Anda di halaman 1dari 33

Keberagaman Rakyat

Indonesia di daerah
Kalimantan dan Minahasa
Tugas PPKN(kliping)
Kelas 9E

Nama Kelompok:
1. Aditya Putra Tian Pratama (02)
2. Ananda Fiko Putra Lanosa (06)
3. Hazza Setyo Susanto (15)
4. Muhammad Reza Hidayat (23)
5. Naufal Faiz Adiyatma (26)

SMP NEGERI 1
UNGARAN
2022/2023
A.kalimantan
1. Rumah Adat Kalimantan

 Rumah Bubungan Tinggi


Rumah adat ini adalah rumah khas suku Banjar yang sebagian besar mendiami
wilayah Kalimantan Selatan. Rumah bubungan tinggi terbuat dari kayu ulin atau kayu
besi. Kayu ini terkenal sangat kuat. Kayu ini dapat bertahan sampai dengan ratusan
tahun dan antirayap.

 Rumah Gajah Baliku


Pada masa Kesultanan Banjar, rumah ini merupakan tempat tinggal para saudara
sultan bentuk fisiknya mirip dengan rumah bubungan tinggi.Perbedaan antara rumah
bubungan tinggi dan rumah ini terletak pada ruang tamu kedua jenis rumah. Pertama,
pada ruang tamu rumah bubungan tinggi, lantainya berjenjang, sedangkan pada rumah
ini lantainya tidak berjenjang.Perbedaan kedua, pada rumah bubungan tinggi, atap
ruang tamu tidak memakai kuda-kuda, sedangkan rumah gajah baliku memakai kuda-
kuda.

 Rumah Palaimasan
Rumah ini masih termasuk rumah tradisional suku Banjar, Kalimantan Selatan. Bahan
dasarnya adalah kayu ulin yang lebih besar.Salah satu ciri utama rumah ini adalah
semua bagian atap sirapnya menggunakan atap model perisai. Penggunaan atap model
ini membentuk atap berwujud limas. Karena itulah, rumah ini dinamakan rumah
palimasan.
 Rumah Balai Bini
Rumah tradisional Kalimantan yang berasal dari suku Banjar ini pada masa
Kesultanan Banjar didiami oleh para putri sultan atau warga sultan dari pihak
perempuan.Bangunan induknya yang segi empat memanjang memakai atap model
perisai. Bentuk bangunan induk ini biasanya dinamakan rumah gajah. Atap rumah
yang menyerupai perisai ini bermakna perlindungan terhadap wanita.

 Rumah Tadah Alas


Rumah ini juga termasuk salah satu rumah tradisional suku Banjar. Disebut tadah alas
karena ada satu lapis atap perisai sebagai kanopi di bagian paling depan. Atap perisai
inilah yang disebut tadah alas.Rumah ini berbahan dasar kayu ulin. Bangunan
induknya juga berbentuk segi empat memanjang. Bagian depannya beratap perisai.

2. Pakaian Adat Kalimantan

 Baju Adat Miskat


Baju adat Miskat adalah pakaian tradisional Kalimantan Timur yang dulunya menjadi
pakaian resmi Sultan Banjar. Model baju Miskat tampak seperti baju cina jaman
dahulu.Baju Miskat untuk kaum pria berupa baju lengan panjang dengan kancing
yang miring ke bagian kanan. Bawahannya menggunakan celana panjang dan bagian
kepala mengenakan kopiah.Sementara bagi kaum wanita, atasannya sama
menggunakan baju lengan panjang, namun desain kancing yang miring ke kiri.
Bawahannya berupa rok kurung panjang.
 Baju Adat Takwo
Baju adat Kalimantan Timur satu ini memiliki makna kebesaran.Dulunya, baju adat
Takwo hanya dikenakan oleh raja dan keturunannya. Namun seiring waktu,
masyarakat umum pun sudah bisa mengenakannya di moment-moment tertentu.Baju
adat Takwo ini dibedakan menjadi 3 macam. Yakni Baju takwo biasa yang khas untuk
perempuan, baju takwo sebelah yang khas untuk laki-laki dan baju takwo kustim
untuk pasangan pengantin.

 Baju Adat Antakusuma


Baju adat Antakusuma adalah baju adat kalimantan timur yang biasa disebut dengan
kutai kuning. Ini adalah pakaian kebesaran bangsawan Kutai Kertanegara yang
dikenakan pada acara pernikatan. Sesuai namanya, Kutai Kuning (Antakusuma) ini
memiliki warna dasar kuning dengan tambahan aksesoris keemasan. Terbuat dari
bahan kain sutra tanpa leher dan berlengan pendek.
 Baju Adat Bulang Burai King
Hal ini lantaran pakaian adat Bulang Burai King merupakan pakaian wajib yang
dikenakan di setiap acara-acara adat. Selain itu, pakaian ini juga menandakan status
sosial seseorang.Yang menarik dari baju adat ini, adalah adanya beragam manik-
manik yang dipasang sebagai hiasan. Pada bagian kepala dan ujung tangan, juga
ditambahkan hiasan bulu burung enggang yang berjuntai-juntai.

 Baju Adat Sakai


Baju adat ini memiliki keunikan dan keanggunan tersendiri bagi pemakainya,
khususnya wanita.Memang, pada mulanya baju adat Sakai hanya dibuat untuk wanita
saja. Namun seiring waktu juga dibuat pakaian untuk versi laki-laki.Keanggunan baju
adat sakai terlihat dari desainnya yang sederhana namun elegan. Pada bagian atas
dibuat busana menyerupai kebaya berlengan panjang, sementara bagian bawahnya
dipadankan dengan tapeh badong (batik celup khas Kutai).

3. Senjata Tradisional daerah Kalimantan

 Mandau
Mandau adalah senjata tradisional Kalimantan Selatan. Ini jadi identitas dari
masyarakat suku Dayak. Mandau berfungsi sebagai:
- Senjata dengan kekuatan gaib akibat masyarakat Dayak yang memiliki kebiasaan
untuk melakukan upacara persembahan kepada leluhur dan nenek moyang.
- Alat kebutuhan sehari-hari yang digunakan untuk berburu, berladang, dan membuka
hutan.
- Alat pelengkap tari-tarian bertema peperangan seperti Tari Prisai Kambit dan Tari
Kancet Papatau.

 Parang Kemudi Singkir


senjata parang ini secara bersamaan juga berfungsi sebagai benda pusaka. Bentuk dari
parang kemudi singkir mirip seperti mandau dengan dihiasi lukisan huruf, angka,
binatang, bintang, bulan dan sebagainya di bagian bidang kiri dan kanan.
Senjata ini terbuat dari besi baja berwarna kehitam-hitaman dengan hulu yang terbuat
dari kayu dan diukir dengan bentuk kepala ular.

 Sungga
Sungga dipakai saat Perang Banjar oleh para pejuang yang dipimpin Tumenggung
Antaluddin sebagai alat pembabat pasukan Belanda saat mereka hendak menyerang
benteng pertahanan di Gunung Madang. Bahan dari sungga dan sayapnya dibuat dari
besi baja berwarna kehitaman yang dibentuk dengan siku memanjang.

 Keris Kuningan Dewa Huti


Keris kuningan dewa huti digunakan sebagai senjata untuk mempertahankan diri dan
sebagai sarana alat upacara. Senjata tradisional ini terbuat dari kuningan dengan
panjang 24 cm dan lebar 5,5 cm. Bentuk dari mata keris ini mirip dengan keris naga
runting dengan ukiran kepala naga hingga ekornya yang menghiasai hingga ujung
keris. Terdapat juga patung dewa Hutu yang posisinya seakan berada di atas air.

 Bujak
Senjata tradisional bujak merupakan senjata yang mirip dengan Tombak. Tangkai dari
senjata ini terbuat dari kayu ulin sedangkan mata besinya terbuat dari besi, untuk
ukuran pajangnya sekitar 3 meter. Masyarakat Dayak biasanya akan memberikan
racun dari getah pohon ipuh agar lebih mematikan bila digunakan. Bujak digunakan
untuk berburu hewan, sedangkan bujak yang memiliki kait di ujungnya atau biasa
disebut serepang digunakan untuk menangkat ikan.

4. Alat Musik Tradisional Kalimantan

 Katambung
Katambung adalah alat musik yang digunakan oleh suku Dayak untuk upacara adat
dan keagamaan. Katambung merupakan alat musik pukul yang memiliki tinggi sekitar
75 sentimeter (cm). Katambung dibuat daru kayu ulin dan kulit ikan buntal untuk
bagian membrannya.

 Gandang
gandang merupakan instrumen yang dimainkan dengan cara dipukul telapak tangan.
Bagian membrannya dibuat dari kulit hewan, seperti kulit ruas, kulit sapi, atau kulit
panganen (ular piton). Gandang dimainkan dalam beberapa acara adat, seperti upacara
tiwah, bantang, wara, atau penyambutan tamu. Alat musik ini dimainkan sebagai
penghasil nada ritmis bersama dengan alat musik lain, seperti gong dan kangkanong.
 Garantung
Garantung merupakan nama lain alat musik gong, tapi ukurannya lebih kecil dari
gong di gamelan Jawa. Dalam pertunjukkan seni khas Dayak, biasanya disediakan 3-5
garantung dengan ukuran berbeda. Masing-masing menghasilkan nada yang berbeda.

 Japen
Japen adalah alat musik tradisional Kalimantan Tengah yang mirip kecapi. Cara
memainkan japen adalah dipetik.

 Gurinding
Gurinding dibuat dari pelepah kayu jako, yakni sejenis palmae yang tumbuh di tepi
sungai Barito dan Kapuas. Instrumen ini dimainkan dengan meniup dan menarik tali
pada peangkatnya untuk menghasilkan bunyi yang menderu.
5. Lagu-Lagu Daerah Kalimantan

 Ampar ampar pisang


Ampar-ampar pisang barangkali menjadi salah satu lagu daerah kalimantan yang
paling populer. Lagu Ampar-ampar Pisang diciptakan oleh Hamiedan AC dan
dibawakan dalam bahasa Banjar. Biasanya lagu ini dinyanyikan sebagai iringan dalam
permainan tradisional. Sesuai namanya, lagu tradisional Kalimantan Selatan ini
menceritakan tentang proses pengolahan pisang menjadi makanan dengan cara
diamparkan atau dijemur.Lagu ini berisi petuah atau nasehat bagi masyarakat di
Kalimantan Utara.Salah satu lirik dalam lagu Bebilin ini berbunyi "Bebilin Yaki
Yadu" yang artinya adalah pesan kakek dan nenek. Lirik lagu ini mengandung makna
agar setiap orang selalu mengingat nasehat dari kakek, nenek dan leluhurnya.
Konon spirit dalam lagu ini sangat terasa dan mampu membangkitkan semangat
setiap orang yang mendengarnya. Karena itu, lagi daerah ini biasa dinyanyikan pada
saat bekerja keras seperti memanen padi dan sebagainya.
 Ampar ampar pisang,
Pisangku balum masak,
Masak bigi di hurung bari-bari,
Masak bigi di hurung bari-bari...
Manggalepak manggalepok,
Patah kayu bengkok,
Bengkok dimakan api,
apinya cang curupan...
Nang mana batis kutung,
Dikitipi dawang
Dikitipi dawang
Ampar ampar pisang,
Pisangku balum masak...
Masak bigi di hurung bari-bari,
Masak bigi di hurung bari-bari...
 Cik-cik Periok
Pencipta lagu ini tidak diketahui pasti, namun konon lagu tradisional ini sudah ada
sejak 150 tahun yang lalu.
Disebutkan bahwa lagu ini diciptakan oleh Masyarakat Dayak pada jaman penjajahan
Belanda. Konon, masyarakat Dayak Sambas pada jaman dahulu menggunakan lagu
Cik-Cik Periok ini untuk menyindir kaum pendatang, yakni para tentara Jawa yang
datang ke Kalimantan menggunakan pakaian Hindia Belanda. Saputangan Bupuncu
Ampat Lagu ini diciptakan oleh Zaini (Taboneo Group).Lagu Saputangan Bapuncu
Ampat ini adalah lagu berima atau berpantun. Lagu ini memiliki pesan moral yang
membahas hubungan antar sesama manusia.Dalam hubungan sosial, manusia
biasanya terlibat dalam konflik. Namun sebaiknya hal tersebut janganlan membuat
saling menyakiti satu sama lain.Selain itu, lagu ini mengandung pesan bahwa sebagai
manusia sebaiknya seseorang tidak menyimpan dendam dalam hatinya. Hal ini
lantaran dendam bisa berpontensi untuk mengganggu kesehatan.
 Cik cik periook bilanga sumping dari jawe
Datang nek kecibook bawa kepiting dua ekook
Cik cik periook bilanga sumping dari jawe
Datang nek kecibook bawa kepiting dua ekook
Cak cak bur dalam bilanga picak iddung gigi rongak
Sape kitawa dolok dipancung raje tunggak
 Indung-indung
Lagu Indung-indung merupakan salah satu lagu gambus melayu yang juga
menggunakan sajak berima. Penciptanya adalah Ilin Sumarni.Seperti lagu daerah
lainnya, lagu ini juga mengandung pesan moral yang tinggi. Salah satunya adalah
nasehat kepada anak-anak agar rajin dan berbakti pada agama dan orang tua.Dari
lirik-lirik yang digunakan, sangat nampak ajaran Islam yang kental dalam lagu ini.
Seperti dalam lirik La Haula Wala Kuwata dan Hanya Tuhan yang Maha Esa.
 Indung Indung Kepala Lindung
Hujan di Udik di Sini Mendung
Anak Siapa Pakai Kerudung
Mata Melirik Kaki Kesandung
La Haula Wala Kuwwatta
Mata Melihat Seperti Buta
Tiada Daya Tiada Upaya
Melainkan Tuhan Yang Maha Esa
Aduh Aduh Siti Aishah
Mandi Di Kali Rambutnya Basah
Tidak Sembahyang Tidak Puasa
Di Dalam Kubur Mendapat Siksa
Duduk Goyang Di Kusi Goyang
Beduk Subuh Hampir Siang
Bangunkan Ibu Suruh Sembahyang
Jadilah Anak Yang Tersayang

6. Tarian Daerah Kalimantan

 Tari Datun Ngentau


Tari Datun Ngentau adalah tarian adat yang dimiliki Suku Dayak Kenyah di
Kalimantan Timur. Masyarakat Dayak Kenyah selalu menghadirkan tari Datun
Ngentau dalam upacara Mecaq Undat. Fungsi tari Datun Ngentau adalah sebagai
media ungkapan syukur yang atas hasil panen padi yang diperoleh.

 Tari Hudoq
Tari Hudoq merupakan salah satu tari tradisional suku Dayak Modang yang memiliki
nilai estetis dan kental dengan nuansa mistis. Tarian ini bersifat sakral dan erat dengan
ritual untuk tetap menjaga jalinan hubungan antara Halaeng Heboung dan Selo Sen.
Para penari Hudoq akan menggunakan topeng kayu dan tubuhnya akan ditutupi
dengan daun pisang, daun kelapa, atau daun pinang. Tari Hudoq terkait dengan
permohonan seperti hasil panen yang maksimal, peningkatan kesejahteraan, suasana
damai, tentram dan harmonis antara manusia dengan alam.

 Tari Ganjur
Tari Ganjur atau Kanjar Ganjur lekat dengan erat dengan budaya yang berkembang di
Kutai Kartanegara. Tari Ganjur merupakan kesenian yang berbentuk ritual dalam
sebuah upacara adat yaitu Upacara Erau yang merupakan rangkaian dari acara
Bepelas Sultan. Penari dan pemusiknya tidak sembarangan orang, yaitu khusus
ditampilkan oleh laki-laki dari keturunan atau kerabat Kesultanan Kutai Kartanegara
Ing Martadipura.

 Tari Gong
Tari Gong yang juga dikenal sebagai Tari Kancet Ledo adalah salah satu tari
tradisional suku Dayak di Kalimantan Timur,tari Gong merupakan tari tunggal yang
ditarikan oleh seorang gadis dengan memakai pakaian adat suku Dayak Kenyah
dengan hiasan bulu burung Enggang di kepala. Seperti namanya, tarian ini
menggunakan iringan gong dan bertujuan sebagai tarian penyambutan bagi tamu
agung. Instrumen pengiring tari Gong akan memainkan irama musik Sapeq Daak
Tubun Situn.

 Tari Jepen
Tari Jepen merupakan tarian tradisional dari Kutai yang syarat dengan pengaruh
budaya Melayu dan Islam. Dilansir dari laman Kompas, tarian ini merupakan tarian
pergaulan yang bisa dibawakan secara tunggal maupun berpasangan. Iringan tari
Jepen menggunakan alat musik tradisional khas Kutai yang bernama tingkilan. Tari
Jepen sering ditampilkan dalam berbagai acara kebudayaan, seperti pernikahan,
peyambutan tamu atau lainnya.

7. Makanan Khas Tradisional Kalimantan

 Ketupat Kandangan
Makanan khas dari Kandangan, Kalimantan Selatan ini juga punya rasa otentik. Kalau
biasanya ketupat disajikan bersama ayam atau daging, ketupat kandangan ini
disajikan bersama ikan. Ikan yang digunakan dalam ketupat kandangan adalah jenis
ikan gabus. Ikan gabus ini dimasak dengan cara dipanggang terlebih dahulu sebelum
dimasak dengan kuah santan yang penuh bumbu.

 Chai Kue
Chai kue atau choi pan adalah snack dari Kalimantan yang banyak terpengaruh
budaya Tiongkok. Makanan gurih dengan isian lobak dan ebi ini punya rasa unik.
Apalagi kalau dimakan bersama sambalnya yang pedas plus asam. Rasanya kamu
nggak akan pernah berhenti ngunyah. Makanan khas Kalimantan ini jadi salah satu
makanan yang paling dikangenin orang asli Pontianak.

 Manday
Kalau Yogyakarta punya gudeg yang terbuat dari nangka, Kalimantan juga punya
sajian khas yang terbuat dari buah cempedak yang mirip dengan buah nangka.
Bedanya manday atau mandai ini terbuat dari kulit buah cempedak. Makanan ini
dibuat dengan cara diasinkan selama beberapa hari. Manday bisa dikonsumsi dengan
cara digoreng terlebih dahulu. Makanan khas Kalimantan ini cukup ini jika
dibandingkan dengan kuliner lainnya.

 Pengkang
Kue unik ini juga hanya bisa ditemukan di Kalimantan Barat saja. Pengkang terbuat
dari ketan yang isiannya adalah udang ebi. Mirip lemper sih tapi bedanya pengkang
ini bentuknya segita dan dimakan bersama saus kerang yang pedas. Pengkang juga
sering dijadikan oleh-oleh khas dari Pontianak lho.

 Hekeng
Hekeng masakan khas Tiongkong-Pontianak ini juga wajib kamu coba. Biasnaya
hekeng terbuat dari campuran berbagai macam daging mulai dari babi sampai udang.
Rasanya mirip dengan siomay, bedanya hekeng biasanya digoreng kering dan
disantap bersama kuah asam manis.

8. Kerajinan Khas Daerah Kalimantan


 Manik-manik Kalimantan Timur
Menurut penelitian ahli berkebangsaan Belanda menyebutkan bahwa masyarakat
Dayak di Kalimantan Timur khususnya Dayak Benuaq berasal dari suku Lewangan
yang terdapat di Kalimantan Tengah. Hal ini diperkuat dengan dugaan dengan adanya
keterkaitan kebudayaan antara kedua kebudayaan itu. Pada awalnya, manusia
tergantung dengan alam dan hidup dengan apa saja yang disediakan alam.
Kebudayaan menggunakan manik di Kalimantan Timur, adalah sebuah budaya yang
berakar sangat kuat. Terlihat dengan penggunaan manik-manik hingga saat ini.
Menurut perkiraan para ahli, masyarakat Kalimantan Timur berasal dari Kalimantan
Selatan. Bersamaan dengan kondisi tersebut, kebudayan manik juga menyebar dari
daerah Kalimantan Tengah. Sehingga terdapat banyak kesamaan manik yang
ditemukan di daerah Kalimantan Tengah dan Selatan.

 Anyaman Kalimantan Timur


Masyarakat Dayak selalu menggunakan bahan alami untuk membuat kerajinan
tangan. Bahan alam yang kebanyakan digunakan untuk membuat anyaman adalah
rotan. Penggunaan rotan karena bentuknya luwes dan mudah digunakan untuk
membuat berbagai bahan kerajinan. Rotan-rotan disusun dan dianyam membentuk
cahung atau topi, tas, tikar, dan alat keperluan sehari-hari. Anjat atau tas punggung
merupakan salah satu kerajinan anyam suku Dayak Kenyah Bakung di Kalimantan
Timur. Tas ini berbentuk tabung degan tinggi sekitar 70 cm dengan garis tengah 50
cm. Bagi kaun pria, Anjat digunakan untuk membawa barang-barang saat akan
bepergian dan wadah sebagai tempat untuk berburu di hutan. Sedangkan bagi wanita,
anjat digunakan untuk menyimpan baju atau makanan jika berkebun.

 Kain Tenun Uap Doyo Kalimantan Timur


Kain tenun dari Kalimantan Timur yang terkenal adalah kain tenun ulap doyo yang
berasal dari suku Dayak Benuaq. Disebut kain tenun ulap doyo karena kain tenun ikat
ini menggunakan bahan dasar serat daun doyo. Daun doyo merupakan tanaman
sejenis pandan yang berserat kuat dan tumbuh liar di pedalaman Kalimantan Timur,
salah satunya adalah Tanjung Isuy, Jempang, dan Kutai Barat. Untuk digunakan
sebagai bahan tenun, daun ini harus dikeringkan dan disayat mengikuti serat daun
sampai menjadi halus. Kemudian, serat tersebut dijalin dan dilinting membentuk
benang kasar. Kain tenun ulap doyo dapat menjadi pakaian resmi, pakaian sehari-hari,
sepatu, taplak, tatakan gelas, cover buku, tas, dan sebagainya.

9. Upacara Adat Kalimantan

 Ngehawa'k
Upacara adat ini menjadi tradisi yang sering dilaksanakan masyarakat Dayak dalam
acara pernikahan. Dalam acara ini, banyak diperlihatkan benda-benda adat. Banyak
sedikitnya benda yang ditampilkan tergantung dari keturunan kedua mempelai. Jika
mempelai wanita keturunan bangsawan, maka pihak mempelai pria wajib
menyediakan sesuai permintaan pihak mempelai wanita.
dalam Ngehawa'k terkandung pula hukuman adat. Ini sebagai konsekuensi bila di
kemudian hari terjadi perceraian. Konsekuensi hukuman adat ini bisa berupa denda
benda adat dan hukum adat sesuai dengan kesalahan dari kedua belah pihak.
Denda atau hukuman adat ini tidaklah ringan, sebab ini sama halnya melanggar adat
istiadat dari adat Dayak itu sendiri. Sehingga diharapkan masyarakat Dayak tidak
melanggar adat istiadatnya sendiri.

 Dahau
Dahau merupakan upacara adat pemberian nama anak di Kalimantan Timur. Namun
upacara ini biasanya digelar oleh keluargaa keturunan bangsawan atau keluarga
mampu dan terpandang di wilayah tempat tinggal. dijelaskan pelaksanaan upacara
Dahau biasanya digelar secara besar-besaran dan meriah. Keluarga penyelenggara
mengundang warga suku Dayak dari berbagai wilayah. Uniknya, upacara Dahau ini
berlangsung selama satu bulan penuh. Maka pantas bila hanya keturunan bangsawan
dan keluarga mampu saja yang menggelar upacara ini. Dalam upacara Dahau, banyak
dilakukan kegiatan ritual adat yang dibuat selama upacara ini berlangsung. Meski
demikian, upacara ini tetap merupakan upacara adat yang sering dilakukan
masyarakat suku Dayak Kalimantan Timur.
 Ngugu Tahun
Hingga saat ini, suku Dayak Bahau di Kalimantan Timur tetap melestarikan upacara
adat Ngugu Tahun. upacara ini sebagai ungkapan rasa syukur kepada Sang Pencipta
atas pemberian kehidupan dan penghidupan. Selain suku Dayak Bahau, upacara ini
juga dilakukan oleh suku Dayak Tunjung, Dayak Banuaq, dan Dayak Bentian.Dalam
upacara tradisi ini, banyak orang datang untuk melihat dan memeriahkan acara.
Puncak upacara adat ini adalah pemotongan kerbau. Tradisi sejenis dapat ditemui juga
dalam suku bangsa Melayu Kutai di daerah Kutai Kartanegara dengan nama Erau
Pelas Tahun.

10. Sistem Kekerabatan Kalimantan

 Sistem kekerabatan yang dianut oleh suku bangsa Dayak adalah bilateral, yaitu
menarik garis keturunan melalui pihak ayah dan ibu. Dengan demikian sistem
pewarisanpun tidak membedakan anak aki-laki dan anak perempuan. Bentuk
kehidupan keluarga terdiri atas dua jenis yaitu keluarga batih (nuclear family) dan
keluarga luas (extended family). Pada kedua bentuk keluarga ini biasanya terdapat
wali/asbah yang berfungsi untuk mewakili keluarga dalam berbagai kegiatan sosial
dan politik di lingkungan dan di luar keluarga. Yang menjadi wali/asbah dalam
keluarga batih adalah anak laki-laki tertua, sedangkan dalam keluarga luas yang
berhak menjadi wali/asbah adalah saudara laki-laki ibu dan saudara laki-laki ayah.
Misalnya dalam hal pernikahan, maka orang yang paling sibuk mengurus masalah ini
sejak awal hingga acara selesai adalah para wali/asbah. Dengan demikian semua
permasalahan dan keputusan keluarga harus dikonsultasikan dengan wali/asbah
B. Minahasa
1. Rumah Adat Minahasa

 Rumah Wale
Rumah Wale merupakan rumah tradisional Suku Minahasa yang sekarang menjadi
rumah adat Sulawesi Utara. Rumah Wale atau yang juga disebut Walewangko bagi
masyarakat minahasa berarti Rumah Pewaris. Rumah Wale berupa rumah panggung
yang dibangun di atas tiang dan balok.

 Rumah Bolaang Mongondow


Rumah Bolaang Mongondow merupakan rumah adat tradisional dari suku Bolaang
Mongondow atau juga biasa disebut suku Bolmong yang nama tempat asalnya pun
sama dengan nama suku itu sendiri yaitu Kabupaten Bolaang Mongondow yang
terletak di sebelah barat provinsi Sulawesi Utara.

2. Pakaian Adat Minahasa

 Pakaian adat Bajang


Seperti namanya pakaian adat Minahasa merupakan busana adat tradisional dari
Minahasa yang menjadi ciri khas pada provinsi Sulawesi Utara.Berdasarkan beberapa
laporan sejarah, peradaban suku ini lebih maju dibandingkan dengan suku lain pada
masa lalu.Hal itu dapat dibuktikan dari beberapa hal, seperti pada aspek pengetahuan
dan keterampilan dalam proses pemintalan kapas menjadi kain. Kain yang dihasilkan
lebih nyaman ketika digunakan untuk busana sehari-hari. Busana tersebut disebut
dengan nama Bajang.Pins mengetahui bahwa bajang digunakan sehari-hari,
sedangkan untuk menghadiri dan mengikuti acara-acara seperti upacara adat,
masyarakat Minahasa menggunakan pakaian khas yang lebih modern dengan ciri
khas:
 Baju dengan bawahan sarung,
 Dilengkapi dasi serta daster penutup kepala yang berbentuk segitiga,
 Untuk perempuan menggunakan kebaya dengan bawahan kain yang berwarna
(yapon),
 Menggunakan perhiasan yang diselipkan ke sanggulan rambut, leher dan
telinga.

 Pakaian Karai dan Wuyang


Pakaian adat Sulawesi Utara khas Minahasa di masa lalu terdiri dari pakaian karai
untuk laki-laki, dan wuyang untuk perempuan.Bentuk baju karai tanpa lengan, lurus,
berwarna hitam dan terbuat dari ijuk.Selain baju karai, ada juga bentuk baju yang
berlengan panjang, memakai kerah dan saku disebut baju baniang.Celana yang
dipakai masih sederhana, terdiri dari celana pendek sampai celana panjang seperti
celana piyama. Sementara baju wuyang untuk perempuan terbuat dari kulit kayu
menyerupai kebaya. Selain itu, mereka memakai blus atau gaun yang disebut
pasalongan rinegetan.Seiring waktu, busana Minahasa makin berkembang dan banyak
mendapat pengaruh dari luar, seperi Tiongkok dan Eropa, dalam hal ini negara
Spanyol.Pakaian wanita dengan sentuhan Spanyol berupa kebaya lengan panjang
dipadukan rok bervariasi.Sementara sentuhan Tiongkok berupa kebaya warna putih
dipadu dengan kain khas Tiongkok bermotif burung dan bunga-bungaan.Pakaian pria
dengan pengaruh Spanyol berupa baju lengan panjang atau baniang, yang modelnya
menyerupai jas tutup dengan celana panjang.Bahan baju ini terbuat dari kain blacu
warna putih.

 Busana Pengantin Khas Minahasa


Pakaian adat Sulawesi Utara khas Minahasa yang dikenakan pengantin perempuan,
dikenal dengan sebutan baju ikan duyung.Busana ini terdiri dari kebaya berwarna
putih dan kain sarong warna serupa, yang disulam dengan motif sisik ikan.Karena
tampak seperti model ikan duyung sehingga busana ini dinamakan baju ikan
duyung.Selain sarong motif sisik ikan, juga ada sarong motif sarang burung yang
disebut model salim burung.Sementara, sarong motif kaki seribu disebut model kaki
seribu, dan sarong motif bunga disebut laborci-laborci.Sementara pengantin pria
memakai busana yang terdiri dari:Baju jas tertutup atau terbuka,Celana
Panjang,Selendang pinggang,Topi yang disebut porong. Busana pengantin pria jas
tertutup disebut baju tatutu. Model baju tatutu berlengan panjang, tidak memiliki
kerah dan saku.Topi, leher baju, selendang pinggang dan lengan baju dihias dengan
motif bunga padi.

 Busana Tonaas dan Walian Wangko


Busana tonaas wangko berupa baju kemeja lengan panjang berkerah tinggi. Model
potongan bajunya lurus dengan kancing dan tanpa saku.Warna bajunya hitam dengan
hiasan motif bunga padi berwarna kuning keemasan pada leher baju, ujung lengan dan
sepanjang ujung baju bagian depan yang terbelah.Ketika dikenakan, pakaian ini
dipadukan dengan topi warna merah dengan motif bunga padi warna kuning
keemasan.Selain itu, pria Minahasa juga mengenakan walian wangko, yang
merupakan modifikasi bentuk dari baju tonaas wangko.Model baju ini panjang seperti
jubah dan berwarna putih dengan hiasan corak bunga padi. Para pria Minahasa
mengenakan pakaian ini bersama topi porong nimiles, yang terbuat dari lilitan 2 buah
kain berwarna merah-hitam dan kuning-emas.Di balik paduan warna ini terdapat
makna khusus, yaitu 2 unsur alam yang terdiri dari langit dan bumi, dunia dan alam
baka.Sedangkan busana walian wangko untuk wanita berupa baju kebaya panjang
warna putih atau ungu.Potongan baju tanpa kerah dan kancing. Ketika dipakai,
dipadukan dengan kain sarong batik warna gelap dan topi mahkota yang disebut
kronci.Selain itu, dilengkapi juga dengan selempang warna kuning atau merah, selop,
kalung leher dan sanggul. Umumnya hiasan yang dipakai adalah motif bunga
terompet.Busana tonaas dan walian wangko umumnya dipakai untuk acara-acara
resmi oleh hampir semua kalangan.

 Pakaian Laku Tepu


Laku tepu adalah pakaian adat Sulawesi Utara khas suku Sangihe. Pakaian ini
dikenakan oleh laki-laki dan perempuan.Ciri khas busana ini adalah bentuknya
terusan panjang. Baju pria mencapai lutut dan telapak kaki, dan dilengkapi dengan
ikat kepala disebut paporong.Sedangkan baju wanita panjangnya mencapai betis.
Bagian bawahnya menggunakan kain sarung yang disebut balri.Umumnya, baju laku
tepu berwarna terang dan mencolok seperti merah, ungu, kuning tua, dan hijau
tua.Warna-warna berbeda pada baju laku tepu menunjukkan identitas pemakainya.
Warna laku tepu yang dikenakan seorang pemimpin dalam lingkup pemerintahan
berbeda dengan pegawai biasa.Pemimpin atau bangsawan mengenakan laku tepu biru,
merah dan kuning. Warna kuning atau putih pegawai tinggi oleh mereka dengan
posisi tinggi.Warna biru sebagai simbol pegawai menengah. Sementara biru atau ungu
sebagai simbol pegawai rendah.

 Baju Pengantin Bolaang Mongondow


Bolaang Mongondow adalah salah satu etnis di Sulawesi Utara yang memiliki
pakaian adat pengantin yang unik dan berkelas.Baju atasan untuk pengantin pria
berupa baju kurung dari kain satin antalas yang mengkilap wama kekuning-
kuningan.Bagian muka baju terbelah sampai ke bawah memakai kancing berwarna
emas.Celananya dari kain antalas yang dilingkarkan kain sutera warna putih pada
pinggang dan disisipkan keris yang bersarung emas.Di bagian pinggang hingga lutut
dililit kain sarung pomerus, yang warnanya kontras dengan celana.Hiasan kepala
berupa mogilenso atau sakapeti, topi yang bentuknya agak tinggi sekitar 28-30
cm.Sementara untuk pengantin wanita memakai baju salu, dengan leher model huruf
V yang agak membulat.Bentuk lengan panjang dan warna baju mencolok, atau dibuat
senada dengan warna pakaian pengantin pria. Sekitar leher dan dada dililitkan
perhiasan hamsei dengan bintik-bintik keemasan, terbuat dari kain beludru dan diberi
hiasan mengkilap keemasan.Selain itu dipermanis dengan perhiasan kalung dari
untaian emas, cincin, giwang dan lokis untaian rambut berbentuk bunga pada
dahi.Umumnya keturunan bangsawan yang mengenakan pakaian pengantin
ini.Sementara pakaian pengantin untuk golongan kedua sesudah bangsawan disebut
kohongian, dan baju simpal untuk golongan pendamping pemerintah dalam
kerajaan.Model baju dan aksesoris untuk baju kohongian dan simpal lebih sederhana.
3. Senjata Tradisonal

 Pedang Bara Sangihe


Senjata tradisional khas Sulawesi Utari yang pertama adalah pedang Bara Sangihe.
Pedang jenis ini merupakan pedang yang cukup banyak dikenal oleh masyarakat
Sulawesi Utara bahkan di tanah air.Konon diceritakan bahwa senjata ini merupakan
jenis pedang sabel yang berasal dari negara Eropa. Di Indonesia sendiri senjata ini
digunakan sebagai pedang pora, yang biasa dipakai saat upacara militer atau
kenegaraan.Pedang Bara Sangihe memiliki bentuk yang unik dan berbeda dengan
jenis pedang yang lain. Karena pedang ini memiliki dua cabang di bagian gagang dan
ujung pedangnya. Ujung pedang ini cukup tajam dan bergerigi menyerupai paruh
burung.Diceritakan bahwa senjata ini memiliki sejarah perjuangan dari salah satu
pahlawan Sulawesi Utara yang bernama Hengkeng U Nang. Ia merupakan pahlawan
yang berjasa dalam perlawanannya melawan bangsa penjajah di tanah air.Pejuang
tangguh yang lahir di Timeno Kiawang Siawu pada tahun 1590, diketahui sangat
mahir memainkan pedang Bara Sangihe.Karena ia telah berlatih sejak ia berusia
kanak-kanak dan kerap kali ia membawa pedang ini kemanapun dan ketika bertempur
melawan musuh, sehingga ia sangat akrab dengan pedang Bara Sangihe ini.

 Peda (Parang Minahasa)


Peda merupakan jenis senjata khas Sulawesi Utara. Masyarakat Minahasa biasa
menyebutnya dengan nama Santi, yang berarti pemisah. Senjata Santi adalah salah
senjata tradisional Minahasa yang sudah ada sejak lima ribu tahun yang
lalu.Masyarakat Sulawesi Utara meyakini bahwa Santi ini telah ada sebelum
tercetusnya perang Minahasa melawan para penjajah dari Spanyol, atau yang dikenal
dengan Perang Tasikela.Peda merupakan senjata sejenis parang dengan ukuran
panjang sekitar 50 cm. Parang jenis ini biasa dibuat dengan bahan logam besi pilihan,
sehingga menghasilkan kualitas yang kuat dan tahan lama.Bagian gagang Peda
terbuat dari jenis kayu yang keras. Dan pada bagian hulu pedang terdapat cabang yang
menyerupai paruh burung, sehingga menampilkan keunikan tersendiri. Parang Peda
juga dilengkapi dengan sarung yang dibuat dari bahan kayu agar pedang lebih aman
dan tahan lama.Dahulu, parang Minahasa ini biasa digunakan sebagai senjata
berperang dan alat perlengkapan pertanian dan alat berburu hewan di
hutan.Sedangkan saat ini parang ini beralih fungsi menjadi alat yang digunakan untuk
memotong rumput liar, menyadap kabung atau enau, berjaga-jaga dari serangan
hewan buas yang ada di hutan.Senjata bersejarah ini merupakan kebanggaan
masyarakat Sulawesi Utara yang tergolong senjata unik, sehingga tidak jarang diburu
para kolektor benda antik karena bentuknya yang menawan dan menarik perhatian.
 Perisai Sulawesi Utara
Di Sulawesi Utara terdapat jenis senjata penangkis yang biasa disebut dengan perisai
Sulawesi Utara. Perisai merupakan jenis senjata yang biasa digunakan untuk
menangkis dan mempertahankan diri dari berbagai serangan dari musuh pada saat
berperang.Umumnya perisai digunakan bersamaan dengan senjata pedang saat
melawan musuh. Keberadaan jenis senjata ini sangat esensial dan cukup penting saat
berperang. Senjata pertahanan ini memiliki beban yang ringan, karena terbuat dari
bahan kayu sangat kuat dan juga ringan. Beberapa senjata ini dilapisi dengan
campuran logam sebagai hiasan menambah kesan pamor dan pemiliknya merupakan
sosok terpandang dengan status sosial yang tinggi.Di Sulawesi sendiri, senjata
penangkis ini dibuat dari bahan dasar kayu yang kemudian dihias dengan beberapa
motif hewan maupun dedaunan. Serta di bagian belakang senjata diberi pegangan
yang terbuat dari kayu agar tidak mudah terlepas saat terkena hantaman senjata dari
musuh.Perisai Sulawesi Utara sering dijadikan sebagai lambang daerah di beberapa
kota di Indonesia, salah satunya seperti yang ada di Sulawesi Utara. Lambang daerah
ini dibentuk persegi lima dengan dasar warna biru langit dengan bagian tepi kuning-
jingga serta keemasan.

 Keris Sulawesi Utara


Senjata tradisional khas Sulawesi Utara selanjutnya adalah keris Sulawesi Utara.
Keris memang diketahui sebagai senjata yang sangat populer di tanah air, karena
hampir setiap daerah memiliki senjata unik dan khas ini.Diceritakan dalam suatu
legenda bahwa Sulawesi Utara disebut telah menggunakan senjata keris sebelum
senjata ini muncul dan banyak beredar di tanah air pada abad ke-9.Keberadaan keris
memang kerap diyakini sebagai benda pusaka yang memiliki kekuatan mistis yang
cukup kuat oleh sebagian masyarakat tanah air.Keris juga dikenal sebagai senjata
yang cukup berbahaya dan mematikan bagi siapa saja yang terkena mata bilahnya.
Masyarakat jaman dulu sendiri kerap menggunakan senjata ini dalam pertarungan
jarak pendek yang berfungsi sebagai alat tikam. Di tanah Jawa, Keris merupakan
senjata yang dikeramatkan dan juga sering kali digunakan pada acara adat tertentu.
Sedangkan di Sulawesi, senjata jenis ini tidak terlalu sering banyak digunakan
masyarakat setempat.Keris diketahui cukup beraneka ragam bentuk dan ukuran, mulai
dari memiliki bentuk bergelombang hingga berbilah lurus. Untuk keris Sulawesi
Utara dibuat dari bahan campuran beberapa logam dan dibuat secara berlapis,
sehingga membuat keris Sulawesi memiliki ciri khas dan unik pada mata
bilahnya.Saat ini benda bersejarah ini telah disimpan dan dirawat di dalam Museum
Negeri Provinsi Sulawesi Utara, yang terletak di kota Manado.

4. Alat Musik Tradisional

 Alat Musik Santu


Santu merupakan alat musik tradisional dari Sulawesi Utara dan Tengah. Alat musik
satu ini terbuat dari bahan bambu, rotan, dan kayu yang berbentuk bulat
memanjang.Kulit ari yang terdapat pada badan bambu dibentuk empat dan pada
bagian badan dibuat lubang yang berfungsi sebagai resonator.Santu dapat dimainkan
dengan dua cara, yaitu dipetik dan dipukul dalam posisi duduk bersila. Tangan kiri
memegang alat pada bagian tengah dengan posisi miring atau ditidurkan di atas
paha.Tangan kanan memetik atau memukul santu dengan menggunakan kayu bulat
berukuran kecil.Santu seringkali dimainkan pada saat merayakan pesta panen para
petani ataupun sekedar untuk mengisi waktu senggang bagi para remaja.

 Alat Musik Yori


Yori merupakan alat musik yang termasuk kedalam jenis harpa mulut, memiliki
ukuran yang relatif kecil seperti karindik yang merupakan alat musik Jawa Barat.Alat
musik tradisional ini terbuat dari bahan bambu, kulit pelepah enau, dan tali dari kulit
kayu.Bagian lidah-lidah di tengah yori berfungsi sebagai vibrator, rongga mulut
sebagai resonator, sedangkan tali pada alat tersebut berfungsi sebagai pengatur
nada.Yori dimainkan pada saat gerhana bulan atau gerhana matahari pada masyarakat
bangsa Kulawi.Yori dimainkan sekedar untuk menghibur diri, suara yang
dihasilkanya pun tidak terlalu keras.
 Alat Musik Salude
Salude adalah alat musik yang termasuk kedalam kelompok idio-kardofon.Mengapa
disebut demikian ?Karena alat musik ini memang dapat dimainkan dengan dua cara,
yaitu dipukul serta dipetik menggunakan pelepah pinang.Salude adalah alat musik
tradisional yang cukup unik karena terbuat dari sebuah ruas bambu yang cukup besar
dan dilubangi pada salah satu sisinya yang berfungsi sebagai resonator. Terdapat dua
buah dawai atau senar yang terbuat dari kulit ari.

 Alat Musik kulintang


Bila kita berbicara tentang alat musik tradisional yang berasal dari Sulawesi Utara,
maka kebanyakan orang akan menyebut kolintang yang cukup populer di telinga
masyarakat luas. Alat musik yang berasal dari daerah Minahasa ini adalah alat musik
perkusi.Nama kolintang berasal dari suara yang dihasilkanya, tong (nada rendah), ting
(nada tinggi) dan tang (nada normal) yang disebut mangemo kumolintang yang berarti
mari kita lakukan tong,ting,tang yang akhirnya berubah menjadi kolintang.Kolintang
dimainkan dengan cara dipukul pada kayu-kayu yang telah disusun menurut tangga
nadanya menggunakan alat pukul yang sudah dilapisi bahan yang empuk seperti kain
atau karet.Kolintang terbuat dari bahan kayu lokal yang cukup ringan seperti kayu
telur, wenuang, cempaka, waru dan sejenisnya yang mempuyai serat paralel.

 Alat Musik Bensi


Bansi dalam bahasa Minahasa berarti suling, yang dimainkan dengan cara ditiup
seperti suling pada umumnya. Bansi terbuat dari bahan bambu yang mempunyai
beberapa lubang sebagai pengatur nada.Bansi berfungsi sebagai melodi pada sebuah
pertunjukan musik. Suara yang dihasilkan oleh alat musik ini tergantung pada
kepiawayan pemain memainkan jemari tangan dan cara meniup yang benar agar
menghasilkan bunyi dan suara merdu yang khas.
5. Lagu Lagu Daerah Minahasa

 Elur en Kayo’mba’an
Elur en Kayo’mba’an dalam bahasa Indonesia berarti damailah selamanya. Lagu ini
merupakan gambaran keindahan alam Minahasa sebagai karunian Tuhan yang
menjadikan masyarakat harus turut serta menjaganya dan hidup mengasishi antar
sesama.
 Lirik Elur en Kayo’mba’an
Am puruk ing kuntung pa rege-regesan
Makatembo-tembomai inataran
Kasale’en kaaruyen wo kalelon
Tumembomai ing kayo’mba’an
Kami mengalei e… karia e… katuari
Se cita ‘mbaya an do’ong ta ya’sa
Maesa e nate wo membe-berenan
Eluren Ngkayo’mba’an ya’sa.
 Ung Genang
Ung Genang memiliki arti cinta. Lagu Ung Genang bercerita tentang keraguan
perempuan kepada pasanganya. Secara tidak langsung lagu ini juga menggambarkan
citra perempuan Minahasa yang transparan dan berani untuk mengambil sikap.
Ung Genang juga meminta lelaki untuk memberikan wujud cinta yang dipenuhi
dengan kesunguhan dan kepastian
 Lirik Ung Genang
Ung genang ku wia nikou…o sa ko udit rumendem
Sa ko udit rumendem kita marua esa matu’a
Ta’an wo kumuramo…o ung genang ku wia niko
Ung genang ku wia niko talo soyopa siwo-siwonu.
 Menesel
Lagu daerah Sulawesi Utara yang memiliki arti menyesal ini memiliki pesan sosial
bagi para perempuan muda untuk berhati-hati jika menjalin hubungan yang belum
diikat oleh sebuah pernikahan.
Lagu ini bercerita mengenai seorang gadis yang hamil sebelum menikah sehingga
secara terpaksa harus bertanggung jawab dengan melakukan pernikahan dan
meninggalkan masa remaja serta orang-orang terkasihnya.
 Lirik Menesel
Menesel wo kumurape’…
adu sayang tare menesel adu sayang…
minajadimo Menesel wo kumurape’…
adu sayang tare menesel adu sayang…minajadimo
Makagenang-genang tuminggal si mama sayang
makagenang genang tuminggal si papa
Terlebih-lebih tuminggal kemuda’an sayang…
lebe-lebe pe’ tuminggal se karia.
 O Ina ni Keke
O Ina ni Keke berpesan kepada orang Minahasa agar selalu mengetahui maksud dan
tujuan jika ingin pergi ke satu tempat tertentu.
 Lirik O Ina ni Keke
O ina ni keke mange wi sako…, mange a ki wenang tumeles wale ko
O ina ni keke mange wi sako…, mange a ki wenang tumeles wale ko
Weane weane weane toyo …, da’imo siapa ko tare ma kiwe
Weane weane weane toyo …, da’imo siapa ko tare ma kiwe.
 Esa Mokan
Lagu Daerah Sulawesi Utara satu ini berisi kekhawatiran sesorang mengenai
kesetiaan pasangannya. Dipesankan bahwa orang Minahasa harus menyerahkan
segala urusan kehidupan kepada Tuhan dengan berdoa, termasuk salah satunya dalam
urusan percintaan.
 Lirik Esa Mokan
Esa mokan genangku wia ni kou…teamo marua rua genang e karia
Mengale-ngale uman wia si opo wailan pakatuan pakalawiren kita nuaya.
(SYA)

6. Tarian daerah Minahasa

 Tari Maengket
Tarian ini sudah ada di tanah minahasa sejak orang minahasa mengenal pertanian
terutama padi di ladang. Pada zaman dahulu, tarian maengket hanya dimainkan pada
waktu panen padi dengan gerakan-gerakan yang hanya sederhana, tetapi saat ini tarian
ini telah berkembang khususnya bentuk tarinya tanpa meninggalkan keasliannya
terutama syair atau sastra lagunya.[3]Tarian maengket ini terdiri dari tiga babak, yaitu
maowey kamberu, marambak dan lalayaan.[4]Marambak adalah tarian dengan
semangat gotong-royong. Tarian ini sering diadakan pada acara syukuran memiliki
rumah baru. Kebiasaan suku Minahasa yang saling membantu dalam membuat rumah
yang baru, ketika rumah tersebut selesai dibangun maka diadakan pesta naik rumah
baru atau dalam bahasa Minahasa disebut “rumambak” yang berarti menguji kekuatan
rumah baru. Biasanya seluruh masyarakat kampung diundang dalam syukuran ini.[5]
Lalayaan adalah tari yang melambangkan bagaimana proses mencari jodoh oleh
pemuda-pemudi Minahasa pada zaman dahulu. Tari ini juga disebut tari pergaulan
muda-mudi zaman dahulu kala di Minahasa.[6]Maowey Kamberu adalah suatu tarian
yang dibawakan pada acara syukuran kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
memperoleh hasil pertanian terutama tanaman padi yang berlipat ganda.[7][8]
 Tari Kabasaran
Tari Kabasaran merupakan simbol Keberanian Suku Minahasa. Tarian ini awalnya
merupakan tarian perang.[9] Tarian Kabasaran hanya dilakukan oleh Waranei yaitu
penjaga keamanan desa di Minahasa sekaligus prajurit perang. Dalam kesehariannya
mereka dikenal sebagai rakyat biasa namun ketika daerah Minahasa terancam oleh
serangan musuh, penari Kabasaran prajurit perang.[10] Berdasarkan adat Minahasa,
tidak semua lelaki Minahasa dapat menjadi penari Kabasaran. Yang menjadi penari
biasanya keturunan dari sesepuh penari Kabasaran. Karena sifatnya yang turun
temurun itulah setiap penari Kabasaran memiliki sebuah senjata warisan. Senjata
warisan ini harus dibawa oleh penari ketika pertunjukan tari Kabasaran dimulai.Para
penari mengenakan pakaian tenun khas Minahasa berwarna merah dan rias wajah
yang terlihat garang.[11] Ketika pertunjukan dimulai, gerak tari Kabasaran dipimpin
oleh seorang Tombolu, pemimpin pertunjukan. Seorang Tombolu dipilih berdasarkan
kesepakatan para sesepuh adat. Ketika pertunjukan berlangsung, tidak tampak sedikit-
pun senyum di wajah para penari. Mulai dari awal pertunjukan, gerakan penari
Kabasaran terlihat energik dan menggambarkan sifat keprajuritan. Gerakan mereka
semakin terlihat dinamis ketika tabuhan gong dan kulintang terdengar begitu
keras.Dengan membawa pedang di tangan kanan dan tombak di tangan kiri, para
penari Kabasaran terlihat seperti orang yang hendak berperang. Sesekali, penari
Kabasaran mengayunkan kedua senjata yang ada di tangan mereka sambil melompat
dan mengayunkan senjata. Mereka-pun memperlihatkan gerakan berjalan maju-
mundur dengan penuh semangat.Di daerah Minahasa, gerak tari Kabasaran dijadikan
simbol keperkasaan dan keberanian warga Minahasa melawan musuh. Gerak tari
Kabasaran terlihat garang namun sesaat sebelum pertunjukan usai, para penari
Kabasaran menarikan gerak yang terlihat begitu riang. Gerakan di penghujung
pertunjukan ini menjadi simbol kebebasan penari Kabasaran dari rasa amarah usai
berperang melawan musuh. Tarian ini umumnya terdiri dari tiga babak (sebenarnya
ada lebih dari tiga, hanya saja, sekarang ini sudah sangat jarang dilakukan).[12]
Babak – babak tersebut terdiri dari:Babak pertama disebut Cakalele, yang berasal dari
kata “saka” yang artinya berlaga, dan “lele” artinya berkejaran melompat – lompat.
Babak kedua ini disebut Kumoyak, yang berasal dari kata “koyak” artinya,
mengayunkan senjata tajam pedang atau tombak turun naik, maju mundur untuk
menenteramkan diri dari rasa amarah ketika berperang.
Babak ketiga disebut Lalaya’an. Pada bagian ini para penari menari bebas riang
gembira melepaskan diri dari rasa berang seperti menari “Lionda” dengan tangan
dipinggang dan tarian riang gembira lainnya.
 Tari Katrili
Menurut sejarahnya, Tari Katrili dibawa oleh bangsa Portugis dan Spanyol ketika
datang ke ranah Minahasa beberapa abad silam.Pada waktu bangsa Portugi dan
Spanyol datang dengan maksud membeli hasil bumi yang ada di Minahasa. Karena
mendapatkan hasil yang banyak, mereka merasa riang gembira sehingga merekapun
menari-nari. Tarian itu disebut Katrili.Perlahan-lahan mereka mengundang seluruh
rakyat Minahasa yang akan menjual hasil bumi kepada mereka untuk menari
bersama-sama sambil mengikuti irama musik dan aba-aba. Ternyata tarian ini boleh
juga dibawakan pada waktu acara pesta perkawinan di tanah Minahasa. Sekembalinya
Bangsa Portugis dan Spanyol kenegaranya dengan membawa hasil bumi yang dibeli
di Minahasa, tarian ini sudah mulai digemari Rakyat Minahasa pada umumnya. Tari
katrili termasuk tari modern yang sifatnya kerakyatan.

7. Makanan Khas Tradisional minahasa

 Makanan Cakalang Fufu


Cakalang fufu adalah hidangan ikan cakalang olahan yang dibumbui, diasap dan
dijepit dengan kerangka bambu. Makanan ini adalah hidangan khas Minahasa,
Sulawesi Utara, Indonesia.Pada tahun 2017, Ikan Cakalang fufu sudah dipublikasikan
dalam buku “Ensoklopedia Produk Pangan Indonesia” (PATPI), sebagai makanan
khas Sulawesi Utara.

 Makanan Mie cakalang


Mi cakalang adalah sebuah mi kuah cakalang tradisional dari Manado, Sulawesi
Utara, Indonesia. Mi kuah tersebut dikenal karena aroma ikan cakalangnya. Bahan-
bahannya meliputi mi kuning, cakalang, caisim, kubis, cabai, daun bawang, bawang
merah dan bawang putih.
 Makanan woku
Woku adalah bumbu makanan ala Manado, provinsi Sulawesi Utara, Indonesia, yang
terbuat dari berbagai macam bumbu dan biasa digunakan untuk memasak daging. Di
Minahasa, Sulawesi Utara, terdapat dua jenis woku, yaitu woku balanga (dimasak
dengan belangga), dan woku daun (dimasak dalam daun).

 Rica Rica
Rica-Rica atau terkadang hanya disebut rica adalah jenis bumbu pedas yang
ditemukan di masakan Manado dari Sulawesi Utara, Indonesia. Rica-Rica banyak
menggunakan potongan cabai, cabai rawit, bawang merah, bawang putih, jahe, garam,
dan gula. Semua bahan-bahan tersebut dimasak denga minyak kelapa dan dicampur
dengan daun jeruk, serai, dan air jeruk nipis.Sejarahnya sampai bisa masuk dan
terkenal di Jawa sepertinya bumbu ini mula--mula diperkenalkan pada zaman
penjajahan Hindia Belanda oleh para prajurit KNIL asal Manado yang banyak
berdinas di pulau Jawa. Dan dalam perkembangannya di Jawa masakan ini berubah
jauh dari aslinya dan membentuk suatu rasa tersendiri yang khas Jawa.

 Nasi kuning adalah sebuah hidangan nasi berwarna kuning tradisional dalam
masakan-masakan Spanyol, Kuba,[1] Peru,[2] Karibia, Filipina, Afganistan, Sri
Lanka, Afrika Selatan dan Indonesia. Makanan tersebut berbahan dasar nasi putih,
yang dicampur dengan annatto, saffron[3] atau kunyit yang dipakai untuk
memberikan warna kuning.Nasi kuning Afrika Selatan, yang berasal dari masakan
Melayu Cape, biasanya terdiri dari kismis, gula dan kulit kayu manis, membuat
sebuah hidangan nasi yang sangat manis yang disajikan sebagai makanan pokok
untuk hidangan asam dan kari.Di Sri Lanka, makanan tersebut disebut kaha buth dan
memiliki pengaruh Indonesia dan Sri Lanka.Di Indonesia, hidangan tersebut disebut
sebagai nasi kuning.[9] Di Filipina, hidangan tersebut disebut sebagai kuning.
8. Kerajinan Khas daerah Minahasa

 Anyaman dari Bambu


Anyaman bambu adalah suatu kerajinan tangan yang dihasilkan dari bambu.
Anyaman bambu biasanya dibuat oleh warga di Minahasa. Mereka memiliki
kesadaran untuk menghasilkan sesuatu yang berguna dari bambu.Anyaman bambu
biasa dibuat menjadi tapisan beras atau biasa disebut sosiru, topi petani, kandang
ayam, keranjang buah, sapu lidi, bakul, penutup saji, piring lidi, lisung kayu, lampion,
kursi, meja, bahkan bisa dibuat menjadi gazebo, serta lainnya.Anyaman bambu ini
dapat kita temukan di tepi jalan raya Manado-Tomohon, desa Kinilow, dimana
terdapat banyak pengrajin-pengrajin anyaman bambu yang berjualan.Tak hanya di
Minahasa Induk, kerajinan dari bambu ini juga bisa kita temui di daerah Minahasa
lainnya, seperti Minahasa Selatan, Minahasa Utara dan Minahasa Tenggara. pakaian
adat sulawesi utara bisa dijadikan sebagai informasi tambahan.

 Kerajinan Tanah Liat


Kerajinan dari tanah liat banyak sekali ditemukan di berbagai wilayah Sulawesi Utara.
Kerajinan tanah liat biasa dibuat menjadi guci yang unik, ulekkan, tungku, vas bunga,
dan lainnya.Kerajinan tanah liat juga bisa ditemukan di tepi jalan raya Manado-
Tomohon, desa Kinilow. Kerajinan ini juga biasa dibuat oleh warga Minahasa Induk
dan juga Minahasa Selatan. alat musik tradisional sulawesi utara bisa dijadikan
sebagai informasi tambahan.

 Kain Tenun Bentenan


Kain tenun Bentenan adalah kain tenun yang di hasilkan oleh masyarakat Minahasa.
Kain Tenun Bentenan, tersebar di seluruh daerah Sulawsi Utara, dimana masing-
masing daerah memiliki motifnya masing-masing.Kain Tenun Bentenan juga
memiliki sejarah yang sama dengan sejarah Minahasa. Kain tenun Bentenan sering
dipakai di upacara-upacara penting dulu. Seperti pada saat upacara pengobatan,
biasanya kain tenun Bentenan dipakai oleh pemimpin upacara seperti Walian dan
Tonaas.Kain tenun Bentenan juga dipakai pada saat berperang sebagai ikat pinggang
yang dipercaya sangat ampuh untuk mematahkan serangan lawan atau bisa dikatakan
bahwa orang yang memakai kain Bentenan pada pinggangnya akan kebal.
 Kerajinan Cangkang Telur
Kulit atau cangkang telur ayam biasanya hanya menjadi sampah. Namun, di tangan
orang yang kreatif dan ulet, cangkang telur ternyata bisa dijadikan karya seni yang
menghasilkan rupiah. Seperti yang dilakukan seorang seniman ukir telur bernama
Frans Sega di Kota Manado, Sulawesi Utara.

9. Upacara Adat Minahasa

 Tradisi Toki Pintu


Toki Pintu merupakan upacara adat dalam sebuah pernikahan suku Minahasa yang
memiliki arti mnegetuk pintu. Tradisi Toki pintu yang dilakukan dalam masyarakat
yang mayoritas memeluk agama Kristen Protestan dilakukan dengan makan malam
dan acara kebaktian. Dilansir dari Tribun Manado, tradisi Toki Pintu diawali dengan
memastikan bahwa kediaman pengantin wanita dalam keadaan sepi dan sunyi. Lalu
rombongan pengantin pria menghampiri kediaman mempelai wanita dipimpin oleh
seorang wali dengan membawa mas kawin. Lalu wali pihak pria akan mengetuk pintu
tiga kali, pada ketukan ketiga pintu akan dibuka, dan disambut oleh wali pengantin
wanita. Setelah itu diadakan dialog dalam bahasa daerah Minahasa. Kemudian
Pengantin pria mengetuk pintu kamar pengantin wanita, dan baru pada ketukan ketiga
pengantin wanita keluar dari kamar. Setelah itu barulah mas kawin yang dibawa
diserahkan kepada perwakilan pihak pengantin wanita.
10. System kekerabatan minahasa
Pada umumnya orang Minahasa membenarkan kebebasan orang untuk menentukan
jodohnya sendiri, walaupun dulu katanya dikenal juga penentuan jodoh atas kemauan
orang tua sekalipun yang bersangkutan belum saling kenal mengenal. Dalam hal
pembatasan jodoh dalam perkawinan ada adat eksogami yang mewajibkan orang
menikah di luar famili, ialah kelompok kekerabatan yang mencakup semua anggota
keluarga batih dari saudara-saudara sekandung ibu dan ayah, baik laki-laki maupun
perempuan beserta semua keluarga batih dari anak-anak mereka.Sesudah nikah, secara
ideal pengantin baru tinggal menurut aturan neolokal (tumampas) pada tempat kediaman
yang baru dan tidak mengelompok sekitar tempat kediaman kerabat si suami ataupun
kerabat si istri. Dalam kenyataan, adat neolokal ini tidak lagi diharuskan, rumah tangga
(sanga awu, satu dapur) baru dapat tinggal dalam lingkungan kekerabatan pihak suami
maupun pihak isteri sampai mereka memperoleh rumah sendiri.Bentuk rumah tangga
pada orang minahasa dapat terdiri dari hanya satu keluarga batih tetapi dapat pula lebih.
Anak tiri dan angkat karena adopsi dianggap sebagai anggota kerabat penuh dalam
keluarga batih maupun kelompok-kelompok kekerabatan yang lebih luas. Dulu ada
kecenderungan untuk memperluas jumlah anggota keluarga batih dengan adopsi karena
hal ini dapat menambah tenaga kerja dalam menghadapi pekerjaan-pekerjaan pertanian
suatu rumah tangga yang memiliki lebih dari satu keluarga batih dapat terjadi bilamana
sesudah perkawinan, rumah tangga baru ini tinggal bersama dengan salah satu orang tua
mereka. Bentuk rumah tangga lainnya adalah seperti apa yang dilukiskan oleh
padtbrugge yang terdapat beberapa abad yang lalu yaitu rumah famili besar yang didiami
oleh enam sampai sembilan keluarga batih, masing-masing sebagai rumah tangga sendiri
(Palm 1958: 8). Dasar perwujudan keluarga batih orang Minahasa melalui adat
perkawinan adalah monogami.Batas-batas dari hubungan kekerabatan yang terdapat pada
orang Minahasa ditentukan oleh prinsip keturunan bilateral. Dimana hubungan
kekerabatan ditentukan berdasarkan garis keturunan pria maupun wanita. Telah kita lihat
di atas tadi bahwa pada zaman dahulu dikenal suatu kelompok kekerabatan keluarga luas
yang tinggal pada sebuah rumah besar, yang rupa-rupanya mengenal adat menetap
sesudah nikah yang utrolokal. Sekarang keluarga luas seperti itu tidak ada lagi.
Kelompok kekerabatan yang penting yang terdapat sekarang ini dengan prinsip
keturunan tersebut di atas ialah taranak, atau yang lebih lazim disebut famili, suatu
kelompok kekerabatan yang dalam antropologi biasanya disebut kindred. Kelompok ini
juga sering disebut patuari, sekalipun istilah ini dipakai juga untuk hubungan-hubungan
kekerabatan yang lebih luas yang tidak mempunyai fungsi kekerabatan apa-apa lagi.
Suatu famili setidak-tidaknya meliputi ayah dan ibu dari sepasang suami dan isteri,
saudara-saudara ayah dan ibu serta anak-anak dan cucu-cucu mereka, saudara-saudara
sekandung dari suami-isteri dan anak-anak mereka, dan anak-anak sendiri.Identitas
hubungan kekerabatan seseorang dalam kelompok famili ialah nama famili yang disebut
fam. Nama famili diambil dari nama famili suami atau ayah tanpa perubahan prinsip
keturunan bilateral. Hal ini di perkuat pula dengan adanya kenyataan penulisan fam
suami dan fam isteri bersama-sama pada papan nama yang ditempelkan di depan rumah,
tanpa famili, yang disebut hilang fam, bila sepasang suami-iteri tidak memiliki anak laki-
laki yang akan mendukung fam ayah mereka.Masalah lain yang sangat erat berhubungan
dengan batas-batas hubungan kekerabatan bilateral itu adalah penurunan warisan yang
terdiri dari semua harta milik yang diperoleh oleh suami isteri sebagai warisan dari
orang-orang tua mereka masing-masing, ditambah dengan harta yang mereka peroleh
bersama selama berumah tangga. Benda-benda warisan yang belum dapat atau tidak
dapat dibagi, penggunaannya secara berganti-ganti atau bergiliran yang diatur oleh
saudara laki-laki yang tertua.

Anda mungkin juga menyukai