Kolintang
Kolintang adalah salah satu alat musik tradisional masyarakat
Minahasa di Sulawesi Utara. Alat musik ini terbuat dari kayu khusus
yang disusun dan dimainkan dengan cara dipukul. Sekilas Kolintang ini
hampir sama dengan alat musik Gambang dari Jawa, namun yang
membedakan adalah nada yang dihasilkan lebih lengkap dan cara
memainkannya sedikit berbeda. Kolintang merupakan salah satu alat
musik tradisional yang cukup terkenal di masyarakat Minahasa, dan
sering digunakan untuk mengiringi upacara adat, pertunjukan tari,
pengiring nyanyian, bahkan pertunjukan musik.
1. Elur en Kayo’mba’an
Elur en Kayo’mba’an dalam bahasa Indonesia berarti damailah
selamanya. Lagu ini merupakan gambaran keindahan alam Minahasa
sebagai karunian Tuhan yang menjadikan masyarakat harus turut serta
menjaganya dan hidup mengasishi antar sesama.
2. Ung Genang
Ung Genang memiliki arti cinta. Lagu Ung Genang bercerita tentang
keraguan perempuan kepada pasanganya. Secara tidak langsung lagu ini
juga menggambarkan citra perempuan Minahasa yang transparan dan
berani untuk mengambil sikap. Ung Genang juga meminta lelaki untuk
memberikan wujud cinta yang dipenuhi dengan kesunguhan dan
kepastian.
F. TARIAN MINAHASA
Tari Maengket
Nasi Jaha
Nasi Jaha adalah makanan pokok khas Minahasa yang terbuat dari
beras ketan yang dicampur santan, bumbu rempah-rempah, dan
kemudian dibungkus dengan daun pisang. Bumbu yang dimaksud
terbuat dari daun pandan, jahe, bawang, kemiri, kunyit, serai, dan dapat
ditambahkan ikan woku atau cakalang. Penyajian Nasi Jaha ini adalah
berbentuk silinder yang terbentuk karena dimasak (dibakar) di dalam
batang bambu. Nasi Jaha ini dapat dijumpai di berbagai acara di
Sulawesi Utara sebagai hidangan khas. Makanan khas Minahasa ini
dapat disantap langsung atau ditemani lauk atau makanan khas lainnya.
Tradisi Minahasa juga memiliki kerajinan tenun. Ada dua jenis tenun
Minahasa yaitu :
1. kadu/wau, merupakan kain panjang yang dapat dibuat rok
perempuan atau kemeja. Kain tersebut juga dipakai sebagai layar
perahu pribumi, tirai serambi rumah, ataupun sebagai karung untuk
mengangkut beras atau padi.
2. Benetenan, merupakan Kain tenunan yang terbuat dari kapas
olahan dari pohon –nama lokalnya pohon Bentenan, dipercaya
sebagai pohon mistis- yang tumbuh di Minahasa. Motif kain inilah
yang kini digunakan dan dikembangkan sebagai batik khas
Minahasa setelah sebelumnya ditemukan terakhir kali pada akhir
abad ke 19 dan hanya ditemukan di museum ternama dunia
(Belanda, Prancis dan Jepang). Pada masanya, kain Bentenan biasa
digunakan sebagai sarung tanda kebesaran, alas tempat duduk
‘orang besar’ dan maskawin. Namun, alat tenun ‘asli’ untuk
pembuatan kain tenun jenis ini belum ditemukan. Menurut teori
yang berkembang, alat serta kainnya mendapat pengaruh yang kuat
dari Selatan Filipina dan Sangir-Talaud.