Anda di halaman 1dari 4

Business and Ethics

Riki Ardian Jk | Eks33 | 447644

1. Jelaskan permasalahan apakah yang dialami oleh Merck & Co., Inc. pada kasus
“river blindness” (buku teks Velasquez, hal. 4).

Permasalahan yang dialami oleh Merck & Co., Inc. pada kasus “river blindness” ialah
pengembangan obat (invernectin) yang dapat menyembuhkan parasit penyebab “river
blindness” membutuhkan biaya yang mahal, lebih dari $100juta. Dan akan menghasilkan
keuntungan yang kecil atau bahkan tidak sama sekali bagi Merck & Company, karena
orang-orang penderita “river blindness” adalah orang-orang miskin. Bahkan, meskipun
obat tersebut terdanai, sulit bagi Merck and Company untuk mendistribusikannya, karena
penderita tinggal di daerah terpencil yang susah akses ke dokter, rumah sakit, klinik
ataupun toko obat.
Masalah lainnya, apabila obat (invernectin) tersebut memiliki efek samping yang buruk,
maka hal tersebut akan berdampak buruk terhadap penjualan obat Merck & Company.
Serta, jika obat (invernectin) tersedia dalam harga yang murah, beresiko diselundupkan
kepasar gelap lalu kemudian dijual untuk hewan, maka akan menghancurkan penjualan
invernectin ke dokter hewan. Mengingat invernectin tersebut adalah hobat hewan
bestseller di perusahaan Merck & Company.
Masalah juga bertambah, karena kongres USA siap mengesahkan Undang-Undang
Regulasi Obat yang akhirnya akan berdampak pada pendapatan perusahaan. Meskipun
Merck & Company mencapai penjualan $2 Milyar pertahun, namun pendapatan
bersihnya akan menurun karena kenaikan biaya produksi untuk riset dan percobaan klinis
untuk mengembangkan invernectin versi manusia tersebut.

2. Jelaskan bagaimana Merck menyelesaikan kasus tersebut.

Meskipun pengembangan invernectin versi manusia tersebut beresiko menimbulkan


banyak masalah bagi perusahaan, dan hanya menjanjikan sedikit keuntungan. Merck &
Company memiliki pandangan bahwa keuntungan manusiawi atas obat untuk river
blindness patut di pertimbangkan melebihi keuntungan ekonomis. Karena, jika tanpa obat
tersebut jutaan orang penderita “river blindness” tidak akan tertolong.
Atas pertimbangan tersebut, Merck & Company mensetujui pengembangan
invernectin versi manusia untuk river blindness, dan mengangarkan dana yang besar
untuk riset dan percobaan klinis. Setelah tujuh tahun melakukan riset dan percobaan
klinis, Merck berhasil membuat obat baru yang di konsumsi sekali setahun untuk
menghilangkan parasit penyebab river blindness dan mencegah terjadinya infeksi baru.
Namun sayangnya tidak ada yang mau membeli obat tersebut. Upaya pemberian saran
kepada WHO, pemerintah AS dan negara lain yang terjangkit penyakit river blindness tak
satupun di tanggapi.
Akhirnya, Merck & Company memutuskan memberikan obat tersebut secara gratis.
Melalui kerjasama dengan WHO, Merck membiayai komite untuk mendistribusikan obat
secara aman dan memastikan obat tidak akan dialihkan kepasar gelap. Komite
mendistribusikan obat kepada jutaan orang, dan secara efektif obat tersebut mengubah
hidup para penderita river blindness yang kemudian terhindar dari kebutaan.

3. Pertimbangan etika apakah yang mendasari keputusan Merck?

Berdasarkan pandangan (pertama) bahwa korporasi sama halnya dengan individu,


bertindakberdasarkan tujuan yang mereka tetapkan dengan sengaja dan mempunyai hak
dan kewajiban moral serta bertanggung jawab secara moral. Merck menginvestasikan
banyak uang untuk riset, membuat dan mendistribusikan obat yang tidak menghasilkan
uang. Karena Merck yakin, bahwa perusahaan mempunyai kewajiban etis untuk
membiarkan keuntungan potensial perusahaan dinikmati oleh orang lain. Menurut Roy
Vegalos, pilihan etisnya adalah mengembangkannya, dan penduduk dunia akan
mengingat bahwa Merck membantu mereka dan akan mengingat di masa yang akan
datang. Selama bertahun-tahun perusahaan belajar bahwa tindakan semacam itu memiliki
keuntungan strategis jangka panjang yang penting. Pertimbangan tersebut berkaitan
dengan CSR (corporate social responsibility), keberlanjutan perusahaan atau going
concern.
4. Permasalahan etika apakah yang terjadi pada kasus Archer-Daniels Midland
(ADM) (buku teks Velasquez, hal. 251)

a. Dilema etika pada level individu


pada level individu, dilema etika terjadi pada Mark Whitacre, Dia yang merupakan
agen FBI menyamar dan bekerja di ADM. Whitacre sebagai pimpinan divisi lysine
yang ditunjuk memiliki wewenang untuk menetapkan harga. Kemudian Whitacre
menggunakan strategi low price yang malah membuat perusahaan merugi karena
perang harga, sehingga Whitacre berniat untuk menghentikan perang harga tersebut
dan mengajak perusahaan pesaingnya untuk membuat price-fixing. Di sini terjadi
dilema ketika Whitacre ingin tetap mempertahankan karirnya di ADM dengan
melakukan segala cara, meskipun pada akhirnya dia memberitahu FBI tentang praktik
kartel ini. Whitacre juga bersalah karena terlibat dalam penerimaan aliran uang sebesar
$2.500.000 atas perjanjian bawah tangan dalam upaya menghindari pajak.

b. Dilema etika pada pada level korporasi


pada level korporasi, dilema terjadi ketika ADM mengalami kerugian sebesar $7 juta
perbulan karena strategi yang kurang tepat, perusahaan beranggapan bahwa price-
fixing merupakan hal yang wajar dilakukan. Perisitiwa ini membuat mereka
dihadapkan oleh dua situasi yang membuat mereka dilema. Wilson dan Whitacre
berusaha melobi keempat pesaingnya, membicarakan bahwa ADM mendukung praktik
kartelisasi. Praktik ini dilakukan karena merupakan satu-satunya jalan untuk
menyelamatkan perusahaan. Sayangnya keputusan mereka tersebut menyebabkan
harga lysine di Eropa menjadi jatuh.

c. Dilema etika pada pada level sistemik


pada level sistemik, dilema etika terjadi ketika system perdagangan penjualan lysine
mulai di kartelisasi oleh pemain besar di industri lysine. beberapa perusahaan
menetapkan harga atau price-fixing dengan membuat kesepakatan antar pemain dan
menjaga harga produk dikisaran ($1,05-$1,20), selain itu mereka juga menetapkan
produk lysine yang beredar dipasaran untuk menjaga harga tetap stabil. Sehingga
bargaining power supplier tinggi. Sehingga konsumen dirugikan, karena tidak
mempunyai pilihan untuk mencari produk yang lebih murah.
5. Jelaskan apakah tindakan yang dilakukan ADM melanggar etika, jika ditinjau dari
prinsip:
a. Utilitarian
Ditinjau dari prinsip utilitarian, tindakan yang dilakukan ADM melanggar etika.
Karena berdasarkan prinsip ulilitarian, suatu perbuatan adalah baik jika membawa
manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan (the greatest happiness for the greatest
numbers), pada kasus ADM, tindakan yang dilakukan menguntungkan bagi ADM
sendiri tanpa memberikan keuntungan bagi konsumen, bahkan merugikan konsumen.
b. Right
Ditinjau dari prinsip Right, tindakan yang dilakukan ADM jika dilihat dari hak negatif,
maka tindakan tersebut benar. ADM bebas melakukan praktik kartelisasi. Akan tetapi
jika dilihat dari hak positif, jelas bahwa, praktik kartelisasi yang dilakukan ADM
melanggar etika. Karena merugikan konsumen dan mengabaikan hak konsumen.
c. Justice
Ditinjau dari keadilan retributif, tindakan kartelisasi yang dilakukan ADM melanggar
etika. Karena merugikan konsumen dan industri sejenis. Tetapi, jika dilihat dari
keadilan distributif, ADM benar. Karena dia membagi pengorbanan dan kesenangan
bersama pemain lysine lainnya.
d. Caring
Jika dilihat dari prinsip ethics of care, sudah jelas praktik kartelisasi yang dilakukan
ADM melanggar etika. Karena merugikan bagi konsumen dan industri sejenis lainnya.
Yang mendapatkan keuntungan dari praktik tersebut hanyalah ADM dan pemain yang
sudah bernegosiasi bersama ADM.

Anda mungkin juga menyukai