Minangkabau (Minang) adalah kelompok etnis Nusantara yang berbahasa dan menjunjung adat
Minangkabau. Wilayah kebudayaannya Minang meliputi daerah Sumatera Barat, separuh
daratan Riau, bagian utara Bengkulu, bagian barat Jambi, pantai barat Sumatera Utara, barat
daya Aceh, dan juga Negeri Sembilan di Malaysia.
Sebutan orang Minang seringkali disamakan sebagai orang Padang, hal ini merujuk pada nama
ibu kota provinsi Sumatera Barat yaitu kota Padang. Namun, masyarakat ini biasanya akan
menyebut kelompoknya dengan sebutan urang awak, yang bermaksud sama dengan orang
Minang itu sendiri.
Etnis Minang juga telah menerapkan sistem proto-demokrasi sejak masa pra-Hindu dengan
adanya kerapatan adat untuk menentukan hal-hal penting dan permasalahan hukum. Prinsip
adat Minangkabau tertuang singkat dalam pernyataan Adat basandi syarak, syarak basandi
Kitabullah(Adat bersendikan hukum, hukum bersendikan Al-Qur’an) yang berarti adat
berlandaskan ajaran Islam.
Etnis ini juga sangat menonjol di bidang perniagaan, sebagai profesional dan intelektual.
Mereka merupakan pewaris terhormat dari tradisi tua Kerajaan Melayu dan Sriwijaya yang
gemar berdagang dan dinamis. Hampir separuh jumlah keseluruhan anggota masyarakat ini
berada dalam perantauan.
Nama Minangkabau berasal dari dua kata, minang dan kabau. Nama itu dikaitkan dengan suatu
legenda khas Minang yang dikenal di dalam tambo. Dari tambo yang diterima secara turun
temurun, menceritakan bahwa nenek moyang mereka berasal dari keturunan Iskandar
Zulkarnain.
Walau tambo tersebut tidak tersusun secara sistematis dan lebih kepada legenda berbanding
fakta serta cendrung kepada sebuah karya sastra yang sudah menjadi milik masyarakat
banyak. Namun kisah tambo ini sedikit banyaknya dapat dibandingkan dengan Sulalatus Salatin
yang juga menceritakan bagaimana masyarakat Minangkabau mengutus wakilnya untuk
meminta Sang Sapurba salah seorang keturunan Iskandar Zulkarnain tersebut untuk menjadi
raja mereka.
Masyarakat Minang merupakan bagian dari masyarakat Deutro Melayu (Melayu Muda) yang
melakukan migrasi dari daratan China Selatan ke pulau Sumatera sekitar 2.500–2.000 tahun
yang lalu. Diperkirakan kelompok masyarakat ini masuk dari arah timur pulau Sumatera,
menyusuri aliran sungai Kampar sampai ke dataran tinggi yang disebut darek dan menjadi
kampung halaman orang Minangkabau.
Beberapa kawasan darek ini kemudian membentuk semacam konfederasi yang dikenal dengan
nama luhak, yang selanjutnya disebut juga dengan nama Luhak Nan Tigo, yang terdiri dari
Luhak Limo Puluah, Luhak Agam, dan Luhak Tanah Data. Pada masa pemerintahan Hindia-
Belanda, kawasan luhak tersebut menjadi daerah teritorial pemerintahan yang disebut afdeling,
dikepalai oleh seorang residen yang oleh masyarakat Minangkabau disebut dengan nama Tuan
Luhak.
Awalnya penyebutan orang Minang belum dibedakan dengan orang Melayu, namun sejak abad
ke-19, penyebutan Minang dan Melayu mulai dibedakan melihat budaya matrilineal yang tetap
bertahan berbanding patrilineal yang dianut oleh masyarakat Melayu umumnya. Kemudian
pengelompokan ini terus berlangsung demi kepentingan sensus penduduk maupun politik.
Yang pertama adalah Pakaian Limpapeh Rumah Nan Gadang atau sering pula disebut
pakaian Bundo Kanduang. Pakaian ini merupakan lambang kebesaran bagi para wanita
yang telah menikah. Pakaian tersebut merupakan simbol dari pentingnya peran seorang
ibu dalam sebuah keluarga. Limapeh sendiri artinya adalah tiang tengah dari bangunan
rumah adat Sumatera Barat.
Peran limapeh dalam mengokohtegakan bangunan adalah analogi dari peran ibu dalam
sebuah keluarga. Jika limapeh rubuh, maka rumah atau suatu bangunan juga akan
rubuh, begitupun jika seorang ibu atau wanita tidak pandai mengatur rumah tangga,
maka keluarganya juga tak akan bertahan lama. Secara umum, pakaian adat Bundo
Kanduang atau Limpapeh Rumah Nan Gadang memiliki desain yang berbeda-beda dari
setiap nagari atau sub suku. Akan tetapi, beberapa kelengkapan khusus yang pasti ada
dalam jenis-jenis pakaian tersebut. Perlengkapan ini antara lain tingkuluak (tengkuluk),
baju batabue, minsie, lambak atau sarung, salempang, dukuah (kalung), galang
(gelang), dan beberapa aksesoris lainnya.
Untuk para pria bernama pakaian penghulu. Sesuai namanya, pakaian ini hanya
digunakan oleh tetua adat atau orang tertentu, dimana dalam cara pemakaiannya pun di
atur sedemikian rupa oleh hukum adat. Pakaian ini terdiri atas beberapa kelengkapan
yang di antaranya Deta, baju hitam, sarawa, sesamping, cawek, sandang, keris, dan
tungkek.
Selain baju bundo kanduang dan baju penghulu, ada pula jenis pakaian adat Sumatera
Barat lainnya yang umum dikenakan oleh para pengantin dalam upacara pernikahan.
Pakaian pengantin ini lazimnya berwarna merah dengan tutup kepala dan hiasan yang
lebih banyak. Hingga kini, pakaian tersebut masih kerap digunakan tapi tentunya
dengan sedikit tambahan modernisasi dengan gaya atau desain yang lebih unik.
Rumah Gadang adalah rumah adat suku Minangkabau yang juga memiliki sebutan lain seperti
rumah Godang, rumah Bagonjong, dan rumah Baanjuang. Rumah adat ini merupakan rumah
model panggung yang berukuran besar dengan bentuk persegi panjang.
Sama seperti rumah adat Indonesia lainnya, rumah gadang juga dibuat dari material yang
berasal dari alam. Tiang penyangga, dinding, dan lantai terbuat dari papan kayu dan bambu,
sementara atapnya yang berbentuk seperti tanduk kerbau terbuat dari ijuk. Meski terbuat dari
hampir 100% bahan alam, arsitektur rumah gadang tetaplah memiliki desain yang kuat.
Rumah ini memiliki desain tahan gempa sesuai dengan kondisi geografis Sumatera Barat yang
memang terletak di daerah rawan gempa. Desain tahan gempa pada rumah gadang salah
satunya ditemukan pada tiangnya yang tidak menancap ke tanah. Tiang rumah adat Sumatera
barat ini justru menumpang atau bertumpu pada batu-batu datar di atas tanah.
Dengan desain ini, getaran tidak akan mengakibatkan rumah rubuh saat terjadi gempa berskala
besar sekalipun. Selain itu, setiap pertemuan antara tiang dan kaso besar pada rumah adat ini
tidak disatukan menggunakan paku, melainkan menggunakan pasak yang terbuat dari kayu.
Dengan sistem sambungan ini, rumah gadang akan dapat bergerak secara fleksibel meski
diguncang dengan getaran gempa yang kuat.
Tarian pencak
berbeda dengan pencak dan silat. Pencak silat dilakukan oleh dua orang dengan gaya
silat. Secara pisik dalam pencak, permainannya dapat bersinggungan atau bersentuhan.
Tetapi, di dalam tarian, pemain tigak bersinggungan atau bersentuhan. Tarian ini diikuti
oleh bunyi-bunyian seperti talempong dan pupuik batang padi. Gerakannya tidak harus
mengikuti irama dan bunyi-bunyian.
Bunyi-bunyian itu hanyalah sekedar pengiring belaka. Gerakan tarian pencak ini
disesuaikn dengan gerak lawan. Bagaimana lawan memainkan gerakan, seperti itu pula
gerakan yang satunya. Ada 3 jenis tarian pencak yaitu sebagai berikut : Tari Sewah, Tari
Alo Ambek, dan Tari Galombang.
Tarian perintang
yaitu tarian yang dimainkan pemuda-pemuda untuk perintang waktu. Tarian dapat
dilakukan bersama-sama atau seorang diri. Tarian diiringi bunyi-bunyian seperti
talempong, gendang, dan puput batang padi. Tarian dilakukan dengan bebas dengan
irama 4/4 tanpa terikat dengan bunyi-bunyian yang mengiringinya.
Setiap penari bebas melakukan gerakan sesuai kemahirannya. Akan tetapi ada gerakan
yang telah terpola seperti menirukan gerak tupai, elang terbang, kebaru mengamuk, dan
sebagainya. Tarian ini dimainkan di sawah pada musim panen atau pada acara-acara
keramaian lainnya. Antara lain tari piring, tari galuak, dan tari kerbau jalang.
Tarian kaba
adalah tarian yang mengangkat tema cerita (kaba). Tarian ini mengutamakan nyanyian
daripada gerak tari. Penari menyanyikan cerita kaba sambil menari. Pengungkapan
cerita kaba dengan nyanyian lebih diutamakan daripada gerak tarinya. Jadi, tari hanya
sebagai pembawa kaba belaka. Tarian biasanya juga diikuti oleh musik pengiring seperti
talempong dan adok. Jenis tarian ini tergantung kepada cerita kaba yang dibawakan.
Salah satu alat musik tradisional minangkabau adalah talempong. Alat musik pukul ini
terbuat dari kuningan, berbentuk bulat dengan bagian bawah berlubang dan pada
bagian atasnya ada sedikit tonjolan. Talempong sering digunakan sebagai alat musik
untuk mengiringi berbagai kesenian tradisional minangkabau seperti tarian atau musik.
Saluang
termasuk alat musik tiup. Alat musik tradisional minangkabau ini terbuang dari ‘talang’
yang merupakan sejenis bambu tapi lebih tipis. Talang dengan ukuran yang lebih besar
juga digunakan sebagai wadah untuk memasak makanan khas minangkabau yaitu
Lamang.
Alat musik tradsiional minangkabau yang satu ini memiliki panjang 40-60 sentimeter
dengan 4 buah lubang dengan diameter masing-masing lubang 3-4 sentimeter. Untuk
memainkan Saluang tidaklah mudah, dibutuhkan teknik khusus yang dinamakan dengan
‘manyisiahan angok’ (menyisakan nafas). Dengan teknik ini pemain saluang bisa
meniup saluang dari awal sampai akhir lagu tanpa nafas yang terputus.
Rabab
adalah alat musik tradisional minangkabau yang mirip dengan biola. Dikatakan mirip
karena dari segi bentuk memang hampir sama dan cara memainkannya pun sama yaitu
dengan digesek. Rabab selain menjadi alat musik juga menjadi kesenian tersendiri.
Kesenian rabab biasanya berbentuk cerita atau dendang dengan diiringi alat musik
rabab tadi. Dua aliran rabab yang cukup terkenal adalah Rabab Pasisia dan Rabab
Pariaman.
Seperti namanya alat musik tiup ini memang terbuat dari batang padi. Pada bagian
ujung tempat tiupan biasanya dipecah sedikit sehingga menimbulkan celah, jika ditiup
celah ini akan mengelurkan bunyi. Biasanya pupuik batang padi ditambah dengan lilitan
daun kelapa pada ujungnya
Bansi
adalah salah satu alat musik tiup tradisional minangkabau. Bansi memiliki 7 lubang,
mirip dengan rekorder, bentuknya pendek, biasanya berukuran 33-36 sentimeter.
Pupuik Tanduak
Alat musik tradisional minangkabau yang satu ini cukup unik karena dibuat dari bekas
tanduk kerbau. Meskipun termasuk alat musik tapi pupuik tanduak sangat jarang
dimainkan sebagai pengiring musik, fungsinya lebih kepada alat pemanggil atau
pemberitahu jika ada pengumuman dari pemuka adat.
Sarunai
Konon kata Sarunai berasal dari kata Shehnai yaitu alat musik yang berasal dari India.
Sarunai terbuat dari dua potong bambu yang tidak sama besar, potongan yang kecil
dapat masuk ke potongan yang lebih besar, dengan fungsi sebagai penghasil nada.
Tambua Tasa
adalah alat musik pukul yang sampai saat ini masih sering digunakan, terutama pada
saat acara adat. Alat musik ini terdiri dari dua alat yaitu Gandang Tambua dan Gandang
Tasa. Gandang Tambua berbentuk tabung dengan bahan kayu dengan dua permukaan
kulit.
Gandang Tambua dimainkan dengan cara disandang pada salah satu bahu oleh pemain
dalam posisi berdiri dengan menggunakan dua buah kayu sebagai pemukul. Sedangkan
Gandang Tasa lebih mirip setengah bola yang hanya memiliki satu sisi kulit (single
headed drum). Kayu untuk memukul Gandang Tasa biasanya lebih ramping, lentur dan
berukuran lebih panjang.
Adat nan sabana Adat, adalah ketentuan hukum, sifat yang terdapat pada alam benda,
flora dan fauna, maupun manusia sebagai ciptaan-Nya (Sunatullah). Adat nan sabana
Adat ini adalah sebagai SUMBER hukum Adat Minangkabau dalam menata masyarakat
dalam segala hal.
Dimana ketentuan alam tersebut adalah aksioma tidak bisa dibantah kebenarannya.
Sebagai contoh dari benda Api dan Air, ketentuannya membakar dan membasahkan.
Dia akan tetap abadi sampai hari kiamat dengan sifat tersebut, kecuali Allah sebagai
sang penciptanya menentukan lain (merobahnya).
Alam sebagai ciptaan-Nya bagi nenek moyang orang Minangkabau yakni Datuak
perpatiah nan sabatang dan datuak ketumanggungan diamati, dipelajari dan dipedomani
dan dijadikan guru untuk mengambil iktibar seperti yang disebutkan dalam pepatah-
petitih Adat :
o Panakiak pisau sirawik, ambiak galah batang lintabuang,
silodang ambiakkan niru, nan satitiak jadikan lawik,
nan sakapa jadikan gunuang, Alam Takambang Jadi Guru.
Adat nan tak lakang dek paneh, tak lapuak dek hujan,
dianjak tak layua, dibubuik tak mati,
dibasuah bahabih aia, dikikih bahabih basi.
Artinya adalah Kebenaran dari hukum alam tersebut . Selama Allah SWT, sebagai sang
pencipta ketentuan alam tersebut tidak menentukaan lain, maka ketentuan alam tersebut tetap
tak berobah.
contoh pepatah :lawik barombak, gunuang bakabuik,
lurah baraia, api mambaka,
aia mambasahkan,batuang babuku,
karambia bamato, batuang tumbuah dibukunyo,
karambia tumbuah dimatonyo .
3. Adat Teradat
Begitupun peresmian SAKO(gelar pusaka) kaum atau penghulu, ada nagari yang
memotong kerbau, ada banteng, ada kambing, ada dengan membayar uang adat
kenagari yang bersangkutan. Semuanya adalah aturan pelaksanaan dari peresmian
satu gelar pusaka kaum (Sako) yang diambil keputusannya melalui musyawarah
mufakat. dan lain sebagainya
4. Adat Istiadat
Sebagian besar masyarakat Minangkabau beragama Islam. Masyarakat desa percaya dengan
hantu, seperti kuntilanak, perempuan menghirup ubun-ubun bayi dari jauh, dan menggasing
(santet), yaitu menghantarkan racun melalui udara. Upacara-upacara adat di Minangkabau
meliputi
Upacara Tabuik adalah upacara peringatan kematian Hasan dan Husain di Padang
Karabela;
Upacara Kitan dan Katam berhubungan dengan lingkaran hidup manusia, seperti:
o upacara Turun Tanah/Turun Mandi adalah upacara bayi menyentuh tanah
pertama kali,
o upacara Kekah adalah upacara memotong rambut bayi pertama kali.
Upacara selamatan orang meninggal pada hari ke-7, ke-40, ke-100, dan ke-1000
Sistem kekerabatan dalam masyarakat Minangkabau adalah matrilineal (garis keturunan ibu),
sehingga sistem kekerabatan memerhitungkan dua generasi di atas ego lakilaki dan satu
generasi di bawahnya. Urutannya sebagai berikut
Ibunya ibu.
Saudara perempuan dan laki-laki ibunya ibu.
Saudara laki-laki ibu.
Anak laki-laki, perempuan saudara perempuan ibu ibunya ego.
Saudara laki-laki dan perempuan ego.
Anak laki-laki dan perempuan saudara perempuan ibu.
Anak laki-laki dan perempuan saudara perempuan ego.
Anak laki-laki dan perempuan anak perempuan saudara perempuan ibunya ibu
Kesatuan keluarga kecil seperti di atas disebut paruik, pada sebagian masyarakat ada kesatuan
yang disebut kampueng yang memisahkan paruik dengan suku. Kepentingan keluarga diurus
oleh laki-laki yang bertindak sebagai niniek mamak. Dalam hal jodoh masyarakat Minangkabau
memilih dari luar suku, tetapi pola itu kini mulai hilang. Bahkan akibat pengaruh dunia modern,
perkawinan endogami lokal tidak lagi dipertahankan.
Bahasa Minangkabau yang berbeda-beda untuk sebuah maksud yang sama, meski masih
dalam akar rumpun kata yang sama. Dialek bahasa Minangkabau sangat bervariasi, bahkan
antar kampung yang dipisahkan oleh sungai sekalipun sudah mempunyai dialek yang berbeda
Perbedaan terbesar adalah dialek yang dituturkan di kawasan Pesisir Selatan dan dialek di
wilayah Muko-Muko, Bengkulu. Selain itu dialek bahasa Minangkabau juga dituturkan di Negeri
Sembilan, Malaysia dan yang disebut sebagai Aneuk Jamee di Aceh, terutama di wilayah Aceh
Barat Daya dan Aceh Selatan
1. Lamang tapai
Lamang tapai merupakan makanan yang biasa disajikan ketika ada acara khusus. Misalnya
saat berbuka puasa, hari raya, atau saat pesta pernikahan. Sehingga, makanan yang biasa
dijadikan makanan pernutup ini sangat dinanti oleh masyarakat Minang
Lamang tapai terdiri dari dua komponen utama, yaitu lamang dan tapai. Lamang terbuat dari
beras ketan yang dimasak bersama dengan santan di dalam bambu. Sedangkan Tapai terbuat
daru beras ketan hitam yang difermentasi. Makan lamang ini rasanya akan kurang kalau nggak
sama-sama dengan tapai. Kombinasi rasa asam dan manis dari kedua makanan ini menjadikan
sajian yang satu ini akan terasa lebih lezat
2. Dadiah
Kamu tahu yoghurt? susu sapi yang difermentasi sehingga jadi lebih kental. Nah, kalau dadiah
ini dibuat dari susu kerbau. Sama-sama difermentasi juga, tapi kala dadiah fermentasinya di
dalam bambu. Dadiah, biasanya dihidangkan dengan mencampurnya bersama emping beras
ketan dan disiram santan serta gula merah. Perpaduan rasa dari bahan-bahan yang dicampur
akan terasa meleleh di lidah.
3. Sala Lauak
Sala lauak ini merupakan makanan sejenis gorengan. Terbuat dari tepung beras, ikan asin, dan
bumbu seperti bawang, kunyit, cabe, dan garam. Kemudian, bahan-bahan yang sudah
disiapkan dicampur dan dibuat menjadi adonan. Adonan kemudian dibentuk bulat seukuran
bola pingpong.Sala lauak paling enak dimakan ketika masih hangat. Apalagi kalau kamu ada di
dekat tempat menggorengnya. Aroma sala lauak yang baru saja matang akan menggoda iman
kamu untuk segera mencicipinya
Masyarakat Minang biasa menjadikan sala lauak sebagai pelengkap saat makan lontong atau
ketupat sayur. Kalau kamu ingin mencicipi kuliner yang satu ini, pergi saja ke pusat kuliner yang
ada di Kota Padang dan Pariaman. Kamu akan dengan mudah menemukan jajanan bulat nan
gurih ini.
4. Pensi
sejenis kerang yang ukurannya kecil dan hanya hidup di Danau Maninjau. Pensi biasanya
diolah oleh masyarakat Minang menjadi makanan ringan yang lezat. Pensi akan dimasak
bersama dengan jahe, lengkuas, daun bawang, seledri, dan garam. Rasanya sungguh lezat
dan menggoda, ada gurih dan manis yang berpadu menjadi satu. Untuk mendapatkan makanan
ringan yang satu ini, kamu bisa mencarinya di pasar-pasar tradisional yang ada di Kabupaten
Agam. Kamu bisa menuju Pasar Maninjau, Pasar Tiku, Pasar Lubuk Basung, dan Pasar Matur
5. Goreng Rinuak
Rinuak merupakan ikan yang ukurannya kecil, kira-kira hanya berukuran 2 cm saja. Ikan ini
hanya bisa kamu temui di Danau Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Kalau dilihat,
ikan ini mirip seperti ikan teri, cuma bedanya, ikan ini hidup di air tawar. Rinuak akan mudah
kamu temui di sekitar Danau maninjau.