Anda di halaman 1dari 9

Rhythm

of Tribalism
Peragaan busana karya desainer berbakat
Defrico Audy yang mengusung tema "Rhythm
of Tribalism" disambut hangat.Kali ini
Defrico Audy berhasil menyulap kain ulap
doyo dan kain motif Dayak, menjadi koleksi
busana yang mengagumkan. Peragaan ini tak hanya dihadiri oleh para
perancang busana, pengamat dan pengusaha mode, karena pejabat
dan kepala instansi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kutai
Kartanegara, Kalimantan Timur pun ikut menikmatinya. Fashion show
yang digelar di Hotel Harris, Kelapa Gading, (19/6) ini Audy
menggelar 60 busana yang diperagakan oleh 30 artis dan 30 model
termasuk Bupati Kutai, Rita Widyasari

Pulau Kalimantan memiliki kekayaan budaya berupa berbagai jenis


tekstil tradisional yang menyimpan keunikan dan kekhasan tersendiri.
Salah satu produk tekstil tradisional tersebut adalah tenun ulap
doyo. Kain tenun ini menjadi semacam identitas bagi Suku Dayak
Benuaq yang mendiami sebagian wilayah Kalimantan Timur. Bahan
baku, proses pembuatan, dan motif yang spesifik dari tenun ini
menjadi warisan budaya tak ternilai dari masyarakat Dayak Benuaq.

Ulap doyo merupakan jenis tenun ikat berbahan serat daun doyo
(Curliglia latifolia). Daun ini berasal dari tanaman sejenis pandan yang
berserat kuat dan tumbuh secara liar di pedalaman Kalimantan, salah
satunya di wilayah Tanjung Isuy, Jempang, Kutai Barat.

Warisan Sarat
Makna
dari
Leluhur
Menjadi salah satu Pulau
yang memiliki kekayaan budaya
yang melimpah, menjadikan
Kalimantan sebagai pulau yang
menyimpan keunikan di bidang
kerajinan tangan. Masingmasing daerah di Pulau
Kalimantan memiliki ciri khas
tersendiri dalam setiap produk
kerajinan tangannya. Salah satu
produk kerajinan tangan tersebut adalah tenun Ulap Doyo. Tenun Ulap Doyo
merupakan kain tenun yang menjadi identitas bagi suku Dayak Benuaq yang
berada di Tanjung Isuy, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. Sentra
industri untuk Kain tradisional yang dikerjakan oleh perempuan suku Dayak
Benuaq ini terletak di Tanjung Isuy.
Penamaan tenun Ulap Doyo berasal dari bahan yang digunakan untuk
menenun kain ini. Pasalnya, bahan yang digunakan berasal dari serat daun doyo
(Curliglia liatifolia). Untuk
memperoleh serat daun doyo, daun
harus dipotong sepanjang 1-1,5
meter dan direndam ke dalam air
hingga daging daun hancur. Setelah
mengering dan daun mulai hancur,
daun tersebut disayat untuk
memisahkannya dengan tulang tengah
daun doyo. Dari serat tersebut
nantinya disulap menjadi benang untuk ditenun. Hasil tenunan tersebut, diolah
menjadi daster, baju atau kemeja, dompet, hiasan dinding dan jenis produk
lainnya yang bernilai seni tinggi.

Proses pembuatan tenun Ulap Doyo pun diwariskan turun temurun ke perempuanperempuan suku Dayak Benuaq. Kaum perempuan Dayak Benuaq menguasai
keahlian menenun secara otodidak. Dimana mereka hanya melihat proses menenun
dari wanita yang lebih tua secara berkala. Dikarenakan untuk menenun Ulap Doyo
harus melalui beberapa tahapan yaitu Moyong Doyo (memintal), Ngukui
(menyambung benang), Muntal lawai (menggulung benang), Ngorak uta (menyusun
corak), Telegat (mengikat), serta Nyarau (mewarna). Sehingga dapat dipastikan
susah menemukan orang yang mengusai teknik menenun ulap doyo selain dari Suku
Dayak Benuaq. Sama seperti kain tenun Nusantara yang lain, ragam hias tenun
ulap doyo pun hampir sama.

Motif yang sering dipakai yaitu motif yang bergaya swastika seperti timang atau
harimau. Meskipun sering memakai gaya swastika, kini motif tenun ulap doyo
sudah memiliki puluhan jenis ragam hias. Dimana masing-masing motif memiliki
makna filosofis tersendiri. Salah satunya yaitu motif wahi nunuk atau akar pohon
beringin yang mengartikan keberhasilan suatu pekerjaan yang bergantung pada
kerjasama di dalam masyarakat. Penggunaan kain ini pun biasanya dipakai untuk
upacara adat, pakaian untuk tari-tarian, dan pakaian sehari-hari. Dikarenakan
tenun doyo yang merupakan kerajinan khas suku Dayak Benuaq ini, tidak hanya
berfungsi sebagai pelindung diri namun juga mengandung berbagai nilai-nilai
budaya, kreativitas tanpa batas, pemahaman tentang sumber daya alam, ekonomi,
pariwisata, serta nilai pemberdayaan perempuan. Nah crafter, berawal dari
memanfaatkan potensi yang ada, kini kerajinan tangan tenun ulap doyo menjadi
salah satu sumber penghasilan bagi kaum Suku Dayak Benuaq. Dengan menjadikan
tenun doyo sebagai sumber mata pencaharian, suku Dayak Benuaq sudah
menunjukkan kecintaannya dan kepeduliaannya dalam melestarikan salah satu
warisan budaya bangsa. Untuk mempertahan keeksisan kerajinan khas Kalimantan
Timur ini, dibutuhkan peran pemerintah untuk peduli dengan pengrajin tenun ulap
doyo ini. Sehingga nantinya diharapkan, generasi penerus bangsa khususnya suku
Dayak Benuaq ini masih tetap melestarikan tradisi yang sudah turun temurun ini.

PROP
OSAL

Sho
Tenu
wro
n
Olah
Doy
o

Anda mungkin juga menyukai