A.Bahasa
-Bahasa Sasak merupakan bahasa ibu yang
dituturkan oleh suku Sasak yang menjadi etnis
mayoritas di pulau Lombok, Indonesia. Bahasa ini
berkerabat dekat dengan bahasa Bali dan bahasa
Sumbawa yang dituturkan di pulau-pulau sekitar
Lombok. Ketiganya merupakan bagian dari rumpun
bahasa Austronesia.
-Bahasa Bajo merupakan bahasa yg bertanah asal
dari Pulau Sulawesi.Bahasa ini di tuturkan di
Provinsi NTB.Wilayah sebaran bahasa Bajo di NTB
terdapat di kabupaten Lombok Utara.
B.Rumah Adat
-1. Rumah Adat NTB dalam Loka
Rumah adat NTB yang pertama yang akan kita bahas adalah rumah
Dalam Loka. Desain rumah adat ini merupakan desain asli dari rumah
para raja Sumbawa di masa lalu. Di Sumbawa sendiri pengaruh agama
Islam sangat kuat sehingga kebudayaannya pun cukup dipengaruhi oleh
hal-hal berbau syariat Islam, termasuk rumah adat. Istilah Dalam Loka
memiliki arti istana dunia. Hal ini selaras dengan fungsi dari rumah adat
NTB yang memang digunakan sebagai kediaman raja dan pusat
pemerintahan raja Sumbawa di Masa lalu. Tidak heran jika rumah
Dalam Loka memiliki ukuran yang besar dan ditopang oleh 99 tiang.
Jumlah 99 tiang ini sendiri diambil dari jumlah asmaul husna dalam
ajaran Islam.
Hal ini karena bentuknya yang sangat unik, yaitu jung atapnya
yang runcing dan melebar sedikit lalu lurus ke bawah hingga
bagian bawahnya melebar kembali dengan jarak 1,5 – 2,0
meter dari tanah 1,5 – 3,0 meter.
Bentuk dari rumah ini adalah rumah panggung yang tujuannya
agar rumah ini tidak mudah rusak karena banjir dan serangan
hama tikus.Bubungan dan atap rumah adat Bale Lumbung ini
terbuat dari jerami atau alang-alang.
Rumah Bale Jajar adalah tempat tinggal suku Sasak yang memiliki
tingkat ekonomi menengah ke atas.
Rumah ini hampir sama dengan Bale Tani, namun memiliki ruangan
yang lebih banyak dari rumah tani.
Rumah adat ini memiliki dua ruangan yang berada di dalam bangunan
atau disebut dengan Bale dan satu serambi yang disebut Sesangkok.
Di dalam Bale juga terdapat sambi yang berfungsi sebagai tempat
menyimpan bahan makanan serta berbagai keperluan rumah.
Balai Berugaq Sekepat atau yang lebih dikenal dengan balai bengong
adalah rumah adat NTB yang berbentuk rumah panggung tapi tidak
memiliki dinding.Atapnya terbuat dari alang-alang dan ditopang oleh
empat tiang bambu dan membentuk segi empat (sekepat).Sedangkan
lantainya terbuat dari papan kayu atau bilah bambu yang dianyam
menggunakan tali pintal. Tinggi lantainya sekitar 40–50 cm dari tanah.
Berugaq Sekepat ini juga digunakan untuk menerima tamu karena
tradisi suku Sasak sendiri tidak bisa menerima sembarang orang masuk
ke dalam rumah.Bila pemilik rumah memiliki anak perempuan yang
belum menikah (perawan), Berugaq Sekepat dapat digunakan untuk
menerima pemuda yang datang untuk melamar.Selain itu, rumah adat
Berugaq Sekepat ini juga dapat digunakan oleh para petani untuk
berkumpul dan beristirahat setelah lelah bertani di sawah.
C.Pakaian Adat
Pakaian Adat Suku Sasak
-Pakaian Adat Lambung Untuk Wanita
Pakaian adat lambung yaitu pakaian adat NTB yang dikenakan khusus
bagi wanita pada waktu menyambut kedatangan tamu dan pada saat
upacara adat yang dikenal dengan nama Mendakin atau
Nyongkol.Pakaian tersebut berbentuk baju dengan warna hitam
dengan bentuk kerah huruf “V”, tanpa lengan, dan dihiasi manik-manik
pada tepian jahitan. Pakaian ini dipakai bersama dengan selendang
yang bercorak Ragi Genep pada bahu kanan atau kiri penggunanya.
Selendang ini terbuat dari bahan kain songket khas suku sasak.
Untuk busana bawahan, dipakai kain panjang yang dibalutkan pada
pinggang. Kain ini bermotif bordir kotak atau segitiga di tepinya. Guna
memperkuat balutan kain, dipakai sebuah sabuk anteng atau ikat
pinggang berbentuk kain yang ujungnya dijuntaikan ke pinggang
kiri.Pemakaian busana adat lambung untuk wanita biasanya dilengkapi
dengan aneka ragam aksesoris antara lain sepasang gelang tangan dan
gelang kaki berbahan perak, anting-anting berbentuk bulat yang dibuat
dari daun lontar (sowang), dan bunga cempaka atau mawar yang
terselip di sanggulan rambut yang bermodel Punjung Pliset.
- Pakaian adat Pegon untuk Laki-laki
Baju pegon khusus dipakai oleh kaum laki-laki. Baju tersebut dipercaya
dari hasil adaptasi kebudayaan Eropa dan Jawa yang dibawa ke Nusa
Tenggara Barat di masa lampau. Baju ini berbentuk jas hitam
sebagaimana jas biasa. Sedangkan untuk bawahannya, dipakai Wiron
atau Cute yaitu batik bermotif nangka berbahan kain pelung hitam.
Masih ada
beberapa aksesoris lain yang dipakai untuk melengkapi keindahan
pakaian adat NTB untuk kaum pria Sasak ini selain Pegon dan Wiron.
Aksesoris ini berupa : ikat kepala bernama capuq berbentuk mirip
udeng khas Bali, ikat pinggang bernama leang berbentuk kain songket
bersulam benang emas, dan keris terselip di samping atau belakang ikat
pinggang.Selain beberapa aksesoris di atas, khusus bagi para pemangku
adat juga memakai selendang umbak dengan warna putih, merah,
hitam dengan panjang sekitar 4 meter.
hingga kaki.
Dari bentuk Rimpu ini membuktikan bahwa pengaruh kebudayaan
Islam di masyarakat suku Bima sangatlah kuat. Adapun, Rimpu sendiri
berdasar fungsinya dibedakan menjadi dua yaitu, Rimpu Cili khusus bagi
perempuan yang belum menikah dan Rimpu Colo bagi perempuan yang
telah menikah.Rimpu Cili menutupi seluruh tubuh penggunanya kecuali
mata, sedangkan Rimpu Colo menutupi seluruh tubuh kecuali wajah.
Bagi kaum laki-laki Bima, mengenakan ikat kepala dari kain tenun
dengan nama Sambolo. Sambolo dikenakan dengan ujung-ujung
melingkari kepala. Busana atasan pria berbentuk kemeja lengan
panjang sedangkan bawahannya berbentuk sarung songket yang
bernama Tembe Me’e. Busana bawahan dilengkapi selendang yang
berfungsi sebagai ikat pinggang atau Salepe.