Anda di halaman 1dari 4

SUKU BETAWI

Suku Betawi adalah suku dimana penduduknya secara umum bertempat tinggal di Jakarta. Suku
Betawi telah menempati Batavia sejak abad ke-17. Ada yang berpendapat bahwa Suku Betawi berasal
dari berbagai etnis dan bangsa di masa lalu seperti Sunda, Melayu, Jawa, Bali, Bugis, Makassar,
Ambon, Arab, Tionghoa, dan India. Terlepas dari semua itu, Suku Betawi memiliki icon atau
penggambaran identitas budayanya seperti, baju ujung serong, senjata tradisional golok, sampai
rumah adat Betawi. Adapun jenis kebudayan yang akan ditampilkan yaitu sebagai berikut;

A. Rumah Adat Betawi


Rumah Kebaya pada zaman dahulu umumnya hanya dimiliki oleh kaum yang termasuk golongan
terpandang. Rumah ini umumnya memiliki teras yang cukup luas. Rumah ini juga memiliki atap yang
berbentuk seperti pelana yang dilipat. Jika dilihat dari samping sekilas bentuk ini menyerupai kebaya,
dari situlah nama rumah Kebaya didapat. Rumah Betawi Asli Tidak Memiliki Kamar Mandi Salah
satu prinsip hidup suku Betawi berasumsi bahwa segala kotoran harus disingkirkan dari bangunan
utama (bangunan tempat tinggal) yang bermaksud agar siapapun yang tinggal di dalam rumah
senantiasa bersih lahir dan batin. Jadi, di dalam rumah adat Betawi asli tidak memiliki kamar mandi
yang bersatu dengan bangunan utama. Letak kamar mandi biasanya berada di luar bangunan rumah
seperti di belakang rumah.

Rumah adat Betawi ini merupakan sebuah akulturasi dari masyarakat yang bertempat tinggal di
Jakarta. Rumah Betawi Memiliki Arti Filosofis salah satunya mempunyai ciri khas yaitu terdapat
ukiran atau ornamen yang terdapat di dalam rumah adat Betawi. Masing-masing ornamen atau ukiran
tersebut pun memiliki arti filosofis yang berbeda-beda, seperti:

● Ukiran Tumpal atau Gunungan


Yang melambangkan kekuatan alam yang terdiri dari makrokosmos (semesta), mikrokosmos
(manusia), dan metakosmos (alam ghaib).
● Ornamen Gigi Balang
Merupakan hiasan berupa papan kayu yang berbentuk segitiga terbalik berjajar yang
terpasang di lisplang atau dibawah atap rumah. Ornamen ini memiliki makna bahwa hidup
masyarakat Betawi harus jujur, rajin, ulet, dan sabar sebagaimana belalang yang hanya bisa
mematahkan batang tanaman jika dikerjakan secara ulet, terus menerus, dan dalam tempo
waktu yang lama.

Rumah adat Kebaya merupakan salah satu ciri khas dari bangunan di Jakarta. Dilihat dari
bangunannya, rumah ini memiliki ciri khas atap yang menyerupai pelana yang dilipat seperti pada
lipatan kebaya. Rumah Kebaya memiliki berbagai macam ruangan dengan fungsinya.
Ruangan-ruangan yang ada di dalam rumah ini adalah :
1. Paseban, adalah sebuah kamar yang biasanya digunakan oleh tamu untuk menginap. Jika
tidak ada tamu yang menginap ruangan ini digunakan untuk melakukan ibadah sholat.
2. Teras, sebuah ruangan luas yang menjadi ciri khas rumah kebaya yang dilengkapi dengan
meja dan kursi. Tempat ini digunakan untuk menerima tamu atau tempat bersantai anggota
keluarga.
3. Lantai teras mempunyai nama yang dikenal dengan istilah “gejogan” yang selalu dibersihkan
untuk menerima tamu
4. Ruang Tidur, pada umumnya ruang tidur yang dimiliki rumah kebaya adalah empat ruang
tempat tidur. Dan ruangan yang terbesar ditempati oleh pemilik rumah.
5. Pangkeng, sebuah ruangan yang menyerupai ruang keluarga yang berfungsi sebagai ruang
untuk bersantai di malam hari agar hubungan antar anggota keluarga semakin hangat dan
terjaga.
6. Srondoyan, istilah lain untuk dapur. Terletak di bagian belakang rumah dan digunakan juga
sebagai ruang untuk makan keluarga. Tempat untuk mengolah bahan atau memasak makanan
untuk keluarga.

Konstruksi Rumah Kebaya


Dulunya, rumah ini sering dibangun oleh kalangan orang-orang yang terpandang atau memiliki
jabatan khusus. Oleh karenanya, pembangunan rumah ini juga tidak sembarangan. Ada pula material
yang digunakan sebagai bahan untuk membangun Rumah Kebaya berdasarkan bagian pada rumah,
diantaranya :
1. Bagian Atap
Biasanya bagian atap rumah kebaya ini tersusun atas rangka bambu yang dibelah sebagai
dudukan atap. Ada yang berbentuk seperti pelana yang dilipat yang dilihat dari samping
seperti lipatan kebaya, ada juga yang berbentuk pelana kuda tetapi limpasan air terletak di
bagian samping. Dan untuk bagian teras bentuk atapnya pelana dengan struktur yang lebih
landai
2. Bagian Dinding
Dinding pada rumah kebaya biasanya menggunakan kayu gowok atau kayu nangka yang dicat
dengan warna cerah seperti hijau atau kuning. Sedangkan, dinding lainnya menggunakan
anyaman dari bambu. Selain itu, daun pintu yang terpasang juga memiliki keunikan tersendiri.
Daun pintu rumah kebaya berukuran besar dan terdapat lubang udara.
3. Struktur Pondasi
Sebelum dibangun, rumah kebaya menggunakan pondasi batu kali yang disusun dengan
sistem umpak. Setelahnya, batu bata dipasang dengan kokoh agar tidak mudah roboh.
Biasanya, kolom pada rumah kebaya menggunakan kayu nangka yang berbentuk balok.

B. Tari Ondel- Ondel


Tari Ondel-ondel adalah tari pertunjukkan yang sering ditarikan rakyat suku Betawi untuk
memeriahkan berbagai kegiatan pesta rakyat. Dalam tarian ondel-ondel terlihat seperti
menggambarkan sosok leluhur yang senantiasa memelihara keamanan, ketertiban, keberanian,
ketegasan kejujuran dan anti manipulasi. Sebelum tari kesenian tradisional ini dikenal oleh
masyarakat, tarian ini berfungsi sebagai sarana penolak bala, kesialan maupun gangguan dari roh
halus.
Pada dasarnya, gerakan dalam setiap pertunjukan Ondel-ondel lebih menitikberatkan pada
gerakan tangan, langkah kaki, serta gelengan kepala. Hal ini dikarenakan asal mula dari tarian ini
adalah sebuah arak-arakan dengan boneka raksasa. Pertunjukan Tari Ondel-ondel biasanya diadakan
dalam rangka pesta rakyat seperti pesta panen, penyambutan tamu, pernikahan dan dan perayaan
resmi lainnya. Tarian ini dibawakan secara berkelompok oleh penari perempuan, namun dalam
perkembangannya sering dikreasikan untuk ditarikan oleh perempuan dan laki-laki secara
berpasangan. Jumlah minimal dalam satu kelompok adalah dua orang penari.

C. Palang pintu
Tradisi Palang Pintu, Cara Masyarakat Betawi Menguji Pengantin Pria. Palang Pintu adalah tradisi
unik dari Betawi yang berisi laga pencak silat, adu pantun, hingga pembacaan Al Quran dan shalawat
sebagai simbol ujian yang harus dilalui mempelai laki-laki untuk membuka pintu restu dari keluarga
perempuan, melalui peristiwa jawara dari mempelai laki-laki harus bisa mengalahkan jawara dari
tempat tinggal perempuan.

Bagi masyarakat Betawi, tradisi ini melambangkan besarnya perlindungan orang tua terhadap
putrinya sebelum dipinang. Sedangkan bagi pihak laki-laki, Palang Pintu dapat menunjukkan
kesungguhannya yang akan membangun rumah tangga bersama perempuan pilihannya. Tradisi ini
juga merupakan bagian dari prosesi adat pernikahan masyarakat Betawi. Jadi, arti Palang Pintu
adalah tradisi untuk membuka penghalang saat memasuki daerah tertentu yang dikuasai jawara.
Palang Pintu bertujuan untuk menguji kesungguhan pengantin pria yang akan membangun rumah
tangga dengan mempelai perempuan. Selain membuka pintu pernikahan, tujuan dari Palang Pintu
adalah untuk menunjukkan ketaatan atas norma adat yang berlaku di masyarakat Betawi.

Prosesi Palang Pintu Tradisi Palang Pintu


Saat pihak pengantin pria hendak memasuki rumah mempelai perempuan. Sebelum iring-iringan
pihak pria masuk, mereka akan dihadang oleh perwakilan dari pihak perempuan. Dari kedua belah
pihak, ada tukang pantun dan jagoan silat yang mewakili di depan calon pengantin. Pada awalnya
akan terjadi dialog pembukaan dan saling berbalas pantun. Secara perlahan, intonasi para pelempar
pantun akan naik dan membuat situasi semakin memanas.
Meski bergaya seperti hendak berkelahi, pantun yang terlontar sering kali merupakan rangkaian
kata yang penuh lelucon dan mengundang tawa. Setelah itu, jagoan silat dari pihak perempuan akan
menguji kesaktian dan kemampuan dari pihak laki-laki. Baca juga: Kyai Mursalin, Ulama dan
Legenda Silat dari Pulau Panggang Adu ilmu silat pun terjadi yang akan dimenangkan oleh pihak
pengantin laki-laki. Mengalahkan lawan dari pihak perempuan inilah yang dianggap sebagai
menjatuhkan penghalang, yang membuat namanya menjadi Palang Pintu. Ketika semua halangan
dilalui, pihak pengantin perempuan akan mempersilahkan rombongan mempelai laki-laki untuk
masuk

Anda mungkin juga menyukai