Anda di halaman 1dari 10

“Bugis Sulawesi Selatan”

 Bahasa Tradisional

Bahasa bugis merupakan bahasa daerah yang paling banyak digunakan oleh masyarakat
Sulawesi Selatan. Selain karena faktor suku bugis merupakan suku terbesar di Sul-Sel, bahasa ini juga
merupakan salah satu bahasa yang berasal dari nenek moyang orang sulawesi. Bahasa bugis digunakan
oleh masyarakat Sul-Sel yang tinggal didaerah daerah berikut :

1. Wilayah bone hingga ke kabupaten pinrang


2. Wilayah pangkep
3. Wilayah sinjai
4. Wilayah sidrap
5. Wilayah barru
6. Wilayah maros
7. Wilayah wajo
8. Wilayah kub pare-pare
9. Wilayah soppeng hingga daerah enrekang

 Lagu Tradisional

Anging Mamiri adalah salah satu daerah provinsi sul-sel (khususnya bugis) yang cukup
terkenal. Lagu ini mengisahkan cinta seseorang yang bertepuk sebelah tangan. Namun bagi mereka
warga sul-sel yang sedang merantau diluar pulau sulawesi,lagu ini dapat memberikan kesan yang cukup
mendalam tentang kerinduan akan tanah kelahiran mereka.

 Teks lagu angin mamiri :


 Angin mamari kupasang : wahai angin yang bertiup semilir, aku menitip pesan
 Pitujui tongtongana : sampaikanlah hingga ke jendela rumahnya
 Tasarua tak kan lupa : pada dia yang sering melupakan
 Eaule na...mangu rangi : duhai ... hingga dia dapat teringat
 Tutenaa , tutenaa parisina : sidia yang tak memiliki simpati
 Bahimi angin mamari : datanglah wahai angin yang bertiup semilir
 Angin ngerang dingin-dingin : angin yang membawa rasa dingin
 Nama lunta sarikuku : yang menusuk hingga ke sum-sum tulang
 Eaule na .... mangu rangi : duhai agar dia teringat
 Mato lorang, matolorang jenemanto : bercucurlah air mata
 Tarian Tradisional

Sulawesi Selatan dihuni oleh beberapa suku bangsa yang terdiri dari suku Bugis,
Makassar, Mandar, Toraja, Duri, Pattinjo, Bone, Maiwa, Endekan, Pattae dan suku
Kajang/Konjo. Setiap suku adat yang tinggal di Sulawesi Selatan memiliki adat dan tradisi
sendiri. Diantara tradisi masyarakat Sulawesi Selatan adalah tari tradisional atau tari adat
Provinsi Sulawesi Selatan.

Tarian Sulawesi Selatan konon berjumlah 316 jenis tari adat yang terdiri dari 98 tarian
merupakan milik orang Bugis, 66 milik orang Makasar, 116 milik orang Mandar, dan 36 milik
orang Toraja. Namun pada kesempatan ini kita akan mengenal 10 tarian tradisional yang masih
ada dan dikenal oleh masyarakat Sulawesi Selatan.

1.) Tari Tradisional Sulawesi Selatan - Tari Kipas Pakarena

Gandrang Pakarena merupakan sebuah lagu daerah Sulawesi Selatan, namun


Pakarena yang satu ini merupakan salah satu tarian tradisional Provinsi Sulawesi Selatan.
Tari Pakarena atau dikenal pula dengan Tari Kipas Pakarena adalah salah satu tarian
tradisional yang berasal dari daerah Gowa, Sulawesi Selatan. Tarian ini dibawakan oleh para
penari wanita dengan berbusana adat dan menari dengan gerakannya yang khas serta
memainkan kipas sebagai atribut menarinya. Tari Kipas Pakarena ini sering ditampilkan di
berbagai acara yang bersifat adat maupun hiburan, bahkan Tari Kipas Pakarena ini juga
menjadi salah satu daya tarik wisata di Sulawesi Selatan, khususnya di daerah Gowa.
Dalam pertunjukan Tari Kipas Pakarena biasanya ditampilkan oleh 5-7 orang
penari wanita. Dengan berbusana adat dan diiringi musik pengiring yang dimainkan dari alat
musik tradisional Sulawesi Selatan yang sering disebut dengan gondrong rinci. Gondrong
rinci ini merupakan musik tradisional yang terdiri dari gendrang dan seruling. Musik
pengiring ini biasanya dimaikan oleh 4-7 orang pemain musik. Salah satu pemusik biasanya
memainkan seruling dan yang lainnya memainkan gendrang dengan cara yang berbeda-beda
sehingga menghasilkan suara yang padu.
Dalam tarian kipas pakarena ini walaupun penari menari dengan gerakan yang
lemah lembut, namun irama yang dimainkan musik pengiring bertempo cepat. Hal inilah
yang menjadi salah satu keunikan dari Tari Kipas Pakarena ini.
Kostum yang digunakan para penari biasanya merupakan busana adat khas
Gowa. Para penari biasanya menggunakan baju longgar, kain selampang, dan kain sarung
khas Sulawesi Selatan. Pada bagian kepala, rambut penari biasanya dikonde dan dihiasi
dengan tusuk berwarna emas serta bunga-bunga. Penari juga dilengkapi dengan berbagai
aksesoris seperti gelang, kalung dan anting yang khas. Selain itu tidak lupa penari juga
membawa kipas lipat yang digunakan untuk menari.

Para penari kipas pakarena menari dengan gerakan lemah gemulai sambil
memainkan kipas lipat di tangan mereka. Gerakan dalam tarian ini biasanya didominasi oleh
gerakan tangan memainkan kipas lipat dan tangan satunya yang bergerak lemah lembut.
Selain itu gerakan badan yang mengikuti gerakan tangan dan gerkan kaki yang melangkah.
Selain gerakan yang lemah gemulai ternyata para penari kipas pakarena dibatasi oleh suatu
aturan / pakem tertentu, salah satunya adalah para penari tidak diperkenankan untuk
membuka mata terlalu lebar dan mengangkat kaki terlalu tinggi. Hal ini dikarenakan aspek
kesopanan dan kesantunan sangat diutamakan dalam tarian ini. sehingga harus dilakukan
dengan sungguh-sungguh dan hati yang tulus.

2.) Tari Tradisional Sulawesi Selatan - Tari Pattennung

Tari Pattennung merupakan tari tradisional dari Sulawesi Selatan. Tari Patenung
menggambarkan wanita-wanita asal Sulawesi selatan yang sedang menenun. Tarian
Pattenung ini menggambarkan pula kesabaran dan ketekunan serta bagaimana gigihnya para
perempuan Toraja Sulawesi Selatan yang menenun benang menjadi kain.

Adapun penari pattennung menggunakan pakaian adat khas Sulawesi Selatan


yaitu berupa baju bodo panjang, lipaq sabbe (sarung), curak lakba, serta hiasan bangkara,
rante ma’bule, pontoyang digunakan dalam tari pattenun. Adapun properti yang digunakan
berupa sarung lempar.

Tarian Pattennung ini diiringi oleh iringan instrumen musik tradisional suling
dan gendang.

3.) Tari Tradisional Sulawesi Selatan - Tari Ma'Gellu

Tari Ma'gellu adalah tarian tradisional Sulawesi Selatan. Tarian Ma’gellu


awalnya dikembangkan di Distrik Pangalla’, sekitar 45 km ke arah Timur dari kota
Rantepao, Kabupaten Toraja Utara, Provinsi Sulawesi Selatan. Tarian ini biasanya
dipentaskan pada upacara adat khusus yang disebut Ma’Bua’, yang berkaitan dengan
upacara pentasbihan Rumah adat Toraja/Tongkonan, atau keluarga penghuni tersebut telah
melaksanakan upacara Rambu Solo’ yang sangat besar (Rapasaan Sapu Randanan). Seiring
perkembangannya, saat ini tarian Ma’gellu’ juga dipertunjukkan di upacara kegembiraan
seperti pesta perkawinan, syukuran panen, dan acara penerimaan tamu terhormat.

Tarian Ma'gellu dilakukan oleh remaja putri berjumlah ganjil diiringi irama
gendang yang ditabuh oleh remaja putra yang berjumlah empat orang.
Adapun busana serta aksesoris yang digunakan oleh para penari Ma'gellu adalah
khusus untuk penari dengan perhiasan yang terbuat dari emas dan perak seperti Keris
Emas/Sarapang Bulawan, Kandaure, Sa’pi’ Ulu’, Tali Tarrung, Bulu Bawan, Rara’,
Mastura,Manikkata, Oran-oran, Lola’ Pali’ Gaapong, Komba Boko’ dan lain-lainnya.

4.) Tari Tradisional Sulawesi Selatan - Tari Ma'randing

Tari Ma'randing adalah tarian tradisional Sulawesi Selatan yang dipentaskan pada
pemakaman besar (biasanya orang dengan kasta tinggi). Para penari menggunakan pakaian
perang tradisional dan senjata. Tari ini secara mendasar adalah sebuah tari partriotik atau
tari perang.

Kata ma'randing sendiri berasal dari kata randing yang berarti "mulia ketika
melewatkan". Tari ini menunjukkan kemampuan dalam memakai senjata tradisional
Sulawesi Selatan dan menunjukkan keteguhan hati serta kekuatan seseorang yang
meninggal selama hidupnya. Tarian Ma'randing dibawakan oleh beberapa orang yang setiap
orangnya membawa perisai besar, pedang dan sejumlah ornamen. Setiap objek
menyimbolkan beberapa makna. Perisai yang dibuat dari kulit kerbau (bulalang)
menyimbolkan kekayaan, karena hanya orang kaya yang memiliki kerbau sendiri. Pedang
(doke, la'bo' bulange, la'bo' pinai, la'bo' todolo) menunjukkan kesiapa untuk perang, yang
menyimbolkan keberanian.
Tari ini dilakukan dengan 4 prinsip gerakan, yaitu :

1. Komanda menginspeksi tiap orang dan senjatanya, menyimbolkan disiplin.


2. Senjata diulur dan perisai ditarik kebelakang, menyimbolkan kesigapan.
3. Salah satu kaki diangkat sementara itu yang lain di tanah, menyimbolkan keteguhan
hati.
4. Para menari mundur kebelakang, sementara itu satu penari bergerak ke kanan dan
yang lain ke kiri, menyimbolkan kesigapan.

Selama tarian, para penari berteriak untuk menyemangati satu sama lain selama
pertempuran. Penonton akan turut serta berteriak. Teriakan ini (peongli) terkadang
bervariasi diberbagai tempat. Makna yang terkandung dari tarian Ma'randing ini adalah
untuk menjaga desa dan melindungi para gadis muda dari penculikan desa tetangga.

5.) Tari Tradisional Sulawesi Selatan - Tari manimbong

Tarian Manimbong adalah tari tradisional Sulawesi Selatan yang hanya


ditampilkan secara khusus pada upacara adat Rambu Tuka’ oleh penari-penari pria. Seperti
halnya tarian Rambu Tuka’ lainnya, Manimbong juga diselenggarakan untuk
mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Para penarinya menggunakan pakaian adat khusus yaitu Baju Pokko’ dan Seppa
Tallu Buku yang berselempang kain antik. Mereka juga dilengkapi dengan parang kuno
(la’bo’ penai) dan sejenis temeng bundar kecil yang bermotif ukiran Toraja.

6.) Tari Tradisional Sulawesi Selatan - Tari Ma'badong

Ma' Badong merupakan salah satu tarian adat Tana Toraja, Sulawesi Selatan.
Tarian ma' badong diadakan pada upacara kematian (Rambu Solo') yang dilakukan secara
berkelompok, para peserta (pa'badong) membentuk lingkaran dan saling berpegangan
dengan mengaitkan jari kelingking.

Para pa' badong terdiri dari pria dan wanita setengah baya atau para orang tua
dengan pemimpin badong yang biasa disebut sebagai Indo' Badong (perempuan) atau Ambe'
Badong (Laki-laki). pemimpin badong akan melantunkan syair (Kadong Badong) atau
semacam riwayat hidup dari orang yang meninggal mulai dari lahir sampai ia wafat dengan
memberikan kalimat-kalimat syair dan modus nada untuk dinyanyikan oleh semua
kelompok penari sambil berbalas-balasan. gerakannyapun memiliki ritme tersendiri
mengikuti syair dari badong yang dilantunkan.

Dalam Tarian badong beberapa hal yang menjadi keharusan sebagai tata baku
badong adalah; Penari badong paling sedikit berjumlah lima orang, Syair lagu badong
adalah syair yang sudah terstruktur sesuai dengan keempat fungsi ditambahkan dengan
riwayat hidup dari orang yang meninggal
Badong dilaksanakan pada upacara pemakaman di lapangan atau tempat terbuka
yang dikelilingi oleh lantang (Pondok) yang digunakan pada saat upacara kematian
berlangsung.
aaaaaaaaMa' bodong biasanya dilakukan pada upacara kematian yang dilaksanakan secara
besar-besaran. para peserta badong telah ditentukan untuk melaksanakan tarian badong
selama kegiatan berlangsung utamanya ketika menyambut tamu yang datang. Tarian
Ma'badong kadang menelan waktu berjam-jam, bahkan berlangsung sampai tiga hari tiga
malam sambung menyambung di pelataran duka.

Badong hanya dilakukan di upacara kematian dan bersifat sakral, bukan untuk
permainan sehingga tidak akan dilakukan di upacara yang lain.

Rangkaian gerakan badong berupa gerakan kepala, pundak, tangan, dan kaki, serta
perputarannya tidak mengalami perubahan dan variasi, tetapi berupa tata cara yang masih
sama dengan yang diwariskan turun-temurun.

Masyarakat Tana Toraja Percaya bahwa ma'badong akan menuntun arwah orang
yang meninggal menuju alam peristirahatan yang terakhir yaitu alam Puya.

7.) Tari Tradisional Sulawesi Selatan - Tari Pa'Pangngan

Tarian Pa'pangngan merupakan tarian tradisional Sulawesi Selatan yang


dilakukan oleh gadis-gadis cantik memakai baju hitam atau gelap dan menggunakan
ornamen khas Toraja seperti kandaure. Pangngan Ma adalah menari saat menerima tamu-
tamu terhormat yang menyambut dengan kata-kata Tanda mo Pangngan mali'ki, yaitu :

 Kisorong sorong mati '


 Solonna pengkaboro'ki '
 Rande pela'i toda
 Mala'bi tanda Kiala '
 Ki po Rannu matoto '

Kata panggan sendiri berarti sirih dimana kata-kata dan penawaran sirih
menunjukkan nilai ditempatkan pada kunjungan dan menegaskan bahwa para tamu telah
diterima dan sekarang dianggap sebagai bagian dari masyarakat Toraja. Penawaran ini
secara simbolis diungkapkan oleh masing-masing penari memegang sirih (pangngan) yang,
dalam perjalanan tarian, ditempatkan dalam kantong di depan mereka. Kantong tersebut
dikenakan oleh wanita lansia kebanyakan di desa-desa dan mengandung bahan untuk sirih
mengunyah sirih pinang campuran.

8.) Tari Tradisional Sulawesi Selatan - Tari Gandrang Bulo

Tari Gandrang Bulo merupakan tarian dari Sulawesi Selatan yang merupakan
salah satu simbol bagi masyarakat Makassar. Tari ini biasanya dilaksanakan ketika ada pesta
rakyat. Kata Gandrang bulo berasal dari dua kata, yaitu “gandrang” yang berarti tabuhan
atau pukulan dan “bulo” yang berarti bambu. Tarian ini merupakan simbol keceriaan
lantaran didalamnya diselipkan berbagai humor yang membuat para penontonnya tertawa,
oleh karena itulah maka para penari yang membawakan tarian ini harus terlihat bahagia.
Pada awalnya Ganrang Bulo sebenarnya sekadar tarian yang diiringi oleh
gendang. Seiring waktu, tarian ini diiringi pula lagu-lagu jenaka, dialog-dialog humor
namun sarat kritik dan ditambah gerak tubuh yang mengundang tawa. Kadangpula
diselipkan Tari Se’ru atau Tari Pepe pepeka ri makka yang acap kali tampil sendiri di
berbagai panggung pertunjukan, namun begitu oleh masyarakat sekitar tetap saja ia dikenal
sebagai bagian pertunjukan Ganrang Bulo.
Tarian Gandrang Bulo ini selalu mengikuti perkembangan zaman. Sekitar 1942,
misalnya, ketika perang melawan penjajah berkobar, kaum seniman pun tak mau kalah.
Mereka membangun basis-basis perlawanan dari atas panggung. Ganrang Bulo pun disulap
bukan sekadar tari-tarian, melainkan tempat pembangkit semangat perjuangan dengan
mengejek dan menertawakan penjajah dan antek-anteknya. Gadrang Bulo, ketika itu, lantas
menjadi kesenian rakyat yang amat populer. Baru sekitar akhir 1960-an, Gandrang Bulo
mengalami kreasi ulang. Mulai saat itu Ganrang Bulo dikenal dalam pentas-pentas tarian
dalam acara-acara seremonial. Ganrang Bulo macam inilah yang belakangan ini kerap
tampil di acara-acara resmi pemerintah maupun partai-partai politik. Namun begitu,
walaupun mengalami berbagai perubahan, Ganrang Bulo tak pernah kehilangan tempat.
Grup-grupnya tersebar di berbagai tempat seperti Gowa, Makassar, Maros, dan Takalar.
Gandrang Bulo menjadi tempat bebas seniman kampung mengekspresikan problem mereka
sehari-hari.
9.) Tari Tradisional Sulawesi Selatan - Tari Bosara

Tari Bosara adalah tarian tradisional Makasar Sulawesi Selatan. Tari Bosara
ditampilkan dalam rangka menyambut tamu kehormatan. Pada zaman dahulu, Tari Bosara
ditampilkan pada acara penting untuk menjamu raja-raja dengan suguhan kue-kue
tradisional sebanyak 2 kasera. Selain untuk menyambut tamu raja, tarian Bosara juga
ditampilkan pada berbagai pesta seperti pesta perkawinan.
Para penari tarian Bosara menggunakan pakaian adat makassar yang khas tarian
Bosara dengan membawa piring khas Sulawesi Selatan yang disebut Bosara.
Kata bosara sendiri menunjukan pada satu kesatuan utuh yang terbagi dalam
piring, yang di atasnya di beri alas kain rajutan dari wol, lalu ditempatkan piring di atasnya
juga sebagai tempat kue dan tutup bosara. Adapun kue-kue yang umumnya disajikan dengan
memakai bosara merupakan kue-kue tradisional, baik kue basah atau kue kering. Kue basah
semisal cucur, bolu peca’, brongko, biji nangka, kue lapis, kue sala’ dan lain-lain, yang
biasanya terbuat dari tepung beras.

10.) Tari Tradisional Sulawesi Selatan – Pajoge


Pajoge adalah sejenis tarian yang berasal dari Sulawesi Selatan, baik Bugis maupun
Makassar. Tari Pajoge biasanya ditampilkan dalam istana atau kediaman kalangan ningrat
oleh gadis yang berasal dari kalangan rakyat biasa. Pada mulanya tarian ini hanya merupakan
hiburan bagi kaum lelaki. Para penonton, biasanya dari kalangan ningrat, duduk dalam
lingkaran. Para penari menari melingkar. Setiap penari menari seorang diri sambil menyanyi
dan mencari pasangannya di antara penonton. Lalu dia akan memberi daun sirih kepada
lelaki yang sudah dipilihnya. Lelaki tersebut akan menari dengan sang gadis.
Demikian Pajoge berfungsi sebagai tarian hiburan, juga merupakan alat
penghubung antara raja dan rakyat, untuk mendekatkan hubungan agar rakyat tetap cinta
kepada rajanya dan sebaliknya.

 Alat musik tradisional

Alosu merupakan salah satu alat musik khas masyarakat sulawei selatan. Alat musik ini sangat
sederhana sekali bentuknya, karena aluso hanya berupa kotak anyaman yang didalamnya diisi biji-
bijian. Biji-bijian tersebut itulah yang mengeluarkan bunyi yang khas saat alat musik ini digoyang
goyangkan.
 Pakaian tradisional

Baju bodo adalah baju ada khas provisi sulawesi selatan (khususnya makassar bugis) yang
dikenakan oleh perempuan sulawesi selatan. Kata bodo diambil dari bahasa makassar yang berarti
pendek .

Warna-warna baju bodo dan tingkatan usia pemakainya :

1) Warna jingga
Dipakai oleh anak berusia 10 tahun. Baju bodo untuk anak usia ini disebut dengan istilah
Waju-Pella ( Kupu-Kupu ), berwarna kuning ( Maridi ).
2) Warna jingga dan merah muda
Dipakai oleh anak berusia 10-14 tahun. Dalam bahasa bugis warna merah muda disebut
dakko yang diambil dari kata kata Bakkaa berarti setengah matang.
3) Warna merah darah
Dipakai oleh perempuan usia 17-25 tahun. yang sudah menikah dan memiliki anak. Warna ini
dipilih karena mengandung arti bahwa perempuan tadi sudah mengeluarkan darah dari
rahimnya yang berwarna merah.
4) Warna hitam
Dipakai oleh perempuan berusia 25-40 tahun. warna ini dianggap sebagai pelambang yang
menggambarkan usia matang dan kedewasaan seorang perempuan.
5) Warna putih
Digunakan oleh para pengasuh raja ( inang ) / para dukun / biksu
6) Warna hijau
Peruntukan untuk putri para raja , bangsawan, serta keturunanya ( maddra tekku )
7) Warna ungu
Dipakai oleh mereka perempuan-perempuan yang statusnya sebagai janda, warna ungu
sendiri dalam bahasa bugis disebut kemummu yang artinya lebamnya bagian tubuh yang
terkena pukulan / benturan keras.

 Sejarah tradisional

Badik / Badek adalah sanjak khas tradisional masyarakat sulawesi selatan. Badik / Badek
merupakan senjak sejenis pisau dengan salah satu / kedua sisinya sangat tajam.

Fungsi utama Badik adalah untuk melindungi diri / membela diri dari orang lain / makhluk
lain yang akan membahayakan dirinya serta manjaga harga diri.
Macam-macam Badik :

1.) Badik raja ( gencang raja, tontoak )


Berasal dari daerah kejuara kab. Bone
2.) Badik lagecong
Dikenal sebagai badik perang karena badik khas bugis inilah yang selalu digunakan oleh rakyat
sulawesi selatan dahulu saat berperang.
3.) Badik luwu
Berasal dari kabupaten luwu sehinga diamanahkanlah badik luwu.
4.) Badik lompo battang
Berasal dari makassar. Badik ini sering disebut dengan sijantung pisang karena bentuknya
seperti jantung pisang.

 Rumah tradisional

Karampuang adalah bangunan rumah purba yang menjadi salah satu bangunan bersejaran di
provinsi sulawesi selatan.

Keunikan rumah karampuang terletak pada :

1) Tiang rumah karampuang terbuat dari kayu bitti yang terlihat antara pasak dan tiang tidak
dipaku.
2) Lantai rumah terbuat dari bambu yang hanya diikat pada bagian pasak rumah dengan
menggunakan rotan.
3) Tangga rumah berada di bagian tengah rumah / kolong rumah sehingga pintu rumah dibuka dari
bawah.
4) bag ian dapur berada di bagian depan setelah pintu dibuka.

 Makanan

Barungku adalah makanan tradisional masyarakat sulawesi selatan khususnya daerah bugis dan
makassar. Biasanya, barungku dihidangkan sebagai makanan penutup dalam sebuah acara / penjamuan.
Barungku terbuat dari bahan dasar tepung beras dan pisang raja / pisang kepok, jika sulit mendapatkan
pisang raja / kepok kalian dapat menggantinya dengan pisang tanduk.

Anda mungkin juga menyukai