjut.

1.5 METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi.Observasi


merupakan peninjaun secara cermat atau mengawasi dengan teliti.

1.6 WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2019.Tempat yang digunakan


untuk penelitian,yaitu rumah Bapak Ferdinandus Lara Paramba di Kalu.
BAB II
LANDASAN TEORI

Berbagai pengertian telah banyak dikemukakan oleh para ahli mengenai


pertenunan.Pengertian-pengertian ini secara umum merujuk kepada pengertian yang
sama,yaitu memintal bahan-bahan tertentu yang dapat dibuat menjadi benang yang
kemudian dibuat kain atau sarung dengan menggunakan teknik-teknik dan alat tertentu.

Alat yang digunakan untuk menenun kain secara umum adalah ATBM (Alat Tenun Bukan
Mesin).

ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) dengan menggunakan alat ini, dalam satu hari bisa
dihasilkan 3 -5 meter kain dengan lebar 70, 90, dan 110 cm.

Widati (2002: 135) dan Poerwadarminta, (1989: 32) mengartikan

tenun sebagai hasil kerajinan berupa kain dari bahan yang dibuat benang

(kapas, sutra, dan sebagainya) dengan cara memasukkan bahan secara

melintang pada lusi.


BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Sejarah Tenun Ikat Sumba Timur.

Menurut sejarahnya keahlian menenun pada masyrakat sumba timur diawali dengan
seorang wanita yg bernama Tara hawu Lalu Wewu. Oleh sebab itu, bila seorang penenun buat
pertama kali akan mulai bertenun, pada saat menciptakan motif dan mencelup kain dalam satui
warna harus melakukan upacara. Upacara ini sebagai tanda penghormatan kepada Tara hawu Lalu
Hewu yang di anggap sebagai cikal bakalnya para penenun.

Pada awalnya kepandaian menenun hanya dimiliki para wanita dikalangan keluarga bangsawan
atau raja raja. Wanita yang pandai menenun menempati kedudukan terhormat masyrakat Sumba,
dan wanita seperti ini selalu menjadi dambaan kaum pria untuk meperistrinya. Pujian terhadap
kepandaian menenun bagi seoran wanita Sumba dinyatakan dalam ungkapan adat ; min peka ada,
naka wini peka ada (pria yang menyatakan kava dan wanita yang menyatakan rajinnya).

Ungkapan adat di atas menunjukan tentang orang yang mebagakan diri sebagai orang kaya dan
orang yang rajin bernenun

Pengetahuan tentang cara cara menenun di transformasikan darei satu generasi ke generasi
dalam sebua kabihu. Setiap keluarga bangsawan mempunyai motif tersendiri yang berbeda denga
motif keluarga bangsawan lainnya

Melalui perkawinan antar keluarga bangsawan maka pengetahuan menenun semakin


menyebar. Namun, kerahasiaan motif tetap dijaga dan bila terjadi peniruan maka keluarga
bangsawan tersebut berupa denda. Kerahasiaan ragam motif tenun ikat Sumba ini tetap terjaga
hingga kini, sehingga bila kita mati hasil hasil tenun pada berbagai wilayah bekas kerajaan di
Sumba timur tampak dengan ciri khas motifnya
3.2 Proses Pembuatan Tenun Ikat Sumba Timur

Proses pembuatan Tenun Ikat Sumba Timur terdiri dari :

1. Penggulungan benang
Penggulungan benang yaitu proses yang menggulung benang.Benang yang digulung
mencapai 2 puri ( 2 kumpulan )dalam satu bulatan besar.Penggulungan benang
membutuhkan 2-3 hari masa penggulungan untuk menghabiskan satu bantal benang
(satu pak).
2. Pamening (penghitungan dan perapatan)
Pamening adalah proses perapa

3.3 Jenis dan Corak Tenun Ikat Sumba Timur

 Kain Tenun Ikat Sumba Timur terdiri dari 2 jenisnya,yakni :

 Hinggi

Hinggi merupakan salah satu dari jenis kain tenun Sumba. Kain tenun jenis Hinggi ini adalah
kain tenun yang banyak digunakan oleh pria yang sudah dewasa dalam upacara adat yang
dilaksanakan di Sumba. Kain tenun jenis ini biasanya dibuat dengan 2 warna, yang pertama
adalah merah kecoklatan dan yang kedua adalah warna kebiruan. Kedua warna yang dimiliki
oleh kain tenun jenis Hinggi ini merupakan pembeda dalam penggunaannya. Untuk jenis kain
Hinggi yang berwarna merah sering kali digunakan oleh para bangsawan sedangkan untuk kain
hinggi dengan warna Biru biasanya digunakan oleh pria dari golongan biasa. Untuk
penggunaannya sama saja. Kain tenun Hinggi yang memiliki panjang sekitar 2 meter akan
digunakan sebagai selendang atau digunakan dengan dililitkan di daerah pinggang dari para pria
pada saat melakukan upacara adat.

 Lau

Selain Hinggi kita bisa menemukan jenis kain Sumba Lau. Jenis kain Sumba yang satu ini
merupakan jenis kain Sumba yang digunakan oleh wanita. Berbeda dengan penggunaan kain
jenis Hinggi, untuk kain tenun dengan jenis Lau ini biasa digunakan sebagai sarung oleh para
wanita. Kain tenun jenis Lau ini juga banyak dibuat dengan warna merah kecoklatan dengan
berbagai motif yang dimilikinya.

 Corak Kain Sumba Timur

Corak kain Sumba Timur dikelompokkan ke dalam tiga bagian yakni Kelompok Figuratif
yaitu representatif dari bentuk manusia dan binatang), Kelompok Skematis yaitu menyerupai
rangkaian bagan, cenderung geometris, dan Kelompok Bentuk Pengaruh Asing yaitu salib, singa,
mahkota, Wilhelmina, corak petola (kain India) dan naga (china).

Tenun Ikat Sumba Timur atau kain sumba adalah kain bercorak, teknik tenun ikat lusi, buatan
masyarakat Sumba Timur secara turun temurun, berdasarkan pranata sosial yang berlaku dalam
sistem kebudayaannya.

Variasi Pembuatan Corak Tenun Ikat Sumba Timur pada Wilayah-Wilayah Sentra Produksi

1. Kambera, memiliki 18 corak, seperti Patuala Ratu (kain petola), Habaku (cicak terbang),
Karihu (kupu-kupu purba), Andung (tugu tengkorak), Mahang (singa), Kurang (udang), Manu
(ayam), Liakat (tangga turun-tangga naik), Wuya (buaya), Karawulang (penyu), Lodu (matahari),
Wulang (bulan).

2. Kanatang, memiliki tiga corak, yaitu Ruha (rusa), Mahang (singa), Kaka (kakatua).

3. Rindi, memiliki 11 corak, seperti Andung (tugu tengkorak), Mahang (singa), Kurang
(udang), Habaku (cicak terbang), Wuya (buaya), Karawulang (penyu), Karihu (kupu-kupu purba),
Ularu/Mandu (ular), Kaka (kakatua), Ngganda (sejenis bunga), Tanga Wahil (tempat sirih)

4. Umalulu, memiliki delapan corak, seperti: Andung (tugu tengkorak), Patuala Ratu (kain
petola), Habaku (cicak terbang), Wuya (buaya), Karawulang (penyu), Karihu (kupu-kupu), Kurang
(udang), Ruha (rusa).

5. Kaliuda, memiliki tiga corak, seperti Njara (kuda), Manu (ayam), Kahuhu (burung
pesisir pantai).

Corak Kain Tenun Ikat Sumba Timur memuat ide, gagasan, cita-cita, keinginan luhur,
kehidupan religius leluhur masyarakat Sumba.
3.4 Makna yang terkandung dalam Tenun Ikat Sumba Timur

 Corak Ular

Ular Naga tidak terdapat di Sumba, merupakan corak asli masyarakat China. Dikenal
melalui guci-guci yang masuk ke wilayah Sumba. Corak ular naga merupakan bukti bahwa pada
masa lampau telah ada interaksi.dagang dengan masyarakat Tiongkok/China yang membawa
keramik porselin berupa piring, guci, mangkok dan lain-lain untuk ditukarkan dengan kayu
cendana. Ungkapan ular naga dalam bahasa sastra Sumba, tidak ditemukan.

 Corak Gajah

Gajah tidak terdapat di Sumba dan dijadikan Corak.dalam Kain Tenun Ikat menunjukkan
bukti bahwa pada masa.lampau telah ada interaksi dagang dengan dunia luar yang mengekspor
gading ke Sumba. Sampai sekarang raja-raja atau bangsawan tertentu di Sumba Timur masih
memiliki gading batangan dan gelang gading masih merupakan bagian dari isi “mbola ngandi”
(wadah terbuat dari daun siwalan yang berisi kain, sarung, gelang gading, muti salak atau manik-
manik, pisau) yang harus dibawa oleh penganting perempuan dari rumah orang tuanya.
Ungkapan sastra adat Sumba tentang Gajah tidak ditemukan.

 Corak Singa / Mahang

Corak Singa (Mahang) merupakan pengaruh gaya Renaissance di Eropa dari masa Raja
Hendry III pada pertengahan abad XVI, masuk ke Indonesia melalui kebudayaan Hindu.
Ungkapan tentang Singa (Mahang) dalam bahasa sastra adat Sumba, tidak ditemukan, hal ini
membuktikan di Sumba Timur, Sumba umumnya tidak terdapat Singa. Dijadikan corak dalam
tenun ikat Sumba Timur, menunjukkan bahwa sekak dahulu masyarakat sumba telah mengenal
hubungan dengan dunia luar. Corak atau bentuk ini ditiru dari gambar pada uang Belanda
(Mahang Appa Uki).
 Corak Udang

Udang adalah binatang yang hidup di air dan memiliki kebiasaan berjalan beriring-iringan
dan sifat ini menarik perhatian alam pikiran orang Sumba seperti terungkap dalam sastra adat :
Kura Angu Kudu, Karongu Angu Londa artinya Udang kawan berpundak, Kepiting teman
bergandeng. Ungkapan ini melambangkan persaudaraan, persatuan dan kekuatan.

Corak Udang juga melambangkan kepercayaan leluhur orang Sumba bahwa di balik kematian
ada kehidupan baru atau pengharapan akan hidup kekal atau ada perubahan kehidupan yang
berbeda dari kehidupan sekarang. Hal ini terungkap dalam bahasa sastra adat yaitu Njulu La
Kura Luku, Halubu La Mandu Mara artinya Menjelma Seperti Udang, Mengelupas Seperti Ular
Darat.

Dalam bahasa Adat, kata Udang selalu digandeng dengan kata Kepiting karena kalau kepiting
jika berjalan mirip dengan Udang selalu beriring-iringan. Corak Udang dan Kepiting juga
melambangkan Pemimpin yang sikap dan perilakunya matang atau dewasa, terungkap dalam
bahasa sastra adat : Kura Miti Ndolu, Karungu Rara Kaba artinya Udang Hitam Jepitan, Kepiting
Merah Kulit/Tempurung.

Corak Udang yang digandeng dengan Ikan, melambangkan sifat manusia yang kata dan
perbuatannya tidak sesuai, seperti ungkapan bahasa Adat yaitu Kura Laku Dalungu, Kambuku
Lindi Pinungu artinya udang berjalan bagian bawah/dasar, ikan berenang di permukaan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Tenun Ikat Sumba Timur merupakan budaya yang tak pernah hilang dan
pudar dari tanah Marapu.Jika ia hadir untuk hidup maka ia tumbuh dan berkembang
untuk memperkenalkan kekayaan tubuh pada sehelai kain pada seluruh dunia.Tenun Ikat
yang menjadi identitas dari Sumba Timur menjadi rutinitas masyarakat Sumba Timur
pada umumnya untuk tekun bekerja dan menciptakan sehelai kain demi kain dengan
penuh cinta kasih.Berbagai corak dan jenis,berbagai proses pembuatan yang sangat
panjang,dan berbagai makna yang terkandung dalam Tenun Ikat itu sendiri.Semua
memberikan keindahan tersendiri yang agung dan tak pernah hilang dalam dunia ini
karena Tenun Ikat adalah jiwa dan raga bagi Sumba.

4.2 SARAN
Diharapkan kepada semua masyarakat Sumba menjaga kekhasan serta kelestarian
Tenun Ikat yang menjadi identitas dari Tanah Marapu.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai