Anda di halaman 1dari 4

RUMAH TRADISIONAL BATAK TOBA KAJIAN TRADISI LISAN

KHATERINE AGUSTINA LUMBANTORUAN

NIM 190703041

DOSEN PENGAMPU : DRS.JEKMEN SINULINGGA M.HUM

PROGRAM STUDI SASTRA BATAK

FAKULTAS ILMU BUDAYA

SUMATERA UTARA
Abstrak
Suku Batak adalah salah satu Kebudayan Arsitektur yang terdapat di daerah Sumatera Utara yang
dalam perkembangannya telah mengalami perubahan dan pertumbuhan dalam hal kebudayaan
dari masa kemasa dalam rentang waktu yang cukup lama. Keragaman agama, budaya dan bahasa
yang terdapat di daerah tersebut merupakan salah satu yang biasa di jadikan referensi dari
perkembangan kebudayaan tersebut.
Ditinjau dari segi sejarahnya, suku Batak merupakan daerah yang sudah memiliki salah satu
peradaban cukup tua di dunia.Suku Batak terdiri dari enam kelompok yang sebagian besar
menempati daerah Sumatera Utara, terdiri dari Batak Karo, Simalungun, Pak-Pak, Toba, Angkola
dan Mandailing. Suku Batak Toba adalah masyarakat Batak Toba yang bertempat tinggal sebagai
penduduk asli disekitar Danau Toba di Tapanuli Utara, pola perkampungan pada umumnya
berkelompok. Salah satu peninggalan arsitektur yang masih ada yang memiliki nilai sejarah adalah
keberadaan rumah Tradisional Batak Toba yang terdapat di Kab.Toba Samosir, Balige. Dan ini
merupakan lokasi penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan Survei lapangan ini dilakukan
dengan cara Observasi, untuk mendapatkan data fisik tentang rumah tinggal tradisional batak toba.
Rumah tradisional Batak Toba disebut Rumah Bolon, bentuknya persegi panjang dan dapat
dihuni oleh 5 sampai 6 keluarga. Untuk masuk ke rumah kita harus menaiki tangga yang
terletak di tengah rumah, dengan berbagai anak tangga ganjil. Jika orang ingin masuk ke
rumah Batak Toba, harus menundukkan kepala agar tidak terbentur pada balok melintang.
Ini berarti pengunjung harus menghormati pemilik rumah.
Dasar rumah acap kali dibangun setinggi 1.75 meter di atas tanah, dan bagian bawah
digunakan untuk kandang babi, ayam, dan sebagainya. Pintu rumah memiliki dua jenis
daun pintu, yaitu daun pintu horisontal dan vertikal. Namun sekarang, daun pintu horisontal
tidak digunakan lagi. Ruangan di rumah tradisional adalah sebuah ruang terbuka tanpa
kamar-kamar, walaupun di situ didiami beberapa keluarga, tetapi itu tidak berarti tidak ada
pembagian area, karena ini disesuaikan dengan pembagian kediaman dari rumah tersebut
yang diatur oleh adat mereka yang kuat.
Ruangan yang berada tepat di sudut belakang disebut "jabu bong", dihuni oleh anggota
keluarga tertinggi di rumah tersebut atau "porjabu bong", dengan seorang istri dan anak-
anak yang tidak sedikit. Ruangan ini sebelumnya dianggap paling sakral. Di dalam sudut
kiri atas untuk berurusan dengan Jabu Bong dikenal sebagai "jabu soding", diperuntukkan
bagi wanita yang sudah menikah namun belum memiliki rumah sendiri. Di bagian depan
sudut kiri dikenal sebagai "jabu suhat", diperuntukkan bagi anak laki-laki tertua yang
berkeluarga. Dan di bagian luarnya adalah "slap plate" yang disediakan bagi tamu-tamu.
Ketika satu keluarga besar membutuhkan tempat di antara dua ruangan atau jabu yang
melekat, maka ruangan itu bertambah 2 lagi dan dinamai "jabu tonga ni-ronga jabu hue".
Setiap rumah tangga memiliki dapur sendiri, yang terletak di belakang rumah, dalam jenis
bangunan tambahan. Di antara dua deretan ruangan yang ada di seluruh rumah
merupakan daerah netral, yang dikenal sebagai danau dan berfungsi sebagai tempat
bermusyawarah. Bangunan yang berbeda seperti halnya sebuah rumah adalah rumah
sopo, yang berasal dari gudang untuk menyimpan, kemudian didiami. Variasi untuk rumah
ini adalah sopo berlantai dua, hanya memiliki satu baris pilar dan ruang terbuka bawah
tanpa dinding yang berfungsi untuk bermusyawarah, selain orang asing, dan tempat untuk
bermain musik. Di depan rumah, terdapat ciri tradisional dengan rentang geografis dan
motif spiral serta ornamen dalam jenis wanita menyusui yang juga dikenal sebagai "adep-
adep". Ornamen ini melambangkan kesuburan dan kesatuan kehidupan.
Rumah yang pada dasarnya paling banyak dekorasi/hiasan disebut Gorga. Hiasan lain
yang dikenal adalah motif pakis nipahu, dan rotan berduri yang juga dikenal sebagai
mardusi terdapat pada dinding sebelah atas pintu masuk. Di sudut-sudut rumah, terdapat
hiasan gajah yang dikemas secara padat, wajah bermotif binatang buas, memiliki maksud
untuk melawan bencana. Demikian pula, pola binatang ornamen kadal, kepala singa, yang
berarti untuk menafikan resiko sihir-sihir dari luar. Dekorasi ini adalah jenis ukiran yang
diwarnai, namun ada juga yang bentuknya ilustrasi saja.
Rumah tradisional Batak Toba didasarkan pada pengoperasiannya dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu sebagai rumah yang digunakan untuk penampungan rumah tangga disebut
"ruma", dan sebagai rumah yang digunakan sebagai tempat penyimpanan (lumbung) yang
dikenal sebagai Sopo. Pasokan yang disimpan ini termasuk kayu bangunan dengan pilar-
pilar besar dan kokoh. Dinding terbuat dari papan, lantai juga dari papan, sedangkan atap
terbuat dari serat. Jenis rumah tradisional Batak Toba secara tipikal adalah jenis atap
melengkung dan tepian atap di depan. (ssn)

Anda mungkin juga menyukai