Disusun oleh :
Abyi Ihza Febbiyanza (22350004)
Annisa Pertiwi (22350010)
Febbi Anggraini (22350013)
Isnaina Dewi (22350015)
Adapun maksut dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas yang di berikan oleh dosen pengampu mata
kuliah Bahasa Indonesia SD kelas Awal, Bapak Rio Septora, M.Pd. yakni
selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan agar pembaca dapat memahami
tentang Pemerolehan Fonoligi Anak Lima Tahun.
Kelompok 2
2
DAFTAR ISI
3
A. Kesimpulan ............................................................................................
9
B. Saran .....................................................................................................
9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi yang dipakai manusia
untuk tujuan komunikasi. Oleh karena itu pengajaran Bahasa Indonesia
pada hakekatnya mempunyai ruang lingkup dan tujuan yang
menumbuhkan kemampuan mengungkapkan pikiran dan perasaan
dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar agar seseorang dapat
berkomunikasi dengan baik dan benar.
Banyak kajian teori mengenai bahasa ini. Salah satunya kajian
tentang fonologi. Sebagai calon pendidik selayaknya memahami kajian
tentang fonologi ini untuk dijadikan pedoman mengajarkan pelajaran
Bahasa Indonesia. Apalagi pada anak usia 0-5 tahun, mereka harus
diberikan pengetahuan yang lebih agar tidak terjadinya kesalahan dalam
pengucapan suatu kalimat. Penyusun merasa perlu untuk menyusun
4
makalah ini agar dapat membantu penyusun pada khususnya dan
pembaca pada umumnya untuk mengetahui tentang batasan dan kajian
fonologi, beberapa pengetian mengenai tata bunyi, kajian fonetik, kajian
fonemik, gejala fonologi Bahasa Indonesia.
B. Rumusan masalah
1) Apa yang di maksud dengan Fonologi?
2) Bagaimana perkembangan fonologi pada anak usia lima tahun?
3) Bagaimana bentuk Formal dan Informal dalam fonologi ?
4) Bagaimana bahasan Fonologi pada anak lima tahun?
C. Tujuan
1) Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Fonologi.
2) Mahasiswa dapat mengetahui perkembangan fonologi pada anak usia
lima tahun.
3) Mahasiswa dapat mengetahui tentang bentuk Formal dan Informal
dalam fonologi.
4) Mahasiswa dapat mengetahui apa saja bahasan dalam Fonologi anak
lima tahun.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Fonologi
Istilah fonologi berasal dari bahasa Yunani yaitu phone = ‘bunyi’, logos
= ‘ilmu’. Secara harfiah, fonologi adalah ilmu bunyi. Fonologi merupakan
bagian dari ilmu bahasa yang mengkaji bunyi. Objek kajian fonologi yang
pertama bunyi bahasa (fon) yang disebut tata bunyi (fonetik) dan yang
kedua mengkaji fonem yang disebut tata fomen (fonemik). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa fonologi adalah cabang ilmu bahasa
(linguistik) yang mengkaji bunyi-bunyi bahasa, proses terbentuknya dan
perubahannya. Fonologi mengkaji bunyi bahasa secara umum dan
fungsional.
5
mempelajari tentang bunyi-bunyi bahasa yang diproduksi oleh alat ucap
manusia (mulut). Bidang kajian fonologi adalah bunyi sebagai satuan
terkecil dari ujaran dengan gabungan yang membentuk suatu kata.
6
didengar dengan jelas. kemampuan pada bidang morfologi sudah baik.
Anak usia 5 tahun telah memiliki kemampuan memproduksi kata-kata
dengan variatif.
Kemampuan pada bidang ini masih banyak pemilihan kata yang tidak efektif.
Beberapa ahli menyatakan bahwa dalam tahap ini terdapat beberapa
perkembangan pada perolehan bahasa anak-anak, antara lain; Smith
menyatakan bahwa antara usia 5-8 tahun muncul ciri-ciri baru, yaitu
kemampuan untuk mengerti hal-hal yang abstrak pada taraf yang lebih tinggi,
kemudian pada usia 7- 8 tahun barulah mulai bahwa bahasa menjadi alat yang
betul-betul penting bagi mereka untuk melukiskan dan menyampaikan
pikirannya. (Dardjowidjojo, 2000)
7
membuat anak mampu mengucapkan bunyi ini sampai dengan umur
tertentu. Dari kenyataan ini rasanya dapat ditarik kesimpulan bahwa
dalam hal pemerolehan bunyi, jadwal yang dianut memang jadwal
biologis. Secara biologis, anak belum matang untuk mengucapkan bunyi
ini sampai dengan umur 4-9 karena adanya jadwal genetik serta aspek
pematangan pada anak.
Bekal anak untuk menguasai bunyi apa pun yang secara fisiologis
dimungkinkan merupakan hal yang kodrati dan dalam program genetik
pada anak tentunya ada urutan pemerolehan yang sesuai dengan kodrat
bunyi-bunyi tersebut. Demikian pula unsur pematangan yang
mengandung pengertian bahwa kemampuan anak itu berubah-ubah dari
waktu ke waktu sehingga bagi anak baru pada umur 5 tahun lah dia
mengalami perubahan dari tidak bisa mengucapkan (r) menjadi bisa
mengucapkan bunyi tersebut. Tidak hanya itu saja. Faktor lingkungan
pun ikut berperan. Pemantapan bunyi (n) serta munculnya bunyi (x) dan
(S) sebagai bentuk alternatif tidak semata-mata karena faktor genetik.
Analisis yang lebih adil rasanya harus menuju ke kesimpulan bahwa
faktor genetik merupakan dasar munculnya suatu bentuk fonologis, tetapi
bentuk tersebut tidak akan muncul tanpa factor yang mendukungnya.
Rasanya faktor lingkungan ini tidak harus dalam wujud yang memiliki
frekuensi tinggi. Adanya kendala leksikal dalam pemerolehan bunyi dan
dari eksperimen mereka ditemukan bahwa frekuensi kata muncul
sebagai faktor yang paling utama dalam menentukan pemunculan bunyi.
Hal ini bisa dilihat pertama-tama dari pengenalan nama sanak saudara
anak tersebut. Begitu pula padanan berat (?) seperti terlihat dalam
“Finomena Dadah” yang tetap tidak dapat muncul sebelum waktu
biologisnya memungkinkan.
Sebagai catatan akhir perlu kiranya jadwal dalam pemunculan bunyi
adalah jadwal biologis bukan jadwal kronologis, masing-masing anak.
Dengan demikian tidak mustahil ada anak yang telah memperoleh bunyi
gerar (r) jauh lebih awal dari umur 5 tahun. Anak memperoleh bunyi yang
berbeda-beda dengan laju yang berbeda-beda pula. Yang universal
8
adalah urutannya yang menentukan pemerolehan bahasa dari anak
tersebut. (Murningsih, 2013)
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemerolehan fonologi
anak memiliki waktu biologis tersendiri untuk pemerolehan bahasa
tersebut. Meskipun di awal mungkinn anak tersebut memiliki kesulitan
tersendiri, namun lambat laun anak tersebut akan memahami bahasa
tersebut. Anak akan memperoleh bahasa yang menurut mereka sulit dari
lingkungan sekitar. Melalui bahasa atau kata yang mereka dengar di
lingkungan sekitar dan dalam keseharian anak tersebut.
B. Saran
10
Daftar Pustaka
11