Anda di halaman 1dari 8

TARIAN, PAKAIAN ADAT, RUMAH ADAT, DAN ALAT

MUSIK TRADISIONAL INDONESIA


Pakaian Adat Sumatera Barat

Diantara pakaian adat yang ada terdapat pakaian pria yang sering disebut sebagai panghulu
dan bundo kanduang untuk pakaian wanitanya.
Panghulu dan bundo kanduang merupakan pakaian adat Sumatra Barat yang umum dipakai
saat upacara pernikahan orang Minangkabau.
Bagi masyarakat Minangkabau, panghulu sebagai pakaian pria memegang peranan penting.
Oleh karena itu, panghulu dianggap sebagai pakaian kebesaran.
Ujung dari tengkuluk bentuknya beraneka ragam tergantung asalnya.
Tengkuluk di Kabupaten Agam memiliki ujung yang runcing. Di Payakumbuh bagian
ujungnya pepat, dan di Kabupaten Tanah Datar memiliki tandung yang bertingkat.

RUMAH ADAT SUMATERA BARAT

Rumah Gadang adalah rumah tradisional Suku Minagkabau yang merupakan penduduk asli
dan mayoritas penduduk provinsi Sumatera Barat. Suku Minagkabau atau juga disebut
Minang tidak hanya identik dengan Rumah Gadang saja, namun kebudayaan lain seperti alat
musik, tarian, kuliner, dan sebagainya. Masyarakat Sumatera Barat seringkali menyebut
Rumah Gadang dengan nama lain seperti Rumah Godang, Rumah Bagonjong, dan Rumah
Baanjuang. Saat ini, anda dapat mendapati rumah Gadang di beberapa daerah seperti Solok,
Pasaman, dan Padang Panjang. Suku Minangkabau juga menganggap rumah Gadang sebagai
tempat suci yang sangat dimuliakan. Hal tersebut disebabkan Rumah Gadang tidak hanya
berfungsi sebagai hunian saja namun juga dapat digunakan sebagai tempat melakukan
upacara atau ritual. Beberapa jenis upacara yang sering dilakukan di rumah adat Sumatera
barat adalah upacara pernikahan, khitanan, Turun Mandi, pengangkatan kepala suku, dan
upacara kematian. Sifat rumah Gadang sebagai tempat pelaksanaan upacara atau ritual hanya
bersifat sementara saja berdasarkan kebutuhan.
Tari Piring

Tari Piring atau Tari Piriang merupakan tarian khas Sumatera Barat yang terlahir di Kota
Solok. Salah satu tarian tradisional populer di Indonesia ini unik dan indah karena
menjadikan piring sebagai media utama. Ditarikan oleh 3-7 orang penari dengan diiringi oleh
alat musik tradisional Minangkabau, Talempong dan Saluang.

Gerakan tari dimulai dengan meletakkan piring di atas dua telapak tangan penari, selanjutnya
diayunkan mengikuti gerakan-gerakan tari yang cepat, teratur dan dikondisikan agar piring
tidak terlepas dari genggaman tangan. Properti piring lebih dipilih piring porselen Cina
karena desainnya bagus dan memiliki nilai estetis.

Saluang

Saluang merupakan alat musik Sumatera Barat khas Minangkabau, sejenis suling yang
terbuat dari bambu tipis atau talang. Alat musik tradisional ini termasuk dalam
golongan alat musik tiup dalam bentuk lebih sederhana.
Jika suling memiliki tujuh lubang, berbeda dengan saluang yang hanya memiliki
empat lubang. Panjang saluang sekitar 40-60 cm dengan diameter 3-4 cm.
Terdapat empat jenis saluang yang tersebar di beberapa daerah di Sumatera Barat,
antara lain saluang darek, saluang sirompak, saluang pauh dan saluang
panjang. Masing-masing saluang tersebut memiliki warna bunyi dan teknik
memainkan yang berbeda.
Dulunya salung digunakan dalam ritual magis masyarakat Minangkabau, namun di
masa sekarang lebih sering digunakan untuk hiburan. Saluang kerap ditampilkan pada
acara pesta pernikahan (baralek), tagak gala, dan juga upacara adat Minangkabau
lainnya.
Pakaian Adat Sumatera Selatan

Pakaian adat dari Sumatera Selatan yakni Aesan Paksangko, pakaian ini penuh dengan
simbol keagungan dan elemen tersebut memang disengaja ditonjolkan pada busana ini. Akan
tetapi tidak hanya Aesan Paksangko yang merupakan pakaian adat Sumatera Selatan, ada
juga yang bernama Aesan Gede. Kedua pakaian ini memiliki kesamaan yakni sama-sama
menggambarkan kebesaran kerajaan Palembang. Pakaian ini awalnya hanya digunakan oleh
kalangan kerajaan dan bangsawan saja, akan tetapi tidak untuk di era saat ini yang dimana
pakaian tersebut sering kita jumpai di acara pernikahan.
Baju kurung merah yang bermotifkan detail bunga bintang keemasan yang disempurnakan
dengan tengkupan terate dada. Untuk bagian bawahnya dipadukan dengan kain songket
berkilau sehingga memberikan kesan mewah. Tidak hanya pada bagian baju yang dihiasi
dengan warna keemasan, mode mahkota paksangko pun diperkaya dengan aksesoris
keemasan menghiasi bagian kepala yang merupakan salah satu jejak pengaruh kuat akulturasi
budaya dari Tionghoa ratusan tahun silam di tanah Palembang.
Setelah dihiasi dengan mahkota Pesangko, kepala pengantin perempuan juga dihiasi dengan
kembang goyang, kembang kenango, kelapo standan, dan lain-lain. sedangkan untuk
pengantin pria itu menggunakan busana senada dengan seluar pengantin (celana pengantin),
kemudia selempang songket dan juga songkok (kopiah)yang berwarna emas.

Rumah Adat Sumatera Selatan

Rumah Limas adalah ruah adat dari Sumatera Selatan yang memiliki ciri khas berupa atap
yang berbentuk limas. Bangunan rumah ini bertingkat-tingkat yang setiap tingkatnya
memiliki filosofi budaya tersendiri. Masyarakat setempat menyebut tingkat-tingkat ini
sebagai bengkilas.
Ciri khas lain dari rumah adat Sumatera Selatan ini adalah rumah yang berbentuk panggung.
Hal ini disebabkan karena kondisi geografis lingkungan yang banyak di daerah perairan dan
untuk menghindari air masuk ke dalam rumah. Sebagian daerah di Palembang adalah rawa-
rawa juga sungai. Jika bertamu ke salah satu Rumah Limas di wilayah Sumatera Selatan ini,
tamu akan diterima di teras atau lantai dua saja.

Tari Gending Sriwijaya


Merupakan lagu daerah dan juga tarian yang cukup populer dari kota Palembang Sumatera
Selatan. Lagu Gending Sriwijaya ini dibawakan untuk mengiringi tari Gending Sriwijaya.
Baik lagu maupun tarian ini menggambarkan keluhuran budaya, kejayaan, dan keagungan
kemaharajaan Sriwijaya yang pernah berjaya mempersatukan wilayah Barat Nusantara Lirik
lagu ini juga menggambarkan kerinduan seseorang akan zaman di mana pada saat itu
Sriwijaya pernah menjadi pusat studi agama Buddha di dunia. Tari Gending Sriwijaya dari
Sumatera Selatan ini dibawakan untuk menyambut tamu-tamu agung.

Burdah atau Gendang Oku

Alat musik tradisional ini sejenis dengan alat musik gendang dengan ukuran besar dan dibuat
dari bahan kulit hewan dan kayu nangka. Mengapa alat musik ini disebut Oku karena
namanya yang berasal dari masyarakat setempat. Arti kata Oku berasal dari sebutan alat
musik masyarakat Ogan Komering Ulu yang disingkat menjadi OKU. Umumnya alat musik
Burdah ini dimainkan pada saat acara adat lokal dan berperan menjadi alat musik ritmis.
Ditambah daerah tersebut masih kental akan adat daerahnya, maka gendang Oku ini akan
sering dimainkan. Selain itu, burdah juga dimainkan sebagai pengiring gerakan pencak silat.
Untuk memainkan alat musik burdah adalah dengan cara ditepuk bagian kulit membrannya
dengan menggunakan telapak tangan.

Pakaian Adat Riau

Pada acara pernikahan pengantin pria maupun wanita menggunakan pakaian adat khusus.
Untuk pengantin pria sendiri menggunakan baju kurung cekak yang lengkap menggunakan
kopyah dan sarung.

Terdapat aksesoris yang digunakan seperti mahkota di kepala, sebai dengan warna kuning
pada bahu sebelah kiri, sepatu berbentuk runcing, canggai pada jari kelingking dan sebuah
keris yang diletakan pada pinggang sebelah kiri dengan bentuk burung serindit.
Balai Salaso Jatuh

Rumah adat Riau yang pertama, yaitu Balai Salaso Jatuh. Namanya memang cukup unik,
tetapi fungsi dari rumah ini sangat penting. Balai Salaso Jatuh tidak dijadikan sebagai tempat
tinggal, tetapi sebuah tempat untuk musyawarah atau rapat secara adat masyarakat Riau.
Bangunan in mempunyai bermacam-macam nama sesuai fungsinya, seperti Balairung Sari,
Balai Penobatan, Balai Kerapatan dan lain-lain.

Karakteristik dari balai ini adalah terdapat selaras yang mengelilingi seluruh bangunan.
Selain itu posisi lantainya pun lebih rendah ruang tengahnya. Ukiran dan corak-corak pada
bangunan ini biasanya berbentuk motif hewan dan tumbuhan. Setiap motifnya pun memiliki
namanya masing-masing.

Tarian Persembahan Riau

Fungsi tari Persembahan sendiri sebagai penyambutan kedatangan tamu atau tokoh penting.
Fungsi Tari ini sendiri mirip dengan tari Tanggai yang ada di provinsi Sumatera Selatan.
Yang membedakan tentu saja dari gerakan, alat musik tradisional yang mengiringi, pakaian
adat dan lain-lainnya. Dalam Tari Pasambahan Riau salah penari akan membawa mangkuk
atau dalam bahasa daerah disebut dengan Carano, didalamnya berisikan racikan sirih. Sirih
sebagai bentuk penghormatan kepada tamu yang datang. Dalam budaya klasik Melayu sendiri
sirih berfungsi sebagai perekat hubungan antara sesama manusia dalam bermasyarakat.

Alat Musik Gambus


Pakaian Adat Aceh

Pakaian adat yang dikenakan Suku Aceh terinspirasi dari desain baju adat Melayu. Pakaian
adat hanya dikenakan untuk acara-acara tertentu, misalnya upacara adat, pernikahan, dan
lain-lain.

Pakaian tradisional wanita Aceh adalah baju kurung berlengan panjang dengan bawahan
celana Cekak Musang. Baju kurung adalah pakaian tradisional yang sangat erat dengan
budaya Melayu. Bentuknya longgar dan tidak membentuk siluet bentuk tubuh wanita.

Pakaian adat ini sangat sesuai dengam syariat Islam yang dianut oleh masyarakat Aceh. Para
wanita Suku Aceh biasanya juga mengenakan kerudung untuk melengkapi penampilan
mereka.

Rumah Adat Aceh

Rumah tradisional Aceh bernama Krong Bade, rumah adat Aceh ini memiliki struktur rumah
panggung. Tinggi Krong Bade sekitar 2,5 hingga 3 meter dari permukaan tanah.

Bangunan ini sengaja dibuat tinggi untuk menghindari serangan hewan buas dan juga
bencana alam seperti banjir dan gempa bumi. Sebagian besar material yang digunakan untuk
membuat Krong Bade adalah kayu, mulai dari atap, lantai, dan beberapa ornamen lainnya.
Bagian atapnya terbuat dari daun enau yang dianyam.

Bagian kolong rumah difungsikan sebagai tempat untuk menyimpan persediaan makanan.
Bagian atas rumah digunakan untuk menerima tamu, tempat bermusyawarah, serta untuk
tempat beristirahat bagi pemilik rumah.
Tarian Tradisional Aceh
Tari tradisional asli dari Suku Aceh biasanya adalah perwujudan dari warisan adat
nenek moyang, cerita rakyat setempat, serta memuat unsur agama yang dianut.
Pada umumnya, tarian Aceh ditampilkan secara berkelompok.

Kelompok penari ini harus memiliki jenis kelamin yang sama. Berdasarkan agama
Islam yang dianut oleh mayoritas penduduk, dikhawatirkan penari berlawanan jenis
posisinya akan berdekatan, bahkan bersentu.

Tarian tradisional Aceh ada yang dilakukan dalam posisi berdiri serta duduk.
Beberapa tarian Aceh diiringi oleh musik, terutama alat musik perkusi dan juga
vokal. Bahkan ada pula tarian yang diiringi oleh suara para penari.

Beberapa tarian Aceh yang populer adalah Tari Seudati, Tari Likok Pulo, Tari
Laweut, Tari Pho, Tari Ratoh Diek, Tari Tarek Pukat, Tari Rabbani Wahed, Tari
Ranup Iam Puan, dan lain-lain.

Alat Musik Tradisional Aceh


Serune kale merupakan alat musik tiup yang berbentuk seperti seruling dan klarinet. Surya
Rahman dalam modul berjudul Teknik Instrumen Tiup (2019) menyebutkan nama serune
kale berasal dari serune yang berarti alat musik tradisional Aceh dan kale yang merujuk pada
daerah Kale di kabupaten Aceh Besar. Serune kalee dimainkan dalam berbagai upacara adat
dan perhelatan kebudayaan Aceh.
Rumah Kebaya DKI Jakarta

Ciri khas rumah ini adalah teras rumahnya luas, hanya dibatasi pagar pendek. Sementara itu
depan dan sekeliling rumah adalah halaman yang luas. Bentuk rumahnya sederhana dan
terbuat dari kayu dengan ukiran khas betawi

Pakaian Adat Tradisional Betawi

Pakaian adat tradisional Jakarta biasa disebut dengan nama Pakaian Adat Betawi yang
dipengaruhi dari berbagai corak masyarakat Jakarta yang sangat beragam diantaranya
dipengaruhi oleh budaya Arab, China, Melayu dan Budaya Barat.

Alat Musik Tradisional Tehyan

Digesek dengan alat khusus pada bagian senar/ dawainya seperti memainkan biola

Tarian Tradisional

Tari Yopong, adalah tari persembahan untuk menghormati tamu negara

Anda mungkin juga menyukai