TRAUMA KIMIA
Pembimbing :
dr. Agustinus Sitepu, M.Ked(For), Sp.F
Disusun oleh :
Aulia Nanda Haritsyah Pane 150100062
Johannes Tanaka 150100109
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan sari
pustaka yang berjudul “Trauma Kimia”.
Dalam penyusunan sari pustaka ini, penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses penulisan, diantaranya :
Penulis menyadari bahwa penulisan sari pustaka ini masih belum sempurna,
baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan sari pustaka ini pada kemudian hari.
Penulis
iiii
DAFTAR ISI
Halaman
iiiv
BAB I
PENDAHULUAN
Trauma kimia adalah luka bakar yang disebabkan oleh zat kimia korosif
(chemical burns) seperti asam sulfat, asam nitrat, natrium hidroksida, kalium
hidroksida, dan lain-lain.1 Trauma kimia akibat zat korosif asam dan basa
konsentrasi kuat biasanya masuk ke tubuh dengan berbagai cara, antara lain melalui
oral, inhalasi, parenteral dan perkutan. Trauma kimia dapat terjadi karena
kesengajaan, misalnya pembunuhan ataupun ketidaksengajaan misalnya kelalaian
kerja, kecelakaan, atau anak-anak yang menelan zat-zat korosif secara tidak sengaja
di rumah.2 Asam dan basa yang bersifat kaustik ini dapat menyebabkan kerusakan
signifikan pada saat kontak dengan jaringan. Zat kimia korosif ini dapat mengiritasi
tubuh secara lokal maupun sistemik. Efek zat kimia korosif yang mengiritasi
jaringan tubuh menyebabkan peradangan lokal dan kerusakan jaringan. Efek zat
kimia korosif pada sirkulasi tubuh menyebabkan reaksi sistemik antara lain
paralisis saluran respirasi, kerusakan fungsi detoksifikasi hati, gagal ginjal akut, dan
reaksi peradangan pada saluran gastrointestinal.3
1
korosif tersebut. Tingkat keparahan luka bakar tersebut ditentukan oleh sifat korosif
dari bahan kimia, jumlah dan konsentrasi zat kimia, serta lamanya kontak dengan
bahan kimia.5
1.2 TUJUAN
2
3. Untuk memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Program Pendidikan
Profesi Dokter di Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
1.3 MANFAAT
Sari pustaka ini diharapakan dapat memberikan manfaat kepada penulis dan
pembaca terutama yang terlibat dalam bidang medis dan juga memberikan
wawasan kepada masyarakat umum agar lebih mengetahui dan memahami tentang
trauma kimia.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Etiologi
I. Trauma Mekanik
1. Kekerasan Tumpul
a. Luka memar (bruise, contusion)
b. Luka lecet (abrasion)
c. Luka robek (laceration)
d. Patah tulang (fracture) dan pergeseran sendi (dislocation)
4
2. Kekerasan Tajam
a. Luka sayat (incised wound)
b. Luka tusuk atau tikam (punctured wound)
c. Luka bacok (chop wound)
3. Luka Tembak (firearm wound)
II. Luka Termis
1. Temperatur Panas
a. Terpapar suhu panas (heat stroke, heat exhaustion, heat cramps)
b. Benda panas (luka bakar dan scald)
2. Temperatur Dingin
a. Terpapar dingin (hipotermia)
b. Efek lokal (frost bite)
III. Luka Kimiawi
1. Zat korosif
2. Zat Iritasi
IV. Luka listrik, radiasi, ledakan, dan petir
B. Derajat Kualifikasi Luka
1. Luka ringan
2. Luka sedang
3. Luka berat
C. Medikolegal
1. Perbuatan sendiri (bunuh diri)
2. Perbuatan orang lain (pembunuhan)
3. Kecelakaan
4. Luka tangkis
5. Dibuat (fabricated)
5
D. Waktu Kematian
1. Ante-mortem
2. Post-mortem
2.4 Epidemiologi
Zat kimia umumnya digunakan sebagai produk industri. Terdapat lebih dari 5
juta senyawa kimia yang terkenal dan 300 diantaranya dilaporkan oleh National
Fire Protection Association sebagai bahan kimia dengan tingkat bahaya kesehatan
yang sangat tinggi. Saat ini lebih dari 65.000 jenis bahan kimia tersedia di pasaran
dan sekitar 6.000 jenis bahan kimia baru ditambahkan setiap tahunnya.10
6
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia, proporsi penyebab
cedera, proporsi tempat cedera, prevalensi cedera menurut karakteristik, proporsi
bagian tubuh yang terkena, prevalensi cedera penduduk semua umur menurut
provinsi di Indonesia adalah sebagai berikut :11,12
7
Gambar 2.3 Proporsi Cedera menurut Karakteristik Pekerjaan
berdasarkan Riskesdas 2018.12
8
Berdasarkan Gambar 2.5 ditunjukkan bahwa cedera lebih sering terjadi pada
laki-laki dibandingkan perempuan dan cedera lebih sering terjadi pada masyarakat
di perkotaan dibandingkan perdesaan.12
Berdasarkan Gambar 2.6 ditunjukkan bahwa urutan proporsi bagian tubuh yang
terkena cedera adalah anggota gerak bawah (67,9%), anggota gerak atas (32,7%),
dan kepala (11,9%).12
9
Berdasarkan Gambar 2.7 ditunjukkan bahwa proporsi cedera yang
mengakibatkan kegiatan sehari-hari terganggu di Indonesia meningkat dari tahun
2007 (7,5%), 2013 (8,2%), dan 2018 (9,2%) dengan provinsi Sulawesi Tenggara
berada pada urutan tertinggi (13,8%), dimana Sumatera Utara berada pada urutan
ke-12.12
Asam Bahan
Asam Sulfat Pembersih mangkuk, pembersih saluran, pembersih logam,
(Belerang) pembuatan pupuk, cairan aki mobil, amunisi
Pembuatan ukiran, pemurnian logam, pelapisan logam, pembuatan
Asam Nitrat
pupuk
Penghilang karat, pembersih ban, pembersih ubin, etsa kaca,
Asam Hidrofluorat penyamakan kulit, pembuatan pendingin, pembuatan pupuk,
pemurnian minyak bumi
Pembersih mangkuk, pembersih toilet, pembersih logam, pewarna,
Asam Hidroklorat
pemurnian logam, pembersih kolam renang
Asam Fosfat Pembersih logam, anti karat, desinfektan, deterjen, pembuatan pupuk
Asam Asetat Manufaktur percetakan, pewarnaan, rayon, desinfektan, penetralisir
(Cuka) gelombang rambut, cuka
Asam Format Lem pesawat terbang, penyamakan kulit, pembuatan selulosa
Asam Kloroasetat Laboratorium dan pabrik kimia
Asam Karbolik
Pembuatan resin, plastik, obat-obatan, dan desinfektan
(Fenol)
10
Tabel 2.2 Zat Kimia Basa Penyebab Kaustik dan Korosif.3
Basa Bahan
Natrium Hidroksida
Pembersih saluran, pembersih oven, pembersih gigi palsu
(Soda Api)
Kalsium Hidroksida
(Jeruk Kapur)
Mortar, plester, semen
Kalsium Oksida
(Kapur Api)
Natrium Hipoklorit
Larutan pemutih dan klorinasi kolam
Kalsium Hipoklorit
Amonia Pembersih, deterjen, pupuk, sterilisasi industri
Fosfat
Silikat Deterjen
Natrium Karbonat
Lithium Hidrat Aplikasi teknologi luar angkasa
Oksidan Bahan
Klorit Pemutih
Peroksida Pewarna rambut
Bahan kimia industri, kain anti bocor, penghambat korosi,
Kromat
pencetakan
Manganat Desinfektan, agen sanitasi
Vesicants Bahan
Sulfur Mustard
Nitrogen Mustard
Agen blister atau perang kimia
Arsenik
Phosgene Oxime
11
Tabel 2.6 Agen Penyebab Trauma Kimia.14
12
Meskipun mekanisme dan tingkat keparahan cedera dapat bervariasi,
konsekuensi dan kerusakan jaringan parut permanen juga dimiliki oleh semua agen
ini. Baterai tombol (button batteries) adalah baterai kecil berbentuk disc yang
digunakan pada jam tangan, kalkulator, dan kamera. Baterai tombol ini
mengandung garam logam kaustik seperti merkuri klorida yang juga dapat
menyebabkan luka korosif.15
Tidak terdapat dosis toksik spesifik karena konsentrasi larutan korosif dan
potensi efek kaustik sangat bervariasi. pH atau konsentrasi larutan dapat
mengindikasi potensi cedera serius. pH yang lebih rendah dari 2 atau lebih tinggi
dari 12 meningkatkan risiko luka. Untuk basa, konsentrasi basa adalah prediktor
yang lebih baik untuk efek korosif daripada pH. Cedera juga terkait dengan jumlah
yang tertelan dan durasi paparan.15
Luka bakar akibat trauma kima terjadi ketika ada dua entitas, dimana satu
bertindak sebagai donor dan lainnya sebagai akseptor disertai timbulnya interaksi.
13
Kekuatan agresor memengaruhi kelemahan target biokimianya sampai benar-benar
mengkonsumsinya, dan kemudian agresor terus menyerang spesies yang tingkat
energinya lebih tinggi hingga menghabiskan konsenterasinya sendiri.14
Agen kimia dapat memiliki efek korosif pada jaringan dengan merusak
membran sitoplasma melaui cara mendenaturasi atau mengkoagulasi protein atau
dengan chelating trace elements yang penting untuk fungsi seluler.14
14
Khelasi dan solvasi menyebabkan hilangnya entitas aktif, misalnya ion F- dari
asam hidrofluorat mengkelat ion kalsium dan magnesium sehingga mengubah
keseimbangan fisiologis dengan mengganggu metabolisme biokimia hingga
kematian sel dan timbul nekrosis jaringan.14
Tingkat dan keparahan trauma kimia pada saluran pencernaan tergantung pada
interaksi dari tiga faktor : sifat korosif dari bahan yang dicerna, jumlah dan
konsentrasi zat yang dicerna, dan lamanya kontak. Ketika agen korosif bersentuhan
dengan tubuh, terjadilah reaksi inflamasi yang kuat dalam 4-7 hari pertama. Jika
pasien bertahan periode ini, tahap granulasi akan mengikuti, dimana fibroplasia dan
pembentukan kolagen dimulai.5
Selama minggu kedua dan ketiga, ketika jaringan lemah, ada kemungkinan
perforasi. Pada minggu ketiga, cicatrisation stage dimulai dan pembentukan
jaringan parut yang berlebihan akan menyebabkan penyempitan. Mekanisme aksi
ini ditandai oleh : (i) ekstraksi air dari jaringan, (ii) pembentukan protein seluler,
dan (iii) konversi hemoglobin menjadi haematin.5
Luka bakar akibat trauma kimia dapat dijumpai pada kulit, mata, bibir, mulut,
kerongkongan, septum nasi, glotis, dan paru-paru. Akibat resorpsi, bahan kimia
beracun tersebut dapat menimbulkan kerusakan darah, sumsum tulang, hati, ginjal,
saraf, otak, dan organ-organ lainnya. Lokasi luka bakar kimiawi yang paling umum
pada kulit adalah tangan, wajah dan leher. Gejala utamanya adalah terbakar dan
15
perih. Secara morfologis, luka bakar kimiawi ditandai oleh ruam eritema, lepuh
(blister), erosi, ulkus/borok (ulcer), dan nekrosis dengan eritema di sekitarnya.
Biasanya gejalanya muncul segera tetapi beberapa bahan kimia tertentu dapat
muncul beberapa jam atau hari setelah paparan, misalnya fenol dan asam
hidrofluorat lemah.14
Asam kuat membekukan protein kulit dan penetrasi lebih dalam berkurang oleh
penghalang yang terbentuk. Pada prinsipnya, semua asam kuat memberikan gejala
dan gambaran utama yang sama, yaitu eritema, lepuh, dan nekrosis. Beberapa asam
dapat mengubah warna kulit, misalnya asam nitrat yang menimbulkan warna
kuning. Asam sulfat dapat mendehidrasi kulit dengan menciptakan panas
berlebihan pada jaringan sehingga timbul nekrosis koagulasi yang membentuk
eskar melalui pembentukan trombus dalam mikrovaskulatur lesi. Reaksi asam
hidrofluorat di kulit berbeda dari asam kuat lainnya, dimana asam ini dapat
menyebabkan nekrosis likuifaksi dan penetrasi yang berlanjut selama berhari-hari,
misalnya tukang batu yang menggunakan asam hidrofluorat lemah dengan
konsentrasi 10-30% untuk membilas dinding batu bata, asam ini mungkin
menembus ke dalam alas kuku mereka dan menyebabkan rasa sakit yang hebat
setelah beberapa jam. Rasa sakit yang kuat disebabkan oleh kapasitas ion F- untuk
mengikat kalsium dalam jaringan sehingga mempengaruhi sistem saraf. Asam
hidroflorat juga dapat menembus tulang dan menyebabkan dekalsifikasi.14
16
Senyawa fenolik seperti fenol, kresol, klorokresol, dan resin fenolik dapat
menembus kulit dengan mudah sehingga menimbulkan kerusakan saraf perifer dan
menjadi tidak sensitif. Setelah terpapar senyawa fenolik, pembuluh darah lokal
menjadi menyempit sehingga dapat berkembang menjadi nekrosis. Syok dan
kerusakan ginjal dapat terjadi akibat penyerapan senyawa fenolik.14
Sulfur mustard adalah senyawa yang digunakan untuk perang kimia. Agen ini
akan dibuang di laut sehingga nelayan akan terluka ketika wadah bocor dan masuk
ke jaring mereka. Bahan kimia tersebut adalah cairan kental dibawah dan gas di
atas dengan suhu 14oC. Pada kulit, cairan ini dapat menyebabkan pelepuhan dan
nekrosis 10-12 jam setelah paparan kulit. Gas menyerang terutama pada mata dan
organ pernapasan. Kadang-kadang kulit juga dapat kontak langsung dengan gas
yang akan menimbulkan gejala klinis 3-6 jam setelah paparan, yaitu kemerahan
awal diikuti dengan pelepuhan dan bisul. Gas air mata dapat menyebabkan
dermatitis bulosa.14
Gas etilen oksida yang digunakan untuk mensterilkan instrumen bedah, tekstil,
dan bahan plastik akan tetap ada pada benda-benda ini selama beberapa hari jika
tidak ada ventilasi yang cukup. Gejala yang timbul akibat paparan gas ini adalah
eritema, edema, dan bula besar, oleh karena itu dapat salah diagnosis sebagai
penyakit kulit lainnya, misalnya impetigo bulosa.14
b. Paparan pada mata atau kulit terhadap zat korosif biasanya menyebabkan nyeri
dan kemerahan segera, diikuti oleh lepuh. Konjungtivitis dan lakrimasi sering
terjadi. Luka bakar yang menebal dan kebutaan dapat terjadi.15
17
Gambar 2.8 Luka Bakar Kimia Derajat 2 pada Kaki Kanan.16
c. Menelan zat korosif dapat menyebabkan nyeri mulut, disfagia, mengalirnya air
liur (drooling), dan nyeri di tenggorokan, dada, atau perut. Perforasi esofagus atau
lambung dapat terjadi, disertai dengan nyeri dada atau perut yang parah, tanda-
tanda iritasi peritoneum, atau pankreatitis. Udara bebas dapat terlihat di
mediastinum atau perut pada radiografi. Hematemesis dan syok dapat terjadi.
Asidosis sistemik dapat terjadi telah setelah konsumsi asam dan sebagian mungkin
disebabkan oleh penyerapan ion hidrogen. Bekas luka pada esofagus atau lambung
dapat menyebabkan pembentukan striktur permanen dan disfagia kronis.15
18
2.9 Diagnosis
Diagnosis didasarkan pada anamnesis adanya paparan agen korosif yang
karakteristiknya dapat dijumpai pada kulit, mata, atau iritasi mukosa atau
kemerahan dan adanya luka pada saluran pencernaan. Korban dengan luka pada
mulut dan orofaring biasanya mengeluarkan air liur atau nyeri saat menelan.15
2.9.1 Endoskopi
Karena ketersediaan endoskopi yang mudah dan hasil yang lebih baik, lebih
disukai untuk pemeriksaan radiologis selama tahap akut konsumsi asam dan basa.
Lebih baik dilakukan 12-24 jam setelah konsumsi dan digunakan untuk
mendokumentasikan lokasi cedera dan tingkat keparahannya. Telah dilaporkan
bahwa epitel skuamosa esofagus relatif tahan terhadap luka bakar asam, sedangkan
epitel kolumnar lambung sangat rentan. Itu sebabnya perforasi lambung jauh lebih
sering daripada perforasi esofagus. Duodenum bahkan lebih rentan, tetapi biasanya
dilindungi oleh kejang pilorik. Pada luka bakar akali, epitel skuamosa esofagus
paling parah terkena dampaknya.5 Luka pada esofagus atau lambung jarang terjadi
setelah tertelan jika pasien sama sekali tidak mengeluhkan gejala, tetapi pada
beberapa pasien dapat timbul luka pada mulut dan disfagia yang jelas.15
2.9.2 Radiologi
Mengingat tingginya tingkat perforasi, agen kontras larut air disarankan untuk
evaluasi. Efek dari konsumsi asam pada lambung telah dijelaskan dalam tiga tahap.
Pada tahap akut (1-10 hari), mungkin ada udara di dinding lambung, yang
merupakan tanda yang tidak menyenangkan dari perforasi yang akan datang. Pada
tahap subakut (11-16 hari) terlihat atonia, dilatasi, dan kekauan antrum dan pilorus.
Pada tahap kronis, terjadi stenosis dan kontraksi antrum dan pilorus. Sinar X dada
dan perut serta uji laboratorium rutin harus diperoleh untuk evaluasi aspirasi,
perforasi, dan disfungsi organ.5
19
2.10 Tingkat Keparahan Luka Bakar
Gambar 2.10 (a) Rule of Nine Diagram. (b) Lund Browder Diagram.17
20
2.10.2 Berdasarkan Dalam Luka Bakar
● Tingkat I (Eritema) : Terjadi disebabkan kontak yang singkat dengan benda panas.
Eritema ini disebabkan dilatasi pembuluh darah dan terjadi sedikit eksudasi, dengan
vesikula berwarna putih karena berasal dari epidermis. Luka ini tidak menimbulkan
jaringan parut setelah sembuh, dan bila kasus bersangkutan meninggal maka
eritema ini dapat menghilang. Luka bakar tingkat I ini dapat menimbulkan rasa sakit
yang hebat.1
● Tingkat III (Kerusakan jaringan kulit yang superfisial) : Dalam hal ini, cutis dan
sebagian cutis vera mengalami destruksi, tetapi folikel rambut dan kelenjar keringat
tidak mengalami destruksi. Epitel-epitel baru akan terbentuk dari permukaan yang
rusak dan dapat terbentuk jaringan parut yang tipis dan elastis. Semua elemen kulit
bisa didapati pada jaringan parut ini. Di sini tidak terjadi kontraktur atau kelainan
bentuk. Ujung saraf sensoris tidak ikut terbakar tetapi rangsangan panasnya dapat
menimbulkan rasa sakit yang hebat.1
● Tingkat IV (kerusakan seluruh lapisan kulit) : Di sini seluruh lapisan kulit terbakar,
juga folikel rambut dan kelenjar keringat. Pada penyembuhan terjadi jaringan parut
yang tidak mengandung elemen kulit. Bisa terjadi kelainan bentuk dan kelainan
fungsi akibat terjadi kontraktur. Luka tingkat IV ini tidak menimbulkan sakit seperti
luka bakar tingkat I, II dan III, karena ujung-ujung saraf sensoris juga mengalami
kerusakan.1
21
● Tingkat V (kerusakan sampai ke jaringan otot) dan Tingkat VI (terbakar hangus) :
Di sini kita jumpai kerusakan kulit, sub-cutis, otot-otot, tulang, dan saraf. Bila saraf
turut terbakar maka perasaan sakit turut hilang. Infeksi di daerah tersebut cepat
terjadi, penyembuhan luka memerlukan waktu yang lama. Keadaan ini sering
diikuti dengan syok yang biasanya timbul dalam waktu 24-72 jam. Itu sebabnya
prognosis agak sukar ditentukan sebelum 72 jam, sebab syok ini dapat
mengakibatkan kematian.1
Pada masa kini, klasifikasi luka bakar lebih disederhanakan menjadi luka bakar
dangkal (superficial) dan luka bakar dalam (deep).1 Pada luka bakar dangkal, tidak
dijumpai cedera atau cedera minimal yang biasanya dapat sembuh 3 minggu tanpa
gejala sisa. Luka bakar dangkal ini termasuk dalam luka bakar derajat 1 (first degree)
dan derajat 2 superfisial (superficial second degree). Sedangkan pada luka bakar
dalam dijumpai sebagian atau seluruh kulit atau cedera yang biasanya dapat sembuh
lebih dari 3 minggu dan membutuhkan tindakan operasi. Luka bakar dalam ini
termasuk dalam luka bakar derajat 2 dalam (deep second degree), derajat 3 (third
degree), dan derajat 4 (fourth degree). Derajat luka bakar berdasarkan dalamnya
dibagi atas empat, yaitu :17
● Third Degree : Semua lapisan dermis terlibat. Kulitnya keras, gelap, kering, tidak
22
nyeri, trombosis di pembuluh darah, dijumpai luka bakar eschar yang khas.
● Fourth Degree : Semua lapisan kulit, jaringan lemak subkutan, dan jaringan yang
lebih dalam (otot, tendon) terlibat, dan dijumpai carbonized appearance.
Luka bakar dapat dijumpai pada mata, telinga, wajah, tangan, kaki, dan genitalia
adalah luka bakar khusus (special area burns) dan harus dirawat di unit luka bakar
yang berpengalaman.17
Keparahan luka bakar seharusnya dilihat dari berbagai aspek. Paling tidak ada
3 unsur penting, yaitu luas, derajat luka, dan lokasi luka. Penilaian dapat
dicontohkan sebagai berikut :1,17
- Dewasa atau Anak : Luka bakar derajat III < 2% luas permukaan tubuh
- Dewasa atau Anak : Luka bakar derajat III 2-10% luas permukaan tubuh
- Dewasa atau Anak : Luka bakar derajat III > 10% luas permukaan tubuh
23
- Luka bakar akibat listrik (electrical burns)
- Luka bakar pada mata, telinga, wajah, tangan, kaki, sendi besar, dan genitalia
2.11 Tatalaksana
Gold standard untuk trauma kimia adalah irigasi luka dengan jumlah air yang
banyak. Pelepasan pakaian yang terkontaminasi dan irigasi luka dengan jumlah air
yang banyak kadang-kadang menyelamatkan jiwa.10 Ini termasuk pencegahan
langsung dengan air atau susu. Pemberian asam lemah (minuman berkarbonasi atau
jus jeruk) atau basa (antasida) juga dapat diterima. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan sebagai tatalaksana trauma kimia, yaitu :5,15
● Jangan berikan emetik pada pasien yang telah menelan agen korosif.
● Lesi kulit perlu dicuci dengan sabun dan air diikuti dengan pemberian salep.
● Keterlibatan mata memerlukan irigasi berlebihan dengan air atau normal saline.
Dianjurkan rujukan ke dokter spesialis mata.
● Jangan berikan pasien apapun secara oral selama 2-3 hari setelah pemberian air
atau susu. Kemudian, dapat diberikan cairan dan elektrolit.
24
● Direkomendasikan pemberian antibiotik spektrum luas profilaksis bersamaan
serta penatalaksanaan agresif akibat perdarahan dan syok septik apabila pasien
disertai mediastinitis atau peritonitis.
● Berikan oksigen dan observasi ketat tanda-tanda obstruksi saluran napas yang
progresif atau edema paru non kardiogenik.
● Intubasi awal seharusnya dapat mencegah obstruksi saluran napas progresif dari
edema orofaring.
Keracunan yang tak disengaja umum terjadi karena banyak dari agen ini
ditemukan di berbagai produk rumah tangga. Balita yang ingin tahu, khususnya,
rentan terhadap cedera akibat korosi basa, yang sering disimpan di bawah bak cuci
atau dalam botol soda tua di banyak rumah tangga. Keracunan tak disengaja juga
dapat terjadi pada orang dewasa, asam diambil secara tidak sengaja untuk obat
(asam nitrat dapat menjadi pengecualian, itu menjadi cairan kekuningan yang
mengeluarkan asap yang sangat menjengkelkan, yang membuatnya mustahil bahwa
25
siapapun dapat mengambil asam secara tidak sengaja untuk sesuatu yang lain).5
Keracunan akibat bunuh diri jarang terjadi dikarenakan jarang ada orang yang
secara sengaja memilih untuk kematian yang menyiksa seperti itu. Namun, bunuh
diri dengan tekad bisa saja terjadi. Bahkan dalam menelan asam secara sengaja, rasa
sakit yang hebat dapat menyebabkan percikan air dan pewarnaan pada mulut, dagu,
pakaian, dan lain-lain.5
Asam-asam ini tidak cocok untuk tujuan pembunuhan karena efeknya terlalu
cepat dan keras. Korban pembunuhan biasanya bayi yang tidak mampu atau orang
yang mabuk. Paparan akut terhadap uap di industri dapat menyebabkan kematian
karena gangguan pernapasan. Kontak yang terlalu lama dengan uap agen-agen ini
di industri dapat menyebabkan komplikasi pernapasan.5
Dalam kasus keracunan fatal oleh asam-asam ini, tidak ada sisa racun yang
dapat ditemukan di visera, terutama jika korban selamat selama beberapa hari atau
lebih. Garam dari asam-asam ini menjadi unsur umum makanan dan obat-obatan,
penting untuk memastikan apakah ada asam-asam ini yang ada dalam kondisi bebas.
Kuantitas asam bebas sangat penting dalam keracunan HCl.
26
BAB III
KESIMPULAN
Terdapat banyak jenis bahan kimia dengan berbagai fitur dan potensi
paparannya menimbulkan luka bakar yang luas, mulai dari luka bakar ringan hingga
mengancam jiwa. Beberapa dari luka bakar ini respons terhadap perawatan medis,
sementara yang lain mungkin membutuhkan tindakan operasi.
Dibandingkan dengan jenis luka bakar lainnya, luka bakar kimia terjadi relatif
jarang, namun kebanyakan menghasilkan kerusakan serius pada tingkat jaringan
dalam. Insiden luka bakar kimia yang relatif rendah menghasilkan kasus luka bakar
dengan diagnosis yang kadang-kadang terlewatkan, disertai manajemen yang buruk
atau aplikasi perawatan yang kurang akurat karena kurangnya pengalaman dokter.
Keterlibatan yang lebih dalam dari jaringan yang rusak dan implikasinya yang
serius pada kesehatan menghasilkan periode rehabilitasi yang lama dengan
kenaikan biaya medis yang jelas. Dengan demikian penambahan tingkat
pencegahan dan pelatihan yang sesuai kepada dokter dan pekerja menjadi sangat
penting. Faktanya, bahkan banyak korban yang tidak tahu apa yang harus dilakukan
setelah terpapar bahan kimia.
27
DAFTAR PUSTAKA
28
14. John SM, Johansen JD, Rustemeyer T, et al. Karneva’s Occupational
Dermatology. 3rd Edition. Springer. 2020; P. 142-3.
15. Olson KR. Poisoning and Drug Overdose. 6th Edition. Mc Graw Hill. 2011; P.
167-70.
16. Kocak AO, Saritemur M, Atac K, et al. A Rare Chemical Burn due to
Ranunculus arvensis: Three Case Reports. Ann Saudi Med. 2016; Vol. 36(1):
P. 89-91.
17. Yasti AC, Senel E, Saydam M. Guideline and Treatment Algorithm for Burn
Injuries. Ulus Travma Acil Cerrahi Derg. 2015; Vol. 21(2): P. 79-88.
29