Anda di halaman 1dari 14

Rumah Adat Bubungan Lima Bengkulu

Makna Simbolis Ornamen Pada Elemen Ragam Hias Ukiran


Mata Kuliah Wawasan Keilmuan Desain Arsitektur
Sub KBK Arsitektur dan Kebudayaan
Nurul Fadhillah - 22/499424/PTK/14538
Bab 1. Latar Belakang
Perkembangan di zaman modern saat ini mempengaruhi budaya, yang
membuat budaya lokal berubah sehingga kehilangan keberadaannya. Akibatnya
masyarakat modern melupakan nilai – nilai yang penting dari budaya lokal. Budaya
merupakan aspek yang berkaitan dengan aktivitas manusia sebagai identitas dari
suatu daerah. Bentuk budaya yang representatif adalah rumah adat. Rumah adat
merupakan salah satu contoh budaya masyarakat. Terdapat berbagai macam rumah
adat di Indonesia, masing – masing dengan filosofi, gaya arsitektur, ornamen, ragam
hias yang indah, dan ciri khas yang sesuai dengan adat istiadat setempat dari segi
sejarahnya.
Salah satu rumah adat yang ada di Provinsi Bengkulu adalah Rumah Adat
Bubungan Lima. Nama Bubungan lima memang tepat karena mengacu pada atap
rumah. Gaya arsitektur dan ragam hias rumah adat Bengkulu secara keseluruhan
merupakan tipe dari bangunan melayu. Menurut (Firzal, 2015) arsitektur melayu
memiliki 3 ciri, yaitu : rumah melayu berbentuk rumah panggung, atap pelana dan
gablefinials. Salah satu bangunan yang mengadopsi gaya dan ornamen rumah adat
Bubungan Lima, yaitu bangunan Museum Rumah Fatmawati. Rumah ini
merupakan tiruan dari rumah lama Ibu Fatmawati Soekarno dan rumah Tua
Bubungan Lima konon sudah ada di Bengkulu sejak tahun 1916-an. Contoh rumah
adat dapat ditemukan di samping Gedung Daerah. Hanya saja modelnya
dimodifikasi dan digunakan sebagai bentuk replika. Bentuk bangunan juga
disesuaikan dengan fungsinya, tidak ada ruangan seperti rumah Bubungan Lima
pada umumnya.
Gagasan bentuk pada rumah adat Bubungan Lima Bengkulu hanya dapat
dijelaskan oleh perancangnya dan ilmunya diwarisi secara lisan. Dengan berlalunya
waktu, budaya yang dulunya memiliki nilai dan kepentingan yang besar menjadi
terlupakan. Kegiatan yang biasanya berlangsung di Rumah Bubungan Lima
berangsur – angsur berubah menjadi tampilan yang lebih praktis dan modern.
Rumah adat berfungsi sebagai tempat wisata sejarah saat ini. Dan yang lebih
memprihatinkan, banyak rumah adat yang menjadi salah satu sumber utama ragam
hias, rusak dan hilang tanpa perawatan. Tidak sedikit rumah adat di Bengkulu yang
masih kokoh berdiri. Namun, akibatnya masyarakat hanya mengetahui nama dan
tidak mengetahui bentuk, dan tujuan dari penempatan ukiran yang ada di rumah
Adat Bubungan Lima Bengkulu. Berdasarkan dari masalah tersebut, maka tujuan
dari penulisan ini ialah untuk mengkaji ragam hias tradisional yang terdapat pada
Rumah Bumbungan Lima. Dan memperkenalkan kembali ragam hias, yaitu Rumah
Bumbungan Lima yang telah di implementasikan di Museum Rumah Fatmawati.
BAB 2. Kajian Pustaka

Gambar 1.Rumah Adat Bubungan Lima


Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_Bubungan_Lima

1. Fakta Rumah Adat Bubungan Lima


A. Bentuk Umum
Berada di barat daya Sumatera, Provinsi Bengkulu memiliki beberapa
rumah adat seperti Kubung Beranak, Umeak Cut Jang, Patah Sembilan, dan
Bubungan Lima. Nama Bubungan Lima berasal dari bentuk atapnya. Rumah
Adat Bubungan Lima juga dikenal sebagai rumah adat Bubungan Haji,
Bubungan Limas dan Bubungan Jembatan. Struktur rumah adat di Bubungan
Lima adalah rumah yang ditopang oleh tiang-tiang. Selain itu, tujuannya
adalah untuk membentuk struktur panggung, yaitu:
a. Rumah Tahan Gempa
Bengkulu terletak 150 kilometer dari zona subduksi yang sangat
aktif antara lempeng India dan Eurasia. Dengan kondisi ini, maka desain
rumah adat di Bengkulu adalah rumah dengan lebih tahan terhadap getaran
gempa. Rumah itu memiliki 15 kolom dengan tinggi 1,8 meter. Untuk
mengurangi goncangan gempa, tiang pancang diletakkan di atas batu datar
yang besar untuk mencegah tiang pancang cepat lapuk.
b. Mengantisipasi Gangguan Binatang buas/liar
Lantai rumah tinggi dan jauh dari permukaan tanah untuk mencegah
binatang buas.
c. Bebas dari kondisi lembap dan dampak banjir
Bengkulu merupakan daerah yang memiliki curah hujan cukup
tinggi hampir disetiap tahun dengan intensitas yang tinggi, hal ini
menyebabkan banjir di beberapa daerah. Menurut (BMKG, 2022) dan
(BeritaBengkuluEkspress.com,2023) “Potensi banjir besar masih
mengancam Provinsi Bengkulu pada 2023 mendatang, khususnya di Kota
Bengkulu”.
d. Mendukung sirkulasi udara
Konstruksi kolong juga berpotensi mendukung sirkulasi udara sehingga
ruangan di bagian atas terasa lebih sejuk.
e. Tempat menyimpan peralatan pertanian
Kolong rumah dimanfaatkan sebagai tempat menyimpan peralatan
pertanian, hasil panen, kayu bakar, atau perlengkapan lain, bahkan sebagai
kandang hewan.

Gambar 2. Kolom Pada Rumah Adat Bubungan Lima


Sumber: Rizki, 2021.

Menurut Hanafi dkk (1985 : 64) “Dalam bahasa Melayu Bengkulu,


rumah tempat tinggal dinamakan dengan “R u m a h”. Rumah orang Bengkulu
adalah termasuk typologi “Rumah Panggung”. Hal ini dikarenakan agar
penghuni dapat terhindar dari banjir di pantai atau di sepanjang sungai dan
aman dari binatang buas bagi yang tinggal di tepi hutan. Selain itu, gerobak,
alat-alat pertanian dan tanaman dapat disimpan di bawah rumah dan di desa
juga berfungsi sebagai gudang, kayu bakar, dan lainnya. Dengan nama
Bubungan Lima, rumah adat Bengkulu ini juga dikenal dengan nama
Bubungan Haji dan Jembatan Bubungan..Menurut literatur saat ini, rumah
adat Bengkulu ini tidak diperuntukkan untuk rumah tinggal umum. Rumah
Bubungan Lima memiliki fungsi khusus sebagai tempat untuk melakukan
berbagai ritual adat seperti kelahiran, penyambutan tamu, pernikahan dan
juga kematian.
B. Material Penutup Atap Rumah Adat Bubungan Lima
Salah satu ciri rumah adat di Bubungan Lima adalah bentuk atapnya
yang menyerupai tiang. Menurut (Wiranata et al., 2016), jurnal ilmiah mereka
yang berjudul “Rancang Bangun Permainan Android Tiga Dimensi Teka Teki
Rumah Bubungan Lima dengan Metode Kecerdasan Buatan” menyatakan
bahwa rumah tradisional Bubungan Lima didasarkan pada bentuk atap dan
bahan penutupnya, atap, yaitu ijuk. Namun seiring berjalannya waktu, bahan
atap diganti dengan seng. Pecu atau palfond rumah terbuat dari papan, namun
ada juga yang menggunakan pelupuh bambu. Balok kayu yang
menghubungkan bagian atas rumah disebut peran. Kasau yang terpasang pada
kap berfungsi sebagai opsi pemasangan atap.
C. Pembagian Ruang Rumah Adat Bengkulu
Arsitektur rumah bubungan lima terdiri tiga bagian, Setiap bagian ini
memiliki filosofinya masing-masing.

Gambar 3. Denah Rumah Adat Bubungan Lima


Sumber: Rizki, 2021.

Ada 3 bagian utama dari rumah adat ini, yaitu :


a) Bagian atas terdiri dari atap dan bubungan yang terbuat dari ijuk maupun
seng. Di bagian atap ini biasanya terdapat loteng yang penghuni rumah
menyimpan benda-benda pusaka yang sakral. Bagian ini melambangkan
hubungan antara manusia dengan Tuhan, dicirikan dengan ujung atap
rumah yang memiliki ukiran khas seperti selembayung. Selembayung
biasanya melambangkan ucapan rasa syukur dan penghormatan tinggi
terhadap Tuhan yang Maha Esa.
b) Bagian tengah melambangkan keharmonisan antar umat manusia, dimana
adanya interaksi sosial baik dengan sesama penghuni rumah maupun tamu.
Desain yang dihadirkan di bagian tengah rumah mempunyai bahan dasar
kayu balam untuk kerangkanya. Sementara bagian dinding rumah
menggunakan papan kayu yang dibuat secara rapi dan halus. Dalam tengah
rumah juga terdapat penghubung dari setiap tiangnya yang terbuat dari
balok kayu. Berikut ini pembagian beberapa ruangan, antara lain :
• Barendo : menerima tamu yang belum dikenal dan bertamu dalam
waktu yang singkat. Di depan barando terdapat sebuah gambar
berbentuk Buraq yang memiliki arti dari keteguhan masyarakat yang
tinggal disana dalam belajar agama. Lambang tersebut juga
memberitahukan kepada tamu bahwa rajin menjalankan perintah
agama mengingat sebagian besar dari masyarkat menganut ajaran
Islam. Area barendo juga dilengkapi dengan berbagai bangku panjang,
kursi, dan meja. Selain itu, terdapat anak barendo yang terletak di
depan ataupun samping rumah dengan ukuran 1,2 x 1,5 meter, yang
berfungsi untuk menyimpan sandal.

Gambar 4.Barendo
Sumber: Rizki, 2021.

• Hall : ruangan untuk menerima tamu yang sudah dikenal, dan tempat
bercengkrama pada malam hari. Pada saat upacara adat misalnya
pernikahan, ruangan ini digunakan untuk acara meminang. Dan saat
upacara selamatan dilakukan di ruangan ini.

Gambar 5. Hall
Sumber: Rizki, 2021.

• Bilik Gedang : ruangan ini digunakan oleh pemilik rumah sebagai


kamar tidur. Anak-anak yang masih kecil tidur bersama-sama dengan
orang tuanya.

Gambar 6. Bilik Gedang


Sumber: Rizki, 2021.
• Bilik Gadis : Ruangan ini khusus untuk anak gadis yang beranjak
remaja untuk mendapatkan tempat yang aman beristirahat. Bilik gadis
ini ditempatkan di sebelah bilik gedang untuk memudahkan orang tua
dalam mengawasi si anak gadis.
• Ruang Tengah : Ruang ini digunakan untuk tempat beristirahat tamu
perempuan baik itu ibu-ibu maupun anak gadis. Selain itu, ruang ini
juga digunakan sebagai tempat mengaji. Selain itu, ruang tengah ini
dapat digunakan oleh anak laki-laki bujang pemilik rumah untuk tidur.
• Ruang Makan : ruangan untuk makan dan bercengkrama sambil
menikmati sajian bersama keluarga.
• Garang : tempat penyimpanan air atau disebut dengan gerigik.
Biasanya penghuni rumah akan mencuci tangan dan kakinya terlebih
dahulu di garang sebelum masuk ke dalam rumah.
• Dapur : merupakan jantung dari rumah adat Bubungan Lima, yakni
tempat untuk memasak.
• Barendo Belakang : Tempat ini merupakan tempat favorit bagi para
wanita untuk bersantai dan mengobrol pada siang dan sore hari.
c) Bagian bawah : digunakan untuk tempat penyimpanan gerobak, hasil
panen, alat-alat pertanian, kandang hewan ternak, dan kayu api.
Merepresentasikan hubungan yang baik antara rumah dengan lingkungan
sekitar, Hal ini menunjukkan bahwa konsep bangunan pada rumah ini
menghargai makhluk hidup lainnya seperti hewan dan tumbuhan.
2. Filosofi Rumah Adat Bubungan Lima Bengkulu
Rumah adat Bubungan Lima diadakan ritual yang digunakan oleh
masyarakat sebagai tempat tradisi penolakan penyakit. Upacara adat tersebut
dilakukan ketika telah menyelesaikan pembangunan rumah dimana sebuah
Bubungan atau bagian atap akan segera dinaikkan. Dalam Bubungan akan
disimpan berbagai jenis hasil panen masyarakat seperti tebu berwarna hitam,
pisang mas satu tandan, dan makanan lainnya, sebagai persembahan untuk
penolakan bala atau penyakit. Terdapat juga kain putih yang disimpan pada
bagian tulang yang sudah dirajah sebelumnya.
3. Ciri Khas dan Keunikan Rumah Adat Bubungan Lima
A. Rengkiang
Rumah adat Bubungan Lima ini memiliki sebuah Rengkiang atau
lumbung padi. Rengkiang hanya ada dalam rumah masyarakat yang
memiliki mata pencaharian sebagai petani. Padi yang disimpan tersebut
diolah menjadi bahan makanan pokok ataupun dijual kepada tetangga yang
membutuhkan. Letak penyimpanan Rengkiang sendiri berada di dalam dapur
untuk memudahkan pemilik menumbuk padi dan memasaknya dengan cepat,
tidak perlu repot berjalan jauh ketika akan mengolah padi. Rengkiang
bermandafat sebagai tempat penyimpanan bahan makanan yang menjadi
solusi ketika sedang menghadapi musim kemarau.
B. Bentuk jendela dan pintu
Jendela yang terdapat dalam rumah adat bubungan lima tidak berbentuk
persegi seperti umumnya. Dalam rumah ini hanya diperbolehkan
membangun dua jendela saja pada bagian depan dan belakang. Setiap jendela
harus memiliki bentuk bulat dengan posisi memanjang. Untuk jendela depan
sendiri memiliki aturan ukuran 30 x 60 cm. Sedangkan untuk bagian
belakang memiliki ukuran lebih kecil yakni 20 x 20 cm. Aturan pembuatan
jendela ini telah turun-temurun dilakukan sejak zaman dibangunnya rumah
adat sekitar tahun 1916. Hingga kini tidak ada masyarakat yang mengganti
bentuk dari jendela tersebut ketika membangun sebuah rumah.
C. Anak tangga ganjil
Dari buku berjudul Mengenal Seni & Budaya Indonesia (2012) karya R.
Rizky dan T. Wibisono, dijelaskan bahwa rumah adat Bengkulu termasuk
dalam tipe rumah panggung. Sehingga, ketika hendak masuk ke dalam
Rumah Bubungan Lima harus menaiki tangga berjumlah ganjil sebelum
sampai ke depan rumah. Rumah Bubungan Lima dibuat tipe rumah
panggung agar melindungi penghuninya dari banjir dan hewan buas. Jumlah
anak tangga harus mengikuti aturan sesuai bentuk yang telah ada karena
berhubungan dengan kepercayaan tertentu, tidak dapat dengan bebas
mengubah bentuk dari bangunan ini karena dari setiap bagiannya memiliki
arti tersendiri.

Gambar 7. Tangga Rumah Replika Fatmawati


Sumber: Rizki, 2021.

D. Aturan duduk
Jika tinggal di Bengkulu dan tinggal dalam sebuah Rumah Bubungan
Lima, wajib untuk mengetahui hal ini. Rumah adat memiliki bentuk persegi
empat secara bertingkat. Bagian penigo dibuat lebih rendah dibandingkan
bagian panduhuak. Aturan dalam rumah, untuk sebuah penigo harus lebih
rendah dari panduhuak. Jika seorang menantu, maka batasan duduk hanya
diperbolehkan hanya dalam area dapur dan Penigo saja. Penigo merupakan
tempat menerima tamu yang biasanya datang dari kalangan keluarga ataupun
bersifat resmi. Sedangkan Panduhuak adalah sebuah tempat untuk
menyimpan berbagai barang dan pakaian milik keluarga.
E. Ukiran
Rumah adat bubungan lima menerapkan ornamen yang terletak pada pagar
yang barendo teras rumah, atap dan ventilasi yang membentuk ukiran. Selain
itu, ukiran juga disematkan pada bagian tangga, ujung kungkung dinding,
jendela pintu, kasau, hingga tebeng layar. Pada bagian bawah, dimana
biasanya terdapat tiang-tiang kayu yang menopang rumah. Tiang kayu ini
memiliki ornamen ukiran yang khas. Adapun ornamen ukiran, yaitu :
• Pohon Ru merupakan pohon cemara yang tumbuh di sekitar lingkungan
masyarakat Bengkulu.
• Pohon hayat disebut dengan pohon kehidupan dimana dipercaya oleh
masyarakat setempat bahwa kehidupan manusia akan tercatat di pohon.
• Bunga melati identik dengan keindahan dan diharapkan rumah.
• Pucuk rebung

Gambar 8. Ornamen Pucuk Rebung


Sumber: Rizki, 2021.

Salah satu ornamen yang memiliki bentuk yang sederhana sisi kiri dan
sisi kanan simetris. Pada umumnya bentuk keseluruhan ornamen ini
merupakan perpaduan dari bentuk-bentuk geometris seperti bentuk segitiga
dan elips. Garis-garis lengkungan pada ornamen Pucuk Rebung membentuk
pola pucuk rebung yang masih terkuncup. Ukiran pucuk Rebung ini dibuat
dengan ukiran jenis timbul. Ukiran ini mempunyai fungsi personal, fisik,
dan social. Material yang digunakan ialah kayu solid yang gampang untuk
diukir. Pembuatan ornamen ukiran ini menggunakan alat ukir.
• Lebah Bergayut

Gambar 9. Ornamen Lebah Bergayut


Sumber: Rizki, 2021.
Ornamen lebah bergayut merupakan ornamen bangunan melayu
yang terletak dibawah cucuran atap (lespang). selain di cucuran atap ukiran
ini juga terletak pada bawah anak tangga yang disebut dengan “Lebah
Tergantung” atau biasa disebut dengan “Ombak - ombak”. Lambang dari
motif ini termotivasi dari “Sarang lebah” yang tergantung di dahan kayu.
Para budayawan Melayu mengatakan bahwa hiasan perabung ini memiliki
makna sikap rela berkorban dan tidak mementingkan diri sendiri. Pada
Rumah Bumbungan Lima menerapkan ukiran Melayu ini pada atapnya.
Material yang digunakan menggunakan kayu solid yang tidak terlalu tebal
sehingga ornamen ini tidak membebani struktur atap. Alat yang digunakan
pada pembuatan ornamen ukiran ialah mesin ukir elektrik sehingga antar
ukiran kayu yang terbentuk sama.
• Bunga Seroja

Gambar 10. Ornamen Bunga Seroja


Sumber: Rizki, 2021.

Ornamen ukiran motif Bunga Seroja ini merupakan ornamen Melayu


yang memiliki enam kelopak bagian atas dan enam kelopak bagian bawah.
Memiliki makna disetiap kelebihan yang manusia punya pasti ada
kekurangan oleh karena itu ornamen ini bermakna untuk tidak sombong dan
selalu bersyukur. Ornamen ini diterapkan sebagai ventilasi.
• Kembang empat adalah sebuah ornamen yang menggambarkan
kebahagiaan dan keberuntungan.
• Bunga raflesia merupakan ornamen yang merupakan bunga khas di
daerah Bengkulu.
• Matahari adalah sebuah ornamen yang menggambarkan peran dari
matahari yang penting untuk menyinari dan memberikan energi bagi
kehidupan.
BAB 3. Analisis dan Pembahasan
Berdasarkan hasil yang didapat dari berbagai sumber serta dilandasi oleh
berbagai teori maka didapatkan data-data sebagai berikut : dari hasil wawancara
dengan informan (Anandy, 2016) menyebutkan bahwa ditemukan sebelas pola
bentuk dan nama ukiran yang terdapat pada rumah adat Bubungan Lima Bengkulu
di Jl. Ahmad Yani, Kelurahan Kebun Keling, Kecamatan Teluk Segara. Menurut
bapak Agus Rahmat bentuk-bentuk ukiran ini terdiri dari ukiran timbul dan ukiran
tembus dengan nama-nama ukiran Pohon Ru, Pohon Hayat, Bunga Melati, Pucuk
Rebung, Daun, Kembang Empat, Raflesia, Paku Lipan, Matahari, Kipas, Anak
Tanggo.
Sebelas bentuk ukiran dan tiga penempatan ini tersebar pada bagian
Rel/Pagar/Terali, Tiang/Piabung/Bendu dan Lesplang, bapak Agus Rahmat (16
Desember 2015 di rumah kediaman narasumber) “bentuk ukiran disesuaikan
dengan keinginan pemilik rumah, bentuk ukiran juga dibuat sesuai kepercayaan
penduduk sekitar terhadap bentuk flora/fauna/geometris, penempatan motif ukiran
biasanya ditempatkan pada dinding-dinding rumah adat dan juga pada tiang rumah
dan bagian lain. Penempatan ukiran pada rumah adat disebut juga konstruksi, yaitu
sebagai hiasan pendukung pada suatu rumah adat contohnya yang didapat pada
tiang suatu bangunan rumah adat.”
Berikut ini struktur dari setiap pola bentuk, nama ukiran, dan penempatan
ukiran yang terdapat pada rumah adat Bubungan Lima Bengkulu :
1. Rel/Pagar/Terali
Terdapat tiga bentuk dan jenis ukiran yang terdapat pada Rel/Pagar/Terali, yaitu:
• Daun
Ukiran ini dibuat pada bidang besar, di tempatkan secara horizontal pada
Rel/Pagar/Terali. Ukiran ini biasanya dibuat dengan jenis ukiran timbul yang
menghiasi bagian-bagian Rel/Pagar/Terali, didalamnya biasanya dilengkapi
dengan ukiran Pucuk Rebung. Ukiran tersebut dibuat berdasarkan pandangan
masyarakat terhadap hasil alam.
• Kembang Empat
Ukiran ini dibuat pada bidang kecil, dengan bentuk jajar genjang ditempatkan
dibagian tengah Rel/Pagar/Terali. Ukiran Kembang Empat biasanya dibuat
dalam bentuk ukiran tembus. Ukiran dibuat memenuhi kebutuhan juga dilihat
apa makna adat yang tersimpan dibalik bentuk ukiran Kembang Empat.
• Pucuk Rebung
Ukiran ini dibuat pada bidang besar, di tempatkan pada bagian tengah ukiran
Daun dan disusun secara horizontal. Ukiran tersebut juga dibuat berdasarkan
fungsi adat yang terkandung didalamnya.
2. Tiang/Piabung/Bendu
Terdapat enam jenis ukiran. yaitu :
• Paku Lipan
Ukiran ini dibuat pada bidang kecil yang memiliki fungsi menghiasi tiang
bagian atas secara horizontal. Tiap tiang biasanya terdapat empat Paku Lipan.
• Bunga Melati
Ukiran ini dibuat pada bidang kecil di tengah ukiran Paku Lipan. Bunga
Melati biasanya ditempatkan pada tengah-tengah ukiran Paku Lipan. Ukiran
tersebut dibuat berdasarkan fungsi adat yang dipercaya oleh masyarakat
sekitar.
• Pohon Ru
Ukiran ini dibuat pada bidang besar yang memiliki fungsi untuk menghias
tiang pada bagian tengah secara vertikal. Tiap tiang biasanya terdapat empat
ukiran. Fungsi ukiran diambil juga dari pandangan masyarakat terhadap
bentuk ukiran yang berasal dari pohon cemara.
• Kipas
Ukiran ini dibuat pada bidang kecil yang memiliki fungsi untuk menghiasi
tiang bagian tengah. Posisi ukiran kipas terletak di tiap sudut ukiran Pohon
Ru. Fungsi ukiran diambil dari kehidupan sosial bermasyarakat sehari-hari.
• Pohon Hayat
Ukiran ini dibuat pada bidang besar yang memiliki fungsi mengiasi tiang
bagian bawah secara vertical, tiap tiang biasanya ukiran ditempatkan empat
sisi. Fungsi ukiran juga diambil atas pandangan masyarakat mengenai bentuk
yang diambil dari pohon beringin dipercayai mempunyai fungsi magis.
• Matahari
Ukiran ini dibuat pada bidang kecil yang memiliki fungsi menghiasi tiang
bagian bawah yang terletak di bawah ukiran Pohon Hayat. Ukiran ini diukir
setengah matahari di empat sisi tiang. Fungsi ukiran juga diambil dari bentuk
ukiran yang diambil dari bentuk matahari yang menyinari kehidupan dan
masyarakat mempercayai fungsi matahari adalah menyinari kehidupan.
3. Lesplang
Terdapat enam jenis ukiran, yaitu :
• Kembang Empat
Ukiran dibuat pada bidang kecil yang berfungsi untuk menghiasi Lesplang.
Ukiran ini ditempatkan secara horizontal. Ukiran ini dibuat dengan jenis
ukiran jenis timbul. Ukiran dibuat selain memenuhi kebutuhan juga dilihat
apa makna adat yang tersimpan dibalik bentuk ukiran Kembang Empat.
• Anak Tanggo
Ukiran dibuat pada bidang kecil yang berfungsi untuk menghiasi lesplang
secara horizontal. Ukiran ini dibuat dengan jenis ukiran jenis timbul. Makna
adat yang diambil dari ukiran ini merupakan suatu bentuk fungsi sosial.
• Pucuk Rebung
Ukiran ini dibuat pada bidang besar yang berfungsi untuk menghiasi Lesplang
ditempatkan secara horizontal. Ukiran ini dibuat dengan jenis ukiran jenis
timbul. Makna adat yang diambil dari ukiran ini merupakan suatu bentuk
fungsi sosial.
• Raflesia
Ukiran ini dibuat pada bidang besar yang berfungsi untuk menghiasi
Lesplang. Ukiran ini dibuat dengan jenis ukiran jenis timbul. Makna adat
yang diambil dari ukiran ini merupakan suatu bentuk fungsi sosial.
BAB IV. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan untuk
mengetahui sejarah dan filosofi Rumah Adat Bubungan Lima bertujuan untuk
melindungi penghuninya dari serangan binatang liar dan juga bencana banjir. Selain
itu jumlah anak tangga pada Rumah Adat Bubungan Lima selalu berjumlah ganjil
yang merupakan sebuah simbol ketuhanan yang dipercaya oleh masyarakat
Bengkulu. Pada bagian - bagian Rumah Adat Bubungan Lima juga memiliki
filosofinya masing-masing yakni bagian atas melambangkan hubungan antara
manusia dengan Tuhan, bagian tengah melambangkan keharmonisan antar umat
manusia dan bagian bawah menunjukkan konsep bahwa bagunan pada bagian ini
menghargai makhluk hidup yang lainnya dikarenakan biasanya ditemukan
beberapa hewan ternak yang tidur ditempat ini.
Rumah adat bubungan lima mempunyai keunikan ornamen motif yang
berbeda jenisnya. Bentuk motif ukiran Rumah Adat Bubungan Lima Bengkulu
terbagi atas tiga, yaitu flora, fauna dan geometris. Bentuk flora yaitu Pohon Ru,
Pohon Hayat, Pucuk Rebung, Daun, Kembang Empat, Raflesia. Bentuk fauna yaitu
Paku Lipan. Bentuk alam / geometris, yaitu Matahari, Kipas, Anak Tanggo.
Penempatan ukiran Rumah Adat Bubungan Lima Bengkulu tidak hanya untuk
hiasan dan berfungsi keindahan saja, namun terdapat bagian penempatan di tiap
ukirannya, seperti Rel/Pagar/Terali, Tiang/Piabung/Bendu, dan lesplang. Keunikan
ornamen tradisional Rumah Bumbungan Lima dari aspek makna, tata letak, dan
motif ukiran harus tetap dilestarikan dan dikembangkan lagi agar ornament pada
Rumah Adat Bumbungan Lima tidak lagi terancam eksistensinya di era sekarang.
Ragam hias/ukiran Rumah Adat Bubungan Lima Bengkulu perlu diperkenalkan
kepada masyarakat luas, terkait mengingat kurangnya pengetahuan masyarakat
akan bentuk, fungsi, dan makna ukiran rumah adat bubungan lima Bengkulu.
Daftar Pustaka
Anandy,Ridho. (2016). Studi Tentang Bentuk dan Penempatan Ukiran Rumah Adat
Bumbungan Lima Bengkulu. Skripsi . Seni Rupa-FBS-UNP.

Rizki Adinda Putri, Agus Dody Purnomo.2022.” MENELAAH ORNAMEN RUMAH


TRADISIONAL BUMBUNGAN LIMA PADA ARSITEKTUR RUMAH
FATMAWATI SOEKARNO”. JURNAL PATRA | ISSN 2684-947X | E-SSN 2684-
9461 Vol.4 No.2-Oktober 2022|jurnal.idbbali.ac.id/index.php/patra Publishing:
LPPM Institut Desain dan Bisnis Bali.

Firzal, Y.2015. Mendefinisikan Kembali Arti Kampung Melayu. Jurnal Arsitektur Melayu
dan Lingkungan, Vol.01/No.01 Jurnal of Architectural Design and Development.

Attayaya.2011. Corak Motif Lebah Bergayut untuk Ukir Tekat Tenun Songke. Diakses
pada jumat 21 januari 2022.link : http://www.tamadunmelayu.info/2011/04/ corak-
motif-lebah-bergayut-untuk-ukir.html.

Khalida,E.2020. Rumah ada Bubungan Lima, Bengkulu. Pewarta Nusantara.


https://www.pewartanusantara.com/1515-2.

Anda mungkin juga menyukai