Anda di halaman 1dari 21

ASPEK KEBAHASAAN DAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah : Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu: M. Hambali

Disusun Oleh :

1. Jehan Kalonika / 145100107111038


2. Maria Florencia Puspitasari S / 145100501111018
3. Nurhalimah / 145100501111020
4. Yuliana Rizky Putri R /145100501111026

Jurusan / Kelas : THP / J

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA


TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
2014

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-
Nya sehingga makalah ini dapat penulis selesaikan. Dalam penyelesaian makalah ini kami
mengalami banyak kesulitan, karena keterbatasan ilmu yang kami miliki. Namun karena
berkat dari usaha dan bantuan dari beberapa pihak, makalah ini dapat terselesaikan meski
masih banyak terdapat kekurangan. Ucapan terima kasih kami kepada dosen pembimbing M.
Hambali yang telah memberikan motivasi dan dorongan sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca, dan semoga makalah ini dapat memberi manfaat.

Malang, 16 September 2014

2
Daftar Isi
Kata Pengantar ..........................................................................................................2
Daftar Isi .....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................4
A. Latar Belakang .....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................4
C. Tujuan Penulis ......................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................5
Aspek Kebahasaan ....................................................................................................5
A. Fonologi ................................................................................................................5
B. Morfologi ..............................................................................................................5
C. Sintaksis ................................................................................................................6
D. Wacana .................................................................................................................8
E. Macam-macam imbuhan ......................................................................................9
Ejaan Yang Disempurnakan ....................................................................................11
1. Pemakaian Huruf ..................................................................................................11
2. Penulisan Huruf ....................................................................................................12
3. Penulisan Kata ......................................................................................................13
4. Kata Serapan .........................................................................................................16
5. Pemakaian Tanda Baca ........................................................................................17
BAB III PENUTUP ...................................................................................................20
A. Kesimpulan ...........................................................................................................20
B. Saran .....................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................21

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan, karena selain digunakan
sebagai alat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat
komunikasi secara tulisan, di zaman era globalisasi dan pembangunan reformasi
demokrasi ini, masyarakat d i t u n t u t s e c a r a a k t i f u n t u k d a p a t m e n g a w a s i d a n
m e m a h a m i i n f o r m a s i d i s e g a l a a s p e k kehidupan sosial secara baik dan benar,
sebagai bahan pendukung kelengkapan tersebut, b a h a s a b e r f u n g s i s e b a g a i
m e d i a p e n ya m p a i a n i n f o r m a s i s e c a r a b a i k d a n t e p a t , d e n g a n penyampaian
berita atau materi secara tertulis, diharapkan masyarakat dapat menggunakan
media tersebut secara baik dan benar. Dalam memadukan satu
k e s e p a k a t a n d a l a m e t i k a berbahasa, disinilah peran aturan baku tersebut di
gunakan, dalam hal ini kita selaku warga Negara yang baik hendaknya selalu
memperhatikan rambu-rambu tata bahasa Indonesia yang baik dan benar. Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD) adalah sub materi dalam tata bahasa Indonesia, yang memilik
peran yang cukup besar dalam mengatur etika berbahasa secara tertulis sehingga
diharapkan informasi tersebut dapat disampaikan dan dimengerti s e c a r a
k o m p r e h e n s i f d a n t e r a r a h . D a l a m p r a k t e k n ya d i h a r a p k a n a t u r a n t e r s e b u t
d a p a t digunakan dalam keseharian Masyarakat sehingga proses penggunaan tata
bahasa Indonesia dapat digunakan secara baik dan benar.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat ditarik beberapa rumusan masalah yang
terkandung, yaitu:
1. Apa saja aspek kebahasaan?
2. Bagaimana penulisan yang benar menurut EYD?

C. Tujuan Penulis
Tujuan penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui aspek-aspek dalam kebahasaan
serta mengetahui bagaimana penulisan yang benar menurut EYD serta untuk memenuhi tugas
kelompok mata kuliah bahasa Indonesia.

4
BAB II
PEMBAHASAN
Aspek Kebahasaan
Linguistik merupakan ilmu yang mengkaji mengenai bahasa. Linguistik dapat dibagi
menjadi 2 yaitu: makrolinguistik dan mikrolinguistik. Mikrolinguistik dapat dibagi menjadi
beberapa cabang yaitu : fonologi, morfologi, sintaksis, dan wacana.

A. Fonologi
Fonologi adalah cabang dari ilmu linguistik yang mempelajari mengenai bunyi bahasa
secara umum. Fonologi dibagi menjadi 2 yaitu: fonetik dan fonemik. Fonetik merupakan
bagian dari fonologi yang mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa, sedangkan fonemik
adalah bagian dari fonologi yang mempelajari bunyi ujaran menurut fungsinya sebagai
pembeda arti.
Fonem adalah satuan bunyi terkecil yang membedakan arti. Fonem dapat dibuktikan
melalui pasangan minimal. Pasangan minimal adalah pasangan kata dalam satu bahasa yang
mengandung kontras minimal. Contoh:
- Pola dan pula  membedakan o dan u.
- Barang dan parang  membedakan b dan p.
Beberapa jenis fonem diantaranya: diagraf (dua huruf melambangkan 1 fonem) misalnya
: ny, ng, sy dan kh. Diafon (satu huruf melambangkan 2 fonem) yakni e pepet dan e taling. E
pepet seperti yang terdapat pada kata sedap, segar, terjadi. E taling seperti yang terdapat pada
ember, tempe, dendeng.
Vokal adalah fonem yang dihasilkan dengan menggerakkan udara tanpa rintangan
sedangkan konsonan adalah fonem yang dihasilkan dengan menggerakkan udara keluar
dengan rintangan. Yang dimaksud rintangan adalah terhambatnya udara keluar oleh adanya
perubahan posisi artikulator.
Diftong adalah dua vokal yang berurutan yang diucapkan dalam satu kesatuan waktu.
Diftong dalam bahasa indonesia adalah ai, au, dan oi. Contohnya lantai, kerbau, amboi.

B. Morfologi
Morfologi adalah cabang ilmu linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar
bahasa sebagai satuan gramatikal.
Morfem adalah satuan bahasa yang turut serta dalam pembentukan kata dan dapat
dibedakan artinya. Morfem dapat juga dikatakan unsur terkecil dari pembentukan kata.
Misalnya dalam kata praduga terdapat 2 morfem yaitu /pra/ dan /duga/, kata duga merupakan
kata dasar penambah morfem /pra/ menyebabkan perubahan arti pada kata duga.
Alomorf adalah anggota satu morfem yang wujudnya berbeda, tetapi memiliki fungsi dan
makna yang sama yaitu unsur pembentuk verba aktif.
a. Morfem ber-, mempunyai alomorf ber-, be-, dan bel-.
Contoh: bertamasya, bepergian, belajar.
b. Morfem me-, mempunyai alomorf me-, men-, mem-, menge-, meng-, dan meny-.

5
Contoh: mewajibkan, mencangkul, membawa, mengecat, menggulung, dan menyapu.
Morf adalah nama untuk semua bentuk yang belum diketahui statusnya, contoh : i pada
kata kenai.
Kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian. Kata dapat dibagi menjadi
beberapa kriteria yakni : kriteria makna yang terdiri dari verba, nomina dan ajektifa serta
kriteria fungsi yang terdiri dari preposisi, konjungsi, adverbia dan prenomina.
Proses morfemis diuraikan menjadi beberapa macam yaitu:
a. Afiksasi atau proses pembubuhan imbuhan pada kata dasar.
b. Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar baik secara
keseluruhan maupun sebagain, maupun dengan perubahan bunyi. Contoh duplikasi penuh
: meja-meja, contoh dari duplikasi sebagian : lelaki (dari kata dasar laki ), dan contoh dari
reduplikasi dengan perubahan bunyi adalah bolak-balik.
c. Komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar
yang lain baik yang bebas maupun yang terikat sehingga terbentuk kontruksi yang
memiliki indentitas berbeda atau baru. Contoh: rumah + sakit = rumah sakit, sapu +
tangan = Sapu tangan.
d. Pemendekan adalah proses penganggalan bagian-bagian tertentu sehingga menjadi
bentuk singkat tetapi maknanya sama dengan makna bentuk utuhnya. Misalnya: SD
(bentuk utuhnya sekolah dasar), Lab (bentuk utuhnya laboratorium).

C. Sintaksis
Sintaksis adalah cabang ilmu linguistik yang membahas struktur internal kalimat.
Struktur internal kalimat yang dibahasa adalah frasa, klausa, dan kalimat.
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikkatif atau tidak
membentuk hubungan subjek dan predikat contohnya pisang goreng, sedang membaca. Frasa
dibedakan menjadi beberapa kelas yaitu :
a. Frasa verbal adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata kerja. Frasa verbal terdiri
dari 3 macam yakni :
- Frasa verbal modikatif contohnya : bekerja cepat, akan menyanyikan.
- Frasa verbal koordinatif yaitu dua verba yang disatukan dengan kata hubung (dan,
atau). Contohnya: mencuci dan menjemur, pergi atau menunggu.
- Frasa verbal apositif yaitu sebagai keterangan yang ditambahkan atau diselipkan,
contohnya : Malang, tempat tinggal saya, menjadi kota pelajar.
b. Frasa Adjektiva adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata sifat atau keadaan
sebagai inti (yang diterangkan) dengan menambahkan kata lain yang berfungsi
menerangkan seperti: agak, harus, dapat, dan sangat. Frasa adjektiva dibedakan menjadi 3
yaitu:
1. Frasa adjektiva modifikatif (membatasi), contoh : hebat benar, tampan nian.
2. Frasa adjektiva koordinatif (menggabungkan), contoh: aman tentram, tegap kekar.
3. Frasa adjektiva apositif, contoh: skripsi yang berkuakitas,terpuji dan baik., diterbitkan
c. Frasa Nominal adalah kelompok kata benda yang dibentuk dengan memperluas sebuah
kata benda. Frasa nominal dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
1. Frasa nominal modikatif , contoh: rumah mungil, hari minggu.

6
2. Frasa nominal koordinatif, contoh : hak dan kewajiban, lahir batin.
3. Frasa nominal apositif, contoh: anton, mahasiswa teladan itu, kini menjadi dosen di
universitasnya.
d. Frasa Adverbial adalah kelompok kata yang dibentuk dengan keterangan kata sifat. Frasa
ini dibagi menjadi 2 yakni:
1. Frasa adverbial modikatif, contoh: kurang pandai, hampir baik.
2. Frasa adverbial koordinatif, contoh: panjang meja itu lebih kurang 1 meter.
e. Frasa Pronomina adalah frasa yang dibentuk dengan kata ganti. Frasa ini terdiri dari 3
jenis yaitu :
1. Frasa pronominal modikatif, contoh : kami semua, mereka berdua.
2 Frasa pronominal koordinatif, contoh: aku dan kamu, saya dan dia.
3. Frasa pronominal apositif, contoh: kami, bangsa indonesia, menyatakan
kemerdekaanya.
f. Frasa Numeralia adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata bilangan. Frasa
numeralia terbagi menjadi 2 yaitu:
1. Frasa numeralia modikatif, contoh : dua puluh ekor sapi dikurbankan.
2. Frasa numeralia koordinatif, contoh: lima atau enam orang bertopeng melintas di
kegelapan malam.
g. Frasa introgativa koordinatif : frasa yang berintikan pada kata tanya. Contohnya: jawaban
apa atau siapa merupakan ciri subjek kalimat, jawaban mengapa dan bagaimana
merupakan penanda jawaban predikat.
h. Frasa demonstrativa koordinatif : frasa yang dibentuk dengan dua kata yang tidak saling
menerangkan. Contohnya: saya bekerja disana atau disini sama saja.
i. Frasa proporsional koordinatif: Frasa yang dibentuk dari kata depan dan tidak saling
menerangkan. Contohnya: koperasi dari, oleh, dan untuk anggota.
Klausa adalah sebuah konstruksi yang didalamnya terdapat beberapa kata yang dapat
mengandung unsur predikat. Perbedaan kalimat dan klausa terletak pada intonasi final.
Kalimat diakhiri pada intonasi final sedangkan klausa tidak. Intonasi final itu dapat berupa
intonasi berita, tanya, perintah dan kagum. Klausa terbagi menjadi beberapa bagian
antaralain:
- Klausa kalimat majemuk setara : setiap klausa memiliki kedudukan sama tetapi tidak
saling menerangkan. Contoh : Rima membaca kompas, dan adiknya bermain catur.
- Klausa kalimat majemuk bertingkat: klausa yang berfungsi menerangkan klausa
lainnya, contohnya: orang itu pindah ke Jakarta setelah suaminya bekerja di Bank
Indonesia. Klausa orang itu pindah ke Jakarta sebagai klausa utama dan klausa
suaminya bekerja di Bank Indonesia merupakan klausa sematan.
- Klausa gabungan kalimat majemuk setara dan kalimat mejemuk bertingkat terdiri dari
tiga klausa atau lebih, contohnya: dia pindah ke Jakarta setelah ayahnya mendapat
pekerjaan baru dan kakaknya menikah. Kalimat tersebut terdiri dari tiga klausa yakni
klausa utama (dia pindah ke Jakarta) dan 2 klausa sematan (ayahnya mendapat
pekerjaan baru , kakaknya menikah).

7
Fungsi sintaksis dalam kalimat adalah “tempat” yang dapat diisi oleh bentuk bahasa
tertentu (manaf, 2009:34). Wujud sintaksis adalah subjek, predikat, objek, pelengkap, dan
keterangan. Unsur sintaksis yang harus ada dalam setiap kalimat adalah subjek dan predikat.
1. Subjek: fungsi subjek merupakan pokok dalam sebuah kalimat. Pokok kalimat itu
dibicarakan atau dijelaskan oleh fungsi sintaksis lainnya yaitu predikat.
2. Predikat: unsur yang membicarakan atau menjelaskan pokok kalimat.
3. Objek: unsur kalimat yang kehadirannya dituntut oleh verba transitif pengisi predikat
dalam kalimat aktif.
4. Pelengkap: unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi, mengkhususkan
objek dan melengkapi struktur kalimat. Pelengkap kehadirannya dituntut oleh
predikat aktif yang diisi oleh verba yang dilekatkan oleh prefiks ber dan predikat
pasif yang diisi oleh verba yang dilekatkan oleh prefiks di- atau ter-. Pelengkap juga
mengikuti kehadiran predikta yang diisi oleh verba adalah, ialah, merupakan dan
menjadi.
5. Keterangan: unsur kalimat yang memberi keterangan kepada seluruh kalimat.
Berdasarkan maknanya keterangan dibagai menjadi: keterangan tempat, keterangan
waktu, keterangan alat, keterangan cara, keterangan tujuan, keterangan penyerta,
keterangan perbandingan, keterangan sebab, keterangan akibat, keterangan syarat,
keterangan pengandaian, dan keterangan atributif.

D. Wacana
Menurut KBBI (2008), wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan
kedalam bertuk karangan atau laporan utuh. Jenis-jenis wacana antaralain:
a. Wacana Narasi: Wacana yang mengisahkan suatu peristiwa secara kronologis. Narasi
dapat berupa fakta seperti biografi dan otobiografi maupun berupa fiktif seperti
cerpen atau novel.
b. Wacana deskriptif : wacana yang menggambarkan sesuatu secara jelas dan terperinci
dengan tujuan pembaca seolah dapat menggambarkan suatu kejadian.
c. Wacana eksposisi: menjelaskan sesuatu secara terperinci sehingga dapat memperluas
pengetahuan si pembaca.
d. Wacana argumentasi : bertujuan mempengaruhi pikiran pembaca agar dapat
menerima ide , pendapat atau argumen si penulis. Pendapat dari si penulis akan
didukung dengan data-data yang ada.
e. Wacana Persuasi: berisi imbauan atau ajakan pada orang lain untuk melakukan
sesuatu yang diharapkan oleh penulis.

8
E. Macam-Macam Imbuhan (afiks)

1. Awalan (prefiks/ prefix)


Awalan (prefiks / prefix) adalah imbuhan yang terletak diawal kata. Proses awalan
(prefiks) ini di sebut prefiksasi (prefixation). Berdasarkan dan pertumbuhan bahasa yang
terjadi, maka awalan dalam bahasa indonesia dibagi menjadi dua macam, yaitu imbuhan asli
dan imbuhan serapan, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing.
Contoh awalan (prefix) yang berasal dari bahasa Indonesia:
- kata ke-+ tua? ketua, artinya imbuhan ke- ditambah dengan kata tua, maka menjadi
ketua.

2. Akhiran (sufiks/ sufix)


Akhiran (sufiks/ sufix) adalah imbuhan yang terletak di akhir kata. Dalam proses
pembentukan kata ini tidak pernah mengalami perubahan bentuk. Proses pembentukannya di
sebut safiksasi (suffixation).
Contoh:
-an + pikir? pikiran
-in + hadir? Hadirin

3. Sisipan (infiks /infix)


Sisipan (infiks/ infix) adalah imbuhan yang terletak di dalam kata. Jenis imbuhan ini
tidak produktif, artinya pemakaiannya terbatas hanya pada kata-kata tertentu. Jadi hampir
tidak mengalami pertambahan secara umum. Sisipan terletak pada suku pertama kata
dasarnya, yang memisahkan konsonan pertama dengan vokal pertama suku tersebut.
Prosesnya imbuhan kata tersebut di sebut infixation. Imbuhan yang berupa sisipan seperti: -
er-, -el-, -em- dan -in. Sisipan ( infiks/ infix) dapat mempunyai makna, antara lain:
Menyatakan banyak dan bermacam-macam.
Contohnya:
- tali? temali, artinya terdapat bermaca-macam tali.
- gigi? gerigi, artinya terdapat bermacam gigi.
- sabut? serabut, artinya terdapat bermacam-macam sabut.
- gunung? gemunung, artinya terdapat bermacam-macam gunung..

4. Awalan dan Akhiran (konfiks /konfix)


Awalan dan akhiran (konfiks/ konfix) yaitu afiks yang terdiri dari dua unsur, satu di
depan dari bentuk dasar dan satu di belakang bentuk dasar. Imbuhan yang dapat di
kategorikan sebagai konfiks/ konfix, yaitu ke-an, pe-an, per-an dan ber-an. Proses imbuhan
tersebut di sebut konfiksasi (konfiksasi/ konfixation).
Contoh: ke-an: kehidupan, merupakan gabungan dari kata hidup yang kemudian mendapat
imbuhan ke-an.

5. Simulfiks
Simulfiks yaitu afiks yang disamakan dengan ciri-ciri segmental yang dileburkan pada
kata dasarnya. Biasanya di samakan dengan nasalisasi dari fonem pertama suatu bentuk dasar,
dan fungsinya ialah membentuk verba atau memverbakan nomina, adjectiva atau kelas kata
yang lain menjadi kata kerja.
Contoh:
- kopi? ngopi

9
- soto? nyoto
- sate? Nyate

6. Superfiks atau suprafiks


Superfiks atau suprafiks adalah imbuhan yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri
suprasegmental atau afiks yang berhubungan dengan morfem suprasegmental. Imbuhan
superfiks dapat kita jumpai dalam bahasa-bahasa daerah, misalnya: bahasa Batak Toba, dalam
bahasa Batak Toba terdapat tekanan morfemis.
Contoh: kata ‘guru (nomina) dan kata ‘guru (adjektiva), antara kata ‘asom yang artinya jeruk
kedudukan kata ini di sebut sebagai nomina dengan kata ‘asom yang artinya ‘asam kedudukan
kata ini sebagai adjectifa. Sama halnya dalam bahasa Jawa, biasanya dengan peninggian vokal
dapat di sebut sebagai ciri suprasegmental pada suku terakhir suatu adjectiva bersifat
morfemis. Contoh: suwe?lama, wedi?takut. Dalam bahasa Toraja tekanan terletak pada suku
kata terakhir dari suatu adjectifa yang di sertai velarisasi adalah proses sekunder, maka
peristiwa itu boleh di anggap simulfiksasi. Contoh: biti?kecil, malampo?gemuk. Jadi,
superfiks itu sama halnya dengan bahasa dialek yang hanya di miliki oleh daerah tertentu atau
bahasa khas pada suatu daerah.

7. Interfiks
Interfiks yaitu suatu jenis infiks yang muncul di antara dua unsur. Dalam bahasa
indonesia interfiks terdapat pada kata-kata bentukan baru, misalnya: interfiks –n-dan -o-.
Contoh: gabungan antara kata indonesia dengan kata logi?indonesianologi, artinya kata
indonesianologi merupakan gabungan antara dua unsur kata, yaitu kata indonesia dan logi.

8. Transfiks
Transfiks yaitu jenis infiks yang menyebabkan kata dasar menjadi terbagi-bagi. Bentuk
ini terdapat dalam bahasa-bahasa Afro-Asiatika, antara lain dalam bahasa arab.
Contoh: akar ktb dapat di beri transfiks a-a, i-a, a-I, dan lain sebagainya. Menjadi katab ‘ia
menulis’, kitab ‘buku’, katib ‘penulis’

10
Ejaan Yang Disempurnakan
Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan yang berlaku sejak tahun 1972, dan ejaan
tersebut dibuat untuk menyempurnakan ejaan-ejaan sebelumnya. Pengertian dari ejaan
sendiri, ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa agar mencapai
keseragaman bahasa. Keteraturan bentuk akan mengarah pada ketepatan dan kejelasan makna.

Ruang Lingkup Ejaan Yang Disempurnakan


EYD memiliki 5 pokok bahasan, yaitu:
1. Pemakaian huruf
2. Penulisan huruf
3. Penulisan kata
4. Penulisan unsur serapan
5. Pemakaian tanda baca

1. Pemakaian Huruf
Ejaan bahasa Indonesia menggunakan paling banyak abjad. Abjad yang dikenal saat ini
berjumlah 26 buah.
a. Huruf Abjad
ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ
abcdefghijklmnopqrstuvxwyz
b. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri dari a, i, u, e, o
Contoh pemakaian:

a i u e o
Di awal api indah usaha enak obat
Di tengah padi pinjam lusa cemara sontek
Di akhir dia murni menu tipe radio

c. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia selain dari huruf vokal,
yaitu b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, x, w, y, z.

d. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia, huruf diftong dilambangkan seperti ai, au, oi.

e. Gabungan Huruf
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf konsonan, yaitu : kh, ng,
ny, sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.
Contoh pemakaian :
kh ng ny sy
Di awal khawatir ngili nayata syarat

11
Di tengah akhir bangun hanyut isyarat
Di akhir tarikh menang - arasy

2. Penulisan Huruf
Di dalam EYD, penulisan huruf mencakup 2 hal, yaitu: Penulisan huruf capital, dan huruf
miring.
A. Penulisan Huruf Besar
a. Digunakan sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Misalnya:
- Seorang wanita sedang berdiri di tengah jalan
b. Digunakan sebagai huruf pertama petikan langsung. Misalnya:
- Ibu berkata, “Tolong jaga adikmu baik-baik ya”
c. Digunakan sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama
Tuhan, kata ganti Tuhan, dan nama kitab suci. Misalnya:
- Allah S.W.T sangatlah kusayangi dan kucintai
- Sesungguhnya, semesta alam ini diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa
d. Digunakan sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan yang
diikuti nama orang. Misalnya :
- Mahaputra Yamin, Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim, Imam Syafii, Nabi Ibrahim.
e. Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama
orang, pengganti nama orang tertentu, nama instansi, dan nama tempat. Misalnya:
- Gubernur Banten Ratut Atut tertangkap polisi dini hari
- Dia diangkat menjadi Menteri Keuangan Indonesia
f. Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama orang. Misalnya:
- Martha Stewart
- Sandiaga Uno
g. Digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan nama bahasa.
Misalnya :
- bangsa Indonesia
- suku Asmat
h. Digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa
sejarah. Misalnya :
- hari Senin
- hari raya Idul Fitri
i. Digunakan sebagai huruf pertama nama geografi unsur nama diri. Misalnya :
- Gunung Semeru
- Pegunungan Himalaya
j. Digunakan sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah,
ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi, kecuali terdapat kata penghubung. Misalnya:
- Negara Indonesia
- Dewan Perwakilan Rakyat

12
k. Digunakan sebagai huruf pertama penunjuk kekerabatan atau sapaan dan pengacuan.
Misalnya:
- laporang yang disampaikan Bapak sangatlah penting untuk ditindaklanjuti
l. Digunakan sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Misalnya :
- Puisi Anda sangat menyentuh hati
m. Digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat dan sapaan.
Misalnya:
- Dr. Hambali
- Ir. M. Rasyid Fadholi, M.SI
n. Digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat
pada nama badan lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misalnya:
- Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
o. Digunakan sebagai huruf pertama semua kata di dalam judul, majalah, surat kabar, dan
karangan ilmiah lainnya, kecuali kata depan dan kata penghubung. Misalnya:
- Hari ini Ayah membaca surat kabar Kompas
B. Penulisan Huruf Miring

1) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah dan surat
kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
- Majalah Bahasa dan Sastra, buku Negarakertagama karangan Prapanca, surat
kabar Suara Rakyat.
2) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
- Huruf pertama kata abad adalah a.
- Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
3) Menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing. Misalnya :
- Politik devideet et impera pernah merajalela di Indonesia.

3. Penulisan Kata
Penulisan kata memiliki beberapa aspek penting, diantaranya:
 Kata Dasar
 Kata Turunan(imbuhan)
 Kata Ulang
 Gabungan Kata
 Kata Ganti
 Kata Depan
 Kata Sandang
 Partikel

13
 Singkatan dan Akronim
 Angka dan Lambang Bilangan

a. Kata Dasar
Kata yang telah mengalami perubahan bentuk yang ditulis satu kesatuan.
Misal: Dia teman baik saya
b. Kata Turunan
Kaidah yang harus diikuti dalam penulisan kata turunan, yaitu:
 Imbuhan semuanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Misalnya: Membaca,
Melukis.
 Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan
akhiran, kata itu ditulis serangkai. Misalnya: Menandatangani.
 Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata
itu ditulis serangkai. Misalnya: Mahaadil
c. Kata Ulang
Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda (-). Jenis jenis kata ulang
yaitu :
1) Dwipurwa yaitu pengulangan suku kata awal. Misalnya :
- Laki : Lelaki
2) Dwilingga yaitu pengulangan utuh atau secara keseluruhan. Misalnya:
- Laki : Laki-laki
3) Dwilingga salin suara yaitu pengulangan variasi fonem. Misalnya :
- Sayur : Sayur-mayur
4) Pengulangan berimbuhan yaitu pengulangan yang mendapat imbuhan. Misalnya :
- Main : Bermain-main
d. Gabungan Kata
Gabungan kata lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus. Bagian-bagiannya
pada umumnya ditulis terpisah.
Misalnya : Orang tua, Lalu lintas
Gabugan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai. Misalnya:
Daripada, Sekaligus.
e. Kata Ganti (ku, mu, nya, kau)
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Sedangkan kata
ganti ku, mu, nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya :
- Kulihat
- Kaupinjam
- Pensilku
- Tasmu
- Sepatunya

14
f. Kata Depan (di, ke, dari)
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya, kecuali pada
gabungan kata yang dianggap padu sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada. Misalnya:
- Jangan bermian di jalan
- Saya pergi ke kampung halaman
- Dewi baru pulang dari kampus.
g. Kata Sandang (si dan sang)
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya:
- Melihat si dia tertawa membuatku ikut tertawa
- Sang fajar bangun dari ufuk timur
h. Partikel
Partikel merupakan kata tugas yang mempunyai bentuk yang khusus, yaitu sangat
ringkas atau kecil dengan mempunyai fungsi-fungsi tertentu. Kaidah penulisan partikel
sebagai berikut:
1) Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik!
2) Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya kecuali yang dianggap sudah
menyatu.
Misalnya : Jika ayah pergi, ibu pun ikut pergi.
3) Partikel per yang berarti memulai, dari dan setiap. Partikel per ditulis terpisah dengan
bagian-bagian kalimat yang mendampinginya.
Misalnya: Rapor siswa dilihat per semester.
i. Singkatan dan Akronim
 Singkatan adalah nama bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu kata atau lebih.
Misalnya :
dll = dan lain-lain
yth = yang terhormat
 Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
Misalnya:
PUSKESMAS: Pusat Kesehatan Masyarkat
j. Angka dan Lambang Bilangan
Dalam bahasa Indonesia ada dua macam angka yang lazim digunakan , yaitu :
(1) Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan
(2) Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X.

Lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut :


1) Bilangan utuh. Misalnya : 22 dan dua puluh dua
2) Bilangan pecahan. Misalnya : ¾ dan tiga perempat

15
3) Bilangan tingkat. Misalnya : Abad II dan Abad ke-2
4) Kata bilangan yang mendapat akhiran –an. Misalnya : tahun 50-an dan lima puluhan
5) Angka yang menyatakan bilangan bulat yang besar dapat dieja sebagian supaya mudah
dibaca. Misalnya : Sekolah itu baru mendapat bantuan 210 juta rupiah.
6) Lambang bilangan yang letaknya di awal kalimat ditulis dengan huruf.
Misalnya: Dua puluh lima siswa SMA menghadiri seminar tentang pendidikan
7) Lambang bilangan yang teridiri dari satu atau dua kata ditulis dengan huruf.
Misalnya:
- Lia makan dua kali sehari
- Empat orang itu dihukum karena melanggar lalu lintas.

4. Kata Serapan
Bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa, baik dari bahasa daerah maupun
dari bahasa asing, seperti Sanskerta, Arab, Belanda dan Inggris. Berdasarkan taraf
integrasinya, unsur serapan dibagi menjadi dua bagian :
1. Unsur serapan yang belum sepenuhnya terserap dalam bahasa Indonesia.
Contoh: - reshuffle
- shuttle cock
- I exploitation de I’homme
Unsur-unsur tersebut dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih
mengikuti cara asing.
2. Unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa
Indonesia. Contoh:
a. Dari bahasa Sansekerta:
- negri menjadi negeri
- mentri menjadi menteri
- putri menjadi puteri
- istri menjadi isteri
- putra menjadi putera
- mantra menjadi mantera
b. Dari bahasa Belanda:
- Politiek menjadi Politik

16
- Riem menjadi Rim
c. Dari bahasa Arab:
- manfa’ah menjadi manfaat
- ‘asr menjadi asar
- sa’ah menjadi saat
d. Dari bahasa Yunani:
- Owestrogen menjadi estrogen
- Oenology menjadi enologi
- Foetus menjadi fetus
e. Dari bahasa Inggris:
- Cartoon menjadi kartun
- Proof menjadi Pruf
- Pool menjadi pul

5. Pemakaian Tanda Baca


1. Tanda Titik ( . )
Fungsi tanda titik :
- Dipakai pada akhir kalimat yang bukan pernyataan atau seruan.
- Dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
- Dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan ikhtisar, atau daftar.
- Dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda
tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
2. Tanda Koma ( , )
Fungsi tanda koma :
- Dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya
yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
- Dipakai dibelakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat
pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagipula, meskipun
begitu, akan tetapi.
- Dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakan dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
- Dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam
daftar pustaka.

17
3. Tanda Titik Dua ( : )
Fungsi tanda titik dua :
- Dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau
pemerian.
- Dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
- Dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam
percakapan.
- Dipakai diantara jilid atau nomer dan halaman, di antara bab dan ayat dalam
kitab suci, di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta nama kota dan
penerbit buku acuan dalam karangan.
4. Tanda Titik Koma ( ; )
Fungsi tanda titik koma :
- Dipakai untuk memisahkan petikan lansung dari bagian kalimat yang
mengirinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau
tanda seru.
- Dipakai sebagai pengganti kata pengubung untuk memisahkan kalimat yang
setara di dalam kalimat majemuk.
5. Tanda Pisah ( - )
Fungsi tanda pisah :
Dipakai diantara dua bilangan yang berarti ‘sampai ke’ atau ‘sampai dengan’.
6. Kata Penghubung ( se- ke- -an ber- )
Fungsi tanda penghubung :
- Dipakai untuk menyambungkan suku-suku kata dasar yang terpisah oleh
pergantian baris.
- Dipakai untuk menyambung awalan dengan bagian kata di
belakangnya atau akhiran dengan bagian kata didepannya pada pergantian baris.
7. Tanda Elipsis ( .... )
Fungsi tanda elipsis :
- Dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
- Dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian
yang dihilangkan.
8. Tanda Tanya ( ? )
Fungsi tanda tanya :
- Dipakai pada akhir kalimat tanya.

18
- Dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan
atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
9. Tanda Seru ( ! )
Fungsi tanda seru :
Dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah
yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang
kuat.
10. Tanda Siku ( [ ] )
Fungsi tanda siku :
Dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu
menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah
asli.
11. Tanda Petik ( “ )
Fungsi tanda petik :
- Dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
- Dipakai untuk mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam
kalimat.
12. Tanda Petik Tunggal ( ‘ )
Fungsi tanda petik tunggal :
Dipakai sebagai mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan
asing.
13. Tanda Garis Miring ( / )
Fungsi tanda garis miring :
- Dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu
tahun.
- Dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.

19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Linguistik merupakan ilmu yang mengkaji mengenai bahasa. Linguistik dapat dibagi
menjadi 2 yaitu: makrolinguistik dan mikrolinguistik. Mikrolinguistik dapat dibagi menjadi
beberapa cabang yaitu : fonologi, morfologi, sintaksis, dan wacana.
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) memiliki 5 pokok bahasan, yaitu:
1. Pemakaian huruf
2. Penulisan huruf
3. Penulisan kata
4. Penulisan unsur serapan
5. Pemakaian tanda baca

B. Saran
Berdasarkan isidari makalah ini, penulis memberikan saran untuk menggunakan
bahasa yang baik dan benar sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan. Menyadari bahwa
makalah ini tidaklah sempurna, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
demi kesempurnaan penulisan makalah ini.

20
DAFTAR PUSTAKA
- Muslich, Masnur. “ AspekKebahasaanDalamPembelajaranBahasa Indonesia”. 14
September 2014. http://www.scribd.com/doc/42590409/Aspek-Kebahasaan-Dalam-
Pembelajaran-Bahasa-Indonesia.
- Paniatiapengembanganbahasa. 2000. PedomanUmumEjaan Yang Disempurnakan.
Jakarta:PusatBahasaDepartemenPendidikanNasional.

21

Anda mungkin juga menyukai