Anda di halaman 1dari 14

Analisis stilistika

hikayat
qomaruzzaman

Abdul Lathif
B0217002
Filologi’17
Tentang Naskah

• Judul naskah : Hikayat


Qomaruzzaman
• Naskah ini tersimpan di Pusat
Dokumentasi Melayu, Koleksi Dewan
Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur
(www.mymanuskrip.fsktm.um.edu.my)
• Memiliki nomor inventarisasi MS 34
(tercantum dalam katalog online)
• Terdapat kolofon dengan tulisan tahun
1324 H / 1905 M.
HQ?

Menceritakan kisah cinta putra dan putri raja yang bernama


Qomaruzzaman dan Budur
Menurut Tolstoy “Seni menghadirkan
dalam diri sendiri suatu perasaan yang
telah dialami seseorang dan setelah
memunculkan dalam diri kemudian dengan
perantaraan gerak, garis, warna, suara, atau
bentuk yang yang diungkap dalam kata-
kata, maka ia telah memindahkan perasaan
tersebut sehingga orang lain ikut
mengalami perasaan yang sama. Inilah yang
disebut kegiatan seni.”
Kemudian muncul konvensi yang
mengharuskan karangan sastra,
apa pun bentuk, jenis dan
coraknya, harus mengandung
pengajaran atau hikmah. Dengan
begitu karangan yang baik tidak
hanya indah bahasanya,
melainkan harus mengandung isi
sehingga bermanfaat.
Melalui citraan-citraan yang
menggambarkan suatu
perasaan atau pikiran itu,
seorang penyair terutama
ingin memberikan kenikmatan
estetis kepada penikmatnya
seraya menyampaikan pesan
moral atau kerohanian
tertentu.
V.I Braginsky

• Tugas kalangan luas (fungsi) karya sastra


adalah menanamkan harmoni dalam jiwa (hati)
manusia melalui keindahan bunyi dan arti.
(1998: 241, 253 - 254)
• Keindahan dapat didapat dari bunyi dan isi.
• Keindahan bunyi didapat dari susunan narasi
dengan irama yang khas
Estetika HQ

• Seperti yang dibahas didepan, Naskah ini


menceritakan kisah cinta antara Qomaruzzaman dan
Budur.
• Dalam mengarungi kisah cintanya, dua sejoli ini harus
melewati lika-liku pertemuan dan perpisahan yang
mempunyai plot cerita yang sangat menarik.
• Penggambaran konflik digambarkan dengan tidak
terduga. Kemudian hal yang unik, sering ditampilkan
syair-syair yang menawan untuk menggambarkan
perasaan tokoh.
• Hal ini lah yang akan coba penulis bahas dalam
tampilan berikut :
• Terdapat syair dalam hikayat ini.
• Masing-masing dari syair itu menggambarka serta
memperkuat jalannya cerita.

Contoh:

Wahai insan emas tempawan


Cantik keduanya tiada berlawan
Umpama sifat qahari bulan
Tiada berbandingan di bawah awan
.......

Terdapat 6 bait, syair ini merupakan bentuk ketakjuban jin Ifrit


yang bernama Qasqasy pada kecantikan Malikatul Budur.
Wahai insan emas tempawan
Cantik keduanya tiada berlawan
Umpama sifat qahari bulan
Tiada berbandingan di bawah awan ....

• Bersajak a-a-a-a
• Memiliki rima /an
• Menggambarkan betapa
cantiknya Budur sehingga
sebagai penggambaran ke-
takjubannya, penulis mebu-
at syair tersebut.
Tiada ku sangka sekali-kali
Bertemu dengan wajah asli
Birahiku panjang upama tali
Menyerah diriku sama sekali....

• Bersajak a-a-a-a
• Memiliki rima /li/
• Merupakan syair yang
diucapkan Budur untuk
menggambarkan kenikmatan
berhubungan badan dengan
kekasihnya.
Ayahanda mendengar begini-begini khabar
Bertambah-tambah hatiku gusar
Pikiran baik jadi terlanggar
Haraplah ampun Allahuakbar

• Bersajak a-a-a-a
• Memiliki rima /ar/
Menarik pula diperhatikan, cara • Merupakan syair yang
Syahraman membuktikan menggambarkan penyesalan
ketidakgilaan Qomaruzzaman Sultan Malik Syahraman karena
yaitu dengan menanyainya
pertanyaan tentang waktu.
telah menganggap anaknya gila
Hal ini merupakan seni dan membuangnya ke dalam
penggambaran yang menarik gua. Akhirnya tuduhan itu pun
tak terbukti
Kesimpulan

• Seperti yang dikatakan Tolstoy diawal, sebuah seni


adalah perasaan yang diungkapkan dalam suatu
bentuk yang pada hikayat ini dituangkan dalam
kata-kata.
• Penulis memberikan sentuhan estetik dengan
memberikan syair-syair yang kemudian dapat
dijadikan penguat penggambaran cerita atau
bahkan perasaan tokoh yang ada dalam cerita.

“A person who never
made a mistake never tried
anything new.”

Anda mungkin juga menyukai