Anda di halaman 1dari 11

Provinsi Kalimantan Timur Ibukota nya adalah Samarinda

Julukan : Kota Tepian

Rumah adat:
Rumah Adat Lamin

Rumah adat Lamin merupakan rumah adat yang menjadi tempat kediaman
suku Dayak. Bangunan rumah adat Lamin berukuran kurang lebih 300 meter
dengan lebar 15 meter. Ketinggian rumah panggung khas Kalimantan Timur ini
mencapai 3 meter. Biasanya, rumah ini memiliki banyak ruangan, yang bisa
ditinggali sekitar 25-30 kelapa keluarga atau 100 orang.
Ciri khas rumah adat Lamin bisa kamu temui pada dekorasi rumah dengan
motif salur pakis berbagai warna. Warna tersebut memiliki makna khusus,
seperti warna kuning melambangkan kekayaan dan keagungan, merah sebagai
lambang keabadian, putih berarti kesucian dan kesederhanaan, serta hitam
sebagai penolak bala (musibah). Tidak hanya itu, rumah adat Lamin juga
memiliki banyak ukiran pada tiang penyangga rumah dengan bentuk kepala
manusia atau hewan. Sedangkan pada bagian atap rumah, dihiasi dengan
patung berbentuk naga atau burung enggang. Selain itu, pada rumah adat
Lamin juga dibangun patung blonthang atau patung untuk menangkal roh-roh
jahat, serta menandakan status sosial.

Rumah adat Bulungan

Lokasi rumah adat Bulungan berada di kota Tanjung Kelor, Kalimantan Timur.
Bangunan rumah adat ini berbentuk formal dan simetris hasil pengaruh zaman
kolonial. Rumah adat Bulungan banyak mendapat pengaruh Melayu, loh. Hal
ini bisa terlihat dari penggunaan warna cerah seperti kuning, hijau, dan merah.
Biasanya, rumah adat ini memiliki tiang penyanggah megah, yang menopang
bagian atap rumah berbentuk 3 limas. Tiang ini mewakili sejarah 3 kerajaan di
Bulungan. Tidak heran bila pada masa kerajaan, rumah adat Bulungan sering
menjadi tempat pertemuan kesultanan. Ukiran pada bagian limas segitiga
menggunakan motif bunga dan tanaman sebagai gambaran karakteristik
masyarakat setempat. Pengaruh Islam dalam aristektur rumah adat Bulungan
juga sangat kental. Salah satunya adalah terdapat banyak ukiran berbahasa
Arab yang kental.
Rumah Betang

Rumah adat Betang memiliki artian membentang atau memanjang dengan


ukuran kurang lebih 100-150 meter dan lebar 50 meter serta tinggi 5 meter.
Hal ini bertujuan untuk berlindung dari banjir karena mereka berada di sekitar
sungai. Mereka percaya bahwa pusat kehidupan berada di sekitar sungai
karena terdapat banyak kekayaan alam yang melimpah. Rumah Betang juga
termasuk rumah yang megah. Menurut cerita, hewan buas takut menghampiri
rumah adat ini. Bangunan ini biasanya ditinggali oleh 5-6 kepala keluarga.
Ciri khas rumah adat Betang adalah tangga yang hanya bisa dilalui oleh satu
orang dan bisa dinaikkan saat malam hari untuk menghindari orang asing
masuk, serta mitos ngayau. Ngayau sendiri merupakan istilah untuk hantu
kepala terbang.
Rumah adat Paser

Rumah adat milik suku Paser ini terletak disekitar sungai dan membuatnya
harus berada 2 meter tingginya dari permukaan tanah. Suku Paser percaya
berada di sekitar aliran sungai bisa memberikan mereka kelimpahan pangan,
seperti ikan, kerrang, umbi-umbian, buah, juga binatang hutan yang melimpah.
Rumah adat Paser memiliki bentuk atap bangunan berbentuk limas segitiga
dengan masing-masing sudut kiri dan kanan sebesar 45 derajat. Atap rumah ini
terbuat dari daun nipah atau kulit kayu sungkai. Pada area lantai bangunan ini
menggunakan pohon niung atau bambu, yang dijalin menggunakan rotan dan
anak anak kayu bundar.
Dalam satu rumah, biasanya terdapat 3 kepala keluarga yang merupakan orang
tua, anak, dan menantu.
Bahasa Daerah :
1. Bahasa Aoheng (Penihing) 9. Bahasa Jawa
2. Bahasa Bahau Diaq 10.Bahasa
3. Bahau Ujoh Bilang 11.Bahasa Melayu
4. Bahasa Bajau Pondong 12.Bahasa Pasir (Paser)
5. Bahasa Basap 13.Bahasa Punan Long Lamcin
6. Bahasa Benuaq 14.Bahasa Punan
7. Bahasa Bugis 15.Bahasa
8. Bahasa Dusun 16.Bahasa Tunjung

Suku:
Ngaju, Otdanum, Apokayan,Punan, Murut, Dayak, Kutai, Kayan, Punan, dan
Bugis, Abal, Bulungan, Tidung, Kenyah, Berusau.

Tarian adat:
Tari Gong

Di pertunjukan pada upacara penyambutan terhadap tatmu agung. Dapat pula


di pertunjukan sewaktu lahir seorang bayi kepala suku.
Tari Hudoq Mahakam Ulu

Hudoq adalah sejenis festival yang berupa tarian ungkapan syukur yang digelar
oleh sub-etnis Dayak di provinsi Kalimantan Timur.[1] Hudoq adalah kesenian
tarian yang menggunakan topeng dan kostum, oleh sebab itu Hudoq termasuk
golongan kesenian barongan.

Pakaian adat:

Baju Miskat
Baju miskat adalah pakaian adat Kalimantan Timur yang modelnya terlihat
seperti baju di zaman Tiongkok kuno. Desain busananya unik dan menarik.
Busana laki-laki berupa baju lengan panjang yang dilengkapi kancing dengan
desain miring di sebelah kanan. Sementara bawahannnya berupa celana
panjang. Ketika memakai baju miskat, kaum pria Kutai mengenakan penutup
kepala berupa kopiah.
Sedangkan busana untuk wanita berupa baju lengan panjang.
Jika busana pria kancingnya di sebelah kanan, baju miskat wanita desain
kancingnya miring di sebelah kiri. Untuk bawahan berupa rok kurung panjang.
Baju miskat ini dikenakan sebagai seragam wajib oleh Pegawai Negeri Sipil
(PNS) Provinsi Kalimantan Timur. Wujud dan modelnya yang semi-
casual membuat pakaian adat Kalimantan Timur yang satu ini cocok dikenakan
untuk acara atau perayaan apapun.

Baju Takwo

Baju takwo adalah pakaian adat Kalimantan Timur yang merupakan warisan
dari Kesultanan Kutai.
Dulu hanya boleh dipakai oleh kalangan bangsawan, tetapi seiring
perkembangan zaman masyarakat umum juga boleh memakainya di momen-
momen tertentu. Pakaian adat Kalimantan Timur ini terdiri dari tiga ragam
yaitu baju takwo biasa, takwo kustim dan takwo sebelah. Busana takwo laki-
laki disebut baju takwo laki, dan untuk perempuan dinamakan baju takwo bini.
Baju takwo laki berbentuk jas tutup berkerah tinggi. Kain bagian depan baju
memanjang sedikit dari gari tengah baju ke kanan dengan hiasan kancing
emas. Kadang ditambahkan bordiran emas di bagian kerah, dan kancing untuk
memberikan kesan mewah. Pada bagian muka baju digantungkan rantai
berwarna emas, dari bagian kantong di dada dan lubang kancing kedua. Motif
rantai ini beragam. Untuk bawahan berupa celana kain berwarna hitam
menyesuaikan dengan baju takwo. Bagian luar celana, dari pinggang hingga
lutut dibalut dengan dodot berupa kain batik bermotif. Kain bagian depan
sebelah kanan dari dodot dilipat sebanyak tujuh lipatan.
Pria Kalimantan Timur umumnya mengenakan baju takwo lengkap bersama
songkok khas Kutai berhias dua kancing emas di sisi kanan dan kiri, serta
sepatu pantofel berwarna hitam. Sementara baju takwo bini berbahan dasar
kain brokat ataupun polosan. Potongannya serupa dengan kebaya berkerah
tinggi dengan dibuat tertutup, dan ditambah lidah pada bagian depan, serta
dibubuhi kancing emas di sisi kanan dan kiri baju. Kaum perempuan
Kalimantan Timur mengenakan baju takwo bini dipadukan bersama kain
batik bermotif. Modelnya seperti rok kebaya dengan bagian ujung kain sebelah
kanan ditambah rumbai emas. Aksesoris pelengkap baju takwo bini berupa
kalung berwarna emas dan permata, di bagian tengahnya terdapat bros.
Ujung kalung di masukkan ke dalam lubang kancing. Hiasan kepala berupa
sanggul berbentuk gelung siput dan condong ke atas, dan dilengkapi bunga
melati bersusun karang jagong. Pada sanggul ditancapkan kembang goyang.
Alat musik:
Alat Musik Tradisional : SAMPEK

Sape yang merupakan alat musik tradisional Kalimantan Timur sering


digunakan untuk mengiringi acara-acara hajatan masyarakat Suku Dayak. Sape
terbuat dari kayu Adau yag banyak terdapat di Kalimantan

Alat musik sluding/klentangan.

Sluding atau Klentengan adalah alat musik tradisional yang terbuat dari kayu.
Alat musik ini merupakan alat musik pukul jenis silofan, yang mirip dengan
gambang.
Senjata adat:
Senjata Tradisional : Mandau

Mandau merupakan senjata tradisional suku dayak yang dipergunakan oleh


Raja-Raja atau kepala suku saja. Karena mandau diyakini merupakan senjata
sakral yang sangat dijaga dan dirawat dengan baik oleh pemiliknya. Mandau
adalah sejenis dengan parang, dengan panjang 50 cm. Pada dasarnya, jenis-
jenis Mandau pada semua Masyarakat Dayak mempunyai bentuk yang sama.
Tetapi ada sedikit perbedaan bila dilihat dari sisi kelengkungan bilahnya, yaitu
ada bilah yang agak condong ke belakang.

Sumpit
Sumpit adalah senjata tradisional Kalimantan pemakaiannya dengan cara
ditiup. Senjata tradisional tersebut kerap dipakai untuk alat berburu dan untuk
senjata perang. Sumpit dibuat dari bilahan bambu sebagai batang Sumpit (pipa
sumpit) dan damek anak panah) yang dibuat dari bilah bambu, lidi aren atau
dirap.

Anda mungkin juga menyukai