Indonesia di daerah
Kalimantan dan Minahasa
Tugas PPKN(kliping)
Kelas 9E
Nama Kelompok:
1. Aditya Putra Tian Pratama (02)
2. Ananda Fiko Putra Lanosa (06)
3. Hazza Setyo Susanto (15)
4. Muhammad Reza Hidayat (23)
5. Naufal Faiz Adiyatma (26)
SMP NEGERI 1
UNGARAN
2022/2023
A.kalimantan
1. Rumah Adat Kalimantan
Rumah Palaimasan
Rumah ini masih termasuk rumah tradisional suku Banjar, Kalimantan Selatan. Bahan
dasarnya adalah kayu ulin yang lebih besar.Salah satu ciri utama rumah ini adalah
semua bagian atap sirapnya menggunakan atap model perisai. Penggunaan atap model
ini membentuk atap berwujud limas. Karena itulah, rumah ini dinamakan rumah
palimasan.
Rumah Balai Bini
Rumah tradisional Kalimantan yang berasal dari suku Banjar ini pada masa
Kesultanan Banjar didiami oleh para putri sultan atau warga sultan dari pihak
perempuan.Bangunan induknya yang segi empat memanjang memakai atap model
perisai. Bentuk bangunan induk ini biasanya dinamakan rumah gajah. Atap rumah
yang menyerupai perisai ini bermakna perlindungan terhadap wanita.
Mandau
Mandau adalah senjata tradisional Kalimantan Selatan. Ini jadi identitas dari
masyarakat suku Dayak. Mandau berfungsi sebagai:
- Senjata dengan kekuatan gaib akibat masyarakat Dayak yang memiliki kebiasaan
untuk melakukan upacara persembahan kepada leluhur dan nenek moyang.
- Alat kebutuhan sehari-hari yang digunakan untuk berburu, berladang, dan membuka
hutan.
- Alat pelengkap tari-tarian bertema peperangan seperti Tari Prisai Kambit dan Tari
Kancet Papatau.
Sungga
Sungga dipakai saat Perang Banjar oleh para pejuang yang dipimpin Tumenggung
Antaluddin sebagai alat pembabat pasukan Belanda saat mereka hendak menyerang
benteng pertahanan di Gunung Madang. Bahan dari sungga dan sayapnya dibuat dari
besi baja berwarna kehitaman yang dibentuk dengan siku memanjang.
Bujak
Senjata tradisional bujak merupakan senjata yang mirip dengan Tombak. Tangkai dari
senjata ini terbuat dari kayu ulin sedangkan mata besinya terbuat dari besi, untuk
ukuran pajangnya sekitar 3 meter. Masyarakat Dayak biasanya akan memberikan
racun dari getah pohon ipuh agar lebih mematikan bila digunakan. Bujak digunakan
untuk berburu hewan, sedangkan bujak yang memiliki kait di ujungnya atau biasa
disebut serepang digunakan untuk menangkat ikan.
Katambung
Katambung adalah alat musik yang digunakan oleh suku Dayak untuk upacara adat
dan keagamaan. Katambung merupakan alat musik pukul yang memiliki tinggi sekitar
75 sentimeter (cm). Katambung dibuat daru kayu ulin dan kulit ikan buntal untuk
bagian membrannya.
Gandang
gandang merupakan instrumen yang dimainkan dengan cara dipukul telapak tangan.
Bagian membrannya dibuat dari kulit hewan, seperti kulit ruas, kulit sapi, atau kulit
panganen (ular piton). Gandang dimainkan dalam beberapa acara adat, seperti upacara
tiwah, bantang, wara, atau penyambutan tamu. Alat musik ini dimainkan sebagai
penghasil nada ritmis bersama dengan alat musik lain, seperti gong dan kangkanong.
Garantung
Garantung merupakan nama lain alat musik gong, tapi ukurannya lebih kecil dari
gong di gamelan Jawa. Dalam pertunjukkan seni khas Dayak, biasanya disediakan 3-5
garantung dengan ukuran berbeda. Masing-masing menghasilkan nada yang berbeda.
Japen
Japen adalah alat musik tradisional Kalimantan Tengah yang mirip kecapi. Cara
memainkan japen adalah dipetik.
Gurinding
Gurinding dibuat dari pelepah kayu jako, yakni sejenis palmae yang tumbuh di tepi
sungai Barito dan Kapuas. Instrumen ini dimainkan dengan meniup dan menarik tali
pada peangkatnya untuk menghasilkan bunyi yang menderu.
5. Lagu-Lagu Daerah Kalimantan
Tari Hudoq
Tari Hudoq merupakan salah satu tari tradisional suku Dayak Modang yang memiliki
nilai estetis dan kental dengan nuansa mistis. Tarian ini bersifat sakral dan erat dengan
ritual untuk tetap menjaga jalinan hubungan antara Halaeng Heboung dan Selo Sen.
Para penari Hudoq akan menggunakan topeng kayu dan tubuhnya akan ditutupi
dengan daun pisang, daun kelapa, atau daun pinang. Tari Hudoq terkait dengan
permohonan seperti hasil panen yang maksimal, peningkatan kesejahteraan, suasana
damai, tentram dan harmonis antara manusia dengan alam.
Tari Ganjur
Tari Ganjur atau Kanjar Ganjur lekat dengan erat dengan budaya yang berkembang di
Kutai Kartanegara. Tari Ganjur merupakan kesenian yang berbentuk ritual dalam
sebuah upacara adat yaitu Upacara Erau yang merupakan rangkaian dari acara
Bepelas Sultan. Penari dan pemusiknya tidak sembarangan orang, yaitu khusus
ditampilkan oleh laki-laki dari keturunan atau kerabat Kesultanan Kutai Kartanegara
Ing Martadipura.
Tari Gong
Tari Gong yang juga dikenal sebagai Tari Kancet Ledo adalah salah satu tari
tradisional suku Dayak di Kalimantan Timur,tari Gong merupakan tari tunggal yang
ditarikan oleh seorang gadis dengan memakai pakaian adat suku Dayak Kenyah
dengan hiasan bulu burung Enggang di kepala. Seperti namanya, tarian ini
menggunakan iringan gong dan bertujuan sebagai tarian penyambutan bagi tamu
agung. Instrumen pengiring tari Gong akan memainkan irama musik Sapeq Daak
Tubun Situn.
Tari Jepen
Tari Jepen merupakan tarian tradisional dari Kutai yang syarat dengan pengaruh
budaya Melayu dan Islam. Dilansir dari laman Kompas, tarian ini merupakan tarian
pergaulan yang bisa dibawakan secara tunggal maupun berpasangan. Iringan tari
Jepen menggunakan alat musik tradisional khas Kutai yang bernama tingkilan. Tari
Jepen sering ditampilkan dalam berbagai acara kebudayaan, seperti pernikahan,
peyambutan tamu atau lainnya.
Ketupat Kandangan
Makanan khas dari Kandangan, Kalimantan Selatan ini juga punya rasa otentik. Kalau
biasanya ketupat disajikan bersama ayam atau daging, ketupat kandangan ini
disajikan bersama ikan. Ikan yang digunakan dalam ketupat kandangan adalah jenis
ikan gabus. Ikan gabus ini dimasak dengan cara dipanggang terlebih dahulu sebelum
dimasak dengan kuah santan yang penuh bumbu.
Chai Kue
Chai kue atau choi pan adalah snack dari Kalimantan yang banyak terpengaruh
budaya Tiongkok. Makanan gurih dengan isian lobak dan ebi ini punya rasa unik.
Apalagi kalau dimakan bersama sambalnya yang pedas plus asam. Rasanya kamu
nggak akan pernah berhenti ngunyah. Makanan khas Kalimantan ini jadi salah satu
makanan yang paling dikangenin orang asli Pontianak.
Manday
Kalau Yogyakarta punya gudeg yang terbuat dari nangka, Kalimantan juga punya
sajian khas yang terbuat dari buah cempedak yang mirip dengan buah nangka.
Bedanya manday atau mandai ini terbuat dari kulit buah cempedak. Makanan ini
dibuat dengan cara diasinkan selama beberapa hari. Manday bisa dikonsumsi dengan
cara digoreng terlebih dahulu. Makanan khas Kalimantan ini cukup ini jika
dibandingkan dengan kuliner lainnya.
Pengkang
Kue unik ini juga hanya bisa ditemukan di Kalimantan Barat saja. Pengkang terbuat
dari ketan yang isiannya adalah udang ebi. Mirip lemper sih tapi bedanya pengkang
ini bentuknya segita dan dimakan bersama saus kerang yang pedas. Pengkang juga
sering dijadikan oleh-oleh khas dari Pontianak lho.
Hekeng
Hekeng masakan khas Tiongkong-Pontianak ini juga wajib kamu coba. Biasnaya
hekeng terbuat dari campuran berbagai macam daging mulai dari babi sampai udang.
Rasanya mirip dengan siomay, bedanya hekeng biasanya digoreng kering dan
disantap bersama kuah asam manis.
Ngehawa'k
Upacara adat ini menjadi tradisi yang sering dilaksanakan masyarakat Dayak dalam
acara pernikahan. Dalam acara ini, banyak diperlihatkan benda-benda adat. Banyak
sedikitnya benda yang ditampilkan tergantung dari keturunan kedua mempelai. Jika
mempelai wanita keturunan bangsawan, maka pihak mempelai pria wajib
menyediakan sesuai permintaan pihak mempelai wanita.
dalam Ngehawa'k terkandung pula hukuman adat. Ini sebagai konsekuensi bila di
kemudian hari terjadi perceraian. Konsekuensi hukuman adat ini bisa berupa denda
benda adat dan hukum adat sesuai dengan kesalahan dari kedua belah pihak.
Denda atau hukuman adat ini tidaklah ringan, sebab ini sama halnya melanggar adat
istiadat dari adat Dayak itu sendiri. Sehingga diharapkan masyarakat Dayak tidak
melanggar adat istiadatnya sendiri.
Dahau
Dahau merupakan upacara adat pemberian nama anak di Kalimantan Timur. Namun
upacara ini biasanya digelar oleh keluargaa keturunan bangsawan atau keluarga
mampu dan terpandang di wilayah tempat tinggal. dijelaskan pelaksanaan upacara
Dahau biasanya digelar secara besar-besaran dan meriah. Keluarga penyelenggara
mengundang warga suku Dayak dari berbagai wilayah. Uniknya, upacara Dahau ini
berlangsung selama satu bulan penuh. Maka pantas bila hanya keturunan bangsawan
dan keluarga mampu saja yang menggelar upacara ini. Dalam upacara Dahau, banyak
dilakukan kegiatan ritual adat yang dibuat selama upacara ini berlangsung. Meski
demikian, upacara ini tetap merupakan upacara adat yang sering dilakukan
masyarakat suku Dayak Kalimantan Timur.
Ngugu Tahun
Hingga saat ini, suku Dayak Bahau di Kalimantan Timur tetap melestarikan upacara
adat Ngugu Tahun. upacara ini sebagai ungkapan rasa syukur kepada Sang Pencipta
atas pemberian kehidupan dan penghidupan. Selain suku Dayak Bahau, upacara ini
juga dilakukan oleh suku Dayak Tunjung, Dayak Banuaq, dan Dayak Bentian.Dalam
upacara tradisi ini, banyak orang datang untuk melihat dan memeriahkan acara.
Puncak upacara adat ini adalah pemotongan kerbau. Tradisi sejenis dapat ditemui juga
dalam suku bangsa Melayu Kutai di daerah Kutai Kartanegara dengan nama Erau
Pelas Tahun.
Sistem kekerabatan yang dianut oleh suku bangsa Dayak adalah bilateral, yaitu
menarik garis keturunan melalui pihak ayah dan ibu. Dengan demikian sistem
pewarisanpun tidak membedakan anak aki-laki dan anak perempuan. Bentuk
kehidupan keluarga terdiri atas dua jenis yaitu keluarga batih (nuclear family) dan
keluarga luas (extended family). Pada kedua bentuk keluarga ini biasanya terdapat
wali/asbah yang berfungsi untuk mewakili keluarga dalam berbagai kegiatan sosial
dan politik di lingkungan dan di luar keluarga. Yang menjadi wali/asbah dalam
keluarga batih adalah anak laki-laki tertua, sedangkan dalam keluarga luas yang
berhak menjadi wali/asbah adalah saudara laki-laki ibu dan saudara laki-laki ayah.
Misalnya dalam hal pernikahan, maka orang yang paling sibuk mengurus masalah ini
sejak awal hingga acara selesai adalah para wali/asbah. Dengan demikian semua
permasalahan dan keputusan keluarga harus dikonsultasikan dengan wali/asbah
B. Minahasa
1. Rumah Adat Minahasa
Rumah Wale
Rumah Wale merupakan rumah tradisional Suku Minahasa yang sekarang menjadi
rumah adat Sulawesi Utara. Rumah Wale atau yang juga disebut Walewangko bagi
masyarakat minahasa berarti Rumah Pewaris. Rumah Wale berupa rumah panggung
yang dibangun di atas tiang dan balok.
Elur en Kayo’mba’an
Elur en Kayo’mba’an dalam bahasa Indonesia berarti damailah selamanya. Lagu ini
merupakan gambaran keindahan alam Minahasa sebagai karunian Tuhan yang
menjadikan masyarakat harus turut serta menjaganya dan hidup mengasishi antar
sesama.
Lirik Elur en Kayo’mba’an
Am puruk ing kuntung pa rege-regesan
Makatembo-tembomai inataran
Kasale’en kaaruyen wo kalelon
Tumembomai ing kayo’mba’an
Kami mengalei e… karia e… katuari
Se cita ‘mbaya an do’ong ta ya’sa
Maesa e nate wo membe-berenan
Eluren Ngkayo’mba’an ya’sa.
Ung Genang
Ung Genang memiliki arti cinta. Lagu Ung Genang bercerita tentang keraguan
perempuan kepada pasanganya. Secara tidak langsung lagu ini juga menggambarkan
citra perempuan Minahasa yang transparan dan berani untuk mengambil sikap.
Ung Genang juga meminta lelaki untuk memberikan wujud cinta yang dipenuhi
dengan kesunguhan dan kepastian
Lirik Ung Genang
Ung genang ku wia nikou…o sa ko udit rumendem
Sa ko udit rumendem kita marua esa matu’a
Ta’an wo kumuramo…o ung genang ku wia niko
Ung genang ku wia niko talo soyopa siwo-siwonu.
Menesel
Lagu daerah Sulawesi Utara yang memiliki arti menyesal ini memiliki pesan sosial
bagi para perempuan muda untuk berhati-hati jika menjalin hubungan yang belum
diikat oleh sebuah pernikahan.
Lagu ini bercerita mengenai seorang gadis yang hamil sebelum menikah sehingga
secara terpaksa harus bertanggung jawab dengan melakukan pernikahan dan
meninggalkan masa remaja serta orang-orang terkasihnya.
Lirik Menesel
Menesel wo kumurape’…
adu sayang tare menesel adu sayang…
minajadimo Menesel wo kumurape’…
adu sayang tare menesel adu sayang…minajadimo
Makagenang-genang tuminggal si mama sayang
makagenang genang tuminggal si papa
Terlebih-lebih tuminggal kemuda’an sayang…
lebe-lebe pe’ tuminggal se karia.
O Ina ni Keke
O Ina ni Keke berpesan kepada orang Minahasa agar selalu mengetahui maksud dan
tujuan jika ingin pergi ke satu tempat tertentu.
Lirik O Ina ni Keke
O ina ni keke mange wi sako…, mange a ki wenang tumeles wale ko
O ina ni keke mange wi sako…, mange a ki wenang tumeles wale ko
Weane weane weane toyo …, da’imo siapa ko tare ma kiwe
Weane weane weane toyo …, da’imo siapa ko tare ma kiwe.
Esa Mokan
Lagu Daerah Sulawesi Utara satu ini berisi kekhawatiran sesorang mengenai
kesetiaan pasangannya. Dipesankan bahwa orang Minahasa harus menyerahkan
segala urusan kehidupan kepada Tuhan dengan berdoa, termasuk salah satunya dalam
urusan percintaan.
Lirik Esa Mokan
Esa mokan genangku wia ni kou…teamo marua rua genang e karia
Mengale-ngale uman wia si opo wailan pakatuan pakalawiren kita nuaya.
(SYA)
Tari Maengket
Tarian ini sudah ada di tanah minahasa sejak orang minahasa mengenal pertanian
terutama padi di ladang. Pada zaman dahulu, tarian maengket hanya dimainkan pada
waktu panen padi dengan gerakan-gerakan yang hanya sederhana, tetapi saat ini tarian
ini telah berkembang khususnya bentuk tarinya tanpa meninggalkan keasliannya
terutama syair atau sastra lagunya.[3]Tarian maengket ini terdiri dari tiga babak, yaitu
maowey kamberu, marambak dan lalayaan.[4]Marambak adalah tarian dengan
semangat gotong-royong. Tarian ini sering diadakan pada acara syukuran memiliki
rumah baru. Kebiasaan suku Minahasa yang saling membantu dalam membuat rumah
yang baru, ketika rumah tersebut selesai dibangun maka diadakan pesta naik rumah
baru atau dalam bahasa Minahasa disebut “rumambak” yang berarti menguji kekuatan
rumah baru. Biasanya seluruh masyarakat kampung diundang dalam syukuran ini.[5]
Lalayaan adalah tari yang melambangkan bagaimana proses mencari jodoh oleh
pemuda-pemudi Minahasa pada zaman dahulu. Tari ini juga disebut tari pergaulan
muda-mudi zaman dahulu kala di Minahasa.[6]Maowey Kamberu adalah suatu tarian
yang dibawakan pada acara syukuran kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
memperoleh hasil pertanian terutama tanaman padi yang berlipat ganda.[7][8]
Tari Kabasaran
Tari Kabasaran merupakan simbol Keberanian Suku Minahasa. Tarian ini awalnya
merupakan tarian perang.[9] Tarian Kabasaran hanya dilakukan oleh Waranei yaitu
penjaga keamanan desa di Minahasa sekaligus prajurit perang. Dalam kesehariannya
mereka dikenal sebagai rakyat biasa namun ketika daerah Minahasa terancam oleh
serangan musuh, penari Kabasaran prajurit perang.[10] Berdasarkan adat Minahasa,
tidak semua lelaki Minahasa dapat menjadi penari Kabasaran. Yang menjadi penari
biasanya keturunan dari sesepuh penari Kabasaran. Karena sifatnya yang turun
temurun itulah setiap penari Kabasaran memiliki sebuah senjata warisan. Senjata
warisan ini harus dibawa oleh penari ketika pertunjukan tari Kabasaran dimulai.Para
penari mengenakan pakaian tenun khas Minahasa berwarna merah dan rias wajah
yang terlihat garang.[11] Ketika pertunjukan dimulai, gerak tari Kabasaran dipimpin
oleh seorang Tombolu, pemimpin pertunjukan. Seorang Tombolu dipilih berdasarkan
kesepakatan para sesepuh adat. Ketika pertunjukan berlangsung, tidak tampak sedikit-
pun senyum di wajah para penari. Mulai dari awal pertunjukan, gerakan penari
Kabasaran terlihat energik dan menggambarkan sifat keprajuritan. Gerakan mereka
semakin terlihat dinamis ketika tabuhan gong dan kulintang terdengar begitu
keras.Dengan membawa pedang di tangan kanan dan tombak di tangan kiri, para
penari Kabasaran terlihat seperti orang yang hendak berperang. Sesekali, penari
Kabasaran mengayunkan kedua senjata yang ada di tangan mereka sambil melompat
dan mengayunkan senjata. Mereka-pun memperlihatkan gerakan berjalan maju-
mundur dengan penuh semangat.Di daerah Minahasa, gerak tari Kabasaran dijadikan
simbol keperkasaan dan keberanian warga Minahasa melawan musuh. Gerak tari
Kabasaran terlihat garang namun sesaat sebelum pertunjukan usai, para penari
Kabasaran menarikan gerak yang terlihat begitu riang. Gerakan di penghujung
pertunjukan ini menjadi simbol kebebasan penari Kabasaran dari rasa amarah usai
berperang melawan musuh. Tarian ini umumnya terdiri dari tiga babak (sebenarnya
ada lebih dari tiga, hanya saja, sekarang ini sudah sangat jarang dilakukan).[12]
Babak – babak tersebut terdiri dari:Babak pertama disebut Cakalele, yang berasal dari
kata “saka” yang artinya berlaga, dan “lele” artinya berkejaran melompat – lompat.
Babak kedua ini disebut Kumoyak, yang berasal dari kata “koyak” artinya,
mengayunkan senjata tajam pedang atau tombak turun naik, maju mundur untuk
menenteramkan diri dari rasa amarah ketika berperang.
Babak ketiga disebut Lalaya’an. Pada bagian ini para penari menari bebas riang
gembira melepaskan diri dari rasa berang seperti menari “Lionda” dengan tangan
dipinggang dan tarian riang gembira lainnya.
Tari Katrili
Menurut sejarahnya, Tari Katrili dibawa oleh bangsa Portugis dan Spanyol ketika
datang ke ranah Minahasa beberapa abad silam.Pada waktu bangsa Portugi dan
Spanyol datang dengan maksud membeli hasil bumi yang ada di Minahasa. Karena
mendapatkan hasil yang banyak, mereka merasa riang gembira sehingga merekapun
menari-nari. Tarian itu disebut Katrili.Perlahan-lahan mereka mengundang seluruh
rakyat Minahasa yang akan menjual hasil bumi kepada mereka untuk menari
bersama-sama sambil mengikuti irama musik dan aba-aba. Ternyata tarian ini boleh
juga dibawakan pada waktu acara pesta perkawinan di tanah Minahasa. Sekembalinya
Bangsa Portugis dan Spanyol kenegaranya dengan membawa hasil bumi yang dibeli
di Minahasa, tarian ini sudah mulai digemari Rakyat Minahasa pada umumnya. Tari
katrili termasuk tari modern yang sifatnya kerakyatan.
Rica Rica
Rica-Rica atau terkadang hanya disebut rica adalah jenis bumbu pedas yang
ditemukan di masakan Manado dari Sulawesi Utara, Indonesia. Rica-Rica banyak
menggunakan potongan cabai, cabai rawit, bawang merah, bawang putih, jahe, garam,
dan gula. Semua bahan-bahan tersebut dimasak denga minyak kelapa dan dicampur
dengan daun jeruk, serai, dan air jeruk nipis.Sejarahnya sampai bisa masuk dan
terkenal di Jawa sepertinya bumbu ini mula--mula diperkenalkan pada zaman
penjajahan Hindia Belanda oleh para prajurit KNIL asal Manado yang banyak
berdinas di pulau Jawa. Dan dalam perkembangannya di Jawa masakan ini berubah
jauh dari aslinya dan membentuk suatu rasa tersendiri yang khas Jawa.
Nasi kuning adalah sebuah hidangan nasi berwarna kuning tradisional dalam
masakan-masakan Spanyol, Kuba,[1] Peru,[2] Karibia, Filipina, Afganistan, Sri
Lanka, Afrika Selatan dan Indonesia. Makanan tersebut berbahan dasar nasi putih,
yang dicampur dengan annatto, saffron[3] atau kunyit yang dipakai untuk
memberikan warna kuning.Nasi kuning Afrika Selatan, yang berasal dari masakan
Melayu Cape, biasanya terdiri dari kismis, gula dan kulit kayu manis, membuat
sebuah hidangan nasi yang sangat manis yang disajikan sebagai makanan pokok
untuk hidangan asam dan kari.Di Sri Lanka, makanan tersebut disebut kaha buth dan
memiliki pengaruh Indonesia dan Sri Lanka.Di Indonesia, hidangan tersebut disebut
sebagai nasi kuning.[9] Di Filipina, hidangan tersebut disebut sebagai kuning.
8. Kerajinan Khas daerah Minahasa