Anda di halaman 1dari 21

KEANEKARAGAMAN DAERAH DI INDONESIA

“BANGKA BELITUNG”

DI SUSUN OLEH
NAMA : Azka Aprilia fajri

KELAS : XI E
NO ABSEN : 6

SMP NEGERI 1 PADAMARA


Filosofi dan Penjelasan Rumah Adat Bangka Belitung
Indonesia adalah salah satu negara yang menjadi sebuah destinasi wisata paling
disukai oleh banyak pengunjung dari mancanegara. Keunikan negara Indonesia menjadi salah
satu hal mengapa turis sangat suka untuk mengunjungi berbagai wilayah di Indonesia dan
menikmati keanekaragaman budaya yang ada. Salah satu hal yang unik di Indonesia adalah
keberadaan dari rumah adat. Rumah adat di Indonesia ada sangat banyak sekali ragamnya dan
hampir setiap daerah memiliki ragam desainnya sendiri seperti rumah adat Bangka Belitung.
Setiap rumah adat dibuat secara unik karena semua mempunyai keunikannya
tersendiri. Masing-masing rumah adat pada setiap daerah yang berbeda dibuat sendiri
berdasarkan karakteristik yang ada dari daerah tersebut sehingga rumah adat bisa
mencerminkan suatu keunikan pada daerah. Sama juga halnya dengan rumah adat Bangka
Belitung yang mempunyai keunikan sendiri dan membedakannya dari rumah adat lain.
Supaya Anda bisa mengetahui apa saja yang menjadi keunikan dari rumah adat tersebut,
artikel kali ini akan membahas mengenai:
1. Filosofi Rumah Adat Bangka Belitung
2. Rumah Adat Bangka Belitung: Rumah Limas
3. Rumah Adat Bangka Belitung: Rumah Panggung
4. Rumah Adat Bangka Belitung: Rumah Rakit

1. Filosofi Rumah Adat Bangka Belitung

Indonesia adalah salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki banyak
sekali keindahan. Terdapat lebih dari ratusan pulau-pulau kecil di Indonesia yang sering
menjadi destinasi wisata bagi para turis dari seluruh dunia. Salah satu provinsi di Indonesia
yang memiliki keunikan sendiri adalah provinsi Bangka Belitung.
Bangka Belitung sendiri terdiri dari dua pulau utama yang bernama Pulau Bangka dan
Pulau Belitung yang berada pada bagian timur dari Pulau Sumatera. Secara arsitektur,
umumnya rumah adat Bangka Belitung mempunyai ciri dan filosofi arsitektur Melayu yang
sangat kental. Desain arsitektur Melayu tersebut bisa ditemui dengan mudah di daerah
sepanjang pesisir Pulau Sumatera dan Malaka.
Rumah adat yang terdapat di Bangka Belitung sendiri memiliki tiga arsitektur yang
berbeda yaitu Arsitektur Melayu Awal, Melayu Bubung Panjang dan Melayu Bubung Limas.
Rumah adat Bangka Belitung dibuat berupa rumah panggung dengan memanfaatkan material
yang berasal dari alam seperti kayu, bambu, rotan, hingga alang-alang yang bisa diperoleh di
alam dengan sangat mudah.
2. Rumah Adat Bangka Belitung: Rumah Limas

Rumah Adat Bangka Belitung yang pertama adalah Rumah Limas. Secara
penampilan, Rumah Limas dibuat menyerupai sebuah rumah panggung namun dengan desain
dan penampilan yang dibuat lebih modern dan menyesuaikan dengan wilayahnya. Pada
awalnya, Rumah Limas mengadopsi desain rumah tradisional yang berasal dari Sumatera
Selatan.
Yang menjadi pembeda antara Rumah Limas dengan rumah adat tradisional lain di
Sumatera Selatan adalah rumah ini dibuat memiliki lebih banyak ruangan di dalamnya.
Ruangan lebih tersebut digunakan sebagai kamar tidur dan ruang keluarga sehingga membuat
rumah menjadi lebih nyaman untuk keluarga.
Rumah Limas bisa dilihat dari bentuk atapnya yang unik. Selain itu, terdapat juga
sebuah bengkilas atau ketinggian lantai yang berbeda pada bagian dalam dari rumah ini.
Ketinggian lantai tersebut bisa dibedakan berdasarkan status sosialnya. Apabila ada tamu
yang berkunjung dan ingin menginap, maka otomatis tamu yang memiliki status tinggi akan
menempati lantai tertinggi pada rumah dan sebaliknya.
Salah satu ciri khas dari Rumah Adat Bangka Belitung adalah penggunaan material
kayu yang mencerminkan kesederhanaan namun kuat. Mau punya rumah sederhana, harga
terjangkau, namun kuat di Sawangan, Depok, dengan harga di bawah Rp500 jutaan?
3. Rumah Adat Bangka Belitung: Rumah Panggung

Jika Anda berkunjung ke daerah Bangka Belitung, maka rumah adat yang paling
banyak bisa Anda temui adalah Rumah Panggung. Rumah Panggung dibuat dengan
mengutamakan filosofi kesederhanaan, sehingga memanfaatkan material kayu sebagai bahan
utamanya. Tidak hanya itu saja, rumah ini juga dibuat dengan berbagai bahan yang berasal
dari alam seperti bambu, dedaunan, akar hingga alang-alang untuk bagian atapnya yang bisa
bertahan untuk digunakan dalam waktu yang lama.
Salah satu keunikan dari Rumah Adat Panggung adalah mempunyai atap yang tinggi
dan kemiringan yang cukup curam. Tekstur atap yang rata tanpa adanya gelombang juga bisa
dilihat dari kejauhan dengan mudah. Untuk memastikan cahaya bisa masuk ke dalam rumah
dengan gampang, Rumah Panggung sudah dibekali dengan jendela yang banyak.
4. Rumah Adat Bangka Belitung: Rumah Rakit

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, bahwa Indonesia adalah salah satu negara
yang memiliki keanekaragaman budaya yang sangat indah dan menarik. Bangka Belitung
merupakan salah satu daerah yang banyak memiliki sungai berukuran besar, salah satunya
adalah sungai Musi. Hal ini yang menjadi salah satu alasan utama Rumah Rakit dibuat dan
menjadi salah satu rumah adat yang sangat unik.
Penamaan dari Rumah Rakit ini juga berasal dari bentuk bangunan yang sangat unik.
Supaya rumah bisa aman dan mengapung di atas permukaan air, maka rumah haruslah dibuat
menyerupai sebuah rakit yang lengkap. Banyak masyarakat yang lebih memilih untuk
membangun dan tinggal di Rumah Rakit karena meyakini bahwa air merupakan salah satu
sumber kehidupan yang sangat baik untuk menjadi sebuah mata pencaharian.
Supaya rumah ini bisa mengapung dengan mudah, bahan utama membuat rumah ini
terbuat dari bambu. Bambu yang digunakan juga tidak sembarangan, yakni bambu manyan
yang kuat dan bisa mengapung. Selain itu, ukuran bambu yang besar juga menjadikan bahan
tersebut menjadi sangat efektif untuk menopang beban rumah.
Supaya Rumah Rakit bisa mengapung, biasanya memanfaatkan berbagai bambu yang
bolong dan kuat terhadap kelembaban tinggi.
Pakaian Adat Bangka Belitung

Pakaian adat Bangka Belitung adalah jenis baju adat khas daerah Bangka Belitung
yang memiliki perpaduan kebudayaan Arab dan juga Tionghoa. Pada mulanya, saudagar
Arab yang berdagang di kawasan Bangka Belitung menikah dengan perempuan tionghoa dan
mengenalkan pakaian adat untuk pernikahan yang bercorak arab dan juga tionghoa. Karena
pakaian tersebut terlihat indah dan juga menarik, masyarakat adat setempat mulai
mengenakan pakaian yang sama seterusnya, hanya saja dipadukan dengan corak kebudayaan
Bangka Belitung setempat.
Pakaian adat Bangka Belitung adalah jenis pakaian yang umumnya dipakai pada acara
pernikahan. Pakaian ini merupakan wujud beberapa akulturasi dari kebudayaan arab,
tionghoa, dan melayu . Nama pakaian adat bangka belitung ini akrab disebut Baju Seting dan
juga Kain Cual.
Baju seting merupakan pakaian adat yang digunakan khusus oleh wanita. Baju seting
adalah baju kurung bangka belitung yang berwarna merah dan terbuat dari kain beludru atau
kain sutra. Dalam penggunaannya, biasanya baju kurung ini di padupadankan dengan
bawahan berupa kain cual.
Kain Cual Bangka belitung atau lebih dikenal dengan Limar Muntok merupakan jenis
kain asli Bangka Belitung yang dibuat dengan metode tradisional tenun ikat. Motif dari Kain
Cual sendiri ada dua macam yaitu motif corak penuh yang biasa disebut Motif Penganten
Bekecak dan motif ruang kosong yang biasa disebut Motif Jande Bekecak. Secara sekilas,
corak motif dalam Kain Cual Bangka Belitung cukup mirip dengan kain songket khas kota
Palembang. Akan tetapi, apabila diperhatikan secara seksama dan detil, terdapat perbedaan
pada bentuk motif hiasannya. Kain Cual Bangka Belitung memiliki motif berupa bentuk-
bentuk bunga, seperti bunga cengkeh dan bunga cempaka atau motif tumbuhan dan hewan.
Di samping menggunakan baju kurung dan juga Kain Cual, para perempuan dalam
masyarakat adat Bangka Belitung juga mengenakan beberapa aksesoris tambahan seperti
mahkota emas dengan ornamen paksian, penutup dada yang berbentuk teratai, bunga
cempaka, bunga goyang, kuntum cempaka, daun bambu, sari bulan, pagar tenggalung, serta
tutup kepala yang berupa kembang hong. Para perempuan tersebut juga mengenakan kalung
Anting panjang, hiasan di samping telinga berupa sepit, gelang pending sebagai ikat
pinggang, dan juga ronce melati pada pakaian yang dikenakan.

Selain pakaian adat khusus para perempuan, terdapat juga setelan pakaian adat
Bangka Belitung khusus untuk laki-laki. Para laki-laki Bangka Belitung menggunakan jubah
arab merah tua yang di padupadankan dengan selendang atau selempang yang disampirkan
pada bahu kanan. Untuk bawahannya, mereka dapat menggunakan celana dengan warna yang
yang dipadukan. Baik atasan jubah, maupun bawahan celana, dilengkapi juga dengan
aksesoris dan pernak-pernik yang sesuai seperti halnya dengan baju adat bangka belitung
khusus perempuan. Para laki-laki Bangka Belitung pun juga menggunakan pending selop
atau sandal arab di kakinya untuk alas kaki.
Baju Adat Bangka Belitung Pengantin Perempuan, Baju seting sendiri berupa baju
kurung bangka belitung biasa dengan warna merah atau merah tua yang dibuat dari kain
bludru atau kain sutra. Baju ini dipadukan dengan bawahan berupa kain cual. Kain ini juga
sering disebut kain lasem atau kain besusur. Berbeda denan baju seting, kain cual sendiri
merupakan kain asli budaya Bangka Belitung yang dibuat dengan metode tradisional tenun
ikat.
Selain menggunakan baju atasan dan juga kain bawahan, pengantin perempuan akan
mengenakan beberapa aksesoris untuk melengkapi dan mempercantik penampilannya saat
menggunakan pakaian adat Bangka Belitung ini. Untuk baju adat bangka belitung anak
biasanya hampir sama dengan baju adat bangka belitung biasanya Cuma berbeda ukuran saja.
Aksesoris Pengantin Perempuan Adat Bangka Belitung:
1. Mahkota emas dengan ornamen khusus yang disebut paksian
2. Teratai atau penutup dada yang dikenakan pada baju.
3. Tembang cempaka.
4. Tembang goyang.
5. Daun bambu.
6. Kuntum cempaka.
7. Pagar tenggalung.
8. Sari bulan.
9. Tutup sanggul atau yang disebut juga dengan kembang hong sebagai hiasan kepala.
10. Kalung Anting panjang.
11. Sepit udang untuk hiasan yang diletakkan di telinga kiri dan kanan.
12. Gelang Pending untuk ikat pinggang.
13. Hiasan Ronce Melati pada baju yang dikenakan.
Untuk pengantin laki-laki, masyarakat asli Bangka Belitung menggunakan sebuah jubah
panjang khas jubah arab dengan warna merah tua yang khas. Jubah tersebut dilengkapi oleh
selendang atau selempang yang disampirkan pada bahu kanan pengantin pria. Untuk
bawahannya, mereka menggunakan celana panjang biasa dengan warna kain yang sama
warna dengan atasannya.
Baik jubah maupun celana bawahan dilengkapi dengan perna pernik dan motif yang sama
dengan pakaian adat Bangka Belitung pengantin perempuan. Selain itu juga, ada pula alas
kaki khusus yang digunakan oleh pengantin pria, yaitu yang bernama pending selop atau
sandal Arab sebagai alas kaki.
Senjata Tradisional Bangka Belitung
Macam-macam Senjata Tradisional Bangka Belitung
Terdapat empat macam senjata tradisional khas Bangka Belitung yang memiliki
keunikan dan karakteristiknya masing-masing. Berikut adalah daftar macam-macam senjata
tradisional Bangka Belitung yang perlu kamu ketahui.
Senjata Tradisional Bangka Belitung
1. Siwar

Siwar merupakan salah satu senjata khas Bangka Belitung yang memiliki bentuk yang
menyerupai senjata golok. Perbedaannya terdapat pada ukuran panjangnya, terdapat Siwar
yang berukuran panjang dan Siwar pendek. Keistimewaan Siwar panjang adalah memiliki
dua mata tajam seperti silet. Siwar panjang merupakan senjata yang digunakan sebagai alat
bela diri masyarakat Bangka Belitung. Siwar panjang sangat cocok digunakan dalam
pertarungan jarak dekat dan cepat.
Sedangkan siwar pendek memiliki ukuran yang sama dengan belati atau keris. Jenis
siwar pendek merupakan senjata dengan jangkauan dekat. Dengan menggunakan siwar
pendek, lawan akan dengan mudahnya ditikam dalam pertarungan jarak dekat. Siwar juga
kerap disamakan dengan Mandau dari Kalimantan Barat. Akan tetapi senjata ini tidak
memiliki ujung bengkok. Karena bentuk Siwar lurus, pipih, serta ringan diayunkan. Senjata
tradisional khas Bangka Belitung ini dirancang dengan memiliki bentuk persegi panjang.

1. Parang Badau

Senjata tradisional khas Bangka Belitung yang cukup populer adalah parang Badau.
Nama Badau diambil dari nama sebuah desa yang ada di Belitung, yakni desa Badau.
Sementara masyarakat Bangka menyebut parang jenis ini dengan nama parang Bangka.
Dahulu, Bangka Belitung merupakan daerah yang banyak menghasilkan perkakas
berbahan dasar besi unggul di tanah air. Bahkan, diceritakan bahwa Bangka Belitung
memiliki 7 bengkel pandai besi yang memproduksi senjata-senjata tradisional. Dengan
kondisi tersebut, menjadikan Bangka Belitung berhasil menghasilkan sekitar 10 ribu muatan
kapak dan parang, yang kemudian senjata tersebut dikirim ke Batavia.
Parang Badau memiliki ukuran panjang sekitar 40 cm dengan bentuk yang
menyerupai perahu layar. Sekilas parang jenis ini semacam golok, namun bedanya parang
Badau memiliki ukuran yang lebih lebar dan lebih berat.
Parang bersejarah ini biasa dimiliki oleh orang-orang dengan status sosial tinggi.
Dahulu, senjata ini digunakan sebagai senjata perlindungan diri. Dan diyakini bahwa senjata
ini masih kental dengan unsur mistis. Tapi, tidak sedikit juga menjadikannya sebagai alat
bantu pertanian, alat perkebunan, dan lain semacamnya.

2. Lengkong

Lengkong merupakan senjata khas Bangka Belitung yang bentuknya menyerupai sabit
atau celurit dari Madura, Jawa Timur. Meskipun memiliki kemiripan, tapi keduanya masih
berbeda. Jika celurit atau sabit memiliki sudut lengkung yang tumpul, sedangkan lengkong
memiliki lekukan bagian tengah dengan sudut lancip.
Lengkong merupakan senjata yang digunakan untuk menyabet bagian tangan, kepala,
dan kaki musuh. Hal ini dilakukan agar musuh tidak bisa bergerak dan berkutik. Senjata
bersejarah ini lebih dominan digunakan sebagai senjata pertahanan diri dan menyerang
musuh. Saat ini, Lengkong beralih fungsi. Senjata melengkung ini menjadi alat pertanian
yang digunakan untuk menebas ilalang atau menyabet padi yang telah panen.

3. Kedik

Senjata tradisional khas Bangka Belitung yang terakhir adalah Kedik. Jika lengkong
menyerupai sabit, kali ini kedik menyerupai cangkul dengan ukuran lebih kecil. Kedik yang
berbentuk mirip cangkul ini memiliki ukuran panjang sebesar 40 sampai 50 cm. Berat dari
senjata kedik sendiri bisa mencapai 2 kg.
Senjata ini merupakan senjata yang biasa digunakan untuk membantu sejumlah aktivitas
masyarakat sehari-hari seperti membersihkan semak belukar.

Serta memotong rumput liar yang dapat mengganggu hasil pertanian atau perkebunan
masyarakat. Sehingga, membuat Kedik menjadi senjata yang cukup mudah ditemukan di
beberapa toko peralatan pertanian Bangka Belitung.
Alat musik tradisional Bangka Belitung
 Alat Musik Caklemong atau Talempong

Alat musik tradisional Bangka Belitung yang pertama bernama Caklemong. Beberapa
orang juga menyebutnya dengan nama Talempong. Alat musik Caklemong ini terdiri dari
beberapa gong yang memiliki ukuran yang berbeda-beda. Alat musik Caklemong ini
memiliki bentuk yang menyerupai dengan alat musik bonang di dalam komponen Gamelan,
Jawa. Caklemong sendiri dibuat dari bahan material kuningan, beberapa juga ada yang dibuat
dari bahan kayu dan batu. Namun, saat ini caklemong lebih sering dibuat dari bahan
kuningan.
Ukuran Caklemong atau Talempong lebih kecil dan memiliki bentuk yang mirip
dengan periuk yang melengkung ke bawah. Pada bagian permukaan muka talempong ini licin
dan di bagian tengahnya berbentuk cembung. Alat musik tradisional Bangka Belitung ini
dimainkan dengan cara dipukul. Dan biasa dimainkan sebagai pengiring tarian tradisional
seperti beberapa pertunjukan kesenian daerah, yakni tari Piring, tari Lilin, Wayang Kulit, dan
lain sebagainya.

 Alat Musik Gitar Dambus

Alat musik gitar Dambus juga merupakan alat musik tradisional Bangka Belitung.
Alat musik jenis ini memang cukup populer di tanah Sumatera, maka tidak heran jika
keberadaannya banyak ditemukan di beberapa daerah selain Provinsi Bangka Belitung. Dan
beberapa daerah juga menyebutnya dengan sebutan akrab alat musik Gambus.
Jika ditelisik asal-usulnya, alat musik gitar Dambus ini berasal dari berbagai jenis
akulturasi budaya, yakni budaya Arab, Melayu, dan China. Alat musik khas ini biasa
dimainkan pada saat upacara adat dan tari-tarian daerah. Beberapa seni tari yang diiringi
Gitar Dambus sendiri adalah gitar yang memiliki bentuk seperti setengah bagian buah labu.
Pada bagian perut gitar tersebut diberi lubang kosong dan dijadikan sebagai ruang resonansi
suara. Lubang tersebut kemudian ditutup dengan kulit binatang, seperti kera atau kijang.
Bahan dasar pembuatan alat musik gitar Dambus ini adalah dari bahan kayu, dan
biasanya menggunakan bahan kayu jenis meranti atau bahan kayu cempedak. Sementara
bagian senarnya menggunakan nylon yang biasa dipakai untuk memancing. Keunikan dari
alat musik gitar Dambus ini terdapat pada bagian ujung gagangnya. Biasanya ujungnya
dibentuk binatang khas daerah ini yaitu kepala rusa. Beberapa masyarakat juga kerap
menggantikannya dengan kepala binatang lain.
Lagu daerah Bangka Belitung
1. Yok Miak

Sudah menjadi sebuah tradisi bahwa masyarakat Bangka dalam bekerja selalu
bergotong royong. Dan inilah perwujudan dari semboyan Negeri Sepintu Sedulang. Yok
Miak adalah lagu daerah Bangka Belitung tentang kebudayaan gotong royong tersebut. Lagu
ini biasa dinyanyikan pada saat panen lada oleh masyarakat setempat.

2. La Berage

Kata berage sendiri berarti “makan bersama”. Kegiatan ini sudah menjadi salah satu
tradisi masyarakat Belitung sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang didapat.
Lagu Berage biasa dinyanyikan untuk menyambut musim panen telah tiba. Biasanya, lagu ini
dinyanyikan sebagai bentuk undangan makan bersama untuk sekeluarga dan tetangga
kampung.
Tarian tradisional Bangka Belitung
1. Tari Beripat Beregong

Salah satu tarian adat khas Bangka Belitung adalah Tari Beripat Beregong. Tarian ini
sudah jarang dipentaskan lagi. Hal itu karena tarian ini tujuannya hanya untuk pertunjukan
seni, contohnya sayembara atau acara pertarungan. Tari ini muncul pada zaman Kerajaan
Badau yang berada di Desa Mentigi. Di desa itu dulunya hidup seorang gadis yang sangat
cantik yang membuat para pemuda tertarik saat melihat kecantikannya. Mereka pun akhirnya
datang ke tempat kediaman gadis tersebut untuk mempersuntingnya.
Orang tua dari si gadis menjadi kebingungan untuk memilih pemuda yang tepat yang
bisa dijadikan menantu. Akhirnya orang tua si gadis menyerahkan keputusan itu pada para
pemuda yang berniat untuk melamar anaknya. Para pemuda tersebut kemudian mengambil
keputusan, yakni melakukan pertarungan untuk mendapatkan si gadis cantik ini. Pada
pertarungan tersebut tiap pemuda membawa rotan sebagai senjata. Ada peraturan yang
diterapkan mengenai siapa yang menang dan kalah.
Tari Beripat Beregong adalah jenis tarian yang dibawakan oleh penari pria. Tak ada
gerakan khusus dalam tarian ini, tapi tiap penari harus membawakan aksi kelincahan
menggunakan rotan. Tarian ini diiringi oleh beragam alat musik, di antaranya gendang,
kelinang, gong, tawak-tawak, dan serunai. Sekarang ini, tarian Beripat Beregong tak lagi
dimainkan untuk pertarungan, tapi lebih untuk acara seni budaya di daerah Bangka Belitung.
Contoh acaranya adalah perayaan Maras Taun dan Selamatan Kampung.

2. Tari Campak

Tarian adat Bangka Belitung lainnya adalah tari campak dengan filosofinya yaitu
menggambarkan sebuah kecerian yang dirasakan oleh para bujang dan dayang, yaitu pria dan
wanita belum menikah. Selain itu, tarian ini merupakan simbol pemersatu masyarakat
Bangka Belitung. Kesenian tari ini sering dibawakan pada acara tradisi, contohnya perayaan
panen padi, ume atau berpulangnya ke kebun dan sahang. Tradisi ini tujuannya adalah untuk
menjaga kelestarian budaya bangka belitung khususnya supaya tidak hilang ditelan arus
modernisasi saat ini.
Tari campak diiringi oleh akordion yang merupakan musik dari eropa. Mengapa
menggunakan akordion? Itu karena saat zaman pendudukan bangsa Portugis di daerah
Bangka Belitung, terjadi perkembangan pada tarian campak yang menjadikan budaya Eropa
masih melekat pada tarian ini sampai sekarang. Keunikan lain dari tari campak adalah adanya
berbalas pantun yang diiringi oleh beragam alat musik tradisional, contohnya biola, gendang,
gong, juga akordion.
Makanan khas tradisional Bangka Belitung
1. Rusip

Rusip merupakan salah satu makanan tradisional Bangka Belitung. Kuliner ini terbuat dari
ikan yang sudah difermentasikan dan digunakan sebagai sambal untuk lalapan daun
singkong, mentimun, dan sebagainya. Dahulu, pengawetan ikan ini dilakukan saat pasokan
ikan sedang melimpah dan harga ikan jatuh. Baca juga: Resep Sambal Rusip Khas Bangka,
Bisa Dibuat di Rumah Saat ini, pengolahan rusip dilakukan oleh industri rumah tangga,
karena rusip tidak hanya berfungsi sebagai penyimpanan ikan melainkan panganan wajib di
Bangka Belitung. Rusip banyak dicari sebagai oleh-oleh.
2. Siput Gonggong

Siput gonggong adalah biota laut yang termasuk ke dalam jenis kerang-kerangan.
Daging siput gonggong memiliki rasa yang lezat dan mempunyai kandungan protein yang
tinggi. Kelezatan siput gonggong sangat populer bahkan mengalahkan kepopuleran hidang
keong dari Perancis yang bernama escargot.
Kerajinan adat Bangka Belitung
1. Songkok atau kopiah resam

Tanaman resam ini banyak sekali tumbuh di hutan bangka seperti terdapat di kebun-
kebun, pinggiran jalan dan sebagainya. Resam sejenis paku pakuan tapi bukan paku tembok
atau paku besi. Hidup di dataran rendah dan sedang. Kopiah resam dari bangka ini terbuat
dari tumbuhan liar resam. Karena tanaman resam ini banyak berkeliaran dimana-mana, ide
untuk membuat kopiah resam berawal dari situlah.
Pembuatan kopiah resam cukup memakan waktu yang cukup lama, karena harus
melewati beberapa proses pengerjaan mulai dari memilah resam yang berkualitas - proses
pengerikan - proses penyanyaman, yang semua itu perlu ketekunan dan kesabaran luar biasa.
Di pulau bangka, anda dapat menemukan pengerajin kopiah resam di desa pedindang
(pangkalpinang), payung (bangka selatan) dan sangir (bangka tengah).
Secara kualitas hasil kopiah resam dari desa sangir itu lebih baik kualitasnya, menurut
cerita dari tetangga. Mungkin dilihat dari sisi anyaman, kualitas resam dan pengolahan, hal
itulah yang membuatnya mahal.
2. Kain cual

Ini salah satu icon bangka belitung yang cukup terkenal adalah kain cual. Seperti
halnya batik yang merupakan icon dibeberapa kota pulau jawa. Kain cual berbeda dengan
batik, yang memiliki corak tersendiri. Tersedia warna warni corak, ukiran, kualitas kain yang
dapat anda bawa pulang sebagai oleh oleh bangka belitung. Beberapa motif kain cual
kebanyakan bermotif flora dan fauna antara lain ubur ubur, merak, bebek, kembang
setangkai, kembang rumping, kembang rukem, kembang setaman, kembang kenanga dan
motif gajah mada 2003.
Ada 9 motif asli dan sudah resmi di patenkan oleh pemerintah bangka belitung dan
meluas ke skala nasional. Susunan motif kain tenun cual dan teknik tenun yang digunakan
merupakan perpaduan anda budaya china dan melayu yang masih melekat di hasil karya kain
cual tersebut. Sebagai oleh oleh bangka belitung, harga yang di tawarkan bervariasi. Mulai
dari ratusan ribu permeter hingga jutaan rupiah tergantung kualitas dan tingkat kesulitan
motif
System kekerabatan Bangka Belitung
a. adat pernikahan Pulau Bangka
Tradisi ini di bagi masyarakat Melayu Bangka adalah sesuatu yang penting dan
sakral, oleh sebab itu tata cara pengaturan perkawinan mulai dari persiapan acara,
pelaksanaan upacara bahkan setelah selesai upacara harus direncanakan dan dipersiapkan
dengan sesempurna mungkin. Perkawinan atau pernikahan secara tradisional bertujuan untuk
menjalankan sunatullah, memenuhi kebutuhan biologis, mencapai status sosial tertentu dan
pengekalan tali darah serta meneruskan keturunan.
Kehidupan masyarakat dan adat istiadat Bangka sangat dipengaruhi oleh unsur
budaya Melayu dan agama Islam, termasuk pelaksanaan upacara yang berhubungan dengan
siklus kehidupan (life cycle) yang berhubungan dengan tahapan-tahapan krisis kehidupan
seseorang (crisis rate) yang telah digariskan menurut adat Melayu karena Kepulauan Bangka
Belitung termasuk di dalamnya bangka merupakan daerah yang masuk dalam Rentang Tanah
Melayu. Kemudian tata cara perkawinan umumnya dilaksanakan sesuai agama Islam.Pada
tradisi perkawinan biasanya dimeriahkan dengan berbagai macam tarian, musik tradisional
seperti Tari Campak, Tari Zapin dan musik dambus.
b. adat Pernikahan Pulau Belitung
Belitung adalah kabupaten kepulauan yang dikelilingi hampir 200 pulau besar dan
kecil. Sejak akhir tahun 2000, kabupaten berpenduduk lebih dari 2 ratus ribu jiwa ini menjadi
bagian dari propinsi Bangka Belitung. Beragam etnis hidup berdampingan di kawasan yang
memiliki panorama indah ini. Kesenian rakyat Belitung umumnya berbau Melayu, dengan
menggabungkan tradisi sebelum dan sesudah masuknya Islam ke daerah ini. Kentalnya
budaya Melayu amat terasa pada upacara pernikahan adat setempat.
Dalam adat Belitung, tak harus seorang wanita yang dilamar, saat menjelang
perkawinannya. Bisa saja, prialah yang dilamar oleh calon pendamping hidupnya. Hal ini
menandakan masyarakat Belitung selalu luwes dalam memandang anggota masyarakatnya.
Tidak mesti pria yang dominan dibanding perempuan, ataupun sebaliknya. Semuanya
diselesaikan melalui kesepakatan kedua belah pihak.
Pelaksanaan upacara pernikahan adat Belitung biasanya membutuhkan waktu 3 hari 3
malam. Bahkan bisa mencapai 7 hari 7 malam. Hari pertama, adalah saatnya mengetuk pintu.
Pada hari pertama ini calon pengantin pria tidak menyertakan kedua orang tuanya. Sang
mempelai didampingi oleh saudara ayah atau ibu. Rombongan mempelai pria tidak lantas
begitu saja masuk ke dalam rumah. Ada 3 pintu yang harus mereka lewati. Berebut lawang,
demikian istilah yang dikenal di Belitung.
` Di pintu pertama ini, sebaris pantun diucap rombongan tamu. Sebaris pantun pula
dibalas tuan rumah, diwakili tukang tanak, orang yang memasak nasi. Tak habis sebaris,
pantunpun berlanjut. Intinya adalah menyampaikan maksud kedatangan rombongan tamu
yang didengarkan oleh tukang tanak. Namun bukan berarti rintangan sudah usai. Masih ada 2
pintu lagi yang harus dilalui rombongan mempelai pria.
Di pintu kedua, kali ini mereka harus berhadapan dengan Pengulu Gawai, yang
merupakan pemimpin hajatan. Berbalas pantun kembali dijalin. Pengulu gawaipun
menanyakan maksud kedatangan rombongan tamu. Dua pintu telah dilalui, namun belumlah
cukup. Masih tersisa satu lagi. Yang terakhir, pintu ketiga dikawal Mak Inang, seorang juru
rias pengantin.
Mak Inang menanyakan barang bawaan atau sire rombongan tamu yang hendak
meminang. Dengan sire berarti keluarga besar rombongan tamu mempunyai niat mengikat
tali persaudaraan. Lewat pintu ini, barulah lega rombongan tamu. Hantaran dan tipak yang
dibawa rombongan tamupun beralih tangan. Seperangkat tempat sirih lengkap, yang
menyimpan 17 macam barang, menggambarkan jumlah rakaat shalat dalam 1 hari, kini di
tangan tuan rumah. Demikian pula dengan sejumlah uang, yang berkelipatan lima. Angka
lima melambangkan jumlah shalat wajib bagi kaum muslim.
Sang pengantin pria, akhirnya dipertemukan dengan pujaan hati, yang segera akan
dinikahinya. Akad nikahpun digelar. Hari kedua, saat bejamu, lebih menyiratkan rasa
persaudaraan dua keluarga yang telah dipersatukan ini. Di hari kedua, orang tua pengantin
pria yang selama ini diwakilkan barulah muncul, dipertemukan dengan pihak keluarga dan
orang tua pengantin wanita.
Peran Mak Inang, begitu sangat terasa di hari kedua ini. Bahkan bisa dibilang sangat
mendominasi. Ia harus memandu serangkaian adat Belitung. Seperti saling tukar kue.
Memiliki makna, mertua harus ingat akan menantunya, demikian pula sebaliknya. Namun
demikian, pesta belumlah usai. Masih ada hari ketiga. Pasangan pengantin, dimandikan
dengan air kembang 7 rupa. Mandik besimbor istilahnya. Merekapun menginjak telur. Cukup
mengagetkan, saat pengantin ini berlari ke arah pelaminan. Gurauan umum beredar siapa
yang mencapai pelaminan terlebih dahulu dialah yang mengatur roda kehidupan keluarganya
kelak.

Anda mungkin juga menyukai