Suku Karo
Suku karo biasa disebut dengan Batak Karo adalah suku yang mendiami Dataran Tinggi Karo,
Kabupaten Deli Serdang, Kota Binjai, Kabupaten Langkat, Kabupaten Dairi, Kota Medan, dan
Kabupaten Aceh Tenggara. Suku ini memiliki bahasa yang disebut Bahasa Karo dan memiliki
salam khas yaitu Mejuah-juah. Adapun Rumah adat Suku Karo atau yang dikenal dengan
nama Rumah Siwaluh Jabu yang berarti rumah untuk delapan keluarga, yaitu Rumah yang terdiri
dari delapan bilik yang masing-masing bilik dihuni oleh satu keluarga. Tiap keluarga yang
menghuni rumah itu memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan pola
kekerabatan masing-masing.
1. Merga Bapa, jadi merga man enak sidllaki jadi beru man anak sidiberu
2. Beru Nande, jadi bere-bere man anak sidilaki ras anak sidlberu
3. Sere-bere Bapa, jadi binuang man anak sidilaki ras anak sidiberu
4. Sere-bere Nande, jadi perkempun man anak sidilaki ras anak sidiberu
5. Bere-bete Nini (Bulang) Arah Bapa, jadi kampah man anak sidilaki ras anak sidiberu
6. Sere-bere Nini (Bulang) Arah Nande jadi soler man anak sidilaki ras anak sidiberu
Kesenian Karo
1. Seni Bela diri (Silat Karo). Seni bela diri orang karo merupakan Silat Karo yang
dalam Bahasa Karo disebut ndikar.
2. Seni Musik. Alat musik tradisional suku Karo adalah Gendang Karo. Biasanya
disebut Gendang “Lima Sedalinen” yang artinya seperangkat gendang tari yang
terdiri dari lima unsur.
3. Seni Tari.Tari dalam bahasa Karo disebut “Landek”. Pola dasar tari Karo adalah
posisi tubuh, gerakan tangan, gerakan naik turun lutut (endek) disesuaikan dengan
tempo gendang dan gerak kaki. Tarian berkaitan dengan hiburan digolongkan secara
umum. Misalnya Tari Gundala-gundala, Tari Ndikkar dan lain-lain.
4. Seni Ukir / Pahat. Keragaman seni pahat dan ukir suku Karo terlihat dari corak
ragam bangunannya. Seni ukir yang menjadi kekayaan kesenian Karo terlihat pada
setiap ukiran bangunannya seperti Ukir Cekili Kambing, Ukir Ipen-Ipen, Ukir Embun
Sikawiten, Ukir Lipan Nangkih Tongkeh, Ukir Tandak Kerbo Payung, Ukir Pengeretret,
dan Ciken.
5. Suku karo mempunyai drama tradisional yang disebut gundala- gundala
Kebudayaan Karo
Pariwisata
Lokasi: Jalan Perwira, Gundaling I, Berastagi, Gundaling I, Kec. Berastagi, Kabupaten Karo,
Sumatera Utara
Lokasi : danau yang berada di berada di Desa Kutagugung, Kecamatan Naman Teran, di
bawah kaki gunung berapi Sinabung, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatra Utara.
5. Bukit Kubu
Lokasi: Jl. Letjen jamin Ginting, Gundaling II, Berastagi, Sempajaya, Kec. Berastagi, Kabupaten
Karo, Sumatera Utara
Lokasi: Desa Lau Buluh, Kecamatan Kuta Buluh Simole, Kabupaten Karo, Sumut
7. Gunung sibayak
8. Desa Budaya Peceren
9. Desa Budaya Lingga
Suku Simalungun
Suku simalungun atau batak simalungun adalah salah satu suku yang berada di
provinsi Sumatra Utara, Indonesia, yang menetap di Kabupaten Simalungun dan
sekitarnya. Suku Simalungun ini berada di antara dua kebudayaan, yaitu suku Batak
Toba dan suku Batak Karo. Karena wilayah kediaman suku Batak Simalungun ini
berada di antara wilayah kedua suku Batak tersebut, maka bahasa Simalungun
hampir mirip dengan bahasa Toba dan Karo. Suku ini memiliki garis keturunan
patrilineal (keturunan dari pihak ayah). (Erond Damanik, 2007: 54)
Marga asli penduduk Simalungun adalah Damanik, dan 3 marga pendatang yaitu, Saragih,
Sinaga, dan Purba. Kemudian marga marga (nama keluarga) tersebut menjadi 4 marga besar di
Simalungun. Orang Batak menyebut suku ini sebagai suku "Si Balungu" dari legenda hantu yang
menimbulkan wabah penyakit di daerah tersebut, sedangkan orang Karo menyebutnya Timur
karena bertempat di sebelah timur mereka.
Tutur Manorus / Langsung. Perkerabatan yang langsung terkait dengan diri sendiri.
Tutur Holmouan / Kelompok. Melalui tutur Holmouan ini bisa terlihat bagaimana
berjalannya adat Simalungun
Tutur Natipak / Kehormatan. Tutur Natipak digunakan sebagai pengganti nama dari
orang yang diajak berbicara sebagai tanda hormat.
Kesenian
Pada masyarakat Simalungun, tari disebut dengan Tortor, tarian ini biasanya dilakukan di upacara
mamagari huta (menolak bala). Selain Tortor masyarakat Simalungun juga mempunyai kesenian
dibidang musik, yang sering disebut gonrang/margonrang (memainkan alat musik tradisional Batak
simalungun).
Pariwisata
Lokasi: Jl. Simarjarunjung, Butu Bayu Pane Raja, Kec. Dolok Pardamean, Kab. Simalungun.
4. Aek Manik
Rumah Adat Batak Toba disebut Rumah Bolon, yang memiliki bangunan empat persegi panjang
yang kadang-kadang ditempati oleh 50 keluarga. Memasuki Rumah Bolon ini harus menaiki
tangga yang terletak di tengah-tengah rumah, dengan jumlah anak tangga yang ganjil. Bila
orang hendak masuk rumah tersebut, harus menundukkan kepala agar tidak terbentur pada
balok yang melintang. Rumah Adat Batak Toba Sumatra Utara, Hal ini diartikan tamu harus
menghormati si pemilik rumah.
Budaya
Bahasa Tradisional yaitu bahasa Batak Toba dengan dialeknya, huruf Batak Toba, kesenian
tradisional yaitu seni teater (sigale-gale), seni tari (tortor, marembas), seni musik gondang dengan
seperangkat alat musik tradisional (uning-uningan) seperti sulim, gordang, sarune, odap, taganing,
garantung, hasapi dan ogung, kain tradisional seperti ulos yang bermacam-macam jenis tenunan
serta fungsinya seperti ulos saput untuk orang yang meninggal, makanan khas seperti lappet, arsik,
tombur, saksang, pohul-pohul serta minuman khas seperti tuak
Pariwisata
Lokasi: di Desa Butubayu Pane Raja, Dolok Pardament, Kabupaten Simalungun, Sumatera
Selatan.
Desa Wisata Tomok
Lokasi : Desa ini terletak di bagian timur Pulau Samosir, tepatnya di wilayah pesisir bagian
timur.
Bukit Holbung
Dalam sejarah Tapanuli Selatan dijelaskan, Angkola mengandung dua arti penting.
Angkola bisa diartikan sebagai suatu wilayah, teritori atau daerah. Makna lain, Angkola adalah
sebuah Etnik berdiri sendiri dan asli di Sumatera Utara ini. Tanah ulayat(wilayah) Suku Batak
Angkola berada di wilayah geografis Tapanuli bagian selatan (tabagsel) yang
meliputi Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Padang Lawas
Utara, Kota Padangsidimpuan, dan sebagian Kabupaten Mandailing Natal. Suku Batak Angkola
memiliki hubungan yang sangat erat hubungan kekerabatan marga-marga (Tarombo) Batak
Toba dan juga memiliki kekerabatan yang kuat dengan Batak Mandailing disebabkan adanya
persamaan bahasa, budaya, dan agama yang dianut sebagian besar masyarakatnya.
Tutur (adab panggilan), dalam pergaulan sehari-hari mempunyai tidak kurang dari 135
jenis Tutur/Sapaan.
Dilihat dari segi falsafah Dalihan na Tolu, hubunan kekeluargaan Etnik Angkola dibagi
kepada;
1. Mora, pihak keluarga pemberi boru. Mora ini mendapat posisi didahulukan karena pihak Mora
dalam hubungan kekeluargaan memiliki posisi yang sangat dihormati, di samping Raja-Raja
maupun Pemangku Adat;
2. Suhut dengan Kahanggi, keluarga yang mempunyai hajatan atau horja adat, termasuk di
dalamnya Suhut selaku Tuan Rumah;
Pada garis besarnya, perkawinan menurut masyarakat Angkola-Mandailing dapat dilakukan dengan
dua cara, yakni:
Pariwisata
1. aek sijorni
lokasi : Jl. Trans Sumatera Bukittinggi - Padang Sidempuan, Aek Libung, Sayur Matinggi,
Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara
2. danau siais
lokasi : di Desa Rianiate, Kecamatan Angkola Barat, Kabupaten Tapanuli Selatan
3. air terjun siais
lokasi : terletak dipinggir danau siais
4. gunung sibual-buali
lokasi: Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumut.
5. mesjid sri alam- yg dibangun tahun 1933 (sumber: https://dkm.or.id/dkm/38665/masjid-sri-
alam-dunia-sipirok-kab-tapanuli-selatan.html
lokasi : JLN TARUTUNG KEL.SIPIROK GODANG Tapanuli Selatan Sumatera Utara
B. Suku Mandailing
Mandailing atau Mandahiling dianggarkan berasal dari kata Mandala dan Holing, yang
berfaedah sebuah wilayah Kerajaan Kalinga. Kerajaan Kalingga adalah kerajaan Nusantara
yang berdiri sebelum Kerajaan Sriwijaya
Suku Mandailing lebih banyak tersebar di Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Tapanuli
Selatan, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten
Labuhanbatu, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Kabupaten
Batubara, Kabupaten Deli Serdang, Kota Medan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan
Hilir, Kabupaten Pasaman dan Kabupaten Pasaman Barat. Kelompok pertama yang datang
di wilayah tersebut adalah Pulungan dan Nasution.
15 Marga yang Secara Sah diakui di Suku Mandailing adalah: Pulungan, Nasution,
Pasaribu, Lubis, Matondang, Rangkuti, Batubara, Marbun, Harahap, Dalimunthe, Hutasuhut,
Siregar, Hasibuan, Daulay, Pane, Pohan
Kebudayaan Mandailing
Satu diantara perangkat kesenian daerah yang menonjol adalah “Gordang Sambilan” yaitu
alat musik tradisional yang terdiri dari sembilan buah gendang. Penggunaan Gordang
Sambilan dalam upacara adat disertai peragaan bendabenda kebesaran adat, seperti bendera
adat yang dinamakan tonggol, payung kebesaran dinamakan Payung Raranagan dan berbagai
jenis senjata seperti pedang dan tombak yang dinamakan Podang dan Tombak Sijabut.
Gordang Sambilan juga dapat digunakan mengiringi tari yang dinamakan Sarama
Penyatarama (orang yang melakukan tari sarama), kadangkadang mengalami kesurupan pada
waktu menari karena dimasuki oleh roh nenek moyang.
Sedangkan bentuk kesenian lainnya adalah tarian “tor tor mandailing” dan pada daerah pesisir
dikenal kesenian “badendang” dengan diiringi pencak silat.
Pariwisata
1. Air Panas Sibanggor
Lokasi: Sibanggor Julu, Kec. Puncak Sorik Marapi, Kab. Mandailing Natal.
C. Melayu
Di pulau Sumatera terdapat berbagai kerajaan dan kesultanan Melayu, seperti Kerajaan
Melayu, Sriwijaya, Dharmasraya, Kesultanan Deli, Kesultanan Siak Sri Indrapura,
Kesultanan Asahan, Kesultanan Riau-Lingga, Kesultanan Jambi, Kesultanan Palembang
dan Kesultanan Lingga, dll.
Kelompok sub-etnis Melayu Indonesia
Berikut ini uraian suku Melayu di wilayah Indonesia:
Suku Melayu yang mendiami wilayah sumatera utara adalah suku melayu deli. Suku
Deli atau Melayu Deli (Jawi: و ديليHH )ماليadalah salah satu Suku Melayu resmi mayoritas
kebanyakan terdahsyat kehebatan terbesar secara resmi dari mereka tinggal membasiskan
berdomisili berasal dari Kabupaten Deli Serdang dan Kota Medan. Suku Melayu Deli dapat
ditemui di daerah pesisir timur Sumatera Utara, pinggiran Sungai Deli, Deli Tua, Deli
Serdang dan Labuhan Deli, Deli Serdang.
Pariwisata
Istana Maimun
Istana Maimun ini memiliki desain akulturasi diantara tiga wilayah bagian, yaitu tradisional
Melayu, Islam Timur Tengah, dan Eropa. Lokasinya ada di Jalan Sultan Ma’moen Al Rasyid
No. 66, Medan Maimun, Kota Medan, Sumatera Utara
D. Suku Pakpak
Suku pakpak tersebar di beberapa kabupaten/kota di Sumatra Utara dan Aceh, yakni
di: Kabupaten Dairi, Kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten Humbang Hasundutan, Tapanuli
Tengah (Sumatra Utara), sebagian Kabupaten Aceh Singkil dan Kota Subulussalam (Aceh)
Suku Pakpak terdiri atas 5 subsuku, dalam istilah setempat sering disebut dengan istilah Pakpak
Silima Suak yang terdiri dari:
Suku Nias
Suku Nias adalah kelompok etnik yang berasal dari Pulau Nias. Populasi suku nias bnyak
tersebar di Nias Utara 127.530, Nias 135.778, Nias Barat 81.431, Gunungsitoli 61.819 dan Nias
Selatan 289.708
Suku Nias menerapkan sistem mado mengikuti garis ayah (patrilineal). Mado-mado umumnya
berasal dari kampung-kampung pemukiman yang ada.
1. atraksi lompat baru khas Nias yang disebut oleh masyarakat Nias sebagai “Fahombo” atau
“Hombo Batu”. Tradisi ini muncul sejak adanya perang antardesa yang membentengi
wilayahnya dengan batu atau bambu setinggi dua meter. Sejak saat itu, lompat batu lahir dan
dilakukan sebagai sebuah tradisi sebelum berperang.
2. Tari perang Fataele Nias.Tari asal daerah Desa Bowanatallio ini meneritakan perihal
kehidupan orang-orang Nias zaman dahulu yang sering berperang merebutkan wilayah.
Pariwisata
1. Pesta Ya’ahowu
Pesta Ya’ahowu merupakan sebuah perayaan tahunan yang digelar setiap tahun. Melibatkan anggota
masyarakat dan pemerintah, perhelatan ini dilakukan untuk melestarikan budaya Nias sekaligus
memperkenalkannya kepada khalayak luas, termasuk wisatawan mancanegara.
2. Pantai Gawu Soyo. Pantai Gawu Soyo populer dengan hamparan pasirnya yang
berwarna tak biasa, yakni merah muda.
Lokasi : desa Ombolata yang masuk kedalam wilayah administratif kabupaten Nias
Utara kecamatan Afulu.
3. Pantai Tureloto. Karena kadar garamnya yang tinggi, pantai ini sering disebut dengan
laut matinya Indonesia
Lokasi: Desa Balefadorotuho, Kecamatan Lahewa, Kabupaten Nias Utara, Sumatera
Utara.
4. Pulau Wunga Laguna. Pantai berbentuk Laguna ini tercipta dari bencana gempa
pada 2005 silam.
Lokasi : terletak di sebelah Barat perairan Nias
5.