Anda di halaman 1dari 12

KLIPING

TENTANG
WUJUD KERAGAMAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT DI
INDONESIA

Disusun Oleh :

Alfatihah Alifah / Kelas IV-B

MIN 2 PANGKALPINANG
2023
Keragaman Bahasa Daerah

Keragaman bahasa daerah adalah salah satu ciri khas Indonesia. Namun walau memiliki
ratusan bahasa daerah, ternyata ada beberapa diantaranya yang berada dalam kondisi
kritis atau sangat terancam punah. Hal itu disebutkan dalam penelitian untuk pemetaan
dan pelindungan bahasa daerah di Indonesia yang dilaksanakan oleh Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak
1991-2017

Bahasa daerah Papua

1. Bahasa Abinomn
2. Bahasa Abun
3. Bahasa Aghu
4. Bahasa Aikwakai
5. Bahasa Airoran
6. Bahasa Airo
7. Bahasa Ambai
8. Bahasa Amber
9. Bahasa Amberbaken
10.Bahasa Anasi
11.Bahasa Ansus
12.Bahasa Anus
13.Bahasa Arandai
14.Bahasa Arguni

Bahasa Daerah sumatera

Bahasa Abung

Bahasa Aceh

Bahasa Alas-Kluet

Bahasa Basemah
Bahasa Batak Angkola

Bahasa Batak Mandailing

Bahasa Batak Simalungun

Bahasa Batak Toba

Bahasa Bengkulu

Bangka Belitung

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung


Bahasa Melayu dituturkan di Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Bahasa
Melayu di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdiri atas lima dialek, yaitu (1) dialek Ranggi
Asam, (2) dialek Tua Tunu, (3) dialek Jeriji, (4) dialek Tempilang, dan(5) dialek Mayang.
Dialek Ranggi Asam dituturkan diDesa Ranggi Asam, Kecamatan Jebus, Kabupaten Bangka
Barat. Dialek Tua Tunudituturkan di Kelurahan Tua Tunu, Kecamatan Gerunggang, Kota
Pangkal Pinang. Dialek Jeriji dituturkan di Desa Jeriji, Kecamatan Toboali, Kabupaten Bangka
Selatan. Dialek Tempilang dituturkan di Desa Tempilang, Kecamatan Tempilang, Kabupaten
Bangka Barat. Dialek Mayang dituturkan di Kecamatan Kelapa Kampit, Kabupaten Belitung
Timur.

Jawa Tengah

Bahasa resmi masyarakat Jawa Tengah adalah bahasa nasional, yakni Bahasa Indonesia.
Sedangkan bahasa sehari-harinya adalah bahasa Jawa, yang terdiri dari berbagai dialek. Antara
lain, bahasa Jawa yang diucapkan di Banyumas, Tegal, Pekalongan, Pati dan daerah Surakarta.
Di bawah ini merupakan jenis-jenis pakaian adat Papua.
1. Koteka

Koteka merupakan bagian dari pakaian adat Papua yang berfungsi untuk menutupi kemaluan
penduduk pria asli Papua, sementara bagian tubuh lainnya dibiarkan terbuka sehingga nyaris
telanjang. Koteka, secara harfiah memiliki makna sebagai pakaian. Koteka juga disebut dengan
horim atau bobbe.

Koteka terbuat dari bahan kulit labu air yang telah dihilangkan biji dan buahnya. Labu air yang
dipilih harus yang sudah tua karena labu yang tua jika dikeringkan mempunyai tekstur yang
keras dan awet. Labu tua tersebut ditanam di dalam pasir atau tanah kemudian dibakar agar lebih
mudah untuk mengeluarkan biji dan buahnya. Setelah berhasil dikeluarkan biji dan buahnya,
labu dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di atas perapian.

Bentuknya panjang seperti selongsong dan ujungnya meruncing seperti kerucut atau lebih mirip
batang buah wortel. Di bagian ujung koteka diberi bulu ayam hutan atau bulu burung.

Koteka dipakaikan ke bagian vital pria. Agar tidak mudah lepas, di kiri dan kanannya terdapat
tali agar koteka dapat melilitkan tali tersebut ke bagian pinggang penggunanya. Bagi laki-laki
yang masih perjaka, koteka dipakai dengan posisi tegak lurus ke atas. Sementara bagi laki-laki
yang memakai koteka dengan posisi ke atas dan miring ke kanan, melambangkan kejantanan dan
memiliki status sosial yang tinggi ataupun kebangsawanan.

Anggapan umum yang beredar mengatakan bahwa ukuran, baik panjang dan besar, koteka
melambangkan status pemakainya. Namun pada kenyataannya bukanlah demikian. Ukuran
koteka dipilih berdasarkan aktivitas apa yang sedang dilakukan.
Pakaian Adat Sumatera

Pakaian Limpapeh Rumah Nan Gadang atau Bundo Kanduang

Orang Minang memberikan penghargaan yang tinggi kepada wanita. Tingginya rasa hormat
tersebut tidak hanya diucapkan dalam bentuk kata, namun juga diaplikasikan dalam bentuk
budaya, salah satunya melalui pakaian adat. Pakaian adat untuk wanita juga bisa disebut dengan
pakaian adat Bundo Kanduang.

Limpapeh Rumah Nan Gadang merupakan lambang kebesaran wanita. Dalam Bahasa Minang,
Limpapeh berarti tiang besar yang digunakan untuk menopang bangunan. Sebuah bangunan
dapat berdiri kokoh karena ada tiang tengah yang menopang sekaligus menyangga semua
kekuatan bangunan tersebut dan menjadi pusat kekuatan tiang-tiang lain. Jika tiang tersebut
patah/ rusak/ hancur, maka bangunan tersebut akan runtuh karena tidak ada yang menyangga.

Makna dari pakaian ini adalah menggambarkan pentingnya peran wanita dalam kehidupan
rumah tangga. Wanita yang dimaksud di sini adalah wanita yang sudah menikah dan
berkeluarga.
Pakaian Adat Bangka Belitung

Pakaian adat Bangka Belitung adalah jenis baju adat khas daerah Bangka Belitung yang
memiliki perpaduan kebudayaan Arab dan juga Tionghoa. Pada mulanya, saudagar Arab yang
berdagang di kawasan Bangka Belitung menikah dengan perempuan tionghoa dan mengenalkan
pakaian adat untuk pernikahan yang bercorak arab dan juga tionghoa. Karena pakaian tersebut
terlihat indah dan juga menarik, masyarakat adat setempat mulai mengenakan pakaian yang sama
seterusnya, hanya saja dipadukan dengan corak kebudayaan Bangka Belitung setempat.
Pakaian adat Bangka Belitung adalah jenis pakaian yang umumnya dipakai pada acara
pernikahan. Pakaian ini merupakan wujud beberapa akulturasi dari kebudayaan arab, tionghoa,
dan melayu . Nama pakaian adat bangka belitung ini akrab disebut Baju Seting dan juga Kain
Cual.
Baju seting merupakan pakaian adat yang digunakan khusus oleh wanita. Baju seting adalah baju
kurung bangka belitung yang berwarna merah dan terbuat dari kain beludru atau kain sutra.
Dalam penggunaannya, biasanya baju kurung ini di padupadankan dengan bawahan berupa kain
cual.
Kain Cual Bangka belitung atau lebih dikenal dengan Limar Muntok merupakan jenis kain asli
Bangka Belitung yang dibuat dengan metode tradisional tenun ikat. Motif dari Kain Cual sendiri
ada dua macam yaitu motif corak penuh yang biasa disebut Motif Penganten Bekecak dan motif
ruang kosong yang biasa disebut Motif Jande Bekecak.

Pakaian Adat Jawa

Basahan

images.weddin
gku.com

Basahan adalah pakaian adat Jawa Tengah yang juga merupakan warisan dari salah satu
kebudayaan Mataram.

Ciri khas dari pakaian adat Jawa Tengah yang satu ini adalah tidak ada atasan yang menutupi
seluruh badan.
Pria yang mengenakan Basahan akan bertelanjang dada dan hanya mengenakan dodot yang
menutupi pusar saja.

Di bagian dadanya, mempelai pria mengenakan kalung dan memakai kuluk sebagai penutup
kepala.

Mempelai pria juga membawa keris sebagai lambang kekuatan. Nantinya, keris tersebut akan
diambil ketika kedua mempelai sungkem dengan orangtua.

Dikenal juga dengan nama Dodot, pakaian adat yang satu ini biasanya mengenakan kain kemben
panjang dan lebar bernama kain Dodot.

Pakaian adat Basahan berbeda dengan pakaian adat Jawa Tengah lainnya karena identik tidak
mengenakan luaran dengan riasan Paes Ageng Kanigaran.

Rumah adat Papua


Tentang Rumah Adat Papua

Selama ini mungkin kita hanya mengetahui honai sebagai rumah adat Papua. Ternyata, bukan
hanya honai saja lho yang termasuk ke dalam rumah adat Papua! Setidaknya ada lima jenis
rumah adat yang ada dari dulu hingga sekarang. Berikut adalah penjelasannya:

Rumah Honai

Rumah honai adalah rumah adat yang paling terkenal. Kata honai sendiri berasal dari kata “Hun”
yang berarti laki – laki dan “ai” yang berarti rumah. Ya, rumah adat honai adalah rumah adat
yang dikhususkan untuk laki – laki. Dari luar, rumah ini terlihat kecil dan sangat sederhana.
Sebenarnya rumah adat honai bisa menampung 5 hingga 10 orang dan seringkali di bagian
dalamnya dibuat menjadi dua tingkat.

Lantai pertama digunakan sebagai tempat tidur sementara di lantai dua biasa digunakan untuk
makan dan berkumpul. Selain itu ada pula tempat pengasapan mumi. Rumah honai didesain
tidak memiliki jendela, gunanya adalah untuk menahan dingin, menahan angin dari pegunungan
serta melindungi diri dari binatang buas. Sementara atapnya dibuat kerucut untuk menahan
dinding agar tidak terkena air hujan.
Rumah adat Sumatera

Rumah adat Sumatera Barat bisa ditemukan di berbagai daerah seperti Padang Panjang,
Pasaman, Solok, dan daerah-daerah lain. Masyarakat awam sering menyebut rumah adat ini
dengan nama Rumah Gadang atau di daerah asalnya, masyarakat Minangkabau menyebutnya
rumah Bagonjong

Bangka Belitung

Rumah adat Rakit Limas banyak dikenal sebagai rumah adat dari Bangka Belitung. Namun
secara garis besar, rumah ada di Bangka Belitung terdiri atas tiga jenis yaitu Rumah Rakit,
Rumah Limas, dan Rumah Panggung

Rumah Adat Jawa


1. Rumah Adat Joglo

Rumah adat Jawa Tengah pertama yang amat terkenal adalah Joglo. Rumah Joglo sangat kaya
akan makna filosofis. Mulai dari bentuk rumahnya sampai unsur-unsur yang ada di dalam rumah
memiliki makna tersendiri. Rumah Joglo sendiri memiliki atap berbentuk tajug yang hampir
menyerupai gunung.

Adapun atap Joglo terdiri dari dua bidang, yaitu segitiga dan trapesium. Atap-atap tersebut
memiliki kemiringan yang berbeda, dan atap joglo yang berada di tengah akan diapit oleh atap
serambi.

Gabungan atap Joglo yang terdiri dari dua macam ini dikenal dengan sebutan Lambang Sari.
Gabungan yang menghubungkan atap serambi dengan atap Joglo ini pada akhirnya juga akan
menyisakan lubang udara.

Nah, kali ini gabungannya disebut sebagai Atap Lambang Gantung. Rumah Joglo juga memiliki
filosofi tersendiri untuk setiap pembagian ruangnya, seperti pendopo, omah, senthong, dan ruang

Suku dan Ras di Indonesia

Di Indonesia, berdasar ciri-ciri fisiknya ras dibagi menjadi empat jenis, yaitu:

1. Ras Papua Mongoloid yang mayoritas mendiami Papua, Pulau Aru, dan Pulau Kai.

2. Ras Negroid, contohnya orang Semang di Semenanjung Malaka dan orang Miskopi di
Kepulauan Andaman.
3. Ras Weddoid, yaitu orang Sakai di Riau, orang Kucu di Sumatera Selatan dan Jambi, orang
Tomuna di Pulau Muna, orang Mentawai di Kepulauan Mentawai, dan orang Enggano di Pulau
Enggano.

4. Ras Melayu Mongoloid yang terbagi jadi dua golongan yaitu ras Proto Melayu (Melayu
Tua), yaitu Suku Batak, Toraja, dan Dayak.

Lalu ada ras Deutro Melayu (Melayu Muda) yaitu suku Bugis, Madura, Jawa, dan Bali.

Selain empat jenis ras yang disebutkan di atas, ada juga kelompok ras keturunan antara
kelompok ras keturunan Tionghoa, Arab, dan India.

Anda mungkin juga menyukai