Anda di halaman 1dari 7

Suku Minangkabau – Sejarah, Kebudayaan, Adat Istiadat, Kekerabatan, Bahasa, Makanan,

Pakaian, Rumah Adat


Oleh bitarDiposting pada 24 Oktober 2023
Suku Minangkabau – Sejarah, Kebudayaan, Adat Istiadat, Kekerabatan, Bahasa,
Makanan, Pakaian, Rumah Adat : Minangkabau (Minang) adalah kelompok etnis Nusantara
yang berbahasa dan menjunjung adat Minangkabau. Wilayah kebudayaannya Minang meliputi
daerah Sumatera Barat, separuh daratan Riau, bagian utara Bengkulu, bagian barat Jambi,
pantai barat Sumatera Utara, barat daya Aceh, dan juga Negeri Sembilan di Malaysia.

Sejarah Suku MinangkaMinangkabau (Minang) adalah kelompok etnis Nusantara yang


berbahasa dan menjunjung adat Minangkabau. Wilayah kebudayaannya Minang meliputi daerah
Sumatera Barat, separuh daratan Riau, bagian utara Bengkulu, bagian barat Jambi, pantai barat
Sumatera Utara, barat daya Aceh, dan juga Negeri Sembilan di Malaysia.

Sebutan orang Minang seringkali disamakan sebagai orang Padang, hal ini merujuk pada nama
ibu kota provinsi Sumatera Barat yaitu kota Padang. Namun, masyarakat ini biasanya akan
menyebut kelompoknya dengan sebutan urang awak, yang bermaksud sama dengan orang
Minang itu sendiri
Etnis Minang juga telah menerapkan sistem proto-demokrasi sejak masa pra-Hindu dengan
adanya kerapatan adat untuk menentukan hal-hal penting dan permasalahan hukum. Prinsip
adat Minangkabau tertuang singkat dalam pernyataan Adat basandi syarak, syarak basandi
Kitabullah(Adat bersendikan hukum, hukum bersendikan AlQur’an) yang berarti adat
berlandaskan ajaran Islam.
Etnis ini juga sangat menonjol di bidang perniagaan, sebagai profesional dan intelektual. Mereka
merupakan pewaris terhormat dari tradisi tua Kerajaan Melayu dan Sriwijaya yang gemar
berdagang dan dinamis. Hampir separuh jumlah keseluruhan anggota masyarakat ini berada
dalam perantauan.
Nama Minangkabau berasal dari dua kata, minang dan kabau. Nama itu dikaitkan dengan suatu
legenda khas Minang yang dikenal di dalam tambo. Dari tambo yang diterima secara turun
temurun, menceritakan bahwa nenek moyang mereka berasal dari keturunan Iskandar
Zulkarnain.
Walau tambo tersebut tidak tersusun secara sistematis dan lebih kepada legenda berbanding
fakta serta cendrung kepada sebuah karya sastra yang sudah menjadi milik masyarakat banyak.
Namun kisah tambo ini sedikit banyaknya dapat dibandingkan dengan Sulalatus Salatin yang
juga menceritakan bagaimana masyarakat Minangkabau mengutus wakilnya untuk meminta
Sang Sapurba salah seorang keturunan Iskandar Zulkarnain tersebut untuk menjadi raja mereka.
Masyarakat Minang merupakan bagian dari masyarakat Deutro Melayu (Melayu Muda) yang
melakukan migrasi dari daratan China Selatan ke pulau Sumatera sekitar 2.500– 2.000 tahun
yang lalu. Diperkirakan kelompok masyarakat ini masuk dari arah timur pulau Sumatera,
menyusuri aliran sungai Kampar sampai ke dataran tinggi yang disebut darek dan menjadi
kampung halaman orang Minangkabau.
Beberapa kawasan darek ini kemudian membentuk semacam konfederasi yang dikenal dengan
nama luhak, yang selanjutnya disebut juga dengan nama Luhak Nan Tigo, yang terdiri dari Luhak
Limo Puluah, Luhak Agam, dan Luhak Tanah Data. Pada masa pemerintahan Hindia-Belanda,
kawasan luhak tersebut menjadi daerah teritorial pemerintahan yang disebut afdeling, dikepalai
oleh seorang residen yang oleh masyarakat Minangkabau disebut dengan nama Tuan Luhak.
Awalnya penyebutan orang Minang belum dibedakan dengan orang Melayu, namun sejak abad
ke-19, penyebutan Minang dan Melayu mulai dibedakan melihat budaya matrilineal yang tetap
bertahan berbanding patrilineal yang dianut oleh masyarakat Melayu umumnya. Kemudian
pengelompokan ini terus berlangsung demi kepentingan sensus penduduk maupun politik.
Kebudayaan Suku Minangkabau
1. Pakaian Adat Suku Minangkabau
• Pakaian Bundo Kanduang atau Limpapeh Rumah Nan Gadang
Yang pertama adalah Pakaian Limpapeh Rumah Nan Gadang atau sering pula disebut
pakaian Bundo Kanduang. Pakaian ini merupakan lambang kebesaran bagi para wanita
yang telah menikah. Pakaian tersebut merupakan simbol dari pentingnya peran seorang ibu
dalam sebuah keluarga. Limapeh sendiri artinya adalah tiang tengah dari bangunan rumah
adat Sumatera Barat.
Peran limapeh dalam mengokohtegakan bangunan adalah analogi dari peran ibu dalam
sebuah keluarga. Jika limapeh rubuh, maka rumah atau suatu bangunan juga akan rubuh,
begitupun jika seorang ibu atau wanita tidak pandai mengatur rumah tangga, maka
keluarganya juga tak akan bertahan lama. Secara umum, pakaian adat Bundo Kanduang
atau Limpapeh Rumah Nan Gadang memiliki desain yang berbedabeda dari setiap nagari
atau sub suku. Akan tetapi, beberapa kelengkapan khusus yang pasti ada dalam jenis-jenis
pakaian tersebut. Perlengkapan ini antara lain tingkuluak (tengkuluk), baju batabue, minsie,
lambak atau sarung, salempang, dukuah (kalung), galang (gelang), dan beberapa aksesoris
lainnya.
• Baju Tradisional Pria Minangkabau Pakaian adat Sumatera Barat
untuk para pria bernama pakaian penghulu. Sesuai namanya, pakaian ini hanya digunakan
oleh tetua adat atau orang tertentu, dimana dalam cara pemakaiannya pun di atur
sedemikian rupa oleh hukum adat. Pakaian ini terdiri atas beberapa kelengkapan yang di
antaranya Deta, baju hitam, sarawa, sesamping, cawek, sandang, keris, dan tungkek.
• Pakaian Adat Pengantin Padang

Selain baju bundo kanduang dan baju penghulu, ada pula jenis pakaian adat Sumatera Barat
lainnya yang umum dikenakan oleh para pengantin dalam upacara pernikahan. Pakaian
pengantin ini lazimnya berwarna merah dengan tutup kepala dan hiasan yang lebih banyak.
Hingga kini, pakaian tersebut masih kerap digunakan tapi tentunya dengan sedikit
tambahan modernisasi dengan gaya atau desain yang lebih unik.
2. Rumah Adat Suku Minang Kabau
Rumah Gadang adalah rumah adat suku Minangkabau yang juga memiliki sebutan lain seperti
rumah Godang, rumah Bagonjong, dan rumah Baanjuang. Rumah adat ini merupakan rumah
model panggung yang berukuran besar dengan bentuk persegi panjang.
Sama seperti rumah adat Indonesia lainnya, rumah gadang juga dibuat dari material yang berasal
dari alam. Tiang penyangga, dinding, dan lantai terbuat dari papan kayu dan bambu, sementara
atapnya yang berbentuk seperti tanduk kerbau terbuat dari ijuk. Meski terbuat dari hampir 100%
bahan alam, arsitektur rumah gadang tetaplah memiliki desain yang kuat.
Rumah ini memiliki desain tahan gempa sesuai dengan kondisi geografis Sumatera Barat yang
memang terletak di daerah rawan gempa. Desain tahan gempa pada rumah gadang salah satunya
ditemukan pada tiangnya yang tidak menancap ke tanah. Tiang rumah adat Sumatera barat ini
justru menumpang atau bertumpu pada batu-batu datar di atas tanah.
Dengan desain ini, getaran tidak akan mengakibatkan rumah rubuh saat terjadi gempa berskala
besar sekalipun. Selain itu, setiap pertemuan antara tiang dan kaso besar pada rumah adat ini
tidak disatukan menggunakan paku, melainkan menggunakan pasak yang terbuat dari kayu.
Dengan sistem sambungan ini, rumah gadang akan dapat bergerak secara fleksibel meski
diguncang dengan getaran gempa yang kuat.
3. Seni Tari Suku Minang Kabau
• Tarian pencak
berbeda dengan pencak dan silat. Pencak silat dilakukan oleh dua orang dengan gaya silat.
Secara pisik dalam pencak, permainannya dapat bersinggungan atau bersentuhan. Tetapi, di
dalam tarian, pemain tigak bersinggungan atau bersentuhan. Tarian ini diikuti oleh bunyi-
bunyian seperti talempong dan pupuik batang padi. Gerakannya tidak harus mengikuti
irama dan bunyi-bunyian.
Bunyi-bunyian itu hanyalah sekedar pengiring belaka. Gerakan tarian pencak ini disesuaikn
dengan gerak lawan. Bagaimana lawan memainkan gerakan, seperti itu pula gerakan yang
satunya. Ada 3 jenis tarian pencak yaitu sebagai berikut : Tari Sewah, Tari Alo Ambek, dan
Tari Galombang.
• Tarian perintang
yaitu tarian yang dimainkan pemuda-pemuda untuk perintang waktu. Tarian dapat
dilakukan bersama-sama atau seorang diri. Tarian diiringi bunyi-bunyian seperti
talempong, gendang, dan puput batang padi. Tarian dilakukan dengan bebas dengan irama
4/4 tanpa terikat dengan bunyi-bunyian yang mengiringinya.
Setiap penari bebas melakukan gerakan sesuai kemahirannya. Akan tetapi ada gerakan yang
telah terpola seperti menirukan gerak tupai, elang terbang, kebaru mengamuk, dan
sebagainya. Tarian ini dimainkan di sawah pada musim panen atau pada acara-acara
keramaian lainnya. Antara lain tari piring, tari galuak, dan tari kerbau jalang
• Tarian kaba
adalah tarian yang mengangkat tema cerita (kaba). Tarian ini mengutamakan nyanyian
daripada gerak tari. Penari menyanyikan cerita kaba sambil menari. Pengungkapan cerita
kaba dengan nyanyian lebih diutamakan daripada gerak tarinya. Jadi, tari hanya sebagai
pembawa kaba belaka. Tarian biasanya juga diikuti oleh musik pengiring seperti talempong
dan adok. Jenis tarian ini tergantung kepada cerita kaba yang dibawakan.
3. Alat Musik Khas Suku Minangkabau
• Talempong
Salah satu alat musik tradisional minangkabau adalah talempong. Alat musik pukul ini
terbuat dari kuningan, berbentuk bulat dengan bagian bawah berlubang dan pada bagian
atasnya ada sedikit tonjolan. Talempong sering digunakan sebagai alat musik untuk
mengiringi berbagai kesenian tradisional minangkabau seperti tarian atau musik.
• Saluang
termasuk alat musik tiup. Alat musik tradisional minangkabau ini terbuang dari ‘talang’
yang merupakan sejenis bambu tapi lebih tipis. Talang dengan ukuran yang lebih besar juga
digunakan sebagai wadah untuk memasak makanan khas minangkabau yaitu Lamang.
Alat musik tradsiional minangkabau yang satu ini memiliki panjang 40-60 sentimeter
dengan 4 buah lubang dengan diameter masing-masing lubang 3-4 sentimeter. Untuk
memainkan Saluang tidaklah mudah, dibutuhkan teknik khusus yang dinamakan dengan
‘manyisiahan angok’ (menyisakan nafas). Dengan teknik ini pemain saluang bisa meniup
saluang dari awal sampai akhir lagu tanpa nafas yang terputus.
• Rabab
adalah alat musik tradisional minangkabau yang mirip dengan biola. Dikatakan mirip
karena dari segi bentuk memang hampir sama dan cara memainkannya pun sama yaitu
dengan digesek. Rabab selain menjadi alat musik juga menjadi kesenian tersendiri.
Kesenian rabab biasanya berbentuk cerita atau dendang dengan diiringi alat musik rabab
tadi. Dua aliran rabab yang cukup terkenal adalah Rabab Pasisia dan Rabab Pariaman.
• Pupuik Batang Padi
Seperti namanya alat musik tiup ini memang terbuat dari batang padi. Pada bagian ujung
tempat tiupan biasanya dipecah sedikit sehingga menimbulkan celah, jika ditiup celah ini
akan mengelurkan bunyi. Biasanya pupuik batang padi ditambah dengan lilitan daun kelapa
pada ujungnya.
• Bansi

adalah salah satu alat musik tiup tradisional minangkabau. Bansi memiliki 7 lubang, mirip
dengan rekorder, bentuknya pendek, biasanya berukuran 33-36 sentimeter. • Pupuik
Tanduak

Alat musik tradisional minangkabau yang satu ini cukup unik karena dibuat dari bekas
tanduk kerbau. Meskipun termasuk alat musik tapi pupuik tanduak sangat jarang
dimainkan sebagai pengiring musik, fungsinya lebih kepada alat pemanggil atau
pemberitahu jika ada pengumuman dari pemuka adat.
• Sarunai
Konon kata Sarunai berasal dari kata Shehnai yaitu alat musik yang berasal dari India.
Sarunai terbuat dari dua potong bambu yang tidak sama besar, potongan yang kecil dapat
masuk ke potongan yang lebih besar, dengan fungsi sebagai penghasil nada.
• Tambua Tasa
adalah alat musik pukul yang sampai saat ini masih sering digunakan, terutama pada saat
acara adat. Alat musik ini terdiri dari dua alat yaitu Gandang Tambua dan Gandang Tasa.
Gandang Tambua berbentuk tabung dengan bahan kayu dengan dua permukaan kulit.
Gandang Tambua dimainkan dengan cara disandang pada salah satu bahu oleh pemain dalam posisi
berdiri dengan menggunakan dua buah kayu sebagai pemukul. Sedangkan Gandang Tasa lebih
mirip setengah bola yang hanya memiliki satu sisi kulit (single headed drum). Kayu untuk memukul
Gandang Tasa biasanya lebih ramping, lentur dan berukuran lebih panjang
Adat Istiadat Suku Minangkabau
1. Adat nan sabana adat
• Adat nan sabana Adat, adalah ketentuan hukum, sifat yang terdapat pada alam benda, flora
dan fauna, maupun manusia sebagai ciptaan-Nya (Sunatullah). Adat nan sabana Adat ini
adalah sebagai SUMBER hukum Adat Minangkabau dalam menata masyarakat dalam
segala hal.
Dimana ketentuan alam tersebut adalah aksioma tidak bisa dibantah kebenarannya. Sebagai
contoh dari benda Api dan Air, ketentuannya membakar dan membasahkan. Dia akan tetap
abadi sampai hari kiamat dengan sifat tersebut, kecuali Allah sebagai sang penciptanya
menentukan lain (merobahnya).
• Alam sebagai ciptaan-Nya bagi nenek moyang orang Minangkabau yakni Datuak perpatiah
nan sabatang dan datuak ketumanggungan diamati, dipelajari dan dipedomani dan
dijadikan guru untuk mengambil iktibar seperti yang disebutkan dalam pepatah-petitih
Adat :
o Panakiak pisau sirawik, ambiak galah batang lintabuang, silodang ambiakkan niru,
nan satitiak jadikan lawik, nan sakapa jadikan gunuang, Alam Takambang Jadi
Guru.
2. Adat nan diadatkan oleh nenek-moyang.
• Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya diatas yakni dengan meneliti, mempedomani,
mempelajari alam sekitarnya oleh nenek-moyang orang Minangkabau, maka disusunlah
ketentuan-ketentuan alam dengan segala fenomena-fenomenanya menjadi pepatah-petitih,
mamang, bidal, pantun dan gurindam Adat dengan mengambil perbandingan dari ketentuan
alam tersebut, kemudian dijadikan menjadi kaidah-kaidah sosial untuk menyusun masyarakat
dalam segala bidang seperti : ekonomi, sosial budaya, hukum, politik, keamanan, pertahanan
dan sebagainya.
• Karena pepatah-petitih tersebut dicontoh dari ketentuan alam sesuai dengan fenomenanya
masing-masing, maka kaidah-kaidah tersebut sesuai dengan sumbernya tidak boleh dirobah-
robah walau dengan musyawarah mufakat sekalipun. Justru kedua jenis Adat pada huruf a
dan b karena tidak boleh dirobah-robah disebut dalam pepatah
:
Adat nan tak lakang dek paneh, tak lapuak dek hujan,
dianjak tak layua, dibubuik tak mati, dibasuah bahabih
aia, dikikih bahabih basi.
Artinya adalah Kebenaran dari hukum alam tersebut . Selama Allah SWT, sebagai sang pencipta
ketentuan alam tersebut tidak menentukaan lain, maka ketentuan alam tersebut tetap tak berobah.
contoh pepatah :lawik barombak, gunuang bakabuik,
lurah baraia, api mambaka, aia mambasahkan,batuang
babuku,
karambia bamato, batuang tumbuah dibukunyo,
karambia tumbuah dimatonyo .

3. Adat Teradat
• Adat teradat adalah peraturan-peraturan yang dibuat oleh penghulu-penghulu Adat dalam
suatu nagari, peraturan guna untuk melaksanakan pokok-pokok hukum yang telah dituangkan
oleh nenek moyang (Dt. Perpatiah Nan Sabatang dan Dt. Ketumanggungan) dalam pepatah-
petitih Adat.
Bagaimana sebaiknya penetapan aturan-aturan pokok tersebut dalam kehidupan sehari-hari
dan tidak bertentangan dengan aturan-aturan pokok yang telah kita warisi secara turun-
temurun dari nenek-moyang dahulunya. Sebagai contoh kita kemukakan beberapapepatah-
petitih, mamang, bidal, Adat yang telah diadatkan oleh nenek moyang tersebut diatas seperti :
Abih sandiang dek Bageso, Abih miyang dek bagisiah. Artinya nenek-moyang melalui pepatah
ini melarang sekali-kali jangan bergaul bebas antara dua jenis yang berbeda sebelum nikah
(setelah Islam) atau kawin (sebelum Islam).
• Begitupun peresmian SAKO(gelar pusaka) kaum atau penghulu, ada nagari yang memotong
kerbau, ada banteng, ada kambing, ada dengan membayar uang adat kenagari yang
bersangkutan. Semuanya adalah aturan pelaksanaan dari peresmian satu gelar pusaka kaum
(Sako) yang diambil keputusannya melalui musyawarah mufakat. dan lain sebagainya
4. Adat Istiadat
• Adat Istiadat adalah peraturan-peraturan yang juga dibuat oleh penghulu-penghulu disuatu
nagari melalui musyawarah mufakat sehubungan dengan sehubungan dengan
KESUKAAN anak nagari seperti kesenian, olah raga, pencak silat randai, talempong,
pakaian laki-laki, pakaian wanita, barang-barang bawaan kerumah mempelai, begitupun
helat jamu meresmikan S a k o itu tadi. Begitu pula Marawa, ubur-ubur, tanggo, gabah-
gabah, pelamina dan sebagainya yang berbeda-beda disetiap nagari. Juga berlaku pepatah
yang berbunyi :
o Lain lubuak lain ikannyo, lain padang lain balalangnyo,

o lain nagari lain adatnyo (Istiadatnya)

• Adat teradat adalah peraturan-peraturan yang dibuat oleh penghulu-penghulu Adat dalam
suatu nagari, peraturan guna untuk melaksanakan pokok-pokok hukum yang telah
dituangkan oleh nenek moyang (Dt. Perpatiah Nan Sabatang dan Dt. Ketumanggungan)
dalam pepatah-petitih Adat.
Bagaimana sebaiknya penetapan aturan-aturan pokok tersebut dalam kehidupan sehari-hari
dan tidak bertentangan dengan aturan-aturan pokok yang telah kita warisi secara turun-
temurun dari nenek-moyang dahulunya.
Sistem Kepercayaan Suku Minang kabau
Sebagian besar masyarakat Minangkabau beragama Islam. Masyarakat desa percaya dengan
hantu, seperti kuntilanak, perempuan menghirup ubun-ubun bayi dari jauh, dan menggasing
(santet), yaitu menghantarkan racun melalui udara. Upacara-upacara adat di Minangkabau
meliputi:
• Upacara Tabuik adalah upacara peringatan kematian Hasan dan Husain di Padang
Karabela;
• Upacara Kitan dan Katam berhubungan dengan lingkaran hidup manusia, seperti:
o upacara Turun Tanah/Turun Mandi adalah upacara bayi menyentuh tanah pertama
kali, o upacara Kekah adalah upacara memotong rambut bayi pertama kali.
• Upacara selamatan orang meninggal pada hari ke-7, ke-40, ke-100, dan ke-1000.
Sistem Kekerabatan Suku Minangkabau
Sistem kekerabatan dalam masyarakat Minangkabau adalah matrilineal (garis keturunan ibu),
sehingga sistem kekerabatan memerhitungkan dua generasi di atas ego lakilaki dan satu generasi
di bawahnya. Urutannya sebagai berikut.
• Ibunya ibu.
• Saudara perempuan dan laki-laki ibunya ibu.
• Saudara laki-laki ibu.
• Anak laki-laki, perempuan saudara perempuan ibu ibunya ego.
• Saudara laki-laki dan perempuan ego.
• Anak laki-laki dan perempuan saudara perempuan ibu.
• Anak laki-laki dan perempuan saudara perempuan ego.
• Anak laki-laki dan perempuan anak perempuan saudara perempuan ibunya ibu.
Kesatuan keluarga kecil seperti di atas disebut paruik, pada sebagian masyarakat ada kesatuan
yang disebut kampueng yang memisahkan paruik dengan suku. Kepentingan keluarga diurus
oleh laki-laki yang bertindak sebagai niniek mamak. Dalam hal jodoh masyarakat Minangkabau
memilih dari luar suku, tetapi pola itu kini mulai hilang. Bahkan akibat pengaruh dunia modern,
perkawinan endogami lokal tidak lagi dipertahankan. Bahasa Suku Minangkabau
bahasa Minangkabau yang berbeda-beda untuk sebuah maksud yang sama, meski masih dalam
akar rumpun kata yang sama. Dialek bahasa Minangkabau sangat bervariasi, bahkan antar
kampung yang dipisahkan oleh sungai sekalipun sudah mempunyai dialek yang berbeda.
Perbedaan terbesar adalah dialek yang dituturkan di kawasan Pesisir Selatan dan dialek di
wilayah Muko-Muko, Bengkulu. Selain itu dialek bahasa Minangkabau juga dituturkan di Negeri
Sembilan, Malaysia dan yang disebut sebagai Aneuk Jamee di Aceh, terutama di wilayah Aceh
Barat Daya dan Aceh Selatan.
Makanan Khas Suku Minangkabau
1. Lamang tapai
Lamang tapai merupakan makanan yang biasa disajikan ketika ada acara khusus. Misalnya saat
berbuka puasa, hari raya, atau saat pesta pernikahan. Sehingga, makanan yang biasa dijadikan
makanan pernutup ini sangat dinanti oleh masyarakat Minang.
Lamang tapai terdiri dari dua komponen utama, yaitu lamang dan tapai. Lamang terbuat dari
beras ketan yang dimasak bersama dengan santan di dalam bambu. Sedangkan Tapai terbuat
daru beras ketan hitam yang difermentasi. Makan lamang ini rasanya akan kurang kalau nggak
sama-sama dengan tapai. Kombinasi rasa asam dan manis dari kedua makanan ini menjadikan
sajian yang satu ini akan terasa lebih lezat.
2. Dadiah
Kamu tahu yoghurt? susu sapi yang difermentasi sehingga jadi lebih kental. Nah, kalau dadiah ini
dibuat dari susu kerbau. Sama-sama difermentasi juga, tapi kala dadiah fermentasinya di dalam
bambu. Dadiah, biasanya dihidangkan dengan mencampurnya bersama emping beras ketan dan
disiram santan serta gula merah. Perpaduan rasa dari bahan-bahan yang dicampur akan terasa
meleleh di lidah.
3. Sala Lauak
Sala lauak ini merupakan makanan sejenis gorengan. Terbuat dari tepung beras, ikan asin, dan
bumbu seperti bawang, kunyit, cabe, dan garam. Kemudian, bahan-bahan yang sudah disiapkan
dicampur dan dibuat menjadi adonan. Adonan kemudian dibentuk bulat seukuran bola
pingpong.Sala lauak paling enak dimakan ketika masih hangat. Apalagi kalau kamu ada di dekat
tempat menggorengnya. Aroma sala lauak yang baru saja matang akan menggoda iman kamu
untuk segera mencicipinya.
Masyarakat Minang biasa menjadikan sala lauak sebagai pelengkap saat makan lontong atau
ketupat sayur. Kalau kamu ingin mencicipi kuliner yang satu ini, pergi saja ke pusat kuliner yang
ada di Kota Padang dan Pariaman. Kamu akan dengan mudah menemukan jajanan bulat nan
gurih ini.
4. Pensi
sejenis kerang yang ukurannya kecil dan hanya hidup di Danau Maninjau. Pensi biasanya diolah
oleh masyarakat Minang menjadi makanan ringan yang lezat. Pensi akan dimasak bersama
dengan jahe, lengkuas, daun bawang, seledri, dan garam. Rasanya sungguh lezat dan menggoda,
ada gurih dan manis yang berpadu menjadi satu. Untuk mendapatkan makanan ringan yang satu
ini, kamu bisa mencarinya di pasar-pasar tradisional yang ada di Kabupaten Agam. Kamu bisa
menuju Pasar Maninjau, Pasar Tiku, Pasar Lubuk Basung, dan Pasar Matur
5. Goreng Rinuak
Rinuak merupakan ikan yang ukurannya kecil, kira-kira hanya berukuran 2 cm saja. Ikan ini hanya
bisa kamu temui di Danau Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Kalau dilihat, ikan ini mirip
seperti ikan teri, cuma bedanya, ikan ini hidup di air tawar. Rinuak akan mudah kamu temui di
sekitar Danau maninjau.

Anda mungkin juga menyukai