Anda di halaman 1dari 5

PAKAIAN ADAT DAN RUMAH ADAT JAWA BARAT

Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak diantara 5º50`- 7º50` Lintang Selatan dan
104º 48`- 108º 48` Bujur Timur, dengan luas wilayah daratan 3.710.061,32 hektar. Masyarakat
Jawa Barat dikenal sebagai masyarakat yang agamis, dengan kekayaan warisan budaya dan
nilai-nilai luhur tradisional, serta memiliki prilaku sosial yang berfalsafah pada silih asih, silih
asah, silih asuh, yang secara harfiah berarti saling mengasihi, saling memberi pengetahuan dan
saling mengasuh diantara warga masyarakat.

Sebagian penduduk Jawa Barat adalah Suku Sunda. Selain itu, ada campuran Sunda
dengan Jawa di pantai utara Cirebon serta sebagian kecil pesisir Indramayu. Mata pencaharian
penduduk Jawa Barat yang utama adalah bertani. Bertaninya pun bermacam-macam. Ada yang
bertani padi, sayur-sayuran, buah-buahan, dan bunga-bungaan. Selain itu, di daerah Jawa Barat
juga banyak terdapat perkebunan teh, cengkih, tebu, dan kina

1. PAKAIAN ADAT JAWA BARAT

Pakaian adat Jawa khususnya pakaian adat Jawa Barat mempunyai ciri khas yaitu
penggunaan kebaya sebagai tanda kentalnya unsur budaya tradisional. Provinsi Jawa Barat
merupakan salah satu provinsi besar di Indonesia yang mempunyai beragam pakaian
tradisional atau pakaian adat. Pakaian adat jawa barat di bagi menjadi beberapa golongan,
seperti pakaian rakyat biasa, pakaian golongan menengah, dan pakaian adat bangsawan yang
hanya dikenakan oleh kaum bangsawan.

Baju Adat Sunda yang Resmi


Karena memiliki beragam jenis pakaian adat, provinsi Jawa Barat kemudian membuat
standar baku baju adatnya sejak beberapa dasawarsa terakhir. Pakaian adat Jawa Barat yang
resmi tersebut dapat kita lihat pada acara pemilihan mojang dan jajaka yang selalu digelar
setiap tahunnya. Berikut ini adalah gambar dari pakaian resmi tersebut. Pakaian Adat Jawa
Barat (Sunda) Para jajaka menggunakan jas takwa atau jas tutup dengan warna bebas (lebih
sering hitam), celana panjang dengan warna yang sama, kain samping yang diikatkan di
pinggang, penutup kepala berupa bendo, dan alas kaki selop. Hiasan yang dikenakan hanya
berupa jam rantai yang biasanya dijepitkan pada saku jas. Sementara untuk para mojang,
mereka akan menggunakan pakaian berupa kebaya polos dengan hiasan sulam, kain kebat,
beubeur (ikat pinggang), kutang (kamisol), karembong (selendang) sebagai pemanis, dan alas
kaki berupa selop dengan warna sama seperti warna kebaya. Adapun untuk hiasannya yaitu
tusuk konde berhias bunga untuk rambut disanggul, giwang, cincin, bros, kalung, gelang
keroncong, peniti rantai, dan beberapa perhiasan lain yang terbuat dari emas bertahta berlian.

Sumber: http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/07/pakaian-adat-jawa-barat-sunda-
gambar.html

2. Rumah Adat Jawa Barat


Rumah adat Sunda yang kini telah ditetapkan menjadi rumah adat Jawa Barat memang
sarat akan nilai-nilai filosofis yang menjadi pegangan hidup masyarakat Sunda dalam
kehidupan sosialnya. Desain rumah tersebut selain memperhatikan kearifan lokal, juga
mengedepankan aspek budaya masyarakatnya.
Rumah Adat Jawa Barat Rumah adat Jawa Barat sendiri memiliki banyak nama dan
rupa, tergantung bagaimana desain dari rumah yang digunakan. Namun, sedikitnya kami telah
menemukan 5 desain rumah adat Sunda ini berdasarkan desain atapnya, yaitu yang bernama
Jolopong, Badak Heuay, Tagong Anjing, Jubleg Nangkub, dan Perahu Kemureb. Nah, di
kesempatan ini kami akan mengulas tentang ragam rumah adat Sunda tersebut sebagai
informasi bagi Anda sekaligus sebagai sarana untuk mengingatkan kita semua tentang kearifan
lokal budaya Sunda yang telah terpupuk dan hidup sejak lama.

1. Imah Julang Ngapak

Julang Ngapak dalam bahasa Indonesia berarti seekor burung yang mengepakkan
sayapnya. Nama rumah ini demikian karena memang desain atapnya tampak melebar di
sisi-sisinya, dan bila dilihat dari depan, bentuk atapnya memang terlihat seperti seekor
burung yang mengepakkan sayapnya Rumah dengan desain atap Julang Ngapak umumnya
akan dilengkapi dengan cagak gunting atau capit hurang di bagian bubungannya.
Keduanya sama-sama digunakan untuk mencegah rembesnya air di bagian pertemuan
antar atap yang terletak di ujung atas rumah. Atapnya sendiri dapat dibuat dari bahan
rumbia, ijuk, atau alang-alang yang diikat pada kerangka atap dari bambu. Desain rumah
Julang Ngapak hingga kini masih dapat dijumpai di Kampung Dukuh, Kuningan;
Kampung Naga, Tasikmalaya; dan beberapa daerah lainnya di Jawa Barat. Bahkan selain
itu, gedung Institut Teknologi Bandung beberapa di antaranya menggunakan desain atap
rumah adat Jawa Barat yang satu ini.

2. Imah Togog Anjing


Togog Anjing berarti anjing yang sedang duduk. Atap rumah adat satu ini memang
memiliki desain yang menyerupai bentuk anjing saat duduk. Ada 2 bidang atap yang
menyatu membentuk segitiga, dan satu bidang atap yang menyambung pada atap bagian
depan. Atap yang menyambung ini biasa disebut sorondoy dan biasanya menjadi peneduh
untuk teras depan rumah. Desain rumah Togog Anjing hingga kini masih sering dijumpai
pada rumah tradisional masyarakat Garut. Beberapa bungalow, hotel, dan tempat-tempat
peristirahatan di sekitar Puncak juga kerap ditemui menggunakan desain atap rumah ini.

3. Imah Badak Heuay


Badak Heuay berarti badak yang sedang menguap. Dilihat dari desain atapnya,
model rumah Badak Heuay tampak seperti rumah Tagog Anjing. Hanya saja, di bagian
suhunan, atap belakang melewati tepi pertemuan sehingga tampak seperti mulut badak
yang sedang menguap. Desain atap rumah adat Jawa Barat ini hingga sekarang masih
sering digunakan masyarakat Sukabumi sebagai desain rumah hunian mereka.
4. Imah Jolopong
Di antara desain rumah adat Jawa Barat lainnya, Jolopong menjadi yang paling familiar
karena sering digunakan. Jolopong banyak dipilih karena lebih mudah dibuat dan lebih
hemat bahan material. Sesuai namanya yang berarti “terkulai”, rumah Jolopong memang
memiliki atap yang tampak tergolek lurus. Ada 2 bagian atap yang saling bersatu sama
panjang. Jika ditarik garis imajiner, antara ujung atap satu dengan ujung atap lainnya akan
terbentuk sebuah segitiga sama kaki. Desain rumah yang juga kerap disebut Suhunan
Panjang ini sampai kini masih digunakan sebagian masyarakat Kampung Dukuh di Garut.

5. Imah Parahu Kumureb


Dan yang terakhir adalah desain rumah Parahu Kumureb atau perahu tengkurap.
Desain atap rumah adat Jawa Barat ini memiliki 4 bagian utama. Dua bagian di depan dan
belakang berbentuk trapesium, dan dua bagian di sisi kanan kiri berbentuk segitiga sama
sisi. Di Palembang, desain atap Parahu Kumureb juga disebut desain atap Limasan. Sesuai
namanya, atap rumah adat Sunda satu ini memang tampak seperti sebuah perahu yang
terbalik atau tengkurap. Karena terlalu banyak sambungan, desain atap ini sering kali mudah
bocor sehingga jarang digunakan. Kendati begitu, masyarakat Kampung Kuta di Kabupaten
Ciamis masih ada yang menggunakannya.

Sumber: http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/07/rumah-adat-jawa-barat-sunda-
gambar.html

Anda mungkin juga menyukai