KALIMANTAN SELATAN
O
L
E
H
KELOMPOK 3
NUR RESKY KHAIRUN NADIYA
A. ASYSYAFFA SRIKANDI
A. MIFTAHUL JANNAH
MUTMAINNAH MALIK
LM. ALIMAN HAFIZ
ARDIYANSAH
X. MIPA 3
SMA NEGERI 4 BANTAENG
BUDAYA LOKAL NON BENDA
Budaya lokal adalah kebudayaan yang tumbuh dan berkembang serta dimiliki
dan diakui oleh masyarakat suku bangsa setempat. Budaya lokal biasanya
tumbuh dan berkembang dalam suatu masyarakat suku atau daerah tertentu
karena warisan turun-temurun yang dilestarikan.
Contoh budaya lokal non benda:
PAKAIAN ADAT
Pakaian ini terbuat dari bahan beludru warna hitam, berlengan panjang dan
berkerah tinggi dengan ujung lengan, kerah dan tahap dada berhias pasmen.
Untuk kaum pria pakaian ini dipadukan dengan celana panjang yang pada
tahap luarnya dipasang dodot rambu dan tutup kepala bundar yang Pakaian
Adat Kalimantan Timur dinamakan setorong berhiaskan lambang yang
berwujud wapen. Sementara kaum wanita mengenakan sanggul yang hampir
sama dengan sanggul Jawa. Pada tahap puncak belakang ditambahkan
kelibun berwarna kuning yang terbuat dari sutera.
RUMAH ADAT
RUANG TAMU RUMAH LAMIN Sama seperti ruang tamu pada rumah
pada umumnya, fungsi ruang tamu pada Rumah Adat Lamin adalah untuk
menerima kedatangan tamu yang berkunjung. Selain itu, masyarakat Dayak
Timur juga menggunakan ruang tamu pada rumah adatnya untuk melakukan
pertemuan adat. Berbeda dengan bagian rumah utama yang digunakan
untuk menyimpan benda-benda pusaka, ruang tamu pada Rumah Lamin
dibuat kosong tanpa terlalu banyak benda-benda atau dekorasi. Ruang tamu
ini memiliki tampilan yang leluasa dan memanjang.
Tari Gantar
Tari Gantar merupakan tari pergaulan muda-mudi oleh Suku Dayak Benuaq
dan Suku Dayak Tunjung yang ada di Kabupaten Kutai Barat. Sebuah ekspresi
kegembiraan serta keramah-tamahan mereka ketika menyambut tamu, baik
wisatawan atau orang-orang yang dihormati.
Tarian yang pada awalnya menjadi bagian upacara panen padi ini kental
nuansa keakraban. Hal itu terlihat ketika para penari mengajak para tamunya
ikut menari. Versi lain menyebutkan bahwa tarian ini dulunya diperagakan
untuk menyambut para pahlawan dari medan perang.
Tarian Gantar terbagi menjadi tiga jenis, yakni Gantar Rayatn, Gantar Busai,
dan Gantar Senak dan Kusak. Selain memiliki tiga jenis tarian, ada legenda
yang menyelimuti asal-usul Tari Gantar.
Tari Enggang
Tarian Adat Kalimantan Timur selanjutnya merupakan tarian dari Suku Dayak
Kenyah, yakni Tari Enggang. Tari yang dalam bahasa lokalnya disebut Kancet
Lasan ini sangat erat hubungannya dengan burung enggang (rangkong).
Burung enggang sangatlah dimuliakan oleh masyarakat Dayak Kenyah.
Mereka percaya bahwa leluhur mereka berasal dari langit dan turun ke bumi
menyerupai burung enggang. Tarian ini tercipta untuk merepresentasikan
kehidupan sehari-hari burung tersebut.
Tari Hudoq
sumber : wabain17.blogspot.com
Tarian Daerah Kalimantan Timur lain dari masyarakat sub-etnis Dayak adalah
Hudoq. Tarian festival bertopeng dan berkostum yang dipertunjukkan sebagai
ungkapan rasa syukur juga doa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehubungan
dengan tanam dan panen padi.
Hudoq berarti menjelma. Menjelma menjadi burung sehingga menggunakan
topeng burung. Dikatakan juga bahwa Hudoq merujuk pada 13 jenis hama
perusak tanaman. Dalam tarian ini digambarkan bagaimana dua manusia
Hudoq mengejar dan membasmi Hudoq hama.
Sesuai tradisi, festival Hudoq digelar setiap tahun ketika selesai menanam
padi, antara bulan Sepetember-Oktober. Secara turun-temurun Hudoq digelar
secara berpindah-pindah, dari desa ke desa lain. Melibatkan seorang pawang
dalam pelaksanaan upacaranya.
Selain itu, mereka mengenal adanya nayuq seniang yaitu makhluk gaib (dewa)
yang tinggal di bumi sebagai pelindung manusia. Suku bangsa Dayak juga
percaya kepada roh nenek moyang yang telah meninggal. Hal ini terlihat
pada kebiasaan mengayau (balaag) untuk menambah kekuatan gaib
seseorang.
Bentuk upacara adat dalam masyarakat Provinsi Kalimantan Timur cukup
banyak. Upacara adat daerah ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu upacara
yang berhubungan dengan daur hidup manusia dan upacara yang
berhubungan dengan masyarakat serta lingkungan. Jenis upacara adat yang
berhubungan dengan daur hidup masyarakat Provinsi Kalimantan Timur
sebagai berikut.
Masa Kelahiran
Upacara yang dilakukan pada masa ini ada beberapa jenis. Namun, yang
menjadi perhatian khusus yaitu bayi yang lahir pada bulan Safar. Menurut
kepercayaan, anak tersebut akan menemui banyak bahaya (naas) sepanjang
hidupnya. Agar terhindar dari malapetaka, harus diadakan upacara
timbangan. Upacara timbangan dilakukan dengan cara anak disetimbangkan
dengan sejumlah buah-buahan. Upacara ini diadakan setiap tahun pada hari
Rabu terakhir bulan Safar. Dalam tradisi masyarakat Kutai juga ada upacara
naik ayun/ tasmiyah, yaitu upacara pemberian nama bayi yang baru lahir.
Masa Dewasa
Upacara pada masa ini terutama untuk mencari jodoh untuk pasangan hidup.
Kesempatan berkenalan untuk memilih ini dapat dilakukan dalam berbagai
kegiatan adat. seperti berharian (pelaa’ru), ngayang, dan purun. Berharian yaitu
bekerja bersama secara bergantian. Ngayang yaitu bertamunya seorang
pemuda ke rumah pemudi pada malam hari. Purun yaitu wisata bersama
sambil memasak atau menyiapkan alat-alat penangkap ikan.
Perkawinan
Upacara pada masa ini merupakan simbol peralihan status seseorang dari
masa lajang ke masa berumah tangga. Upacara masa ini dibedakan atas
upacara sebelum perkawinan, upacara perkawinan, dan upacara setelah
perkawinan. Upacara sebelum parkawinan terdiri atas beberapa tahap,
seperti melamar, penyerahan tanda ikatan, dan serangkaian ritual sebelum
pelaksanaan perkawinan. Upacara perkawinan dilaksanakan di rumah (lamin)
pengantin laki-laki dengan mengambil tempat pada bagian muka (use).
Sesudah perkawinan, kedua pengantin melaksanakan upacara palan.
Upacara palan yaitu upacara yang berisi pantangan atau larangan yang tidak
boleh dilanggar oleh pengantin, baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
Masa Kematian
Upacara masa ini untuk tiap-tiap suku bangsa berbeda. Namun, semuanya
mempunyai tujuan yang sama yaitu agar arwah diantarkan dengan selamat
ke alam baka dan tidak mangganggu yang ditinggalkan. Upacara kematian
suku bangsa Dayak Tunjung terbagi atas tiga jenis, yaitu upacara toho,
kenyau, dan kwangkai. Suku bangsa Dayak Benuaq mengenal tiga jenis
upacara kematian, yaitu param api, kenyau, dan kwangkai. Upacara kematian
suku bangsa Dayak Bahau terdiri atas lima tahap, yaitu madu
pate (memandikan mayat), makan berweg (memberi makan
mayat), pamakaman (penguburan jenazah), muqak toq (mengusir hantu),
dan hadui taknaq(memandikan roh).
Selain upacara adat yang berhubungan dengan daur hidup, ada pula
beberapa jenis upacara adat yang berhubungan dengan masyarakat atau
lingkungan sekitar.
Ngungu Tahun
Ngungu tahun adalah upacara adat suku bangsa Dayak Bahau untuk
memelihara tahun. Upacara sejenis dapat ditemui dalam suku bangsa
Melayu Kutai di Kabupaten Kutai Kartanegara dengan nama erau pelas
tahun.
Mangosang
Mangosang adalah upacara adat suku bangsa Dayak Aboeng untuk
menunjukkan semangat keberanian, kesetiaan, dan kecintaan terhadap
sukunya.
Bob Jengau
Bob jengau adalah upacara adat menanam padi ladang pada suku bangsa
Dayak Modang. Upacara sejenis dapat ditemui pada suku-suku lain, seperti
Upacara hudoq (suku bangsa bangsa Dayak Kenyah), dongei (suku bangsa
Dayak Bahau), dan kwangkai (suku bangsa Dayak Tunjung dan Benuaq).
Pelambe
Pelambe adalah upacara adat pada suku bangsa Dayak Punan. Upacara ini
dilakukan jika pada tahun berjalan tidak mendapatkan hasil panen yang baik,
tidak ada musim buah, dan tidak ada musim babi.
Upacara Beliatn
Upacara beliatn adalah sebuah ritus penyembuhan yang biasa dilakukan oleh
suku bangsa Dayak Benuaq. Ada beberapa jenis upacara beliatn, tetapi yang
paling popular dan sering diselenggarakan adalah beliatn bawo dan beliatn
Sentiyu. Beliatn Bawo merupakan upacara penyembuhan yang dapat dipimpin
tabib perempuan. Upacara ini biasanya dilakukan untuk pengobatan ringan
seperti demam pada anak-anak. Sementara itu, beliatn sentiyu merupakan
upacara beliatn terbesar yang dipimpin oleh seorang tabib atau lebih.
Upacara ini biasanya berlangsung hingga 4 hari 4 malam.
TERIMA KASIH