Anda di halaman 1dari 10

Kain tapis

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari

Kain tapis

Kain tapis merupakan salah satu jenis kerajinan tradisional masyarakat Lampung dalam menyelaraskan
kehidupannya baik terhadap lingkungannya maupun Sang Pencipta Alam Semesta. Oleh sebab itu, munculnya kain
tapis ini ditempuh melalui tahap-tahap waktu yang mengarah kepada kesempurnaan teknik tenun, maupun cara-
cara memberikan ragam hias yang sesuai dengan perkembangan kebudayaan masyarakat.

Daftar isi

[sembunyikan]

 1 Suku bangsa Lampung


 2 Pengertian tapis Lampung

 3 Sejarah kain tapis Lampung

 4 Jenis tapis Lampung menurut asal pemakainya

o 4.1 Tapis Lampung dari Pesisir

o 4.2 Tapis lampung dari Pubian Telu Suku

o 4.3 Tapis Lampung dari Sungkai Way Kanan

o 4.4 Tapis Lampung dari Tulang Bawang Mego Pak

o 4.5 Tapis Lampung dari Abung Siwo Mego

 5 Jenis Tapis Lampung menurut pemakai

 6 Bahan dan peralatan tenun tapis

o 6.1 Bahan dasar

o 6.2 Peralatan tenun kain tapis

 7 Pranala luar
 8 Lihat pula

[sunting] Suku bangsa Lampung

Masyarakat Lampung asli memiliki struktur adat yang tersendiri. Bentuk masyarakat hukum adat tersebut
berbeda antara kelompok masyarakat satu dengan yang lainnya. Secara umum dapat dibedakan dalam dua
kelompok besar yaitu masyarakat adat Saibatin dan masyarakat adat Pepadun

Suku bangsa Lampung yang beradat Saibatin (Pesisir) terdiri dari :

 Kepaksian Sekala Brak


 Keratuan Melinting

 Keratuan Balau

 Keratuan Darah Putih

 Keratuan Semaka

 Keratuan Komering

 Cikoneng Pak Pekon

Suku bangsa Lampung yang beradat Pepadun (Pedalaman) dapat digolongkan menjadi :

 Abung Siwo Mego (Abung Sembilan Marga)


 Mego Pak Tulang Bawang (Tulang Bawang Empat Marga)

 Pubian Telu Suku (Pubian Tiga Suku)

 Buay Lima Way Kanan (Way Kanan Lima Kebuayan)

 Sungkay Bunga Mayang

Berdasarkan pembagian penduduk yang serba mendua ini maka Lampung dikenal sebagai Propinsi Sang
Bumi Ruwa Jurai yang dapat diartikan "Bumi Yang Dua Dalam Kesatuan."

Di daerah Lampung dikenal berbagai peralatan dan perlengkapan adat yang melambangkan status
seseorang yang ditandai dengan pemilikan sebuah kain adat yaitu Kain Tapis Lampung.

[sunting] Pengertian tapis Lampung

Kain tapis adalah pakaian wanita suku Lampung yang berbentuk kain sarung terbuat dari tenun benang
kapas dengan motif atau hiasan bahan sugi, benang perak atau benang emas dengan sistim sulam
(Lampung; "Cucuk").

Dengan demikian yang dimaksud dengan Tapis Lampung adalah hasil tenun benang kapas dengan motif,
benang perak atau benang emas dan menjadi pakaian khas suku Lampung. Jenis tenun ini biasanya
digunakan pada bagian pinggang ke bawah berbentuk sarung yang terbuat dari benang kapas dengan motif
seperti motif alam, flora dan fauna yang disulam dengan benang emas dan benang perak.
Tapis Lampung termasuk kerajian tradisional karena peralatan yang digunakan dalam membuat kain dasar
dan motif-motif hiasnya masih sederhana dan dikerjakan oleh pengerajin. Kerajinan ini dibuat oleh wanita,
baik ibu rumah tangga maupun gadis-gadis (muli-muli) yang pada mulanya untuk mengisi waktu senggang
dengan tujuan untuk memenuhi tuntutan adat istiadat yang dianggap sakral. Kain Tapis saat ini diproduksi
oleh pengrajin dengan ragam hias yang bermacam-macam sebagai barang komoditi yang memiliki nilai
ekonomis yang cukup tinggi.

[sunting] Sejarah kain tapis Lampung

Kain tapis merupakan salah satu jenis kerajinan tradisional masyarakat Lampung dalam menyelaraskan
kehidupannya baik terhadap lingkungannya maupun Sang Pencipta Alam Semesta. Karena itu munculnya
kain Tapis ini ditempuh melalui tahap-tahap waktu yang mengarah kepada kesempurnaan teknik
tenunnya, maupun cara-cara memberikan ragam hias yang sesuai dengan perkembangan kebudayaan
masyarakat.

Menurut Van der Hoop disebutkan bahwa orang Lampung telah menenun kain brokat yang disebut
nampan (tampan) dan kain pelepai sejak abad ke-2 Masehi. Motif kain ini ialah kait dan kunci (key and
rhomboid shape), pohon hayat, dan bangunan yang berisikan roh manusia yang telah meninggal. Juga
terdapat motif binatang, matahari, bulan serta bunga melati. Dikenal juga tenun kain tapis yang bertingkat,
disulam dengan benang sutera putih yang disebut Kain Tapis Inuh.

Hiasan-hiasan yang terdapat pada kain tenun Lampung juga memiliki unsur-unsur yang sama dengan
ragam hias di daerah lain. Hal ini terlihat dari unsur-unsur pengaruh taradisi Neolitikum yang memang
banyak ditemukan di Indonesia.

Masuknya agama Islam di Lampung, ternyata juga memperkaya perkembangan kerajinan tapis. Walaupun
unsur baru tersebut telah berpengaruh, unsur lama tetap dipertahankan.

Adanya komunikasi dan lalu lintas antar kepulauan Indonesia sangat memungkinkan penduduknya
mengembangkan suatu jaringan maritim. Dunia kemaritiman atau disebut dengan zaman bahari sudah
mulai berkembang sejak zaman kerajaan Hindu Indonesia dan mencapai kejayaan pada masa pertumbuhan
dan perkembangan kerajaan-kerajaan islam antara tahun 1500 - 1700 .

Bermula dari latar belakang sejarah ini, imajinasi dan kreasi seniman pencipta jelas memengaruhi hasil
ciptaan yang mengambil ide-ide pada kehidupan sehari-hari yang berlangsung disekitar lingkungan
seniman dimana ia tinggal. Penggunaan transportasi pelayaran saat itu dan alam lingkungan laut telah
memberi ide penggunaan motif hias pada kain kapal. Ragam motif kapal pada kain kapal menunjukkan
adanya keragaman bentuk dan konstruksi kapal yang digunakan.

[sunting] Jenis tapis Lampung menurut asal pemakainya

Beberapa jenis kain tapis yang umum digunakan masyarakat Lampung Pepadun dan Lampung Saibatin
adalah :

[sunting] Tapis Lampung dari Pesisir

 Tapis Inuh
 Tapis Cucuk Andak

 Tapis Semaka

 Tapis Kuning
 Tapis Cukkil

 Tapis Jinggu

[sunting] Tapis lampung dari Pubian Telu Suku

 Tapis Jung Sarat


 Tapis Balak

 Tapis Laut Linau

 Tapis Raja Medal

 Tapis Pucuk Rebung

 Tapis Cucuk Handak

 Tapis Tuho

 Tapis Sasap

 Tapis Lawok Silung

 Tapis Lawok Handak

[sunting] Tapis Lampung dari Sungkai Way Kanan

 Tapis Jung Sarat


 Tapis Balak

 Tapis Pucuk Rebung

 Tapis Halom/Gabo

 Tapis Kaca

 Tapis Kuning

 Tapis Lawok Halom

 Tapis Tuha

 Tapis Raja Medal

 Tapis Lawok Silung

[sunting] Tapis Lampung dari Tulang Bawang Mego Pak

 Tapis Dewosano
 Tapis Limar Sekebar

 Tapis Ratu Tulang Bawang


 Tapis Bintang Perak

 Tapis Limar Tunggal

 Tapis Sasab

 Tapis Kilap Turki

 Tapis Jung Sarat

 Tapis Kaco Mato di Lem

 Tapis Kibang

 Tapis Cukkil

 Tapis Cucuk Sutero

[sunting] Tapis Lampung dari Abung Siwo Mego

 Tapis Rajo Tunggal


 Tapis Lawet Andak

 Tapis Lawet Silung

 Tapis Lawet Linau

 Tapis Jung Sarat

 Tapis Raja Medal

 Tapis Nyelem di Laut Timbul di Gunung

 Tapis Cucuk Andak

 Tapis Balak

 Tapis Pucuk Rebung

 Tapis Cucuk Semako

 Tapis Tuho

 Tapis Cucuk Agheng

 Tapis Gajah Mekhem

 Tapis Sasap

 Tapis Kuning

 Tapis Kaco
 Tapis Serdadu Baris

[sunting] Jenis Tapis Lampung menurut pemakai

Tapis Jung Sarat

Dipakai oleh pengantin wanita pada upacara perkawinan adat. Dapat juga dipakai oleh kelompok isteri
kerabat yang lebih tua yang menghadiri upacara mengambil gelar, pengantin serta muli cangget (gadis
penari) pada upacara adat. Tapis Raja Tunggal

Dipakai oleh isteri kerabat paling tua (tuho penyimbang) pada upacara perkawinan adat, pengambilan
gelar pangeran dan sutan.

Di daerah Abung Lampung Utara dipakai oleh gadis-gadis dalam menghadiri upacara adat.

Tapis Raja Medal

Dipakai oleh kelompok isteri kerabat paling tua (tuho penyimbang) pada upacara adat seperti :
mengawinkan anak, pengambilan gelar pangeran dan sutan.

Di daerah Abung Lampung Utara tapis ini digunakan oleh pengantin wanita pada upacara perkawinan adat.

Tapis Laut Andak

Dipakai oleh muli cangget (gadis penari) pada acara adat cangget. Dipakai juga oleh Anak Benulung (isteri
adik) sebagai pengiring pada upacara pengambilan gelar sutan serta dipakai juga oleh menantu perempuan
pada acara pengambilan gelar sutan.

Tapis Balak

Dipakai oleh kelompok adik perempuan dan kelompok isteri anak seorang yang sedang mengambil gelar
pangeran pada upacara pengambilan gelar atau pada upacara mengawinkan anak. Tapis ini dapat juga
dipakai oleh muli cangget (gadis penari) pada upacara adat.

Tapis Silung

Dipakai oleh kelompok orang tua yang tergolong kerabat dekat pada upacara adat seperti mengawinkan
anak, pengambilan gelar, khitanan dan lain-lain. Dapat juga dipakai pada saat pengarakan pengantin.

Tapis Laut Linau

Dipakai oleh kerabat isteri yang tergolong kerabat jauh dalam menghadiri upacara adat. Dipakai juga oleh
para gadis pengiring pengantin pada upacara turun mandi pengantin dan mengambil gelar pangeran serta
dikenakan pula oleh gadis penari (muli cangget). Tapis Pucuk Rebung

Tapis ini dipakai oleh kelompok ibu-ibu/para isteri untuk menghadiri upacara adat.

Di daerah Menggala tapis ini disebut juga tapis balak, dipakai oleh wanita pada saat menghadiri upacara
adat.

Tapis Cucuk Andak


Dipakai oleh kelompok isteri keluarga penyimbang (kepala adat/suku) yang sudah bergelar sutan dalam
menghadiri upacara perkawinan, pengambilan gelar adat.

Di daerah Lampung Utara tapis ini dipakai oleh pengantin wanita dalam upacara perkawinan adat.

Di daerah Abung Lampung Utara tapis ini dipakai oleh ibu-ibu pengiring pengantin pada upacara adat
perkawinan. Tapis Limar Sekebar

Tapis ini dipakai oleh kelompok isteri dalam menghadiri pesta adat serta dipakai juga oleh gadis pengiring
pengantin dalam upacara adat.

Tapis Cucuk Pinggir

Dipakai oleh kelompok isteri dalam menghadiri pesta adat dan dipakai juga oleh gadis pengiring pengantin
pada upacara perkawinan adat.

Tapis Tuho

Tapis ini dipakai oleh seorang isteri yang suaminya sedang mengambil gelar sutan. Dipakai juga oleh
kelompok orang tua (mepahao) yang sedang mengambil gelar sutan serta dipakai pula oleh isteri sutan
dalam menghadiri upacara pengambilan gelar kerabatnya yang dekat.

Tapis Agheng/Areng

Dipakai oleh kelompok isteri yang sudah mendapat gelar sutan (suaminya) pada upacara pengarakan naik
pepadun/pengambilan gelar dan dipakai pula oleh pengantin sebagai pakaian sehari-hari. Tapis Inuh

Kain tapis ini umumnya dipakai pada saat menghadiri upacara-upacara adat. Tapis ini berasal dari daerah
Krui, Lampung Barat.

Tapis Dewosano

Di daerah Menggala dan Kota Bumi, kain tapis ini dipakai oleh pengantin wanita pada saat menghadiri
upacara adat.

Tapis Kaca

Tapis ini dipakai oleh wanita-wanita dalam menghadiri upacara adat. Bisa juga dipakai oleh wanita
pengiring pengantin pada upacara adat. Tapis ini di daerah Pardasuka Lampung Selatan dipakai oleh laki-
laki pada saat upacara adat.

Tapis Bintang

Tapis Bintang ini dipakai oleh pengantin wanita pada saat upacara adat.

Tapis Bidak Cukkil

Model kain Tapis ini dipakai oleh laki-laki pada saat menghadiri upacara-upacara adat.

Tapis Bintang Perak

Tapis ini dapat dipakai pada upacara-upacara adat dan berasal dari daerah Menggala, Lampung Utara.
[sunting] Bahan dan peralatan tenun tapis

[sunting] Bahan dasar

Kain tapis Lampung yang merupakan kerajinan tenun tradisional masyarakat Lampung ini dibuat dari
benang katun dan benang emas. Benang katun adalah benang yang berasal dari bahan kapas dan
digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan kain tapis, sedangkan benang emas dipakai untuk
membuat ragam hias pada tapis dengan sistim sulam.

Pada tahun 1950, para pengrajin tapis masih menggunakan bahan hasil pengolahan sendiri, khususnya
untuk bahan tenun. Proses pengolahannya menggunakan sistim ikat, sedangkan penggunaan benang emas
telah dikenal sejak lama.

Bahan-bahan baku itu antara lain :

 Khambak/kapas digunakan untuk membuat benang.


 Kepompong ulat sutera untuk membuat benang sutera.

 Pantis/lilin sarang lebah untuk meregangkan benang.

 Akar serai wangi untuk pengawet benang.

 Daun sirih untuk membuat warna kain tidak luntur.

 Buah pinang muda, daun pacar, kulit kayu kejal untuk pewarna merah.

 Kulit kayu salam, kulit kayu rambutan untuk pewarna hitam.

 Kulit kayu mahoni atau kalit kayu durian untuk pewarna coklat.

 Buah deduku atau daun talom untuk pewarna biru.

 Kunyit dan kapur sirih untuk pewarna kuning.

Pada saat ini bahan-bahan tersebut diatas sudah jarang digunakan lagi, oleh karena pengganti bahan-
bahan diatas tersebut sudah banyak diperdagangkan di pasaran.

[sunting] Peralatan tenun kain tapis

Proses pembuatan tenun kain tapis menggunakn peralatan-peralatan sebagai berikut :

 Sesang yaitu alat untuk menyusun benang sebelum dipasang pada alat tenun.
 Mattakh yaitu alat untuk menenun kain tapis yang terdiri dari bagian alat-alat :

 Terikan (alat menggulung benang)

 Cacap (alat untuk meletakkan alat-alat mettakh)

 Belida (alat untuk merapatkan benang)

 Kusuran (alat untuk menyusun benang dan memisahkan benang)

 Apik (alat untuk menahan rentangan benang dan menggulung hasil tenunan)
 Guyun (alat untuk mengatur benang)

 Ijan atau Peneken (tunjangan kaki penenun)

 Sekeli (alat untuk tempat gulungan benang pakan, yaitu benang yang dimasukkan melintang)

 Terupong/Teropong (alat untuk memasukkan benang pakan ke tenunan)

 Amben (alat penahan punggung penenun)

 Tekang yaitu alat untuk merentangkan kain pada saat menyulam benang emas.

Terjemah dalam inggris

Fabric filter is a women's clothing in the form of interest Lampung sarongs made of woven cotton yarn
with decorative motifs or toothpick materials, yarns with silver or gold thread embroidery system
(Lampung; "Cucuk").
Thus is the Tapis Lampung is the result of cotton yarn woven with motifs, silver or gold thread and a
distinctive tribal clothing Lampung. This type of weaving is usually used on the waist downwards shaped
sheath made of cotton yarn with natural motifs such as motifs, flora and fauna are embroidered with
gold thread and silver thread.
Tapis Lampung including traditional kerajian because the equipment used in making the basic fabric and
motives hiasnya still simple and done by the craftsmen. This craft is made by women, both housewives
and girls (muli-muli), which was originally to fill the leisure time in order to meet the demands of the
customs that are considered sacred. Tapestry fabrics currently produced by craftsmen with decorative
diverse as commodities that have high economic value.

History of filter cloth Lampung


Fabric filter is one type of traditional crafts people of Lampung in aligning the good life to its
environment as well as the Creator of the Universe. Therefore, the emergence of Tapestry fabric is
taken through the stages that lead to the perfection of time tenunnya techniques, as well as ways of
providing decoration in accordance with the cultural development of society.
According to Van der Hoop had mentioned that the people of Lampung weaving brocade called trays
(handsome) and cloths pelepai since the 2nd century AD. The motive of this fabric is the latch and lock
(key and rhomboid shape), the tree life, and the building containing the human spirit that has died.
There is also a motive for the animals, sun, moon and jasmine. Known also woven filter cloth that rise,
embroidered with white silk thread, called Woven Tapestry Inuh.
Ornaments found in Lampung woven fabric also have elements in common with decoration in other
areas. This is evident from the elements which influence Neolithic taradisi indeed commonly found in
Indonesia.
The entry of Islam in Lampung, it also enriches the development of handicrafts filter. Although the new
element has been influential, long element is maintained.
The existence of communication and traffic between the islands of Indonesia is to allow citizens to
develop a maritime network. World maritime or maritime-called era have started to develop since the
time of the Hindu kingdom of Indonesia and achieve glory on the growth and development of Islamic
kingdoms between the years 1500 to 1700.
Starting from this historical background, imagination and creation creator artist clearly influence the
outcome of creation that takes the ideas in everyday life that goes around the neighborhood of artists in
which he lives. Use of shipping transportation at the time and nature of the marine environment has
given the idea of the use of decorative motifs on the fabric ship. Variety ship motif on the cloth indicates
the existence of diversity of ships and ship construction are used.

Anda mungkin juga menyukai