Anda di halaman 1dari 5

Apa itu suku Batak?

Suku batak adalah suatu etnis yang merupakan beberapa gabungan dari beberapa suku
yang ada di Sumatera Utara. Identitas masyarakat asli setempat sebagai Suku Batak
baru dikenal setelah tahun 1926, yaitu setelah dibentuknya organisasi bernama Jong
Batak. Organisasi ini merupakan kumpulan para pemuda asal Toba, Karo, Simalungun,
Mandailing, Angkola, dan Pakpak. Jong Batak dibentuk tanpa membeda-bedakan agama
yang dianut.

Pada zaman sekarang agama mayoritas yang dianut oleh suku Batak adalah agama
Kristen Protestan. Walaupun sebelumnya mereka menganut agama Tradisional.

Tradisi Suku Batak

Suku Batak memiliki banyak tradisi yang diwariskan oleh leluhurnya. Tradisi yang
masih dilestarikan hingga kini, berikut adalah beberapa contohnya:
1. Lompat Batu
Lompat batu atau hombo batu berasal dari Desa Bawo Mataluo Nias, Kabupaten Nias
Selatan. Desa ini kaya dengan situs megalitik atau batu besar berukir, dan di
dalamnya terdapat Omo Hada yaitu perumahan tradisional khas Nias. Tradisi ini
merupakan ritual khusus buat para pemuda suku Nias. Tradisi ini untuk menentukan
apakah seorang pemuda sudah dewasa dan telah memenuhi syarat untuk menikah atau
belum. Mereka akan melompati batu yang tingginya lebih dari 2 meter, melalui sebuah
batu kecil untuk pijakan ketika melompati batu. Ada ritual khusus sebelum melompati
batu, dengan memakai pakaian adat mereka akan bersemangat agar bisa melompati batu.

2. Kenduri Laut
Sesuai dengan namanya, tradisi ini dilakukan di tepi laut. Biasanya dilakukan
setiap bulan Oktober setiap tahunnya. Setiap perwakilan dari masing masing
kecamatan membawa hasil pertanian dan juga ternak, lalu menunjukkannya di atas
panggung (parade) secara bergantian. Selain itu di adakan berbagai lomba, seperti
perahu naga, layang-layang dan lain lain. Makna kenduri laut adalah sebagai
ungkapan syukur akan hasil panen yang telah mereka dapatkan selama 1 tahun. Kenduri
ini biasanya dilakukan oleh masyarakat Batak di daerah Tapanuli Tengah pada malam
hari hingga siang hari.

Bahasa Daerah Suku Batak


Bahasa yang digunakan oleh orang Batak ialah bahasa Batak dan sebagaian juga ada
yang menggunakan bahasa Melayu. Setiap daerah memiliki logatnya masing-masing.
Orang Karo menggunakan Logat Karo, sementara logat Pakpak dipakai oleh Batak
Pakpak, logat Simalungun dipakai oleh Batak Simalungun dan logat Toba dipakai oleh
orang Batak Toba, Angkola dan Mandailing.

Rumah Adat Suku Batak


Suku Batak mempunyai rumah adat bernama Rumah Bolon.
Selaras dengan artinya, Rumah Bolon memang merupakan rumah dengan ukuran besar.
Rumah ini berbentuk memanjang dan dapat dihuni 4-6 keluarga.
Dahulu, Rumah Bolon dihuni oleh para raja di Sumatera Utara. Tercatat sebanyak 13
raja yang pernah bergilir menghuni Rumah Bolon. Rumah Bolon memiliki bagian bawah
rumah yang disebut kolong. Tinggi kolong sekitar 2 meter dan berfungsi untuk
memelihara ternak, mulai dari ayam sampai kerbau. Dalam perkembangannya saat ini,
Rumah Bolon terbagi menjadi 3, yaitu Rumah Bolon kecil, sederhana, dan besar. Rumah
Bolon kecil biasanya berupa gazebo yang terletak di depan rumah utama.
Rumah Bolon sederhana memiliki ukuran yang tidak terlalu besar, namun secara
konstruksi masih mempertahankan bentuk asal Rumah Bolon. Sementara Rumah Bolon
besar terdiri dari 2 lantai yang lantai atasnya juga difungsikan untuk kegiatan
tertentu. Rumah Bolon memiliki beberapa macam jenis disesuaikan dengan puak
(golongan keluarga). Di antaranya:
1. Rumah Bolon Toba
Berdasarkan bentuknya, Rumah Bolon Toba dibagi ke dalam dua jenis, yakni Rumah
Bolon Toba dan Ruma Jabu.
Rumah Bolon Toba berukuran besar, bisa dihuni 5-6 keluarga, dan biasanya dimiliki
oleh kalangan atas. Sementara Ruma Jabu berukuran kecil sehingga hanya mampu
menampung satu keluarga dan tidak memiliki ornamen (hiasan atau lukisan) apapun.

2. Rumah Bolon Mandailing


Rumah Bolon ini biasa disebut Bagas Godang. Umumnya terletak di sebuah kompleks
yang luas, memiliki balai sidang (kepala adat) yang disebut Sopo Godang. Rumah ini
memiliki tiang dan anak tangga yang berjumlah ganjil, serta biasa dihuni oleh raja.

3. Rumah Bolon Karo


Rumah ini disebut pula Siwaluh Jabu. Uniknya, rumah jenis ini memiliki atap
bertingkat tinggi dan panjangnya bisa mencapai 13 meter dengan lebar 1 meter. Atap
ini mampu bertahan hingga usia ratusan tahun. Rumah ini biasanya ditempati 4-8
keluarga, dan jumlah anggota dalam keluarga tersebut harus genap.

4. Rumah Bolon Simalungun


Ciri khas Rumah Bolon ini terletak pada kaki bangunan yang terbuat dari kayu yang
masih berbentuk bulat atau gelondongan. Atapnya menyerupai kepala kerbau yang
bertanduk. Secara keseluruhan, arsitektur dan ornamen rumah ini mirip dengan Rumah
Bolon Toba.

5. Rumah Bolon Angkola


Banyak yang menyamakan rumah adat ini dengan Bagas Godang atau Bolon Mandailing,
tetapi sebenarnya keduanya ini berbeda.
Rumah Bolon Angkola memiliki bentuk bangunan lebih kotak dengan bagian atap besar
di bagian depan, pun dilengkapi atap kecil lain berbentuk segitiga di atasnya.
Rumah ini pun didominasi warna cokelat tua, orange, serta putih.

6. Rumah Bolon Pakpak


Ciri khas Rumah Bolon Pakpak terletak pada atapnya yang melengkung. Rumah ini
memiliki atap yang kecil di bagian atas. Sayangnya, rumah ini sudah jarang
ditemukan selain di Dairi, Pakpak Barat, dan Sidikalang.
Selain di Indonesia, Rumah Bolon juga terdapat di Jerman. Di sana, Rumah Bolon
dikenal dengan istilah Batakhaus dan sudah ada sejak tahun 1978 atas inisiatif
Pastor Matthaus.

Pakaian Adat Suku Batak


Pakaian adat Suku Batak pada umumnya didominasi oleh pakaian bernama Ulos. Meski
Ulos digunakan hampir semua sub suku Batak, penamaan dan fungsinya berbeda-beda.
Berikut adalah contoh pakaian adat dari beberapa sub suku Batak:
1. Pakaian Adat Suku Batak Toba
Terbuat dari kain ulos atau kain tenun tradisional, pakaian adat Sumatra Utara khas
Batak Toba untuk laki-laki dan perempuan berbeda-beda. Pakaian adat laki-laki
bagian atas disebut ampe-ampe dan bagian bawah disebut singkot. Umumnya, laki-laki
maupun perempuan yang berasal dari suku Batak akan melengkapi penampilan mereka
dengan penutup kepala pada laki-laki yang disebut bulang-bulang dan pengikat kepala
atau tali-tali serta selendang untuk perempuan, saat memakai busana satu ini.

2. Pakaian Adat Suku Batak Karo


Tampak serupa dengan Batak Toba, pakaian adat Sumatra Utara khas Batak Karo hanya
memiliki perbedaan pemakaian kain tenun yang disebut uis gara.
Disebut 'kain merah' karena uis gara didominasi dengan warna merah, atau kadang
dipadukan dengan warna lain seperti hitam dan putih, kemudian dihiasi dengan
tenunan benang berwarna emas dan perak yang membuatnya terlihat mahal dan elegan.
Hanya saja, saat ini hanya dipakai saat upacara adat dan pesta pernikahan.
3. Pakaian Adat Mandailing
Hampir sama dengan Batak Toba, masyarakat Batak Mandailing juga menggunakan kain
ulos sebagai pakaian adat mereka. Hiasan kepala pria Batak Mandailing memiliki
bentuk khas dan berwarna hitam yang disebut ampu, sedangkan hiasan kepala untuk
perempuan disebut bulang yang diikatkan ke kening.
Bulang mengandung makna sebagai lambang kebesaran atau kemuliaan sekaligus sebagai
simbol dari struktur masyarakat.

4. Pakaian Adat Pak Pak


Pakaian adat Batak Pakpak disebut baju merapi-api, dengan didominasi warna hitam.
Pada laki-laki Batak Pakpak, baju merapi-api menyerupai pakaian model Melayu dengan
leher bulat dan dihiasi dengan manik-manik atau api-api. Baju merapi-rapi pada
perempuan juga bewarna hitam dengan model leher segitiga dan dihiasi dengan api-
api. Bagian bawah berupa sarung atau oles perdabaitak yang dililit pada pinggang
secara melingkar.

Senjata tradisional Suku Batak


1. Piso Gading
Senjata tradisional Batak Piso Gading merupakan senjata yang menjadi ciri khas dari
masyarakat yang berasal dari daerah Toba. Piso Gading ini bukan sembarang Piso
biasa, tapi senjata ini hanya bisa dimiliki oleh seorang raja. Bentuk dari senjata
ini yaitu berupa pedang dengan bilah yang sangat tajam.

2. Senjata Silima Sarung


Senjata Silima Sarung sebenarnya bernamakan Piso Silima Sarung, sebab di dalam
sebuah sarung tersebut, ada lima buah mata pisau. Silima Sarung ini juga termasuk
ke dalam senjata yang dipakai saat berperang di masa lalu oleh masyarakat Batak.
Suku Batak sendiri meyakini bahwa manusia mempunyai empat roh dan yang kelima
merupakan tubuh manusia.

3. Senjata Piso Sitolu Sarung


Senjata Piso Sitolu Sarung merupakan senjata yang berupa tiga buah mata pisau yang
ada di dalam satu sarung, dengan bentuknya yang relatif kecil. Dimana ketiga benua
tersebut antara lain benua atas, benua tengah, dan benua bawah. Itu artinya, batara
guru menyimbolkan kebijaksanaan, batara surya menyimbolkan keimanan dan juga
kebenaran sedang, dan batara bulan melambangkan kekuatan yang ada di dalam Suku
Batak dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Alat Musik tradisional Suku Batak


1. Sulim
Sulim merupakan alat musik tradisional Suku Batak Toba yang memiliki penampang
layaknya seruling. Sulim terbuat dari bambu yang diberi lubang berjumlah enam buah
dan jaraknya pun diukur secara sembarang. Meski terlihat serupa dengan seruling,
Sulim menghasilkan bunyi yang diikuti dengan getaran.

2. Taganing
Taganing merupakan salah satu jenis alat musik khas Batak yang cukup banyak
dikenal. Jenis alat musik tradisional yang satu ini dimainkan dengan cara dipukul
menggunakan bantuan Palupali. Umumnya, alat musik ini dimainkan oleh satu hingga
dua orang. Taganing dimainkan dengan Sarune Bolon yang berfungsi sebagai pemberi
aba-aba.

3. Sarune Bolon
Alat musik tradisional Suku Batak selanjutnya, yakni Sarune Bolon. Sarune Bolon
dilengkapi dengan Ipit-ipit sebagai sumber suara. Cara memainkan Sarune Bolon sama
dengan Sulim, yakni ditiup. Teknik meniup Sarune Bolon hanya dengan satu tarikan
nafas. Sarune Bolon dimainkan pada acara Gondang Batak sebagai pembawa melodi serta
pembawa lagu.

Tarian Tradisional Suku Batak


1. Tari Tortor
Di era kolonial Belanda, tarian Tor-tor merupakan bentuk hiburan kepada raja-raja
sekaligus menyiratkan patriotisme perlawanan terhadap penjajah.
Tari Tor-tor biasa dimainkan di berbagai acara atau upacara adat masyarakat Suku
Batak, salah satunya adalah pernikahan.
Yang unik, dalam tari Tor-tor, tidak ada penari khusus. Semua orang bisa bergabung
dan menjadi penortor (penari).
Tujuannya adalah agar melibatkan partisipasi siapa saja yang datang dan memeriahkan
suasana.

2. Tarian Gundala-gundala
Tarian gundala-gundala dimaksudkan sebagai upaya penduduk dalam meminta hujan
kepada Yang Maha Kuasa terutama di musim kemarau yang panjang.
Dalam tradisi ini penari akan menggunakan topeng kayu dari karakter tertentu.
Selain itu untuk kostumnya dibuat dengan jubah longgar dan besar serta sarung
tangan yang kaku menyesuaikan dengan warna kulitnya.

3. Tarian Piso Surit


Masih datang dari Tanah Karo, Piso Surit sebenarnya merupakan sebuah lagu yang
menjadi tarian.
Lagunya sendiri diciptakan oleh seorang musisi asal Karo, Djaja Depari.
Tarian Piso Surit menggambarkan bagaimana seorang pria yang sedang menunggu
kekasihnya yang tidak kunjung datang.
Sosok pria di sini disimbolkan dengan burung pincala, yaitu burung ynag pandang
bernyanyi dengan ekor yang panjang.
Untuk kostumnya, penari Piso Surit mengenakan gaun batik khas Suku Karo yang
berwarna merah dengan bawahan kain jarik bermotif emas.
Selain itu, penari juga akan menggunakan topi khusus lebar yang menjadi ciri khas
dari tarian ini.

Makanan Khas Suku Batak


1. Dali Ni Horbo
Makanan khas Batak ini nampak seperti tahu pada umumnya, namun sebenarnya ini
adalah susu kerbau yang dipadatkan. Makanan khas Batak Toba yang paling banyak
diburu ini memiliki rasa yang khas dan unik. Cukup langka menemukan makanan eksotis
ini dengan rasa sedikit pahit namun menggugah selera. Anda dapat menemukan kuliner
ini di sekitar daerah Porsea, Laguboti, dan Balige.

2. Mie Gomak
Kuliner mie khas Batak ini memiliki nama Mie Gomak, karena proses pembuatannya
dikenal dengan cara di-gomak atau dalam bahasa Indonesianya, digenggam. Rasa dari
Mie Gomak merupakan perpaduan rasa gurih, asin, pedas, namun tetap sedap. Topping-
nya bervariasi, untuk mie gomak goreng biasanya disajikan bersama dengan timun,
tomat, atau potongan labu siam.

3. Babi Panggang Karo


Salah satu makanan khas yang paling terkenal di tanah Batak adalah BPK atau Babi
Panggang Karo. BPK bisa kamu temukan di banyak tempat. Potongan daging babi
dimarinasi dengan bumbu khas, disajikan dengan daun ubi yang dicacah, sambal
andaliman, dan jeruk nipis membuat rasanya menjadi gurih namun tidak berlebihan.

4. Arsik Ikan
Makanan khas Batak yang umum ditemukan di acara adat ini berbahan dasar ikan air
tawar seperti ikan nila, mas, nila, dan mujair. Ikan akan dimasak dengan bumbu
andaliman yang terkenal dengan rasa pedas dengan sensasi hangat di lidah saat
disantap. Makanan yang satu ini bisa disajikan kering maupun berkuah, tergantung
dengan selera.

Anda mungkin juga menyukai