Bengkulu. Sebuah provinsi di Barat Daya Pulau Sumatera ini sebetulnya adalah provinsi yang
sangat kaya sumber daya. Selain kaya akan hasil pertanian dan pertambangan, provinsi yang
berdiri sejak 18 November 1968 ini ternyata juga memiliki kekayaan budaya yang bersumber
dari warisan nenek moyangnya. Kekayaan nilai-nilai budaya adat Bengkulu yang telah
terpupuk semenjak dahulu dan masih tetap lestari hingga saat ini misalnya dapat kita temukan
pada pakaian adatnya. Pakaian adat Bengkulu yang mungkin sangat asing dan tidak begitu
dikenal oleh kebanyakan masyarakat Indonesia ini begitu sarat dengan nilai-nilai filosofis. Apa
saja keunikannya? Berikut ini akan kita pelajari dengan seksama. Pakaian Adat Bengkulu
Pakaian Adat Bengkulu Suku asli dari masyarakat Bengkulu seperti suku Rejang, Serawai,
Lembak, dan Pekal sebetulnya adalah bagian dari sub suku Melayu. Oleh karenanya, setiap
adat dan budaya yang mengalir dari masing-masing suku tersebut bersumber dari budaya yang
sama, yakni budaya Melayu. Budaya Melayu Bengkulu tentu memiliki beberapa perbedaan
dengan budaya Melayu pada umumnya. Perbedaan tersebut tercipta akibat adanya akulturasi
budaya dengan kekhasan alam sekitar. Salah satu bentuk akulturasi budaya tersebut misalnya
dapat kita lihat dari pakaian adat Bengkulu seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Pakaian
Adat Bengkulu dan Keterangannya Pakaian adat Bengkulu atau yang bernama pakaian adat
Melayu Bengkulu sekilas memang terlihat memiliki kesamaan dengan pakaian dari suku
Melayu Riau, Melayu Deli, Palembang, atau Lampung. Pakaian Adat Pria Bengkulu Pakaian
Adat Pria Bengkulu Para pria bengkulu mengenakan pakaian adat yang terdiri atas jas, celana
panjang, alas kaki dan tutup kepala. Jasnya terbuat dari bahan wol atau beludru berwarna hitam,
celana terbuat dari bahan kain satin dengan warna gelap, dan tutup kepalanya dibuat mancung
ke atas seperti halnya tutup kepala pada pakaian adat Melayu Riau. Tutup kepala ini dikenal
dengan nama detar. Penggunaan celana panjang umumnya akan disertai dengan lipatan sarung
yang dipasang di pinggang setinggi lutut. Sarung tersebut adalah sarung songket yang ditenun
menggunakan motif emas. Sesuai cara penggunaannya, oleh masyarakat Melayu Bengkulu,
sarung ini diberi nama sarung segantung. Sebagai pelengkap penggunaan pakaian adat
Bengkulu pada pria lazimnya juga dilengkapi dengan hiasan gelang emas di tangan kanan, serta
sebilah keris yang menjadi senjata tradisional sarana perlindungan diri. Pakaian Adat Wanita
Bengkulu Pakaian Adat Wanita Bengkulu Untuk pakaian wanita adat Bengkulu memiliki
kesamaan dengan pakaian adat Melayu pada umumnya, yaitu berupa baju kurung lengan
panjang yang dibuat dari kain beludru. Baju kurung ini dihiasi dengan motif sulaman emas
berbentu bulat-bulat seperti lempengan uang logam. Warna yang paling dominan digunakan
untuk baju kurung ini biasanya adalah warna-warna tua, seperti merah tua, lembayung, biru
tua, dan hitam. Baju kurung dipadukan dengan bawahan berupa kain songket berbahan sutra
yang dihiasi dengan motif benang-benang emas. Sarung yang dikenakan para wanita umumnya
serupa dengan sarung yang dikenakan pada pakaian adat pria Bengkulu. Untuk mempercantik
penampilan, selain mengenakan pakaian adat, para perempuan juga akan menggunakan
beberapa aksesoris lainnya, di antaranya yaitu sanggul lengkap dengan tusuk konde, anting
atau giwang emas, serta mahkota dengan hiasan kembang goyang, ikat pinggang, kalung
bersusun, gelang emas di pergelangan tangan, serta sepasang alas kaki yang berupa slop
bersulam emas. Dengan aksesoris-aksesoris tersebut, wanita Bengkulu yang terkenal cantik
akan tampil menjadi lebih sempurna. Gambar Pakaian Adat Bengkulu dan Keterangannya Kain
Besurek dan Kain Kaganga Khas Adat Bengkulu Selain terkenal dengan pakaian adat
Bengkulu-nya, provinsi yang mempunyai bangunan benteng bersejarah Fort Marlbourgh ini
juga disebut mempunyai budaya batiknya sendiri. Batik khas bengkulu yang dikenal dengan
nama batik besurek atau kain besurek ini adalah batik yang bermotifkan kaligrafi huruf Arab.
Motifnya yang berupa potongan dari ayat-ayat Suci Al-Quran membuat batik ini dianggap
begitu sakral dan tidak boleh dikenakan secara sembarangan. Batik besurek hanya boleh
dipakai untuk menutupi tubuh bagian atas, ikat kepala, alas bayi pada upacara cukur rambut,
serta sebagai kain penutup jenazah. Selain penggunaan tersebut, tidak ada penggunaan lain
yang diperbolehkan. Motif kaligrafi yang terdapat pada kain besurek dibuat dengan teknik batik
tulis. Oleh karenanya saat ini kain besurek begitu sulit ditemukan seiring semakin sedikitnya
pengrajin pakaian adat Bengkulu. Akan tetapi, jika beruntung kita dapat membeli batik khas
Bengkulu ini di sekitar pertokoan Anggut Atas, kota Bengkulu. Kain Besurek dan Kain
Kaganga Khas Adat Bengkulu Selain batik Besurek, Bengkulu juga mengembangkan varian
batik khas lainnya yang memang telah ada sejak dahulu. Batik tersebut adalah batik kaganga.
Batik Kaganga tercipta dari tangan orang-orang suku Rejang yang terinspirasi dari batik
besurek. Jika batik besurek dinilai terlalu sakral karena motifnya merupakan susunan ayat suci
Al Quran, maka batik kaganga dinilai cenderung lebih luwes dari sisi penggunaannya. Batik
kaganga adalah batik tulis yang motifnya merupakan susunan aksara Kaganga, aksara asli khas
suku Rejang. Motif aksara kaganga pada batik Kaganga juga sering kali dipadukan dengan
motif burung wallet atau bunga Raflesia Arnoldi.
.
RUMAH ADAT
Rumah Bubungan Lima adalah rumah adat resmi Provinsi Bengkulu. Rumah Bubungan
Lima termasuk jenis rumah panggung. Bubungan lima sejatinya merujuk pada atap dari
rumah panggung tersebut. Selain bubungan lima, rumah panggung khas Bengkulu ini
memiliki bentuk atap lainnya, sperti bubungan limas, bubungan haji, dan bubungan
jembatan. Material utama yang digunakan adalah kayu medang kemuning atau surian
balam, yang berkarakter lembut namun tahan lama. Lantainya terbuat dari papan, sementara
atapnya terbuat dari ijuk enau atau sirap. Sementara di bagian depan, terdapat tangga untuk
naik-turun rumah, yang jumlahnya biasanya ganjil (berkaitan dengan nilai adat).
Menilik sejumlah literatur yang menerangkan tentang rumah adat ini, kesimpulan sementara
yang bisa diambil adalah, rumah ini bukanlah jenis tempat tinggal yang umum ditempati
masyarakat. Rumah Bubungan Lima (juga jenis rumah adat lainnya di Bengkulu) merupakan
rumah dengan fungsi khusus yang digunakan untuk ritus-ritus adat atau acara khusus, seperti
penyambutan tamu, kelahiran, perkawinan, atau kematian. Rumah Bubungan Lima,
merupakan salah satu prototipe hunian tahan banjir, yang merepresentasikan nilai-nilai
kearifan lokal pada masyarakat Bengkulu.
Bagian Bawah
Sementara bagian bawah, terdiri dari:
Berendo
Tempat menerima tamu yang belum dikenal, atau tamu yang hanya menyampaikan suatu
pesan (sebentar). Selain itu juga dipergunakan untuk bersantai pada pagi atau sore hari. Bagi
anak-anak, berendo juga sering dipergunakan untuk bermain congkak, karet, dll
Hall
Ruang untuk menerima tamu yang sudah dikenal baik, keluarga dekat, atau orang yang
disegani. Ruangan ini juga digunakan untuk tempat cengkrama keluarga pada malam hari,
ruangan belajar bagi anak-anak, dan sewaktu-waktu ruang ini digunakan untuk selamatan
atau mufakat sanak famili.
Bilik Gedang
Bilik gedang atau bilik induk merupakan kamar tidur bagi kepala keluarga (suami istri) serta
anak-anak yang masih kecil.
Bilik Gadis
Biasanya terdapat pada keluarga yang memiliki anak gadis, merupakan kamar bagi Si Anak
Gadis. Selain uantuk tidur juga digunakan untuk bersolek. Bilik gadis biasanya berdampingan
dengan bilik gedang, demi keamanan dan kemudahan pengawasan terhadap anak gadis
mereka.
Ruang Tengah
Biasanya dikosongkan dari perabot rumah, dan di sudutnya disediakan beberapa helai tikar
bergulung karena fungsi utamanya adalah untuk menerima tamu bagi ibu rumah tangga atau
keluarga dekat bagi si gadis. Di samping itu juga sering dipakai sebagai tempat belajar
mengaji. Bagi keluarga yang tidak memilki kamar bujang tersendiri, kadang-kadang dipakai
untuk tempat tidur anak bujang.
Ruang Makan
Tempat makan keluarga. Pada rumah kecil biasanya tidak terdapat ruang makan, mereka
makan di ruang tengah. Bila ada tamu bukan keluarga dekat, maka untuk mengajak tamu
makan bersama digunakan hal, bukan di ruang makan.
Garang
Tempat penyimpanan tempayan air atau gerigik atau tempat air lainnya, juga dipakai untuk
tempat mencuci piring dan mencuci kaki sebelum masuk rumah atau dapur
Dapur
Berendo Belakang
Serambi belakang, tempat bersantai bagi kaum wanita pada siang atau sore hari, melepas
lelah setelah mengerjakan tugas, tempat mengobrol sambil mencari kutu.
Selain Rumah Bubungan Lima, di Provinsi Bengkulu juga terdapat rumah adat yang lain
seperti Rumah Umeak Potong Jang, Rumah Kubung Beranak, Rumah Patah Sembilan, dan
lain sebagainya.
SUKU BANGSA DI BENGKULU
Suku-suku bangsa yang mendiami Provinsi Bengkulu dapat dikelompokkan menjadi suku asli
dan pendatang, meskipun sekarang kedua kelompok ini mulai bercampur baur. Bahasa yang
dominan dipakai adalah bahasa Rejang, yang banyak dipahami oleh sebagian besar
penduduk, selain bahasa Melayu (bahasa Indonesia) dan bahasa Serawai. Di Pulau Enggano
dipakai bahasa Enggano. Suku-suku pribumi mencakup suku-suku berikut:
Suku bangsa pendatang meliputi Melayu, Jawa (dari Banten), Bugis, Madura, Minangkabau,
Batak, Sunda, dan lain-lain
Bengkulu merupakan salah satu provinsi yang ada di sumatera dan berada antara provinsi
Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan juga dengan Lampung. Bengkulu terkenal dengan
kerajian tradisional batik besurek, yaitu kain batik yang dihiasi huruf-huruf Arab gundul dan
diakui oleh pemerintah Republik Indonesia sebagi salah satu bagian warisan budaya Republik
Indonesia serta turut memperkaya khazanah budaya di Indonesia.
Selain batik bengkulu juga terkenal dengan Tarian Tradisional yang indah. Tarian yang sering
digunakan untuk menyambut tamu penting adalah Tarian Andun. Selain itu masih banyak
tarian yang kita belum mengetahui. Berikut ini adalah Tarian Tradisional Bengkulu yang wajib
kita ketahui.
1. Tarian Andun
Tarian Andun
Tarian Andun biasanya di pentaskan untuk menyambut tamu penting atau pada acara
kemanten. Dalam pementasan biasanya diwakili oleh pasangan muda mudi pada malam hari
dan di iringin oleh alat musik tradisional kolintang. Pada jaman dahulu tarian andun di
pentaskan setelah masa panen yang berfungsi untuk mencari jodoh.
Tarian yang berasal dari Rejang Lebong. Dari namanya sudah memberikan pengertian kalau
Tarian ini di ibaratkan seorang bidadari yang sedang meminang anak. Yang jelas diberi nama
yang unik pasti memiliki maksud yang baik oleh pembuatnya dahulu. Kita sebagai generasi
penerus harus bisa melestarikannya
3. Tarian Tabot
Tari Tabot
Tarian Tabot merupakan Tarian untuk mengenang kisah kehebatan dan kepahlawanan dari
cucu Nabi Muhammad SAW. Husein Bin Ali Abi Thalib dalam melakukan peperangan
melawan ubaidillah bin zaid di padang karbala irak. Tarian tabot untuk menghormati keturunan
dari Syeh Buhanuddin yang di kenal dengan Imam Senggolo dan memiliki cucu yang
dikemudian menjadi keluarga tabot. Tarian ini di lakukan pada tanggal 1-10 muharam setiap
tahunnya
4.Tari Kejei
Tari Kejei
Tarian yang dilakukan oleh pasangan muda mudi yang diadakan setiap panen raya pada setiap
tahunnya. Kesenian tari kejei berasai dari rakyat Rejang. Tarian ini menggunakan baju adat
bengkulu dan dilakukan pada malam hari dengan menggunakan penerangan lampion, sehingga
terlihat indah. Tarian Kejei dilakukan setiap desa yang ada di bengkulu
Tarian Lanan Belek di ceritakan dari seorang biadadari yang tertinggal di bumi saat mandi
karena selendangnya di ambil seseorang sehingga tidak bisa kembali ke kayangan. Ketika
seledangnya sudah ketemu sang bidadari pulang kekayangan dan meninggalkan pemuda tadi
sendirian. Seperti kisah joko tarub yang ada di jawa.
Dengan mengenal Tarian Tradisional yang ada di Provinsi Bengkulu kita bisa memahami
bahwa warisan budaya di Negara kita itu sangat banyak dan perlu kita lestarikan agar tidak di
klaim oleh negara lain ataupun punah. Yuk Baca Juga Tarian Tradisional Jambi Dan
Keterangannya
ALAT MUSIK TRADISIONAL BENGKULU
Sebelum membahas tentang alat musik tradisional Bengkulu, terlebih dahulu mari kita
pahami apa saja etnis sub suku Melayu yang tinggal di provinsi ini. Alat Musik Tradisional
Bengkulu Berdasarkan data Wikipedia, dapat kita ketahui bahwa terdapat 7 suku besar yang
mendiami provinsi Bengkulu sejak lama. Ketujuh suku tersebut yaitu suku Muko-Muko, suku
Pekal, suku Rejang, suku Lembok, suku Serawai, suku Basemah, dan suku Kaur. Suku-suku
tersebut memiliki ciri khas dan keunikan budayanya masing-masing. Akan tetapi, dalam
urusan budaya seni musik, terdapat kesamaan mencolok dalam kehidupan masyarakat
tersebut dengan adanya 4 jenis seni musik tradisional yaitu Geritan atau seni bercerita sambil
berlagu, Serambeak atau seni patatah-petitih, Andei-andei atau seni sastra yang berisi nasihat,
dan Sambei atau seni vokal yang dipertunjukan dalam pesta perkawinan. Dalam
mempertunjukan keempat jenis seni musik tersebut, masyarakat Bengkulu menggunakan
beberapa instrumen alat musik untuk menghasilkan bunyi-bunyian indah seperti yang saat ini
dapat kita lihat di Museum Negeri Bengkulu. Alat musik tradisional Bengkulu tersebut antara
lain: 1. Alat Musik Doll Doll adalah alat musik tradisional Bengkulu yang berupa sebuah
gendang dengan bentuk cembung di bagian sisinya. Sejak dulu, gendang ini dimainkan dalam
perayaan Tabot (1 sd 10 Muharram), perayaan untuk mengenang kematian cucu Nabi
Muhammad. Instrumen tepuk ini tidak dapat dimainkan oleh sembarang orang. Hanya Sipai
atau orang keturunan India saja yang diperkenankan memainkannya. Dalam memainkan Dol,
terdapat suatu aturan yang wajib ditaati oleh pada Sipai. Aturan tersebut terkait dengan jenis
pukulan dan ritme tepukan yang dimainkan. Terdapat 3 jenis tepukan dalam aturan tersebut
yaitu suwena, tamatam, dan suwari. Tepukan suwena adalah pukulan dengan tempo lambat
yang digunakan untuk menggambarkan duka cita, tepukan tamatam adalah pukulan dengan
ritme cepat yang digunakan untuk suasana riang, sementara tepukan suwari adalah tepukan
satu-satu untuk tempo yang panjang. Dalam pementasan, Dol tidak dimainkan sendiri. Ada
instrumen lain seperti tassa, serunai, rebana yang mengiringinya.
1Lirik Lagu Daerah dari Provinsi Bengkulu - Lalan Belek
Oh sungai suci
lah terkenal sejak dulu kalo
bertebaran warna warni batu mulia
Di hari minggu
banyaklah orang nang pai kesitu
tiado lupo bekalnyo
gitar kek gendang main bersamo
Rudus adalah sejenis pedang yang terdiri dari mata, ulu, dan sarung. Dipergunakan untuk
berperang, membela diri dan kelengkapan pada upacara penobatan datuk (kepala adat).
Rudus juga dipergunakan dalam lambang Provinsi Bengkulu. Penggunaan rudus dalam
lambang Provinsi Bengkulu tersebut melambangkan kepahlawan.