dan telah diakui secara nasional. Rumah adat ini bentuknya persegi panjang, bagian
rumah seluruhnya terbuat dari material yang berasal dari alam.
Kebanyakan, rumah adat ini dihuni oleh 4-6 keluarga yang hidup bersama, dan juga
mereka memelihara beberapa hewan ternak di kolong rumah.
picture.triptrus.com
Rumah adat Sumatera Utara yang satu ini dikenal juga sebagai rumah adat Siwaluh
Jabu. Nama tersebut berarti bahwa rumah adat Karo ditempati oleh delapan keluarga
yang mempunyai peran masing-masing dalam kehidupan rumah tangga.
Rumah adat Karo terdiri dari hilir atau yang disebut Jabu Jahe, dan hulu yang disebut
Jabu Julu.
Rumah Adat Pakpak
steemit.com
Rumah adat Pakpak/Dairi ini jika dilihat secara umum, memiliki karakteristik dan bentuk
yang tak jauh berbeda dengan rumah adat Sumatera Utara lainnya. Namun rumah adat
ini memiliki bentuk yang khas yaitu bangunan terbuat dari material kayu dan atapnya
dari ijuk.
Rumah adat yang juga disebut sebagai Jerro mempresentasikan ulang budaya Pakpak
yang khas dalam setiap bagian bangunannya.
Secara struktur, rumah adat ini berbentuk cukup berbeda dengan rumah adat Sumatera
Utara lainnya, dan itulah yang menjadi ciri utama rumah ini.
Rumah adat ini memiliki Ciri khas utama yang berbeda dengan rumah adat lainnya yaitu
terdapat pada bentuk atapnya. Rumah adat Simalungun ini juga dinamai Rumah Bolon.
Ciri khas yang lain dari rumah adat Simalungun ini bisa kita lihat pada bagian kaki
bangunan yang terbuat dari kayu gelondongan dan menyilang antar sudut.
Dalam istilah setempat, rumah adat ini juga disebut dengan nama Omo Sebua atau Omo Hada.
Rumah adat Angkola ini disebut sebagai Bagas Godang terbuat dari dinding papan dan
lantai papan, atap nya dari ijuk, dan didominasi dengan warna bangunan yanghitam.
Berbagai keunikan yang ada pada rumah adat Angkola menjadi ciri khas yang
membedakannya dengan rumah adat Sumatera Utara lainnya.
Itulah beberapa rumah adat yang paling banyak dikenal oleh masyarakat.
Suku Batak terdiri atas beberapa subsuku. Mereka berdiam di Wilayah Sumatera Utara, Kota
Subulussalam, Aceh Singkil, dan Aceh Tenggara. Subsuku Batak adalah suku Alas, suku Kluet,
Suku Karo, suku Toba, suku Pakpak, suku Dairi, suku Simalungun, suku Angkola, dan suku
Mandailing.
Macam-macam Sub Suku Batak Sumatera Utara tersebut antara lain yaitu:
Subsuku Batak Toba berdiam di daerah sekitar Danau Toba, Pulau Samosir, Dataran Tinggi
Toba, Silindung, sekitar Barus dan Sibolga sampai ke daerah Pegunungan Bukit Barisan,
antara Pahae dan Habinsaran di Provinsi Sumatera Utara. Wilayah ini sekarang termasuk ke
dalam Kabupaten Tapanuli Utara. Empat tahun terakhir ini, Kabupaten Tapanuli Utara sendiri
telah dimekarkan menjadi beberapa Kabupaten, yaitu Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten
Toba Samosir, Kabupaten Samosir, dan Kabupaten Humbang Hasundutan. Subsuku Batak
Toba ini mengembangkan variasi lokal kebudayaan dengan ciri-ciri yang mencolok di bidang
arsitektur perumahan.
Orang Angkola atau dikenal juga sebagai orang Mandailing adalah salah satu subsuku bangsa
Batak yang mendiami daerah Angkola, Padang Lawas, Batang Toru dan Sibolga, Mandailing,
Ulu Pakatan, serta selatan Padang Lawas. Pada masa sekarang wilayah itu termasuk dalam
wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Mandailing Natal.
Bertolak dari sudut pandang etnologis, orang Angkola sendiri mengakui sebagai bagian dari
suku Batak dan sebagai orang Tapanuli Selatan. Suku Angkola Mandailing kebanyakan
bermarga Siregar dan Harahap. Ada juga marga Huta Suhut, Siagian, dan Hasibuan.
BACA JUGA
Orang Dairi atau orang Pakpak biasanya dianggap sama saja oleh masyarakat luar. Akan
tetapi, menurut pengakuan mereka sendiri masing-masing berbeda dalam kebudayaan.
Subsuku Batak Pakpak terdiri atas lima sub-Pakpak yaitu, Pakpak Kelasen, Pakpak Simsim,
Pakpak Boang, Pakpak Pegagan. Mereka bermukim di wilayah Kabupaten Dairi yang kemudian
pada tahun 2004 dimekarkan menjadi dua kabupaten, yaitu Kabupaten Dairi dan Kabupaten
Pakpak Bharat.
Saat ini subsuku Batak Simalungun mayoritas bermukim di wilayah Kabupaten Simalungun dan
Kota Pematang Siantar. Batak Simalungun secara garis besar dapat dikelompokkan dalam
empat marga besar, yaitu Damanik, Purba, Saragih, dan Sinaga. Sementara itu, marga lain
yang mengaku suku Simalungun adalah marga-marga yang sudah mempunyai tanah, sudah
mengaku sebagai suku Simalungun yang sudah lama tinggal di Simalungun atau karena
perkawinan. Keempat marga besar tersebut memiliki cerita tentang asal mula marga mereka.
Marga Damanik pada umumnya mengatakan mereka berasal dari Simalungun, hanya sebagian
kecil yang mengaku berasal dari Tapanuli, marga Sinaga dan Saragih. Sementara itu, marga
Purba yang dewasa ini disebut marga Purba Bawang mengatakan bahwa mereka dari
Pagaruyung kemudian ke Natal-Barus, lalu masuk daerah Simalungun dan mendirikan
Kerajaan Silau Bolag.
Suku Simalungun
Karo merupakan salah satu subsuku bangsa Batak yang bermukim di dataran tinggi Karo,
Langkat Hulu, Deli Hulu, Serdang Hulu, dan Dairi. Mereka yang bermukim di wilayah Kabupaten
Karo disebut Karo Gunung sementara yang bermukim di Kabupaten Langkat dan Deli Serdang
disebut Karo Langkat.
Sebagian besar orang Karo masih tinggal di desa-desa (kuta), yang juga merupakan kesatuan
teritorial yang dihuni oleh beberapa marga yang berbeda. Dalam sebuah kuta terdapat dua atau
lebih deretan rumah adat. Sebuah rumah adat biasanya dihuni oleh empat sampai delapan
keluarga batih (jabu), yang terikat hubungan kekerabatan secara patrilineal. Jabu merupakan
organisasi sosial dan ekonomi terpenting pada masyarakat Karo.
Desa Lingga di Tanah Karo
Dalam hubungan kekerabatan, hubungan kekerabatan yang terkecil disebut jabu, sedangkan
kelompok kekerabatan yang terbesar adalah merga. Orang Karo mengenal lima merga besar,
yaitu Ginting, Karo-karo, Perangin-angin, Sembiring, dan Tarigan. Hubungan di antara
kelompok-kelompok kekerabatan didasarkan atas suatu prinsip yang disebut sangkep sitelu
(tiga yang utuh). Prinsip ini menyangkut tiga kelompok kerabat, yaitu kelompok kerabat sendiri
(senina), kelompok pemberi gadis (Kalimbubu), dan kelompok penerima gadis (Anak beru).
Suku Nias juga mengenal sistem kasta. Tingkatan kasta yang tertinggi adalah ”Balugu”. Untuk
mencapai tingkatan ini seseorang harus mampu melakukan pesta besar dengan mengundang
ribuan orang dan menyembelih ribuan ekor ternak babi selama berhari-hari.
Berdasarkan lingkungan permukimannya, orang Nias dapat dibedakan antara mereka yang
berdiam di pesisir dan yang tinggal di daerah pedalaman. Oleh karena itu, kegiatan sehari-hari
kedua golongan ini tidak sama. Demikian pula ada perbedaan antara orang Nias yang tinggal di
daerah perkotaan dan pedesaan. Perbedaan tersebut antara lain tercermin dalam kehidupan
ekonomi. Orang Nias kota sudah memiliki bermacam-macam mata pencaharian, seperti
berdagang, pegawai kantor, dan guru. Sebaliknya, orang Nias di pedalaman masih
mengandalkan hidup sebagai petani ladang.
Bahasa Nias merupakan bahasa asli dari penduduk pribumi Kepulauan Nias. Dalam pemakaian
bahasa di wilayah utara dan selatan memiliki perbedaan pada dialek, intonasi, serta istilah lokal
yang dipergunakan.
Orang Nias hidup berkelompok dalam kampung yang mereka sebut banuadan. Mereka
dipimpin oleh seorang siulu (bangsawan) yang mereka sebut tuhenori atau salawa (raja).
Kesatuan sosial yang terkecil adalah sangambato atau keluarga batih yang terdiri atas ayah,
ibu, serta anak-anak yang belum menikah.
Melayu atau Melayu Deli mendiami daerah sepanjang pesisir timur Pulau Sumatera (Kota
Medan, Binjai, Tebingtinggi, dan Tanjung Balai) serta di Kabupaten Deli Serdang, Langkat,
Asahan, dan Labuhan Batu. Pada zaman dahulu mereka pernah mendirikan beberapa
kerajaan, seperti Melayu Langkat, Melayu Aru, Melayu Deli Tua, dan Melayu Deli yang lenyap
sekitar setengah abad yang lalu.
Karena di daerahnya dibuka banyak perkebunan besar, orang Melayu kebanyakan bekerja
sebagai buruh kebun atau mengolah sendiri ladang mereka dengan cara-cara sederhana.
Keluarga intinya lebih senang mengembangkan rumah tangga sendiri. Walaupun pasangan
baru umumnya tinggal di rumah orang tua pihak perempuan, mereka segera pindah begitu
mempunyai seorang anak. Rumah baru biasanya didirikan dekat kelompok pihak suami,
mungkin karena ada anggapan bahwa garis keturunan yang mereka pakai adalah patrilineal.
Hanya orang Melayu yang diam di daerah Batubara yang cenderung menjalankan prinsip
keturunan matrilineal, mungkin karena kuatnya pengaruh Minangkabau di zaman dulu.
Baca juga:
Pakaian Adat Sumatera Utara Lengkap, Gambar dan Penjelasannya
Rumah Adat Sumatera Utara Lengkap, Gambar dan Penjelasannya
Bahasa Daerah Sumatera Utara Lengkap Penjelasannya
Upacara Adat Masyarakat Sumatera Utara Lengkap Penjelasannya
Berbagi :
Anda mungkin menyukai postingan ini :
Lirik Lagu Rambadia Sumatera Utara (Makna Lagu, Not Angka dan Chord Lagu)
Tradisi Melayu menempatkan upacara pernikahan sebagai peristiwa yang penting. Pakaian
adat masyarakat Melayu Sumatera Utara pada upacara ini terdiri dari; Pengantin wanita Melayu
memakai kebaya panjang atau baju kurung sebagai pakaian adat untuk tubuh bagian atas yang
terbuat dari jenis kain yang bermutu tinggi seperti brokat atau sutra bersematkan peniti-peniti
emas. Baju kurung ini dipadukan dengan kain songket buatan Batubara atau tenunan Malaysia.
Bagian kepala dibalut dengan selendang bersulam corak-corak emas yang menutupi rambut
dalam gaya sanggul khusus yaitu sanggul lipat padan atau sanggul tegang. Pada sanggul ini
ditempatkan hiasan-hiasan keemasan.
Sebagai atribut untuk melengkapi pakaian adat Melayu pada bagian leher dan dada biasanya
tergantung kalung bercorak rantai mentimun, sekar sukun, rantai serati, mastura, gogok rantai
lilit, rantai panjang dan tanggang, walaupun dewasa ini sudah sangat jarang dijumpai. Gelang
juga dipakai pada kaki. Pengantin wanita juga memakai gelang kerukut yang beraneka
jenis,seperti gelang tepang, gelang kana, gelang ikal dan keroncong. Pada jari terpasang aneka
ragam cincin, seperti cincin genta, cincin bermata, cincin patah biram, dan cincin pancaragam.
Sebagai alas kaki dipakai selop bertekad yaitu sejenis sandal bersulam corak-corak keemasan.
Bagian pinggang dihiasi dengan bengkong dan pending.
Kaum pria adat Melayu memakai pakaian adat dengan atribut pelengkapnya yang terdiri dari,
penutup kepala, yaitu tengkulok yang terbuat dari kain songket, kain bertabur atau
destar. Tengkulok adalah lambang kebesaran dan kegagahan seorang pria Melayu. Penutup
kepala yang sejak dahulu dipakai disebut destar. Destar terbuat dari rotan yang berbentuk
parabola, berlapis tiga dan dibalut dengan beludru atau kain berwarna kuning. Baju adat yang
dipakai kaum pria Melayu Sumatera Utara adalah teluk belanga yang terdiri atas baju berkrah
kocak musang, berseluar (celana panjang) bersamping. Teluk belanga terbuat dari kain yang
bermutu seperti satin dan sutra.
Untuk melengkapi baju adatnya masyarakat Melayu Sumatera Utara menggunakan alas kaki
berupa selop sewarna dengan baju. Pada leher pria digantungkan beberapa hiasan rantai.
Lengan atasnya mengenakan kilat bahu dan sidat sebagai lambang keteguhan hati. Pada
bagian pinggang dipakai bengkong dan pending. Pada pinggang depan sebelah kanan
disisipkan sebilah keris yang bergagang emas. Keris dianggap sebagai lambang kegagahan
dan kemampuan menghadapi masadepan yang penuh tantangan.
Sumber : Tradisikita
Ada beberapa jenis ulos batak yang hanya dipakai pada acara tertentu, misalnya ulos
jugjaragidup, sadum, ragihotang, dan runjat. Kain ulos yang dipakai orang Batak pada upacara-
upacara adat, umumnya diselempangkan kepinggangnya atau juga sebagai selendang. Khusus
pada suku Batak Pakpak atau Dairi, ulos yang digunakan dominan berwarna hitam.
Pakaian adat yang dipakai suku Batak Simalungun, antara lain bulang yang terbuat dari kain
ulos dengan motif gatip dan pakaian sehari-hari yang terbuat dari ulos yang disebut jobit. Selain
bulang, ada juga ulos suri-suri sebagai penutup kepala.
Sementara itu, suku Batak Toba biasanya menggaunakan baju dan celana yang dilengkapi
dengan ulos maringin di kepala dan setengah badan. Kadang-kadang juga menggunakan ulos
ragihotang yang diselempangkan dan dilengkapi dengan sarung.
Dalam upacara adat perkawinan kain ulos lebih tampak pada pakaian pengantin. Pengantin pria
memakai baju adat berupa jas tutup warna putih, sedangkan bagian bawah memakai ulos ragi
pane. Pakaian perempuan Batak toba bagian bawahnya disebut haen yang dipakai hingga
batas dada. Penutup punggung disebut hoba-hoba. Bila dipakai sebagai selendang
disebut ampe-ampe. Penutup bagian kepala disebut saong. Sementara itu pakaian adat
perempuan Batak karo terdiri atas baju tutup lengan panjang, sedangkan bagian bawahnya
mengenakan sarung sungkit yang dililit kain ulos.
Menurut adat dalam pesta perkawinan, wanita suku Mandailing/ Angkola menggunakan atribut
pakaian adat yang terdiri atas bulang yang diikatkan ke kening. Bulang tersebut terbuat dari
emas, tetapi sekarang sudah banyak yang terbuat dari logam dengan sepuhan emas. Bulang
terdiri atas tiga macam, yaitu bertingkat tiga (bulang harbo/ bulang kerbau), bertingkat dua
(bulang hambeng/ bulang kambing), dan tidak bertingkat. Bulang mengandung makna sebagai
lambang kebesaran atau kemuliaan sekaligus sebagai simbol dari struktur masyarakat.
Bagian atas badan wanita tertutup oleh baju berwarna hitam yang dahulu terbuat dari kain
beludru berbentuk baju kurung tanpa diberi hiasan atau sulaman. Baju pengantin ini disebut
juga baju godang atau baju kebesaran. Bagian bawah badan tertutup kain songket dengan
warna yang tidak ditentukan.
BACA JUGA
Upacara adat Sumatera Utara (Medan) beserta gambar dan penjelasannya merupakan bagian dari
informasi yang menambah wawasan nusantara bagi pembaca. Bisa disebut bahwa sajian ulasan
mengenai tradisi yang ada di Sumatera Utara ini sama pentingnya dengan Anda mengenal
budaya seni tari Indonesia.
Banyak momentum yang digelar oleh masyarakat Sumut terkait dengan upacara adatnya. Bisa
karena ada peristiwa kematian, ada juga upacara dari adat Batak, adat Tapanuli dan adat karo.
Masing – masing memiliki ritual berbeda sesuai dengan adat yang diwariskan dari zaman dahulu.
Keberagaman yang ada harus mendapat perhatian dari pemerintah.
Dari upacara adat Sumatera Utara ini banyak pesan moral yang bisa Anda dapatkan, mulai dari
kebersamaan, kekhidmatan dan kepedulian. Budaya yang ada dan terus dirawat oleh generasi
selanjutnya merupakan modal sebuah bangsa yang berperadaban.
Tidak semua upacara adat Sumatera Utara masih eksis. Hal ini karena pengaruh dari keyakinan
agama dan masifnya budaya asing yang masuk kedalam negeri dan memberikan pengaruhnya. Kini
sebagian upacara adat masih ada dan yang tinggal sejarah saja.
Berikut adalah kumpulan upacara adat Sumatera Utara yang pernah ada.
Daftar Isi
1. Tarian Sigale-gale
Sigale-gale via
Wikipedia
Jika Anda pernah ke danau toba, maka tidak asing dengan tarian Sigale-gale. Ya, Sigale-gale
adalah boneka kayu menyerupai manusia, dan biasanya patung ini berada di rumah adat Batak
desa Tomok. Boneka ini digerakkan oleh manusia yang berada di belakang patung Sigale-gale.
Bagi masyarakat setempat, tarian Sigale-gale merupakan ritual memanggil arwah Sigale-gale,
sehingga boneka itu bisa menari-nari dengan iringi musik adat Batak.
2. Lompat Batu (Hombo Batu)
Homb
o Batu via Tribunnews
Hombo Batu atau Lompat batu adalah sebuah ritual yang berasal dari Desa Bawo Mataluo Nias,
Kabupaten Nias Selatan provinsi Sumatera Utara. Tradisi ini merupakan ritual khusus buat para
pemuda suku Nias.
Tujuan dari tradisi ini adalah untuk menentukan apakah seorang pemuda sudah dewasa dan telah
memenuhi syarat untuk menikah atau belum. Batu yang dilompati setinggi 2 meter melalui sebuah
batu kecil untuk pijakan. Biasanya ada ritual khusus sebelum melompati batu, dengan memakai
pakaian adat mereka akan bersemangat agar bisa melompati batu.
Mangokal
Holi via Sportourism
Upacara adat Sumut yang berikut adalah Mangokkal Holi yang berarti mengambil tulang belulang
dari leluhur mereka dari dalam kuburan. Setelah tulang diambil, lalu ditempatkan di dalam peti, dan
diletakkan dalam buah bangunan tugu khusus untuk menyimpan tulang belulang leluhur.
Ada biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan tradisi ini. Dan membutuhkan biaya besar karena
selain memotong hewan ternak, acara dilaksanakan hingga beberapa hari.
Semua etnis Batak melaksanakan tradisi dengan nama Mangokkal Holi. Tradisi ini berbeda-beda
tiap etnis, bagi etnis Toba dan Simalungun menyebutnya Mangokkal Holi, pada etnis Karo disebut
dengan Nampakken Tulan, serta etnis Pakpak mengenalnya tradisi Mengkurak Tulan.
4. Mandi Balimo
Upacara Mandi Balimo adalah tradisi atau upacara pembersihan badan sebelum bulan Ramadhan
bagi masyarakat Sumatera Utara yang meyakininya. Sebelum bulan Ramadhan tiba, ramai warga
mengadakan prosesi mandi Balimo dengan cara mandi guyuran air yang telah dicampur rempah –
rempah.
Umumnya mereka memakai perasan jeruk purut yang airnya akan diguyurkan ke seluruh tubuh
mereka. Meski ada yang menolak, upacara Mandi Balimo ini masih ada yang menjaga
keberadaannya hingga kini.
5. Mangirdak
Mangirdak via
batakgaul.com
Mangirdak adalah upacara adat Sumatera Utara, yaitu pemberian semangat kepada ibu hamil
dimana usia kandungannya sudah menginjak 7 bulan. Upacara Mangirdak ini dilakukan dengan cara
mengunjungi dan mendatangi ibu hamil 7 bulan tersebut dengan membawa oleh – oleh atau
makanan.
Kedatangan mereka memberikan semangat secara lebih kepada sang ibu hamil agar kandungannya
dijaga dengan baik sampai dengan masa kelahiran sang bayi.
6. Mangulosi
Upacara Pemberian Ulos Tondi merupakan upacara adat Sumatera Utara yang dilakukan untuk
menyambut kedatangan sang bayi yang baru lahir di kepercayaan masyarakat Batak yang dilakukan
kepada ayah dan ibu sang bayi.
Di upacara ini sang ayah dan ibu akan diberikan kalungan kain ulos yang merupakan kain khas
Batak sebagai penghormatan dan rasa syukur mereka kepada keluarga yang telah dikaruniai anak
bayi guna meneruskan keturunannya di masa yang akan datang.
Bersifat sakral, tradisi Mangulosi masih dilestarikan oleh masyarakat Batak di Sumatera Utara
sampai sekarang.
7. Martutu Aek
Martutu Aek adalah upacara adat Sumatera Utara. Yaitu sebuah tradisi proses pemandian dan
pemberian nama kepada anak di masyarakat Batak dimana anak akan disucikan dan didoakan agar
sang anak mendapatkan keberkahan dan nasib mujur kedepannya.
Konon, pada usia anak menginjak 7 hari setelah hari kelahirannya anak bayi wajib dimandikan di
pancuran air. Usai itu anak bayi akan diberkati oleh sesepuh adat dimana sesepuh adat ini wajib
memberikan rekomendasi nama.
8. Mangharoan
Mangharoan adalah upacara adat Sumatera Utara usai 2 minggu umur kelahiran si anak bayi dalam
kepercayaan masyarakat Batak. Dalam ini akan dilakukan perjamuan makan bersama yang
dilakukan oleh pihak keluarga dengan para tetangga terdekat.
Pada upacara Mangharoan ini si ibu dari si anak bayi akan diberikan asupan makanan yang
diharapkan bisa memperlancar suplai sir susunya kepada si anak. Tradisi ini bertujuan mendekatkan
diri secara lebih antara si anak dengan si ayah dan ibunya agar keterikatan mereka bisa terjaga
dengan baik untuk ke depannya.
Marhajabuan adalah upacara ada Sumatera Utara yang biasa dilakukan pada pesta pernikahan oleh
sebagian warga Batak. Upacara ini dilakukan dengan mengundang kerabat, tetangga maupun tamu
undangan.
Para pasangan pengantin wajib berbagi kebahagiaan dengan yang lain lewat sebuah pesta
pernikahan. Pada prosesi Marhajabuan ini kedua pasangan pengantin akan diberikan pengalungan
kain ulos simbol penghormatan.
Baca: Dimsum Medan
10. Martilaha
Martilaha merupakan upacara adat Sumatera Utara terkait kematian bagi warga suku Batak.
Catatan pentingnya, Martilaha bisa dilakukan jika pihak yang meninggal adalah seseorang yang
meninggal namun belum menikah dan memiliki anak sama sekali.
Karena sifatnya yang sakral, Martilaha masih terjaga hingga sekarang. Konon, Martilaha diyakini
sebagai bentuk pelepasan arwah seseorang yang meninggal dunia dimana anak tersebut masih
single dan belum berumah tangga sama sekali. Hal ini dilakukan agar arwahnya mendapatkan
ketenangan di alam akhirat.
11. Mate Mangkar
Mate Mangkar termasuk salah satu upacara adat Sumatera Utara terkait dengan kematian khas
warga Batak dimana upacara ini dilakukan kepada suami atau istri yang belum memiliki keturunan
sama sekali.
Pelaksanaan Mate Mangkar penuh khidmat dan sakral dimana keluarga yang ditinggalkan wajib
melepas kepergian suami atau istri yang telah meninggal dunia agar arwahnya bisa tenang menurut
adat setempat.
Tradisi ini merupakan sebuah penghormatan kepada pihak yang meninggal dan keluarga yang telah
ditinggalkan oleh pihak yang meninggal dunia.
Demikian kami sampaikan tentang informasi upacara adat Sumatera Utara berserta gambar dan
penjelasannya. Dari sini kita bisa mengetahui bahwa Indonesia begitu kaya akan budaya dan
kearifan lokal. Ini harus kita jaga.
Sponsored
Makanan khas tradisional Sumatera Utara dan gambar serta keterangan, cara membuatnya, resep,
asal daerahnya, yang termasuk dari kota Medan atau cita rasa Indonesia kami sampaikan pada
artikel kali ini kepada pembaca yang budiman. Maksud dari tulisan untuk
melestarikan budaya Indonesia yang pernah ada dalam sejarah. Kita mengetahui bahwa Indonesia
kaya akan khazanah kuliner nusantara dan sangat disayangkan jika tidak di jaga oleh kita.
Makananan tradisional Sumut dan keterangannya sebisa kami sampaikan sebagaimana kami sudah
menyampaikan tentang makanan tradisional Aceh dan makanan khas tradisional
Bengkulu serta makanan tradisional Jawa Barat. Terakhir tidak lupa kami juga menulis makanan
khas tradisional dari Sumatera Barat.
Selain itu, kamu juga mendapatkan informasi tentang makanan tradisional yang pernah ada di
Sumatera Utara dan cara membuatnya, bahan yang digunakan oleh para orang tua dulu. Semga
warga Sumatera Utara bisa terus merawat makanan tersebut sampai kapan pun juga. Jangan
sampai tergerus dengan masifnya makanan dari luar negeri.
Arsik merupakan salah satu makanan khas Sumut yang sangat terkenal. sampai saat ini masih
banyak orang yang gemar memakannya. Bahkan tak jarang dibuat sebagai masakan dalam acara –
acara tertentu.
Berikut kita bahas satu persatu mengenai apa saja makanan khas tradisional Sumatera Utara yang
perlu diketahui oleh kita bersama.
1. Dali Ni Horbo
via Wikipedia
Makanan khas Sumatera Utara ini adalah olahan dari susu Kerbau yang dimasak sedemikian rupa
sehingga menghasilkan bentuk susu yang menggumpal seperti keju. Jika keju dibuat dengan
bantuan bakteri atau enzim tertentu, justru Dali Ni Horbo ini dibikin dengan cara tradisonal tanpa
bantuan bahan kimia apapun.
Makanan yang terkenal dengan sebutan Keju Batak ini juga sering disebut dengan Bagot Ni Horbo.
Penggunaan susu kerbau ini juga tidak asal-asalan, sebab yang akan diambil hanya dari induk
kerbau yang baru melahirkan anak yang masih umur 1 bulan. Begitu pula dengan proses
memerahnya yang hanya dilakukan di pagi hari.
2. Mie Gomak
via
Reverbose
Mie Gomak adalah olahan mie yang berasal dari Batak Toba dengan bahan utama pembuatannya
yaitu Mie Lidi. Alasan penamaan Mie Gomak karena dulunya mie ini dibuat dengan cara digenggam
dengan tangan. Meskipun saat ini tak lagi dibuat dengan cara seperti itu.
Mie ini umumnya disajikan dengan dua variasi penyajian, yaitu basah dengan ciri khasnya yang
memiliki kuah yang gurih dan goreng yang dibuat dengan cara digoreng. Biasanya setelah Mie Lidi
direbus akan diberi kuah berkaldu ayam yang diberikan bumbu saus serta diisi dengan sayuran.
Kebanyakan mirip makanan khas Sumatera Utara, Mie Gomak juga memiliki rasa pedas dan ada
tambahan bumbu andaliman yang semakin mempertegas rasa pedasnya.
3. Anyang Pakis
via detik.com
Makanan Anyang Pakis ini dibuat dari tanaman pakis yang selanjutnya diberi bumbu tambahan
berupa kelapa hasil penyangraian. Sekilas tampilannya mirip dengan urapan, tetapi penggunaan
Kelapa Sangrai yang ini lebih mirip Serundeng. Jika dilihat lebih lanjut, bumbu yang digunakan
sangatlah mirip yaitu daun Jeruk, Bawang Merah, Ketumbar, dan Serai.
Bisa disebut proses pembuatannya juga sangat gampang. Rempah-rempah seperti daun jeruk dan
lain sebagainya dihaluskan kemudian disangrai bersama parutan kelapa dan pakis tadi. Namun,
terlebih dahulu pakis harus dikukus.
4. Bika Ambon
via
Bukalapak
Bika Ambon ialah makanan khas Sumatera Utara sejenis kue yang terbuat dari adonan berupa
tepung, santan, gula, dan kuning telur. Tetapi, nantinya akan difermentasi dengan menambah air
nira. Penggunaan air nira kelapa inilah yang membuatnya berbeda dan menjadi produk baru khas
dari daerah Sumatera Utara.
5. Lemang
via pegipegi
Lemang merupakan makanan khas Sumatera Utara yang bahannya terbuat dari beras ketan yang
telah bercampur dengan santan dan proses pemasakan memakai perantara bambu. Umumnya,
sebelum dimasukkan ke bambu, terlebih dahulu nasi ketan dibungkus oleh daun pisang.
Uniknya dari masakan Lemang ini yaitu cara membakarnya. Pada proses memasak lemang ini,
bambu akan dibakar dengan posisi tegak ke arah bara api. Usai matang Lemang disajikan dan bisa
langsung dimakan atau diberi tambahan lauk.
Tren yang berkembang saat ini, makan Lemang bersama sri kaya atau bersamaan dengan makan
durian.
6. Manuk Napinadar
via Blogger
Nama Manuk Napinadar mungkin terdengar asing di telinga pecinta kuliner atau masyarkat umum.
Sebab makanan ini memang jarang dijual di warung-warung atau rumah makan. Bahkan di daerah
asalnya, Sumatera Utara, manuk napinadar ini hanya disajikan ketika ada acara adat atau khusus.
Makanan bernama Napinadar ini merupakan olahan dari ayam kampung goreng atau panggang
yang tersaji bersama bumbu dan sambalnya yang khas. Meskipun terlihat seperti ayam panggang
pada umumnya, namun Napinadar ini memiliki satu bumbu yang membuatnya berbeda dengan
olahan lain yang serupa, yaitu Andaliman.
7. Kolak Durian
via Blogger
Kuliner yang satu ini terbuat dari durian, namun dalam penyajiannya ada beragam jenis campuran
didalamnya. Umumnya dalam satu porsi kolak durian akan dicampur dengan kolak pisang kepok,
jagung manis rebus, gula aren, ketan putih hasil kukusan, dan juga tambahan kuah berupa santan.
Kolak ini rasanya sangat manis di mulut karena jagung, pisang, dan durian adalah olahan yang
punya rasa manis. Belum lagi adanya gula aren yang membuat rasa manis kolak ini semakin
bertambah kuat.
via detik.com
Sayur Gurih Tauco dari daerah Medan ini merupakan olahan yang mempunyai kuah yang terbuat
dari santan kemudian di dalamnya ada udang dan daging sapi yang dibumbui dengan bumbu
Tauco.
Adanya Tauco inilah yang membedakan dengan sayur gurih pada umumnya. Tidak cuma itu,
penambahan Tauco ini juga menghasilkan rasa kuah yang berbeda dari lainnya serta mempunyai
aroma yang khas. Adanya Tauco yang dibuat secara fermentasi ini akan menghasilkan rasa pedas
gurih yang menyelimutinya.
via Youtube
Kue Putu Bambu yang terkenal dengan suara uniknya ditelinga. Makanan khas Sumatera Utara ini
terbuat dari tepung Beras yang selanjutnya diisi dengan gula merah serta aroma pandan yang
sangat khas. Dari segi rasa, sangat lembut dan legit ketika masuk ke mulut, serta gula merahnya
akan lumer di mulut.
Untuk membuat makanan khas Sumatera Utara yang satu ini terbilang unik, karena hanya
membutuhkan cetakan berupa bambu yang ditaruh di kukusan. Nantinya bambu tersebut akan diisi
dengan tepung beras, kelapa, dan gula merah serta bisa menimbulkan suara tuuut dari uapnya.
via Kompasiana
Warga Medan menjadikan bubur pedas sebagai salah satu menu buka puasa wajib. Bahan utama
pembuatan salah satu makanan khas Sumatera Utara ini yaitu beras yang kemudian diberi dengan
daging dan sayur serta adanya rempah-rempah yang cukup banyak, tak terkecuali cabai sehingga
membuatnya memiliki rasa pedas, namun tetap lembut di mulut dan enak.
Biasanya bubur pedas hanya ada ketika bulan Ramadhan. Makanan ini sama dengan bubur-bubur
lain, tetapi rasanya yang pedas menjadi nilai lebih dan menjadi khasnya. Tidak hanya daging dan
sayur, bubur pedas juga dihiasi dengan menu anyang, yaitu sayuran berupa pakis dan toge.
via Wikipedia
Makanan tradisional Sumatera Utara berikut ini cukup populer dimana – mana. Baik di rumah dan di
rumah makan bisa dengan mudah ditemukan.
Pemakaian Daun Ubi sebagai makanan khas daerah di Indonesia memang sedikit aneh di telinga
orang. Namun, di kota Medan terdapat makanan khas daun Singkong Tumbuk yang terbuat dari
Daun Ubi Kayu. Penyebutan kuliner ini sangatlah beragam, tergantung dari daerah mana makanan
ini dibuat, mulai dari silalat, gule bulung gadung, dan parcak.
Untuk membuat makanan ini cukup mudah, karena hanya membutuhkan bumbu halus dari cabai
merah, bawang merah, kunyit, dan bawang putih. Kemudian bahan utamanya yaitu daun singkong
yang bisa dengan mudah diambil. Namun, sangat diutamakan daun yang masih muda.
via selerasa.com
Di Medan Sumatera Utara ada makanan yang namanya sate kerang yang memakai kerang sebagai
bahan utamanya. Jika dibandingkan dengan sate lainnya, sate ini memang tak banyak perbedaan,
karena letak perbedaannya hanya dari dagingnya saja. Kerang-kerang tersebut akan ditusukkan ke
dalam tusukkan dengan jumlah tiga sampai empat kerang.
Dengan rasa yang begitu mengena dan berbeda dengan sate kebanyakan, rasa-rasanya menikmati
sate kerang adalah pilihan yang tepat. Jadi bagi kamu yang berkunjung ke Sumatera Utara, akan
terasa sangat kurang lengkap jika tidak mencicipi makanan yang satu ini.
Selamat Mencoba!
Meskipun bahannya hampir sama dengan bahan pembuatan sambal pada umumnya. Namun
adanya andaliman membuatnya berbeda dengan sambal lainnya, termasuk rasanya. Selain ikan
aso-aso sebagai bahan utamanya, bisa juga memakai ikan teri tawar sebagai alternatif jika ikan
kembung tidak ada dijual.
Usai dicampur hingga rata, adonan ini dicetak secara manual dengan tangan sendiri. Kata Gurgur
ini diartikan sebagai Membara. Pemberi makanan ini berharap pada si pemakan bisa mempunyai
semangat yang membara-bara.
via youtube
Makanan khas Sumatera Utara berikut ini kabarnya berasal dari daerah Siborongborong, Tapanuli
Utara. Makanan jenis kue ini terbuat dari tepung yang diberi gula dibagian tengahnya dan kemudian
dibungkus dengan daun pisang. Makanan ini, konon harus menghembuskan nafas ketika
memakannya.
Penting diketahui, kue ini sangat enak di makan ketika masih dalam keadaan hangat. Tidak jelas
mulai kapan makanan ini mulai membudidaya. Tetapi, pada acara seremonial adat batak, biasanya
kue ini menjadi hidangan yang dibarengi dengan kopi atau teh.
16. Arsik
via cookpad.com
Di daerah Tapanuli, ada yang namanya Arsik ikan dengan bahan dasar ikan mas atau ikan-ikan lain.
Dalam membuat makanan Arsik, membutuhkan bumbu arsik yang terbuat dari perpaduan rempah-
rempah seperti asam cikala dan andaliman. Dan untuk menciptakan warna kuning pada makanan
ini, maka diperlukan lengkuas dan serai.
Kemudian, bumbu halus tersebut dilumurkan kedalam ikan secara merata. Uniknya, dalam
pembuatan makanan khas Sumatera Utara ini, sisik ikannya tidak perlu dibuang. Terakhir, ikan
berbumbu tersebut sudah siap untuk digoreng dengan ukuran api kecil hingga agak mengering.
1. Doli-doli
(inf
obudaya)
Doli-doli merupakan contoh alat musik tradisional khas yang berasal dari Nias. Alat
musik ini hanya terbuat dari bahan-bahan yang berasal dari alam seperti, kayu, bambu
dan batang pohon. Sekilas alat musik tradisional satu ini mirip dengan alat musik
Kolintang, namun doli-doli memiliki ukuran yang lebih kecil jika kita bandingkan dengan
kolintang. Bilah kayunya pun tidak sebanyak yang dimiliki kolintang.
Doli-doli dimainkan dengan cara dipukul menggunakan dua batang kayu. Terdapat dua
buah jenis doli-doli, di antaranya :
Doli-doli Gahe
Doli-doli ini adalah jenis yang cukup sederhana, hanya menggunakan 4 buah kayu yang
mempunyai nada yang berbeda dan diletakan di atas pangkuan paha atau lutut. Alat
musik ini biasanya diposisikan dalam kondisi duduk dan dimainkan dengan tongkat
pendek. Doli-doli gahe biasanya hanya dimainkan di ladang hanya untuk sekedar
melepas penat sebelum atau setelah bekerja.
Doli-doli Hagita
(infobudaya)
Doli-doli hagita adalah versi doli-doli yang lebih maju atau versi upgrade dari gahe. Doli-
doli ini dirangkai dan ditempatkan di atas sebuah rankaian yang dibentuk khusus
terbuat dari kayu. Bilah yang digunakan untuk menghasilkan bunyi atau nada pun lebih
banyak, 6 – 8 bilah yang mempunyai nada berbeda-beda.
Alat musik tradisional doli-doli seringkali dimainkan bersamaan dengan alat musik
tradisional lainya, seperti lagia, fondrahi, gondra, tutuhao, nduridana, ndurimbewe,
faritia dan lain-lain. Doli-doli dimainkan pada upaca adat atau religi. Namun alat musik
ini bisa juga digunakan pada saat merasa sedih dan pada saat keaadaan duka cita.
Baca juga: Alat Musik Pukul yang bernada dan tak bernada
2. Druri Dana
(bola)
Druri dana adalah alat musik tradisional yang memiliki bentuk menyerupai Angklung.
Berbeda dengan doli-doli yang terbuat dari bahan dasar kayu, druri dana terbuat dari
bahan bambu dan dibentuk sedemikian rupa kemudian di rangkai.
Terdapat dua cara untuk memainkan alat musik satu ini. Dipukul dan digoyangkan
layaknya alat musik angklung. Ketika saat bambu saling beradu druri dana
menghasilkan suara atau bunyi yang sangat khas. Alat musik ini diyakini berasal dari
pulau Nias.
3. Aramba
(dictio)
Aramba adalah alat musik khas tradisional yang berasal dari Nias dan masih satu
keluarga dengan Gong. Alat musik ini terbuat dari bahan logam berjenis kuningan atau
perunggu. Konon, banyak sejarahwan berkata bahwa aramba berasal dari Jawa hasil
dari proses pertukaran atau barter. Tetapi tidak ada bukti pasti mengenai hal tersebut,
semua itu masih menjadi perdebatan beberapa pihak.
Aramba yang berukuran kecil atau standar. Biasanya aramba jenis ini memiliki ukuran
berdiameter 40-50 cm.
Fatao. Aramba dengan ukuran sedang, namun seringkali digunakan untuk mengiringi
upacara pernikahan.
Hongo. Aramba jenis ini memiliki ukuran relatif besar, berdiameter sekitar 60-90 cm yang
digunakan oleh kaum bangsawan.
Aramba dimainkan dengan cara dipukul pada bagian tengah yang menonjol layaknya
gong. Bunyi yang dihasikan pun berbeda, semakin kecil bunyi yang dihasilkan akan
lebih keras. Sedangkan aramba berukuran besar akan menghasikan bunyi yang
berdengung layaknya gong pada umumnya.
(kompas)
Garantung ialah alat musik tradisional khas yang berasal dari sub Suku Batak Toba,
Sumatera Utara. Dikutip dari Tribunnews.com, Suku Batak memiliki lebih dari 400
marga. Alat musik ini terbuat dari bahan kayu, terdiri dari 7 wilahan yang digantungkan
di atas kotak yang berfungsi sebagai kotak resonator.
Garantung termasuk ke dalam kelompok alat musik xylophone yang dimainkan dengan
cara dipukul menggunakan dua buah stik kiri dan kanan. Ada istilah yang disebut
mamalu atau memukul lima bilah nada yang berfungsi sebagai pembawa ritem variable
pada lagu-lagu tertentu.
5. Faritia
(kabarnias)
Selain aramba, ada satu lagi alat musik yang menyerupai gong yaitu faritia. Faritia
adalah alat musik tradisional khas Sumatera Utara yang terbuat dari bahan logam
berjenis kuningan atau perunggu. Perbedaan yang sangat mencolok ialah pada
ukuranya, ukuran yang dimiliki faritia relatif lebih kecil dibandingkan dengan gong
sekitar 20-30 cm.
Alat musik tradisional ini termasuk ke dalam kategori idiophone (alat musik yang
menghasilkan suara dari getaran). Dimainkan dengan cara dipukul pada bagian tengah
nya yang menonjol. Pemukul yang digunakan disebut dengan nama simalambuo atau
kayu duria. Bila dipukul faritia mengeluarkan suara yang sangat khas.
6. Gonrang
(indonesiakaya)
Gonrang berarti gendang dalam bahasa daerah Sumatera Utara. Alat musik satu ini
memang mirip sekali dengan alat musik gendang, terbuat dari bahan kayu yang
dilubangi pada bagian tengahnya. Pada lubang tersebut dilapisi selaput yang terbuat
dari kulit lembu yang berfungsi sebagai membran, tempat sumber suara.
Gonrang dimainkan dengan cara dipukul menggunakan tangan dan berfungsi sebagai
pengatur ritme pada sebuah pertunjukan. Gonrang terdiri dari beberapa buah dan ditata
rapi dengan cara disenderkan atau diikat pada sebuah tiang atau bambu. Alat musik
tradisional Sumatera Utara ini biasa dimainkan pada acara-acara tertentu saja seperti,
upaca adat, penyambutan tamu, pernikahan, dan juga upacara kematian.
(tambahpinter)
Ole-ole bukanlah alat musik pertunjukan melainkan alat musik yang dimainkan sendiri
atau solo. Ole-ole sangatlah sederhana, kita bisa membuat ole-ole sendiri di rumah jika
rumah kalian berdekatan dengan sawah.
Ole-ole terbuat dari satu ruas batang tanaman padi, pada bagian ruasnya dipecah-
pecah yang nantinya digunakan sebagai penggetar udara atau sumber bunyi pada ole-
ole.
Biasanya, pembuat melilitkan daun kelapa yang masih muda yang bertujuan untuk
tempat resonansi atau mengeraskan suara. Alat musik tradisional ini tidak memiliki
tangga nada yang pasti, karena lubang yang diberikan pada alat musik ini tergantung
pada si pembuat sampai nada-nada yang dikehendaki tercapai. Jadi ole-ole buatan
seseorang belum tentu sama dengan yang lainya.
Ole-ole dimainkan hanya sekedar untuk melepas penat dan bosan pada seseorang.
Seringkali juga digunakan di tengah sawah pada saat musim panen tiba untuk
menemani para petani.
8. Ogung
(
ninna)
Ogung merupakan alat musik sekaligus alat komunikasi bagi masyarkat Batak. Alat ini
termasuk pada salah satu bagian Gondang Sabangunan yang terdiri dari Taganing,
Ogung, Sarune dan Hesek.
Sejarah yang dimiliki ogung masih menjadi misteri, ada yang menyebutkan berasal dari
masyarakat suku Batak itu sendiri, ada juga yang menyebutkan bukanlah alat musik asli
orang Batak namun berasal dari pulau Jawa dan India.
Ogung terbuat dari bahan logam berjenis besi, kuningan atau perunggu yang
berdiameter antara 16-65 cm dan lebar 2,5-10 cm. Pada bagian pencu atau bagian
tengah yang menonjol adalah tempat memukul ogung menggunakan alat pemukul yang
terbuat dari kayu. Ogung memiliki banyak sekali jenis, karena sub-etnis suku Batak
yang memiliki latar budaya yang berbeda.
Setiap sub suku tersebut memiliki ogung dengan versi-versi mereka sendiri. Berikut
macam-macam ogung pada setiap subetnis:
Sub-etnis Karo
Ogung Gung, Jenis ogung berukuran besar.
Ogung Penganak, Jenis ogung yang berukukran lebih kecil dari Gung (anak ogung).
Sub-Etnis Mandialing dan Angkola-Keprok
Ogung Jantan (lak-laki).
Ogung Dadaboru (perempuan).
Ogung Pamulosi.
Ogung Panongahi.
Ogung Pandoali.
Sub-Etnis Simalungun
Ogung Sibanggalan.
Ogung Sietekan.
Ogung Mong-mongan.
Sub-Etnis Pakpak
Ogung Takudep.
Ogung Poi.
Ogung Pongpong.
Ogung seringkali dimainkan secara ensambel atau dimainkan bersama-sama.
Dimainkan pada acara-acara seperi upacara adat, upacara kematian dan perkawinan.
9. Gordang Sambilan
(pariwisataindonesia)
Gordang berarti gendang dan Sambilan berarti sembilan. Dari pengertian tersebut kita
dapat menyimpulkan alat musik tradisional satu ini ialah alat musik gendang yang terdiri
dari 9 buah dan dimainkan bersama-sama.
Setiap gordang yang dimainkan memiliki diameter dan panjang yang berbeda-beda
sehingga bunyi dan nada yang dihasilkan pun berbeda pula. Gordang ini dimainkan
oleh enam orang dan setiap orang memegang beberapa gordang yang memiliki
penamaan yang berbeda, diantaranya:
(catatanbunda)
Satu lagi alat musik tradisional yang termasuk ke dalam keluarga gendang. Gendang
singanaki terbuat dari bahan kayu dan kulit binatang. Gendang khas yang berasal dari
Suku Batak Karo ini dimainkan dengan cara dipukul menggunakan alat pukul khusus
dan memiliki bentuk yang relatif ramping dibandingkan dengan gendang dari jawa.
Gendang Singanaki memiliki 2 buah gendang, yaitu gendang penganaki dan anak
gendang yang bernama garantung/enek-enek. Gendang singanaki berfungsi sebagai
pembuat ritme dalam satu ensambel musik gendang lima sendalanen yang dimainkan
bersamaan dengan sarune. Alat musik satu ini seringkali dimainkan pada acara adat
yang berkaitan dengan religi dan pesta muda-mudi (guro-guro aron).
(inews)
Sebenarnya gendang singindungi hampir sama dengan gendang singanaki entah itu
dari bahan, ukuran dan cara pembuatanya. Namun terdapat pada gendang kecil yang
disebut garantung yang diikat pada sisi badan singanaki, sedangkan gendang
singindungi tidak memiliki itu.
Gendang singingdungi dapat menghasilkan nada atau bunyi yang naik turun dengan
teknik permainan tertentu. Keduanya memiliki dua palu-palu yang berguna sebagai alat
pukul sepanjang 14 cm.
(kompas)
Gung dan penganak adalah alat musik yang berfungsi sebagai pengatur ritme musik
tradisional Karo. Alat musik ini tidak jauh berbeda dengan gong yang berasal dari Jawa
namun terdapat pada perbedaan pada ukuranya. Untuk penganak memiliki ukuran yang
relatif kecil, berdiameter 15,6 cm dengan pencu 4 cm dan lebar 2,8 cm.
Sedangkan untuk gung, mempunyai diameter 65 cm dengan pencu 15 cm dan lebar 10
cm. Keduanya dimainkan dengan cara dipukul menggunakan alat pukul yang sudah
dilapisi karet atau bahan yang empuk agar menghasilkan suara yang tidak kasar.
13. Hasapi
(onpos)
Hasapi adalah alat musik tradisional yang dimiliki oleh masyarakat Suku Batak Toba
yang terbuat dari bahan kayu dan memiliki dawai atau senar. Hasapi seringkali disebut
dengan nama Kecapi Batak atau Hapetan. Hasapi memiliki dua buah jenis yaitu hasapi
ende dan hasapi doal, keduanya hampir sama namun terdapat perbedaan pada bentuk
dan fungsinya, yakni:
Hasapi ende (pluked lute dua senar) berfungsi sebagai instrumen pembawa elodi dan
merupakan instrumen utama dalam ansambel gondang hasapi.
Hasapi doal (pluked flude dua senar) berfungsi sebagai pembawa ritem konstan dan
memiliki ukuran lebih besar dibandingkan hasapi ende.
Hasapi dimainkan dengan cara dipetik atau mamatik menggunakan tangan. Hasapi
termasuk kedalam keluarga chordophone dan memiliki 1 atau 2 senar. Sekilas
bentuknya menyerupai alat musik Betawi yaitu gambus, namun sebetulnya sangatlah
jauh berbeda.
14. Genderang Sisibah
(tribunnews)
(wi
kipedia)
Taganing adalah alat musik tradisional yang terdiri dari 5 buah gendang atau disebut
juga drum set melodis (drum-chime). Alat musik ini termasuk kedalam kelompok alat
musik membranophone yang terbuat dari kayu dan selaput membran yang disimpan
dan dirangkai pada sebuah rak khusus.
Setiap gendang mempunyai ukuran yang berbeda-beda dan di rangkai berdasarkan
ukurannya. Ukuran taganing yang paling besar di simpan di bagian paling kanan,
sehingga semakin ke kiri semakin kecil ukuranya. Nada yang dihasilkan pun semakin
ke kiri semakin tinggi nadanya. Taganing dimainkan oleh dua orang menggunakan dua
buah stik yang disebut palu-palu.
Taganing berfungsi sebagai pembawa melodi dan juga sebagai pembawa ritem variable
dalam beberapa lagu, sebagai dirigen yang memberikan aba-aba, dan memberikan
semangat pada semua musisi yang terlibat.
16. Balobat
(infobudaya)
Balobat adalah alat musik tradisional yang berasal dari Suku Karo, Sumatera Utara.
Alat musik satu ini adalah alat musik tiup yang terbuat dari bahan berupa seruas pucuk
bambu yang berukuran sejengkal jari tangan.
Alat musik tradisional ini memiliki bentuk menyerupai suling dan dapat dimainkan
secara solo atau juga ansambel. Terdapat enam buah lubang yang digunakan untuk
mengatur nada atau bunyi yang dihasilkan. Tangga nada yang digunakan dapat
menggunakan tangga nada lagu minor ataupun mayor.
(factso
findonesia)
Sarune adalah alat musik tradisional yang masih satu keluarga dengan Serunai dari
Sumatera Barat. Sarune berasal dari Suku Batak Toba yang dimainkan dengan cara
ditiup. Sarune terbuat dari logam yang memiliki 6 buah lubang yang digunakan untuk
mengatur nada.
2. Hujur Siringis
Hujur
Siringis via asyraafahmadi.com
Senjata tradisional selanjutnya yaitu hujur siringis, bentuknya yang serupa dengan tombak,
digunakan oleh masyarakat Batak dalam berperang. Hujur siringis yang berbentuk kayu ini ujungnya
terbuat dari bahan logam yang runcing.
Baca: Rumah Makan Lesehan Medan
Senjata
Tradisional Piso Gaja Dompak via Google Image
Piso gaja dompak yaitu senjata tradisional dari Sumatera Utara yang bentuknya seperti pisau dan
berfungsi sebagaimana pisau yaitu untuk memotong dan menusuk. Disebut piso gaja dompak
dikarenakan gagang yang terdapat dalam senjata tersebut terdapat ukiran yang berbentuk gajah.
Menurut masyarakat Sumatera Utara, piso gaja dompak ini dipercaya sebagai senjata pusaka
warisan kerajaan Batak pada masa Raja Sisingamangaraja I. Karena dianggap sebagai senjata
pusaka, senjata tradisional ini tidak diperuntukan untuk membunuh, masyarakat juga percaya bahwa
piso gaja ini mempunyai kekuatan supranatural.
5. Piso Sanalenggam
via pisopodang.com
Piso yaitu senjata tradisional Sumatera Utara yang mempunyai gagang pisau yang menggambarkan
sosok pria yang matanya dihiasi oleh kepala tertunduk. Dalam motifnya digunakan motif melilit dan
melingkar leher.
6. Piso Toba
Piso Toba
via Lenterahidup.net
Merupakan senjata tradisional dari Sumatera yang terbuat dari bahan kayu, kuningan dan besi.
Diperkirakan dibuat pada abad 19.
7. Tumbuk Lada
Tumbuk Lada via Blogger
Adalah senjata tradisional karo yang digunakan digunakan dalam pertempuran jarak dekat. Ia boleh
dipegang dengan dua jenis genggaman yaitu dengan mata keatas ataupun mata ke bawah tetapi
sekarang pada umumnya jadi perhiasan atau pusaka yg dipakai di acara adat, atau untuk keperluan
pengobatan, maka diadakan upacara Ngelegi Besi Mersik kepada Kalibumbu. Sejauh pengetahuan
saya senjata ini bisa juga diisi jimat atau bisa juga diisi racun.
9. Piso Karo
Piso Karo via WordPress
Adalah senjata tradisional dari Sumatera Utara yang diperkirakan dibuat pada abad ke-19 dengan
mempunyai panjang sekitar 31-55 cm. Serta pegangannya terbuat dari kayu, gading, rotan, dan
sarungnya ditutupi dengan perak dan suasa.
Senjata ini dipakai untuk berperang melawan musuh ketika itu. Dan kini menjadi destinasi wisata
bagi turis dalam negeri dan luar negeri. Warga Malaysia termasuk turis yang banyak datang kemari.
Mungkin karena ada kesamaan suku, yaitu rumpun Melayu.
12. Parang
Nama lain dari Parang adalah pisau besar yang kini banyak dipakai manusia untuk memotong
daging dan kayu serta digunakan untuk keperluan berkebun.
Ternyata parang termasuk senjata adat Sumatera Utara dari zaman dahulu sudak di pakai dan eksis
sampai sekarang.
Beda dengan yang lain, Parang sangat mudah ditemukan dipasar dan semua warga Sumut
memilikinya.
Kegunaan dari senjata ini di pakai juga dalam acara upacara adat untuk mengusir bencana atau
juga mendatangkannya.
Tongkat ini dibuat dari kayu pohon trengguli wanggang yang memiliki daya mistis bagi orang Batak.
Menurut bahasa Indonesia Piso Halasan biasa disebut dengan nama lain yaitu Parang atau pedang.
Manfaatnya selain untuk membantu manusia dalam kehidupan sehari – hari, juga di fungsikan untuk
menegakkan keadilan serta memberi jalan bagi masyarakat setempat.
Bahan untuk membuat senjata ini adalah bahan dari besi, dan gagangnya dari tanduk Rusa
sedangkan serangkanya terbuat dari kayu yang dilapisi dengan kulit ekor Kerbau.
Piso Halasan dipakai sebagai lambang kebesaran bahwa yang punya sudah mengadakan pesta
besar yang dikenal dengan nama Mangalahat Horbo diiringi Gondang Sabangunan. Umumnya,
penggunaan senjata tradisional biasanya disandang dan dikepit di lengan kiri dalam pakaian adat
Sumatera Utara yang lengkap.
Dimana pada setiap suku mempunyai baju adat yang berbeda dan
ciri khasnya tersendiri. Penasaran dengan perbedaan pada setiap
suku tersebut? Yuk intip-intip penjelasan di bawah ini!
Suku Batak Toba merupakan salah satu suku yang ada di provinsi
Sumatera Utara tepatnya tinggal di area sekitar danau Toba. Baju
adat Sumatera Utara batak Toba adalah kain tenun atau kain ulos
yang biasanya digunakan untuk sehari-hari.
Kain ulos merupakan kain yang sering dijadikan sebagai ciri khas dari
suku Batak. bahkan nih kain ulos juga menjadi sebuah identitas dari
nama pakaian adat Sumatera Utara secara nasional loh.
Dimana pada umumnya kain ulos dibuat secara khusus dengan cara
ditenun dengan menggunakan alat tradisional dan juga benang
sutra. Warna benar yang digunakan untuk membuat kain ulos pun
biasanya tidak jauh berbeda dengan warna hitam, putih, merah,
perak dan juga emas.
Baju adat Sumatera Utara ulos ini juga tidak hanya digunakan pada
upacara adat saja, melainkan juga digunakan dalam kehidupan
sehari-hari.
Bukan hanya itu, kain ulos juga bisa digunakan untuk menutupi
kepala yang disebut dengan bulang-bulang, datar atau tali-tali.
Dimana ulos juga mempunyai berbagai jenis yang bermacam-
macam.
Wah ternyata banyak sekali kegunaan kain ini ya. Disini yang perlu
diperhatikan adalah apabila menggunakan baju adat ini juga akan
dilengkapi dengan berbagai macam aksesoris berupa penutup
kepala yang dinamakan bulang-bulang untuk kaum laki-laki dan
selendang ulos untuk kaum perempuan.
Dimana pada zaman dahulu, ampu akan digunakan oleh para raja
Mandailing dan jiga Angkola. Dengan warna hitam yang mempunyai
fungsi magis, sedangkan untuk warna emasnya adalah simbol dari
kebesaran.
Pakaian adat Sumatera Utara Nias ini disebut dengan baru oholu
untuk pakaian yang digunakan oleh para pria, sedangkan para
wanita akan memakai pakaian yang bernama ladari.
Bukan hanya itu, pakaian adat yang akan digunakan juga akan
ditambahkan beberapa macam aksesoris seperti rantai anak,
tongket dan juga ucang, untuk bagian bawahnya biasanya akan
menggunakan celana hitam dengan balutan sarung yang disebut
dengan oles sidosdos dengan ujung yang terbuka.
Suku Batak Karo juga mempunyai kain tradisional yang khas dari
budaya mereka yakni kain uis. Dimana kain ini terbuat dari pintalan
kapas yang ditenun dengan menggunakan cara yang manual.
Jenis dari pakaian adat ini juga cukup banyak, karena memang
mempunyai simbol atau makna tertentu. Misalnya pada pakaian
adat uis beka buluh yang menyimbolkan kebesaran, kemudian
pakaian uis gatip jongkit yang menjadi simbol kekuatan dan masih
banyak lagi yang lainnya.
Bagi para pria biasanya akan menggunakan dalaman seperti jas dan
juga bisa dilengkapi dengan dasi. Barulah apabila kain uis selesai
untuk dililitkan, maka juga digunakan untuk penutup kepala yang
menjuntai ke atas, penutup kepala ini melambangkan tentang
ketinggian dari Budi luhur mereka
Suku Batak Sibolga merupakan suku Batak Pasisi yang juga berasal
dari suku Batak Toba. Dimana kebudayaan merek sudah tercampur
dengan wilayah Minangkabau, Melayu dari pesisir timur.