RUMAH BETAWI
-ARSITEKTUR NUSANTARA DAN ACEH-
TIPOLOGI
Pondasi Umpak.
Material yang digunakan untuk menutup atap rumah adalah genteng atau atep (daun kirai yang dianyam), konstruksi kuda-kuda
dan gording (balok kayu mendatar yang letaknya diatas kuda-kuda) menggunakan kayu gowok (Syzygium
Polycephalum) atau kayu kecapi (Sandoricum Koetjape), balok tepi, terutama diatas dinding luar menggunakan kayu nangka
(Artocarpus Heterophyllus Lamk yang sudah tua, sedangkan kaso (balok kayu dengan ukuran 4cm x 6cm atau 5cm x 7cm yang
berfungsi sebagai dudukan reng) dan reng (balok kayu dengan ukuran 2cm x 3cm atau 3cm x 4cm yang berfungsi sebagai
dudukan atap genteng) menggunakan bambu tali, yakni bambu yang batangnya (setelah dibelah-belah) dapat dijadikan
tali.[2] Bambu yang digunakan sebagai kaso adalah bambu utuh dengan diameter ± 4cm, sedangkan yang digunakan untuk reng
adalah bambu yang dibelah.[2]
Material Dinding[sunting | sunting sumber]
Pintu Jalusi.
Material yang digunakan untuk dinding depan adalah kayu gowok/kayu nangka yang terkadang dicat dengan dominasi warna
kuning dan hijau.[2] Dinding rumah lainnya menggunakan bahan anyaman bambu dengan atau tanpa pasangan bata dibagian
bawahnya.[2] Daun pintu/jendela biasanya terdiri dari rangka kayu dengan jalusi horizontal (jalusi adalah pintu yang memilik lubang
udara pada pintu yang membuat sirkulasi udara tetap terjaga dalam ruang yang tertutup, seperti pada kamar mandi) pada bagian
atasnya atau pada keseluruhan daun pintu/jendela.[2]
Material Struktur[sunting | sunting sumber]
Bahan yang digunakan untuk pondasi rumah adalah batu kali dengan sistem pondasi umpak (pondasi rumah/tiang yang terbuat
dari batu) yang diletakkan dibawah setiap kolom, sementara untuk landasan dinding digunakan pasangan batu bata dengan kolon
dari kayu nangka yang sudah tua.
Nilai Filosofis Rumah Kebaya
Rumah kebaya memiliki teras yang luas disertai meja dan kursi, hal ini
memiliki nilai filosofis tersendiri. Ruang teras tersebut mengandung arti
bahwa orang Betawi senantiasa terbuka. Selalu menghargai tamu yang
datang.
Rumah Adat Jambi
Orang Betawi tidak membeda-bedakan, siapapun orang yang datang
bertamu tetap akan di terima dengan ramah. Walaupun berbeda
keyakinan berbeda suku, orang Betawi tetap menerima dan menjamu
tamu seperti hal nya tamu lain. Orang Betawi memiliki semangat
menerima perbedaan keragaman etnis.
Rumah Kebaya biasanya dilengkapi dengan pagar yang mengelilingi
rumah. Ini artinya walaupun orang betawi terbuka, mereka tetap
memiliki batas. Mereka dapat membedakan mana hal yang positif dan
mana hal yang negatif.
Saat ini banyak sekali kebudayaan luar yang masuk ke Negeri kita,
semakin lama jika dibiarkan kebudayaan kita akan luntur bahkan hilang.
Jika tidak hati-hati semakin lama kebudayaan asli Indonesia akan hilang.
Menurut filosofi di atas, orang Betawi akan tetap menerima
kebudayaan yang baik dan meninggalkan kebudayaan yang buruk.
Walaupun hanya rumah kebaya yang resmi
menjadi rumah adat Betawi, tidak ada
salahnya anda mengetahui beberapa hal
mengenai rumah Gudang. Rumah adat Betawi
yang satu ini biasanya terletak di daerah
terpencil., sehingga bangunannya masih asli,
belum tercampur oleh budaya luar.
Rumah Gudang berbentuk persegi panjang
dengan ukuran yang bervariasi. Atap rumah
gudang berbentuk seperti pelana kuda dan
disusun dengan kerangka kuda-kuda. Bagian
depan rumah diberi atap miring yang disebut
markis atau topi . Markis ini berfungsi untuk
menahan paparan sinar matahari dan air
hujan.
Rumah ini dibagi hanya menjadi 2 bagian, yaitu
bagian depan dan bagian tengah. Sementara
untuk bagian belakang disatukan dengan
bagian tengah. Ruangan bagian depan
digunakan untuk menerima tamu. Sedangkan
ruangan bagian tengah biasa digunakan untuk
ruang berkumpul keluarga.
Bangunan rumah adat Betawi ini mirip dengan
rumah adat dari Jawa, terutama bagian
atapnya. Rumah Joglo Betawi ini memiliki
bentuk bujur sangkar. Rumah Joglo terbagi
menjadi tiga ruang, yaitu ruang depan, ruang
tengah dan ruang belakang.
Ruang depan biasa disebut dengan serambi
depan, ruangan ini berfungsi untuk menerima
tamu. Untuk ruang tengah biasanya untuk
ruang makan, ruang berkumpul keluarga dan
juga ruang tidur. Sedangkan ruang belakang
digunakan untuk dapur dan kamar mandi.
Rumah Joglo biasanya terletak di tengah kota.
Pengaruh dari Budaya Jawa yang terdapat pada
rumah ini adalah atapnya. Sekarang ini rumah
Joglo Betawi sudah menyesuaikan dengan
keadaan lingkungan sekitar.
Rumah Joglo. Rumah ini berdenah bujur
sangkar. Bentuk bangunan banyak dipengaruhi
oleh arsitektur rumah Jawa. Perbedaannya
adalah pada joglo rumah tradisional Jawa
Rumah Panggung. Rumah tipe ini merupakan
rumah adat Betawi untuk mereka yang tinggal
di daerah pesisir pantai. Semua bahan rumah
panggung menggunakan material kayu. Bentuk
rumah panggung juga tercipta dengan tujuan
sebagai pengamanan terhadap air pasang.
Adapun ragam hias yang ada pada rumah
tradisional Betawi berbentuk sederhana
berupa ukiran pada kayu dengan motif
geometris seperti titik, segi empat, belah
ketupat, segitiga, lengkung, setengah
lingkaran, dan lingkaran. Motif ini biasanya
diterapkan pada lubang angin, kusen, daun
pintu, jendela, tiang, dinding di ruang depan,
listplank, garde (pembatas ruang tengah
dengan ruang depan) dan pagar pada serambi
yang dibuat dari bambu atau kayu. Dekorasi
merupakan salah satu unsur arsitektural paling
penting pada arsitektur rumah tinggal Betawi.
Adanya pendopo pada rumah adat Betawi
khususnya pada rumah kebaya, secara filosofis
menunjukan bahwa orang Betawi sangat
terbuka pada tamu atau pada orang baru.
Mereka juga bersifat pluralis dan bisa
menerima perbedaan sebagai bentuk
keragaman budaya bangsa. Filosofi lain yang
dapat ditemukan adalah dari pagar di sekililing
teras. Pagar ini memiliki arti bahwa orang
Betawi membatasi diri dari hal-hal negatif,
terutama dalam hal keagamaan. Budaya buruk
akan mereka buang dan tinggalkan, sedangkan
budaya yang baik akan mereka junjung tinggi
dan ikuti.