Anda di halaman 1dari 15

BETAWI

1. Rumah Kebaya

(Rumah kebaya)
KONSEP
Konsep Panggilan Rumah Kebaya untuk rumah Betawi terinsipirasi dari
salah satu pakaian nasional Indonesia. Disebut dengan Rumah Kebaya karena
bentuk atapnya menyerupai pelana yang dilipat dan apabila dilihat dari samping
akan tampak lipatan-lipatan yang terlihat seperti lipatan kebaya. Sekilas bentuk
Rumah Kebaya memang mirip dengan Rumah Joglo. Namun, jika dilihat secara
saksama, keduanya sangat berbeda. Salah satu perbedaannya terlihat dari atap
rumah.
TIPOLOGI

Fungsi Dan Langgam

Rumah Bapang / kebaya adalah rumah adat Betawi yang berada didaerah
pedalaman juga seperti rumah gudang. Rumah adat ini merupakan sebuah bentuk
yang disesuaikan dengan etnis Jawa. Disamping itu juga rumah bapang pada
zaman dahulu merupakan rumah untuk etnis Betawi yang tergolong dalam
keturunan orang terpandang yang pada etnis Jawa disebut Ningrat. Terlihat
terhadap luas teras rumah yang begitu luas, teras tersebut dahulunya digunakan
untuk menyambut para tamu-tamu dari kalangan ningrat yang jumlahnya
biasanya banyak sehingga para tamu dapat nyaman berada dirumah tersebut. Dan
juga teras tersebut dapat digunakan sebagai tempat untuk menyambut tamu-tamu
lain dengan budaya Betawi.

Bentuk dan Simbol


 Rumah Bapang atau sering disebut rumah Kebaya. Bentuknya sangat
simpel dan sederhana dengan bentuk dasar kotak. Layaknya rumah
tinggal, Rumah Bapang juga memiliki ruang tamu, ruang keluarga,
ruang tidur, kamar mandi, dapur, dan juga ada tambahan teras.
 Rumah Kebaya, merupakan rumah yang menjejak ke bumi selanjutnya
lebih disukai karena proses pembuatannya yang sederhana namun lantai
dibuat lebih tinggi dari permukaan tanah sehingga bali suji sebagai
unsur pendukung masih tetap dipertahankan.
 Rumah tipe bapang/kebaya merupakan rumah yang berbentuk pelana.
Tetapi tidak berbeda dengan atap rumah gudang, bentuk dari pelana
rumah tipe bapang adalah tidak penuh, karena kedua sisi luar dari atap
rumah tipe bapang/kebaya ini sebenarnya terbentuk terusan (sorondoy)
dari atap pelana tadi yang terletak dibagian tengah. Oleh karena itu,
struktur kuda-kuda adalah bagian atap yang berada ditengah-tengah
bagian atap tersebut.

Ruang,Aktivitas dan Fungsi


 AreaUmum(Depan)
Rumah kebaya dikelilingi oleh pagar kayu atau Langkan dan identik
dengan teras yang luas dan dilengkapi kursi bale-bale dari rotan, bambu,
atau kayu jati yang disebut Amben. Lantai teras diberi nama Gejogan, yang
memiliki simbol penghormatan kepada tamu. Bagi masyarakat Betawi,
Gejogan ini dianggap sakral atau kramat karena berhubungan langsung
dengan tangga masuk bernama Balaksuji, penghubung rumah dengan area
luar. Balak artinya bencana sedangkan Suji artinya penyejuk. Balaksuji
dapat diartikan sebagai “penyejuk” yang menghalangi bencana memasuki
kehidupan penghuninya. Selain jadi tempat bersantai keluarga, teras
dimanfaatkan untuk menerima tamu. Hal ini menunjukkan bahwa dalam
membuat hunian, suku Betawi selalu berpegang pada konsep
kekeluargaan, keterbukaan, keramahan, serta hubungan sesama warga
yangharmonis.
 Area Pribadi (Tengah)
Area pribadi ini terletak di bagian tengah yang terbagi dua bagian,
Pangkeng dan ruang tidur. Umumnya setiap Rumah Kebaya memiliki
ruang tidur sekitar 4 kamar dan kamar tamu atau Paseban yang didesain
indah dengan ukiran. Bila kosong, Paseban biasanya dimanfaatkan
sebagai mushola. Selain itu ada ruang keluarga yang biasa disebut
Pangkeng. Ruang ini biasanya digunakan untuk berkumpul santai
bersama keluarga di malam hari. Dinding Rumah Kebaya terbuat dari
panel-panel yang dapat digeser dan dibuka. Tujuannya agar rumah terasa
lebih luas dan lebih sejuk karena sirkulasi udara lancar. Lantai Rumah
Kebaya biasanya lebih tinggi sedikit dari dasar tanah agar air tidak masuk
ke dalam.

 AreaServis(Belakang)
Area yang terletak di bagian belakang yang biasanya digunakan untuk
dapur atau Srondoyan. Bagian belakang rumah digunakan untuk kegiatan
memasak dan biasanya juga tersedia ruang makan. Kamar mandi,
pekarangan, dan gudang pun berada di area ini.

Rumah Kebaya yang merupakan rumah adat suku betawi, secara


pembagian dan fungsi ruangan tidak jauh berbeda dengan rumah pada
umumnya. Untuk lebih jelasnya kami uraikan sebagai berikut;

1. Paseban, atau kamar tamu biasa digunakan untuk tempat tidur tamu yang
menginap. Seperti saudara atau siapa pun yang bertamu, mereka akan
ditempatkan di sini. Jika sedang tidak ada tamu, ruangan ini biasa digunakan
untuk tempat shalat.
2. Teras depan diberi kursi yang terbuat dari kayu jati. Tempat ini biasa
digunakan untuk menerima tamu. Tidak hanya itu, gejogan atau lantai teras
senantiasa dibersihkan sebagai bentuk penghormatan kepada tamu yang akan
datang.
3. Ruang tempat tidur, rumah ini memiliki empat ruangan. Pemilik rumah biasa
menempati ruang tidur paling besar.
4. Pangkeng atau ruang keluarga biasa digunakan untuk berkumpul pada malam
hari. Ruangan ini juga biasa digunakan untuk senda gurau sesama anggota
keluarga.
5. Sementara srondoyan alias dapur berada di bagian belakang yang juga
bersatu dengan ruang makan.
2. Rumah Gudang

(Rumah Gudang)
KONSEP
Rumah Gudang ini nampaknya masih asli dan belum terpengaruh oleh
budaya luar. Di samping itu, rumah gudang juga berada di daerah terpencil
sehingga agak sulit diinfiltrasi oleh budaya luar.

TIPOLOGI
Fungsi dan Langgam
Merupakan rumah adat Betawi asli yang belum pernah terpengaruh oleh
budaya-budaya lain yang ada di Indonesia. Rumah gudang adalah rumah adat
Betawi yang sudah ada dari awal masuknya etnis budaya Betawi di Indonesia.
Rumah gudang tersebut merupakan rumah dari suku Betawi yang letaknya berada
didaerah pedalaman dan bentuknya menyesuaikan terhadap alam disekitarnya.

Bentuk dan Simbol


Rumah Gudang memiliki bentuk persegi panjang yang memanjang dari
depan ke belakang dengan ukuran yang bervariatif tergantung situasi dan kondisi
di sekitarnya. Atapnya seperti pelana kuda dan perisai, lalu bagian depannya
diberikan atap kecil dengan posisi melandai. Bagian ini sering disebut
markis/dak/topi.
Aktivitas dan Fungsi

3.Rumah Panggung

(Rumah Panggung)

KONSEP
Rumah panggung termasuk rumah adat suku betawi. Rumah ini biasa
dibangun oleh orang betawi yang berada di pesisir pantai. Mereka adalah para
nelayan. Bangunan ini dibentuk panggung karena memang tuntutan alam dimana
pesisir pantai meniscayakan membentuk rumah seperti ini agar melindungi dari
masuknya air ombak laut.
Ada keuntungan ekologis dari rumah tipe panggung, yaitu tanah dibagian
bawah bangunan akan berfungsi sebgai tempat untuk resapan air. Pada saat air
pasang atau banjir, air akan menggenang di bawah rumah tersebut sampai
kemudian pada akhirnya dapat surut dan terserap kedalam tanah. Dan sementara
itu tempat tinggal keluarga masih akan tetap aman dan para anggota keluarga
masih tetap bisa menjalankan aktifitas mereka masingmasing di dalam rumah
tersebut.
TIPOLOGI
Fungsi dan Langgam
Rumah panggung ini Merupakan rumah adat Betawi yang tinggal didaerah
pesisir pantai. Bentuk rumah panggung semua bahannya menggunakan material
kayu, bentuk rumah panggung tercipta sebagai pengamanan terhadap air pasang.
Selain itu pula, pada awalnya masyarakat Betawi didaerah pesisir hanya
menggantungkan hidupnya dengan mencari ikan di laut saja. Jadi bentuk dari
rumah panggung tersebut hanya mengikuti budaya dari etnis Betawi yang tinggal
dipesisir pantai dengan mata pencaharian sebagai nelayan saja. Dalam
sejarahnya, sebagian ibu kota Jakarta juga dibangun diatas daerah rawa. Rawa
ditutup dengan bebagai macam material sesuai perkembangan zaman, seperti
batu dan puing-puing bangunan, dan kemudian dimanfaatkan sebagai lahan
hunian. Akan tetapi, rumah tradisional Betawi bukanlah berbentuk rumah
panggung dikarenakan masyarakat Betawi pada zaman dahulu sepertinya tidak
harus tinggal didaerah rawa.
Bentuk dan Simbol
Bentuk rumah panggung semua bahannya menggunakan material kayu,
bentuk rumah panggung tercipta sebagai pengamanan terhadap air pasang.
Aktivitas dan Fungsi

Material
Material Atap

(pondasi umpak)
Material yang digunakan untuk menutup atap rumah adalah genteng atau
atep (daun kirai yang dianyam), konstruksi kuda-kuda dan gording (balok kayu
mendatar yang letaknya diatas kuda-kuda) menggunakan kayu gowok (Syzygium
Polycephalum) atau kayu kecapi (Sandoricum Koetjape), balok tepi, terutama
diatas dinding luar menggunakan kayu nangka (Artocarpus Heterophyllus
Lamkyang sudah tua, sedangkan kaso (balok kayu dengan ukuran 4cm x 6cm atau
5cm x 7cm yang berfungsi sebagai dudukan reng) dan reng (balok kayu dengan
ukuran 2cm x 3cm atau 3cm x 4cm yang berfungsi sebagai dudukan atap genteng)
menggunakan bambu tali, yakni bambu yang batangnya (setelah dibelah-belah)
dapat dijadikan tali. Bambu yang digunakan sebagai kaso adalah bambuutuh
dengan diameter ± 4cm, sedangkan yang digunakan untuk reng
adalah bambu yang dibelah.
Material Dinding

(Pintu Jalusi)
Material yang digunakan untuk dinding depan adalah kayu gowok/kayu
nangka yang terkadang dicat dengan dominasi warna kuning dan hijau. Dinding
rumah lainnya menggunakan bahan anyaman bambu dengan atau tanpa
pasangan bata dibagian bawahnya. Daun pintu/jendela biasanya terdiri dari
rangka kayu dengan jalusi horizontal (jalusi adalah pintu yang memilik lubang
udara pada pintu yang membuat sirkulasi udara tetap terjaga dalam ruang yang
tertutup, seperti pada kamar mandi) pada bagian atasnya atau pada keseluruhan
daun pintu/jendela.
Material Struktur
Bahan yang digunakan untuk pondasi rumah adalah batu kali dengan
sistem pondasi umpak (pondasi rumah/tiang yang terbuat dari batu) yang
diletakkan dibawah setiap kolom, sementara untuk landasan dinding digunakan
pasangan batu bata dengan kolon dari kayu nangka yang sudah tua.
Ragam Hias
Rumah Betawi umumnya memiliki ragam hias yang sangat
spesifik. Ragam hias ini biasa dibuat untuk dinding pembatas teras, untuk hiasan
dinding, tapi terutama digunakan untuk menutup lubang ventilasi pada dinding
depan.
Pola Permukiman

Pengaruh Adat Istiadat Betawi terhadap Bentukan Fasad Bangunan


Berdasarkan pola morfologinya, arsitektur tradisional Betawi dapat dilihat
dari beberapa segi, yaitu sebagai berikut :
A. Penataan Spatial
Arsitektur rumah Betawi umumnya mempunyai sekat-sekat, bentuk denah
umum adalah rumah yang tertutup, serambi yang terbuka. Selain itu rumah
Betawi umumnya memiliki suatu ruang yang berupa lantai di depan pintu masuk,
yang dinamakan teras. Biasanya tempat ini berfungsi sebagai ruang tunggu bagi
para tamu sebelum diizinkan masuk oleh tuan rumah dan juga biasanya
digunakan pula sebagai tempat untuk bersantai diluar rumah. Ruang-ruang pada
rumah adat betawi yang mendukung pola penataan spatial adalah sebagai berikut:
1. Serambi Depan ( Teras Depan )
Merupakan ruangan yang dikhususkan utnuk menerima tamu atau ruangan
yang berfungsi sebagai ruang tunggu tamu sebelum diizinkan masuk oleh pemilik
rumah. Serambi Depan merupakan area untuk santai yang letaknya berada diluar
rumah. Area santai ini biasanya berbetuk kursi-kursi saja ataupun tempat tidur
yang bahannya terbuat dari kayu atau bambu atau biasa disebut dengan bale. Area
ini digunakan untuk tempat santai dan kumpul keluarga.
2. Ruang Depan ( teras depan )
Sifat sebagai ruang publik berfungsi sebagai tempat untuk menerima tamu,
tempat untuk santai, tempat untuk melakukan musyawarah antara keluarga atau
masyarakat sekitarnya. Ruang ini merupakan ruang tempat berkomunikasi
dengan masyarakat luar ataupun sesama anggota keluarga.

3. Ruang Dalam
Sifat sebagai ruang private ( pribadi ), berfungsi untuk ruang kelurga dan
sebagai ruang menerima tamu dekat/besan. Disamping sebagai ruang tamu dan
keluarga, dalam ruang dalam ini terdapat pula ruang makan dan kamar tidur.
B. Penataan Estetika
Berdasarkan pola estetikanya, arsitektur tradisional Betawi dapat dilihat
dari beberapa segi, yaitu sebagai berikut :

1. Pola bukaan
Pola yang dimiliki oleh rumah tradisional Betawi yang cenderung bersifat
simetris, sangat mempengaruhi pola bukaan pada arsitektur rumah Betawi.
Dengan mudah hal ini dapat dilihat dari letak pintu masuk dari halaman ke ruang
depan, ke ruang tengah, dan ke ruang belakang, dan dari letak jendela depan, yang
membentuk garis sumbu abstrak dari depan ke belakang. Biasanya masyarakat
Betawi menggunakan kayu cempaka untuk kusen pintu bagian atas.

( Pola Bukaan)

2. Ragam hias
Ragam hias bangunan pada arsitektur Betawi memiliki bentuk yang khas
pada umumnya bersumber dari alam sekitar berupa flora, fauna dan tulisan huruf
arab atau kaligrafi.
3. Kosta atau Tiang Guru
Terletak pada teras rumah yang terbuat dari beton dengan dilapisi dengan
kayu nangka. Berfungsi sebagai penopang atap rumah dengan ukuran 20 x 20 cm,
tinggi + 350 cm dan jarak antar tiang 200-300 cm. Pengaruh dari kebudayaan
Islam. Pada umumnya kolom ini berpasangan yang memiliki makna filosofi
dalam Al-Qur’an, yatiu Allah SWT menciptakan bumi beserta isinya saling
berpasangan ( Q.S. Ar-Ruum).
4. Sekor Besi / Konsul
Terdapat pada struktur atap yang terbuat dari besi cor serta berfungsi
sebagai penahan dak, dengan panjang kira-kira 60 cm dan tinggi 40 cm. Sekor
besi merupakan ornamenyang diperkenalkan oleh arsitektur Belanda dan Eropa
yang dapat dilihat dari segipenggunaan bahannya, bentuknya tidak semata-mata
fungsional tetapi juga bersifatdekoratif. Dalam hal ini bentuk dekoratif sekor besi
ini cenderung mengadaptasi bentuk-bentuk yang juga berkembang di Eropa (art-
deco, art-nouveau, dll.
5. Sisir Gantung / Gigi Balang
Terletak pada lisplank yang terbuat dari kayu dengan ukuran lebar 30 cm
dan tebal + 3 cm. Berfungsi sebagai hiasan depan pada rumah Betawi. Dinamakan
gigi baling karena pola visualisasinya menyerupai gigi belalang.

(Sisir Gantung / Gigi Balang)

6. Langkan
Terdapat pada teras depan rumah yang bahan dasarnya berupa kayu
denganukuran tinggi kira-kira 80 cm dan tebal antara 3-5 cm serta befungsi
sebagai pembatasantara teras depan dengan halaman.
(Langkan)

C. Pola Penataan Struktur


Berdasarkan pola strukturnya, arsitektur tradisional Betawi dapat dilihat dari
beberapa segi, yaitu sebagai berikut :
1. Pondasi

(Pondasi)
Pondasi pada rumah rumah betawi kebanyakan menggunakan pondasi
setempat batu kali pada setiap kolom kolom utamanya. Namun pada rumah
betawi yang sudah dimodifikasi pada bagian lantainya maka digunakan pondasi
batu kali menerus.
2. Kolom

(Kolom)

Kolom pada rumah betawi terbuat dari kayu kelapa atau nangka yang
bayak digunakan pada jaman itu, namun kayu nangka lebih banyak digunakan
karena proses penggunaan kayu kelapa lebih sulit dan memakan waktu yang
cukup lama.

3. Dinding

(Dinding)

Rumah Betawi memiliki struktur rangka. Baik sebagai bahan maupun


sebagai pengisi penggunaan dinding. Kayu dari pohon nangka cukup dominan
pada pengerjaan dari dinding pada rumah Betawi. Namun, pada daerah pesisir
ada yang menggunakan bambu sebagai bahan pengisi dinding. Pada daerah
tengah sudah terdapat penggunaan dinding setengah tembok yang sedikit banyak
merupakan pengaruh dari arsitektur Belanda.
4. Ventilasi
Ventilasi merupakan sebuah lubang cahaya yang berfungsi sebagaijalur
keluar dan masuknya cahaya dan udara. Dan juga sebagai pelindung dari angin,
hujan, udara dingin/panas, kebisingan serta pencuri. Penempatan serta besar
kecilnya jendela pada bangunan disesuaikan dari fungsi penghawaan dan
kebutuhan cahaya kedalam ruangan. Jendela yang digunakan pada rumah adat
Betawi sangat unik dan khas, bahan yang digunakan adalah kayu.

(Ventilasi)

5. Lantai
Pengaruh dari arsitektur Belanda dapat terlihat dari penggunaan bata
sebagai penghubung antara struktur tegak baik berupa dinding setengah tembok
maupundinding kayu/bambu dengan lantai. Pada rumah panggung, penggunaan
alas untuk lantai adalah papan yang dilapisi anyaman kulit bambu. Pada rumah
biasa, pada mulanya beralaskan tanah. Kemudian dipergunakan ubin tembikar
sebagai pelapis lantai tanah. Tetapi hanya orang-orang tertentu saja dikarenakan
harganya yang mahal. Pada perkembangan selanjutnya kemudian digunakan ubin
semen. Penggunaan ubin tembikar dan ubin semen dipengaruhi oleh bangunan-
bangunan Belanda.
6. Pintu-Gerbang
Dari banyak ciri-ciri dari rumah adat Betawi yang paling menonjol adalah
pintu gerbangnya. Karena pintu gerbang rumah adat Betawi sangat berbeda
dengan pintu gerbang lainnya, bahan yang digunakan untuk pintu gerbang
tersebut adalah kayu.
- Pintu Rumah
Pintu melambangkan pengalihan, lubang pada pembatas ruang dimana
sekaligus memungkinkan orang untuk melewati lubang tersebut.
7. Jendela
Jendela dalam rumah adat Betawi memiliki dua jenis :
- Jendela kaca
- Jendela tanpa daun
Jendela pada rumah adat Betawi pada zaman dahulu hanya digunakan
untuk penghawaan dan pandangan keluar rumah saja.
8. Atap
Pada struktur atap, sangat bervariasi jenisnya dikarenakan pengaruh dari
arsitektur luar yang bermacam-macam seperti sekor sebagai penahan dak/markis
dan struktur overstek atau penanggap. Untuk sekor sebagai penahan dak, selain
terbuat dari kayu terdapat pula yang terbuat dari logam yang merupakan pengaruh
dari arsitektur Eropa. Untuk siku penanggap, selain kedua variasi terlihat dari
pengaruh arsitektur Eropa terdapat pula pengaruh dari arsitektur cina yaitu
adanya konstruksi Tou-Kung pada banyak rumah Betawi khususnya di daerah
Angke. Pada struktur vertikal, variasipun dapat dilihat pada hubungan antara
tiang penanggap (balok lingkar) atau pada hubungan antara tiang (khususnya
tiang guru) dengan lantai.

ORNAMEN
Ornamen merupakan dekorasi yang digunakan untuk memperindah bagian
dari sebuah bangunan atau obyek. Ornamen arsitektural dapat terbuat dari batu,
kayu atau logam mulia yang diukir, selain itu ornamen juga dapat dibuat dari
plesteran adukan beton atau tanah liat yang dibentuk.Kekayaan Betawi akan seni
dan budaya mendukung terciptanya ornamen-ornamen yang menjadi ciri khas
pada arsitektur Betawi, ornamen-ornamen tersebut tak hanya sebagai penghias
bangunan namun juga memiliki falsafah dalam kehidupan masyarakat Betawi.

Beberapa ornamen yang terdapat pada rumah adat Betawi antara lain sebagai
berikut:
 Lisplang

berornamen gigi balang berupa papan kayu berbentuk ornamen segitiga


berjajar menyerupai gigi belalang yang melambangkan bahwa hidup harus
selalu jujur, rajin, ulet dan sabar, karena belalang hanya bisa mematahkan
kayu jika dikerjakan secara terus menerus dan biasanya dalam tempo waktu
yang dapat dikategorikan lama namun secara keseluruhan bisa bermakna
‘pertahanan yang kuat’.

 Banji

ornamen pada rumah Betawi lainnya adalah banji. Banji memiliki pola
segi empat, pola ini dikembangkan dari ornamen dasar Swastika yang
merupakan pengaruh kebudayaan Hindu yang artinya dinamis. Ornamen
banji sering dikombinasi dengan unsur tumbuh-tumbuhan. Yang paling
banyak dipilih adalah bunga lima atau bunga tapak dara.

 Ornamen bunga melati

terdapat pada sisi penutup depan atap, ornamen ini merupakan simbol
keceriaan, keharuman, dan keramahan terhadap siapapun, tidak heran jika
masyarakat betawi selalu terbuka bagi siapapun yang ingin bertamu ke
kampungnya. Seperti halnya bunga melati, ornamen bunga cempaka
merupakan simbol bahwa kehidupan pemilik rumah haruslah selalu wangi
dan harmonis. ornamen betawiornamen bunga melati

 Bunga matahari

Sedangkan ornamen bunga matahari berupa ukiran tembus yang biasanya


terletak pada bagian atas pintu ruang tamu ini sebagai perlambang bahwa
kehidupan pemilik rumah harus menjadi inspirasi bagi masyarakat sekitar,
karena matahari dilambangkan sebagai sumber kehidupan dan terang, terang
matahari disini diartikan bahwa pemilik rumah harus selalu memiliki
pemikiran dan batin yang terang.

 Langkan

merupakan pagar pembatas yang ada di teras dari halaman berbahan


kayu, bersimbol seperti patung manusia yang juga memiliki pesan moral,
yaitu etika yang baik dalam bertamu harus melewati dari halaman depan
rumah. Sebab, ketika bertamu lewat belakang atau samping rumah, bagi
masyarakat Betawi merupakan etika yang kurang baik.

Anda mungkin juga menyukai