Anda di halaman 1dari 14

KLIPING IPS

DI SUSUN OLEH :

MUTHIA GHAISSANY
5A

SD. NEGERI 04 JAKARTA TIMUR

TENTANG KEBERAGAMAN SUKU


DAERAH DI INDONESIA
1. Suku Betawi
Suku Betawi adalah sebuah suku bangsa di Indonesia yang penduduknya umumnya bertempat
tinggal di Jabodetabek dan sekitarnya.[2] Mereka adalah keturunan penduduk yang bermukim
di Batavia (nama kolonial dari Jakarta) dari sejak abad ke-17

- Senjata tradisional
Senjata khas Jakarta adalah bendo atau golok yang bersarungkan dari kayu.

- Rumah tradisional
Rumah tradisional/adat Betawi adalah rumah kebaya. Terdapat pula rumah tradisional
lain seperti rumah panggung Betawi.
Suku Betawi mengenal tradisi Bikin Rume yang dilakukan ketika hendak membangun
rumah.
- Pakaian Adat Betawi
Kebaya Kerancang atau Kebaya Encim

Merupakan pakaian tradisional Betawi yang dikenakan oleh para wanita. Kebaya
Kerancang disebut juga dengan Kebaya Encim, masih digemari hingga kini.
Kebaya ini pada zaman dahulu dikenakan antara bahan lace atau brokat buatan Eropa
yang ditutup dengan bordir sehingga nampak seperti langsung di bordir.

2. Suku Jawa
Suku Jawa (Bahasa Jawa: Ngoko: ꦮꦺꦴꦁꦗꦮ (Wong Jawa), Krama: ꦠꦶꦪꦁꦗꦮꦶ (Tiyang Jawi))
[4]
 merupakan suku bangsa terbesar di Indonesia yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa
Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Indramayu, Kabupaten/Kota Cirebon (Jawa
Barat) dan Kabupaten/Kota Serang–Cilegon (Banten). Pada tahun 2010, setidaknya 40,22%
penduduk Indonesia merupakan etnis Jawa.[5] Selain itu, suku Jawa ada pula yang berada di
negara Kaledonia Baru, Oseania dan Suriname, Amerika Selatan karena pada masa kolonial
Belanda suku ini dibawa ke sana sebagai pekerja. Saat ini suku Jawa di Suriname menjadi
salah satu suku terbesar di sana dan dikenal sebagai Jawa Suriname. Ada juga sejumlah besar
suku Jawa di sebagian besar provinsi di Indonesia, Malaysia, Singapura, Arab Saudi,
dan Belanda.
Mayoritas orang Jawa adalah umat Islam, dengan beberapa minoritas yaitu Kristen, Kejawen,
Hindu, Buddha, dan Khonghucu. Meskipun demikian, peradaban orang Jawa telah dipengaruhi
oleh lebih dari seribu tahun interaksi antara budaya Kejawen dan Hindu-Buddha, dan pengaruh
ini masih terlihat dalam sejarah, budaya, tradisi, dan bentuk kesenian Jawa. Dengan populasi
global yang cukup besar, suku Jawa ialah kelompok etnis terbesar keempat di antara umat
Islam di seluruh dunia, setelah bangsa Arab,[6] suku Bengali,[7] dan suku Punjab.[8]
- Senjata Tradisional Keris.

Keris adalah salah satu senjata tradisional yang dimiliki oleh Jawa Tengah atau senjata tradisional
suku Jawa. Senjata ini memang sangat populer ke seluruh daerah Indonesia. Ternyata, tidak hanya
Indonesia saja, dunia internasional pun sudah mulai terpukau dengan peninggalan nenek moyang
yang satu ini. Selain daripada fungsinya yang digunakan untuk senjata, Keris juga memiliki nilai
estetika yang sangat tinggi. Senjata ini juga memiliki ketajaman yang tidak perlu diragukan lagi
karena daya serangnya mampu melumpuhkan lawan baik dari jauh sekalipun.
Sebenarnya, senjata keris tidak hanya ada di Jawa saja. Senjata ini ternyata juga ada di daerah-
daerah lain. Namun, perbedaannya adalah bahwa senjata di Jawa lebih bervariasi bentuknya. Seperti
bentuk tanpa lekukan, berlekuk 3, 5, 7 dan lain Sebagainya .

- Rumah Adat Suku Jawa

Rumah Adat Jawa Tengah


Rumah adat Jawa Tengah bisa disebut dengan nama rumah Joglo. Nama Joglo diambil
dari bentuk atap rumah Joglo yang menyerupai bentuk gunung. Dalam filosofi Jawa,
gunung adalah tempat yang tinggi dan sakral.

Rumah Joglo adalah rumah tradisional yang memiliki material utama dari kayu jati.
Biasanya Joglo dibangun oleh masyarakat dengan status sosial tinggi seperti kalangan
bangsawan atau kerajaan, karena membutuhkan biaya yang besar

Bentuk rumah adat Jawa Tengah ini terdiri dari 16 bagian yakni dinamakan molo,
ander, geganja, pengeret, santen, sunduk, kili, pamidangan, dhadha peksi, penitih,
penangkur, emprit, kecer, dudur, elar, dan songgo-uwang

- Pakaian Adat Jawa Tengah


- Kebaya
Kebaya juga dikenal sebagai pakaian adat Jawa secara keseluruhan. Untuk
masyarakat Jawa Tengah, kebaya yang dipakai punya motif dan corak yang berbeda,
serta bahan dasar yang adem dipakai. Umumnya kebaya dibuat dari beludru, sutra,
katun, dan nilon. Perpaduan bahan ini yang membuat kebaya Jawa Tengah tampak
cantik saat dipakai.

Pakaian ini juga memiliki banyak unsur di dalamnya. Untuk atasannya, ada kebaya,
kemben, kain tapih pinjung, dan stagen. Di bagian bawahnya, perempuan Jawa Tengah
akan menggunakan kain jarik yang dililit di bagian pinggang. Aksesori yang dipakai pun
terbilang sangat kompleks, mulai dari cincin, kalung, gelang, dan subang. Beberapa
perempuan juga membawa kipas tangan untuk menghadiri acara yang sedikit panas.

3. Suku Batak
Batak merupakan suku yang tinggal di sekitar Danau Toba, Sumatera Utara. Suku
ini tersebar hampir di seluruh wilayah provinsi Sumatera Utara. Dilansir dari Suku-
suku Bangsa di Summatera karya Giyanto, nenek moyang Suku Batak merupakan
kelompok Proto Melayu atau Melayu Tua. Kelompok ini berasal dari Asia Selatan
dan bermigrasi ke Nusantara melalui Pulau Sumatera. Dari semenanjung Malaya,
mereka menyeberang ke Pulau Sumatera dan akhirnya menetap di sekitar Danau
Toba, Sumatera Utara.

- Pakaian Adat Suku Batak


Ulos merupakan kain yang digunakan untuk pakaian adat etnis Batak Toba.
Etnis ini tinggal dan menyebar di provinsi Sumatra Utara.

Ulos adalah kain yang ditenun dan berbentuk selendang. Pada mulanya ulos
berfungsi sebagai pakaian penghangat dan dipakai sehari-hari. Namun seiring waktu,
pakaian ini menjadi makna simbolik untuk pelaksanaan upacara adat serta
menghormati orang-orang yang hadir di dalamnya

- Rumah Adat Suku Batak

Rumah tradisional Batak Toba disebut Rumah Bolon, bentuknya persegi


panjang dan dapat dihuni oleh 5 sampai 6 keluarga. Untuk masuk ke rumah kita harus
menaiki tangga yang terletak di tengah rumah, dengan berbagai anak tangga ganjil.
Jika orang ingin masuk ke rumah Batak Toba, harus menundukkan kepala agar tidak
terbentur pada balok melintang. Ini berarti pengunjung harus menghormati pemilik
rumah.
Dasar rumah acap kali dibangun setinggi 1.75 meter di atas tanah, dan bagian bawah
digunakan untuk kandang babi, ayam, dan sebagainya. Pintu rumah memiliki dua jenis
daun pintu, yaitu daun pintu horisontal dan vertikal. Namun sekarang, daun pintu
horisontal tidak digunakan lagi. Ruangan di rumah tradisional adalah sebuah ruang
terbuka tanpa kamar-kamar, walaupun di situ didiami beberapa keluarga, tetapi itu tidak
berarti tidak ada pembagian area, karena ini disesuaikan dengan pembagian kediaman
dari rumah tersebut yang diatur oleh adat mereka yang kuat .

- Senjata Tradisonal Suku Batak

Piso surit Piso surit sering juga disebut pisau surit. Piso berasal dari bahasa daerah
Sumatera Utara yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan surit
merupakan nama dari senjata tradisional ini. Senjata ini digunakan oleh masyarakat
dataran tinggi Tanah Karo. Bentuknya panjang dan bagian ujungnya bercabang dua.
Menurut kepercayaan warga sekitar, dulunya piso surit sering digunakan oleh para
pejuang daerah ini untuk melawan Belanda .

4. Suku Badui
Suku Badui atau kadang sering disebut Baduy merupakan masyarakat adat dan
sub-etnis dari suku Sunda di wilayah pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
Populasi mereka sekitar 26.000 orang, mereka merupakan salah satu kelompok
masyarakat yang menutup diri mereka dari dunia luar. Selain itu mereka juga memiliki
keyakinan tabu untuk didokumentasikan, khususnya penduduk wilayah Badui Dalam.
Secara etnis Badui termasuk dalam suku Sunda, mereka dianggap sebagai suku
Sunda yang belum terpengaruh modernisasi atau kelompok yang hampir sepenuhnya
terasing dari dunia luar.
Masyarakat Badui menolak istilah "wisata" atau "pariwisata" untuk mendeskripsikan
kampung-kampung mereka. Sejak 2007, untuk mendeskripsikan wilayah mereka serta
untuk menjaga kesakralan wilayah tersebut, masyarakat Badui memperkenalkan istilah
"Saba Budaya Baduy", yang bermakna "Silaturahmi Kebudayaan Badui". [1]

- Rumah Adat Suku Badui

Rumah Sulah Nyanda merupakan rumah adat provinsi Banten. Rumah Sulah Nyanda adalah
rumah tradisional suku Baduy, yang merupakan suku asli dan mendiami di Provinsi Banten.
Dikutip dari buku Rumah Adat Nusantara (2017) karya Intania Poerwaningtias dan Nindya K.
Suwarto, rumah tradisional Sulah Nyanda menyatu dengan alam, karena bahan-bahannya
berasal dari alam. Di mana alas pondasinya terbuat dari batu. Lantainya dari bambu yang
dibelah, dindingnya terbuat dari anyaman bambu, tiangnya dari balok kayu berukuran besar,
dan atapnya dibuat dari bilah bambu dan ijuk yang dikeringkan.

- Pakaian Adat Suku Baduy

Suku Baduy di Desa Kanekes, Leuwidamar, Banten, selama ini


hidup dalam aturan adat yang kuat. Aturan ini mencakup semua
kegiatan, tingkah laku, serta barang yang digunakan. Begitu juga
dengan pakaian yang melekat pada masyarakat Suku Baduy. Pakaian
atau baju adat ini telah menjadi ciri khas masyarakat karena warna
dan desainnya yang sederhana. Warna hitam dan putih menjadi warna
yang dominan dalam pakaian adat Suku Baduy.
Baju adat Suku Baduy terbuat dengan bahan yang didapat dari alam
sekitar. Hal ini mudah saja karena pegunungan yang kaya hasil alam
telah menjadi tempat tinggal Suku Baduy sejak bertahun-tahun
lamanya

- Senjata Tradisonal Suku Baduy

Senjata khas Jakarta adalah bendo atau golok yang bersarungkan dari kayu.


5. Suku Ambon

Suku Ambon (Ambon: orang Ambong) adalah sebuah suku campuran Austronesia-


Papua yang berasal dari Kepulauan Ambon-Lease dan sisi barat Pulau Seram. Suku Ambon
merupakan suku terbesar di antara orang-orang Maluku lainnya, meski banyak darinya yang
tersebar sebagai akibat dari perpindahan keluar dari daerah aslinya. Suku Ambon berbahasa
Ambon, bahasa rumpun Austronesia yang juga menjadi bahasa pengantar di Maluku di
samping bahasa Indonesia.[1]
Suku Ambon merupakan suku yang paling dikenal dan berpengaruh di antara suku-suku
Maluku lainnya. Mereka mulai melebarkan pengaruhnya ketika masa penjajahan Portugis.
Hal inilah yang menyebabkan sering kali istilah orang Ambon dipadankan dengan orang
Maluku.[1] Setelah kedatangan bangsa-bangsa Eropa yang menyusul penyebaran Islam, suku
Ambon dicirikan oleh persaingan Islam-Kristennya.[2

- Rumah Adat Suku Ambon

Rumah Baileo
Baileo adalah sebutan untuk rumah adat orang Maluku. Baileo merupakan tempat
bermusyawarah dan pertemuan rakyat dengan dewan rakyat, seperti saniri negeri dan
dewan adat, yang menunjukan bahwa sistem demokrasi sudah dikenal oleh rakyat lima-
siwa sejak dulu.

- Pakaian Adat Suku Ambon

Baju cele ini bermotif garis-garis geometris/berkotak-kotak kecil. Baju cele ini biasanya
dikombinasikan dengan kain sarung yang warnanya tidak terlalu jauh berbeda, harus
seimbang dan serasi.
Baju cele ini dipakai juga dalam upacara-upacara adat (acara pelantikan raja, acara cuci
negeri, acara pesta negeri, acara panas pela dll.) dan di kombinasi dengan kain yang pelekat
yang disalele yaitu disarung dari luar dilapisi sampai batas lutut dan dipakai lenso (sapu
tangan yang diletakan di pundak).Pakaian ini dipakai tanpa pengalas kaki atau boleh juga
pakai selop. Konde/sanggul yaitu konde bulan yang diperkuat lagi dengan tusukan konde
yang disebut haspel yang terbuat dari emas atau perak.

- Senjata Adat Suku Ambon


Parang Salawaku adalah sepasang senjata tradisional dari Nodaku.[1] Parang Salawaku terdiri
dari Parang (pisau panjang) dan Salawaku (perisai) yang pada masa lalu adalah senjata yang
digunakan untuk bertempur.[1] Di lambang pemerintah kota Ambon, dapat dijumpai pula Parang
Salawaku.[2] Untuk warga Maluku, Parang dan Salawaku adalah lambang kemerdekan rakyat.[2]

Anda mungkin juga menyukai