OLEH:
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pengembangan ide dari mata
kuliah“Fonologi Bahasa indonesia”. Penulis berterima kasih kepada bapak dosen yang
bersangkutan yang sudah memberikan bimbingannya.
Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan oleh karena itu penulis
minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan penulis juga mengharapkan kritik dan saran
yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah
pengetahuan bagi pembaca.
KELOMPOK III
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang…………………………………………………………………………….1
2. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………1
3. Manfaat……………………………………………………………………………………1
BAB II PEMBAHASAN
3. Pengembangan Ide………………………………………………………………………..4
BAB III
PENUTUP……………………………………………………………………………………….4
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sehubungannya dengan tugas yang diberikan dosen terhadap saya dengan tugas rekayasa
ide, yang dimana tugas tersebut merupakan salah satu tugas dari KKNI, dengan ini saya
membuat suatu permasalahn tentang “Fonologi Bahasa Indonesia”
2. Rumusan Masalah
3. Manfaat
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai bahan rujukan
untuk mengetahui sisi lain dari Fonologi Bahasa Indonesia, bahan untuk belajar dan
mengajar, menambah wawasan dan pengetahuan mengenai sastra, serta sebagai bahan
penilaian mengenai karya tulis baru.
1
1. Pembahasan Singkat fonen anak
Pada usia antara 5 dan 6 bulan ia mulai mengoceh (dabbling), Ocehannya ini kadang-
kadang mirip bunyi ujaran seperti yang dikatakan seorang ahli yaitu de Villiers 1998
dalam[ CITATION Dar00 \l 1033 ]). “This dabbling gives the impressions like a speech
sometimes occurs in sentence like sequences with rising and falling intonation”.
2
Mereka belajar bagaimana mengucapkan sequence of segments yaitu silabe-silabe (suku
kata) dan kata-kata.
Suatu hal yang menarik ialah adanya uniformitas pada anak-anak dengan pelbagai
bahasa, dalam hal bunyi-bunyi pertama yang mereka produksikan, yaitu konsonan p atau m,
vokal belakang a mendahului konsonan belakang k dan g serta vokal depan i dan u. Jadi
dalam perkembangan fonologi seorang anak harus mempelajari aturan-aturan fonologi,
misalnya aturan untuk mengkombinasikan bunyi-bunyi menjadi suatu bunyi ujaran yang ada
dalam suatu bahasa. Di samping itu mereka juga harus belajar menghubungkan bunyi dengan
acuannya. Artinya seorang anak akan menangkap atau memperhatikan hal-hal yang penting
dalam suatu ucapan atau kalimat, apabila hal itu mengacu kepada objek-objek yang konkrit
atau hubungan-hubungan dan kejadian-kejadian yang dialami si anak. Menghubungkan bunyi
dengan acuannya ini merupakan suatu proses yang kompleks, bukan sekedar mempelajari
nama dari benda-benda seperti yang dikatakan oleh kaum behavioris [ CITATION Ver01 \l
1033 ].
Contohnya:
Mula-mula ia hanya mengucapkan sebagai do, kemudian berubah menjadi dodie lalu goggie
dan yang terakhir menjadi doggie. Kadang-kadang apabila si anak hanya mempunyai
beberapa segmen saja yang dikuasainya, ia berhasil menemukan cara yang tepat atau benar
untuk memproduksi segmen tertentu. Misalnya contoh di atas, ia berhasil mengucapkan
dodie (segmen d), kemudian apabila ia menambahkan beberapa konsonan letup lainnya ke
dalam daftar inventarisasinya, mungkin ia mula-mula mengalami kesukaran untuk
mengucapkan dua konsonan letup yang berbeda dalam satu perkataan (segmen d dan g). Oleh
karenanya, ia memusatkan diri pada segmen yang baru, yaitu segmen g sehingga
terbentuklah goggie karena si anak memproduksinya pada dua tempat. Ia mulai memilih
tanda-tanda (gestures) artikulasi yang benar untuk memproduksi doggie seperti umumnya
diucapkan oleh orang dewasa.[ CITATION YuU97 \l 1033 ]
“Melatih anak umur 2 tahun berbicara dengan jelas dengan membiasakan mendengar bahasa
yang benar”
3. Pengembangan Ide
Anak usia 2 tahun merupakan awal mula anak dalam berbicara atau mengucapkan
sesuatu dari mulutnya. Namun disetiap anak diumur 2 tahun, orang tua sealu membiasakan
anaknya untuk berbicara denngan tidak benar, sehingga membuat anak terbiasa ngucapkan
Bahasa yang dikeluarkan oleh mulut dengan salah. Hal in menjadi permasalahan yang sangat
sering terjadi karna kesalahan keluarga terdekat anak.
4
Jadi kita sebagai orang dewasa dalam menghadapi anak usia 2 tahun ucapkan lah Bahasa
yang baik agar anak tidak terbiasa dengan bahsa yang salah, dengan cara :
2. mengurangi bahsa yang tidak baku dihadapan anak, karena secara langsung anak merekam
apa yang diucapkan oleh orang terdekatnya.
3. berikan anak media belajar yang bisa melatih anak dalam berbicara, seperti : Video anak
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari atas tersebut, maka orang dewasa sebaiknya
membiasakan untuk mengucap Bahasa yang baik karena respon atau pun daya tanggakap
anak sangat cepat dalam hal mendengar. Maka dari itu gunukan bahsa yang benar agar
anak kelak menggunakan Bahasa yang baik di kehidupannya sehari hari.
5