Anda di halaman 1dari 6

Tenun Sambas, Kain Tradisional Kalimantan Barat

Sep 11, 2011 // by kuroshaki // Ragam Tenun Indonesia // 1 Comment Tenun Sambas, Kain Tradisional Kalimantan Barat Tenun ikat Sambas atau yang lebih akrab disebut Tenun Sambas, sebagaimana namanya, merupakan kerajinan tenun yang dihasilkan oleh masyarakat Sambas, Kalimantan Barat. Konon, kain ini telah ada sejak kesultanan Sambas dipimpin Sultan Sulaiman. Sultan Sulaiman mendirikan Kesultanan Sambas pada tahun 1675 M dan memerintah selama selama 10 tahun, yaitu sampai tahun 1685, dengan gelar Sultan Muhammad Shafiuddin I. Namun, dengan melihat motif-motif tumbuhan yang sangat dominan pada Tenun Sambas, tenunan ini mungkin telah ada sebelum berdirinya Kesultanan Islam Sambas, yaitu ketika di Sambas masih berdiri kerajaan-kerajaan Hindu. Jika Tenun Sambas telah ada pada masa Sultan Sulaiman memerintah kesultanan Sambas atau bahkan sebelumnya, maka Tenun Sambas hingga saat ini telah berumur lebih dari 300 tahun. Keberadaan Tenun Sambas yang mampu melewati rentang waktu tiga abad menunjukkan bahwa tenunan ini mempunyai keistimewaan tertentu yang membuatnya senantiasa dilestarikan. Orang-orang Sambas menggunakan kain tenunan ini sebagai pelengkap pelaksanaan ritual adat, salah satunya adalah upacara adat perkawinan. Dalam upacara perkawinan, kain Tenun Sambas digunakan sebagai pelengkap barang antaran atau seserahan dari pihak mempelai lelaki kepada mempelai perempuan, dan kain cual dijadikan balasan barang antaran dari mempelai wanita ke pihak mempelai laki-laki (balas baki). Dengan digunakannya Tenun Sambas sebagai salah satu pelengkap ritul adat, maka tenunan ini merupakan teman orang-orang Sambas dalam mengarungi hidupnya. Dengan fungsinya tersebut, wajar jika Tenun Sambas terus (baca: harus) dilestarikan oleh masyarakat Sambas. Ingin tahu lebih lanjut? Dan bagaimana kondisi budaya nusantara saat ini? Silahkan baca detail lengkapnya.

Salah satu ciri khas Tenun Sambas adalah keberadaan pucuk rebung atau orang Sambas biasa menyebutnya (suji bilang) sebagai motifnya. Kain Tenun Sambas, menurut Suhaeri dengan mengutip Sahidah (dalam http://muhlissuhaeri.blogspot.com/), selalu ada pucuk rebungnya. Motif pucuk rebung berbentuk segi tiga, memanjang dan lancip. Disebut pucuk rebung karena merupakan stilirisasi dari tunas bambu muda. Penggunaan pucuk rebung sebagai ciri khas Tenun Sambas bukan sebuah kebetulan, tetapi memiliki makna yang luas dan mendalam. Sedikitnya ada tiga makna dari penggunaan motif ini sebagai ciri khas. Pertama, sebagai pengingat agar orang-orang sambas terus berupaya untuk maju. Pucuk rebung adalah bagian dari pohon bambu yang terus tumbuh dan tumbuh. Semangat terus tumbuh inilah yang ingin disampaikan oleh motif ini. Kedua, orang Sambas harus senantiasa berpikiran lurus, sebagaimana tumbuhnya pucuk rebung. Pucuk rebung selalu tumbuh lurus hingga menjulang tinggi. Ketiga, jika mencapai puncak tertinggi, tidak boleh sombong dan arogan, sebagaimana pohon bambu yang selalu merunduk ketika telah tinggi. Motif Tenunan

Konon, Kain Tenun Sambas hingga saat ini telah memiliki ratusan motif. Motif-motif Tenun Sambas yang saat ini cukup dikenal masyarakat, di antaranya Tepuk Pedada, Siku Keluang, Mata Punai, Awan Larat, Pucuk Rebung, Bunga Pecah, Bunga Melur, Biji Periak, Angin Putar, Ragam Banji, Bunga Cengkeh, dan Bunga Cempaka. Salah satu keunikan Tenun Sambas adalah walaupun memiliki banyak motif, motif pucuk rebung senantiasa menjadi tajuk dalam setiap helai Kain Tenun Sambas. Berikut ini beberapa jenis Kain Tenun Sambas dengan beberapa motif yang sudah cukup dikenal oleh masyarakat : 1. Kain Telur Bunga Cangkring Disebut Telur Bunga Cangkring karena kain ini memiliki motif bunga-bunga cangkring yang disusun dalam satu bundaran berbentuk telur warna hitam dengan kombinasi pucuk rebung. Kain ini sangat cocok dipakai pada waktu menghadiri kegiatan-kegiatan yang dilaksananakan pada malam hari. Dengan memakai kain ini, seseorang akan terlihat berwibawa. Kain Tenun Sambas ini memiliki beberapa motif, antara lain: pucuk rebung, tahi lalat, talok mata ayam, tabur bunga melati kecil, bunga tanjung, bunga malek, bunga cangkring, dan bunga mawar merah. 2. Kain Rantai Mas Kain Rantai Mas ini memiliki warna dasar hijau. Kain ini biasanya dipakai oleh kaum wanita untuk menghadiri acara-acara penting, seperti menghadiri undangan dari pembesar suatu daerah atau undangan dari raja. Kain Tenun Sambas ini merupakan perpaduan beberapa motif, seperti: pucuk rebung, tahi lalat (berbentuk titik), bunga telur mata ayam, tujuh tabur bunga melati kecil di tengah-tengah, bunga tanjung, bunga malek, dan bunga cangkring. 3. Kain Mahkota Berawan Motif yang paling menonjol dan khas pada kain ini adalah dua ekor burung yang bertengger di atas mohkota raja yang selimuti awan. Menandakan kemerdekaan dan kemakmuran. 4. Kain Sabuk Rantai Berbintang Kain Tenun Sambas ini biasanya dipakai oleh kaum pria untuk melengkapai baju teluk belanga (baju khas Melayu). Kain yang memiliki warna dasar ungu ini memiliki ukuran setengah dari kain biasa, dan biasanya dipakai lewat batas lutut atau setengah saja. Tenunan Sabuk Rantai Berbintang ini merupakan kombinasi dari beberapa motif, seperti: pucuk rebung, tahi lalat, talok mata ayam, tabur bunga melati kecil, bunga tanjung, bunga malek, bunga cangkring, dan bunga mawar merah 5. Kain Sabuk Bintang Timur Kain ini memiliki warna dasar merah muda dengan motif bintang yang sangat mencolok, sehingga mengandung makna cita-cita yang luhur. Oleh karena itu, kain ini sangat cocok dipakai oleh anak-anak yang menjelang baliqh. Tenunan ini diperkaya oleh beberapa motif, seperti: pucuk rebung, tahi lalat (berbentuk titik), bunga telur mata ayam, tabur bunga, bunga tanjung, dan bunga cangkring. Nilai-nilai

Kain Tenun Sambas merupakan salah satu hasil dari kreativitas masyarakat Sambas, Kalimantan Barat, dalam menuangkan ide-ide yang dipahami dan dihayati dalam selembar kain. Oleh karenanya, dengan demikian memperhatikan dan membaca motif-motif yang terhampar dalam selembar Kain Tenun Sambas, kita dapat mengetahui nilai-nilai yang dihayati dan berkembang dalam masyarakat Sambas. Nilai-nilai tersebut di antaranya adalah nilai sakral, sejarah, pemahaman terhadap alam, kreatifitas, inklusifitas, dan nilai ekonomis. Pertama, nilai sakral. Kain Tenun Sambas merupakan salah satu perlengkapan dari pelaksanaan ritual adat dan keagamaan masyarakat Sambas. Dengan kata lain, keberadaan tenunan ini sangat diperlukan untuk mensukseskan pelaksanaan ritual adat atau keagamaan. Oleh karena itu, keberadaan tenunan ini merupakan pengejawantahan dari keyakinan masyarakat Sambas. Kedua, nilai pemahaman terhadap alam. Dengan melihat dan membaca motif pada Kain Tenun Sambas, maka kita mengetahui kondisi alam di mana masyarakat Sambas hidup dan membangun kebudayaannya. Alam bagi para pengrajin Tenun Sambas merupakan sumber inspirasi untuk menciptakan motif-motif tenunan. Sehingga dengan demikian, dengan melihat dan mempelajari motif Kain Tenun Sambas, kita akan mengetahui flora dan fauna di Sambas dari masa ke masa. Ketiga, nilai kreatifitas dan ketekunan. Ragam hias dan motif pada Tenun Sambas merupakan bukti dari kreativitas masyarakat Sambas. Mereka menghayati alam dan melukiskannya dalam selembar kain. Proses memindahkan lukisan alam ke dalam selembar kain bukan pekerjaan mudah, tetapi memerlukan ketekunan dan kreatifitas tinggi. Keempat, nilai ekonomi. Dalam paradigma ekonomi kreatif, maka kreatifitas mempunyai nilai ekonomi tinggi. Hal inilah yang nampaknya mulai disadari oleh masyarakat Sambas. Tenun Sambas tidak saja memiliki nilai kultural, tetapi juga nilai ekonomis tinggi. Oleh karena itu, yang diperlukan saat ini adalah menggali nilai-nilai ekonomi yang dikandungnya, sehingga keberadaan kain ini dapat memberikan manfaat lebih kepada masyarakat. Sebagai sumber ekonomi, maka Kain Tenun Sambas tidak hanya memberikan kebanggaan secara budaya (imateriil) kepada masyarakat, tetapi juga yang bersifat ekonomi (materiil). Dalam membuat Tenun Sambas, keberadaan benang emas sangat penting. Benang emas digunakan untuk membuat bentuk dan penanda motif pada tenunan. Begitu pentingnya keberadaan benang emas dalam membuat Tenun Sambas, sehingga orang-orang Sambas menyebut tenun ini dengan nama kain bannang ammas (kain benang emas). Dalam http://muhlissuhaeri.blogspot.com disebutkan bahwa pada zaman dahulu, benang emas untuk membuat Tenun Sambas terbuat dari benang emas colok. Ciri dari benang ini ringan dan tahan lama, serta warnanya tidak mudah pudar walaupun telah berusia ratusan tahun. Perubahan pola pikir manusia sebagai imbas dari pencapaian-pencapain yang dialami oleh manusia ternyata juga sedikit banyak berpengaruh terhadap keberadaan Tenun Sambas. Kemajuan peradaban dan teknologi bagai dua sisi mata uang, di satu sisi dia menyediakan beragam kesempatan, tetapi di sisi dia berpotensi meniadakan yang pernah dihasilkan oleh manusia sebelumnya. Demikian juga Tenun Sambas. Jika keberadaan tenunan ini tidak diperlukan lagi, misalnya karena tidak memberikan nilai lebih bagi pewarisnya, maka mungkin saja tenun ini akan dibiarkan hilang tertelan zaman. Dalam www.pontianakpost.com disebutkan bahwa pada era 1970-80-an, Tenun Sambas mengalami kejayaan, sehingga relatif cukup banyak keluarga-keluarga di Sambas yang menjadi pengrajin Tenun Sambas. Namun, pada era 1990-an penjualan Tenun Sambas turun drastis, sehingga tidak lagi mampu menopang kebutuhan hidup sehari-hari. Oleh karena menjadi penenun tidak lagi menjanjikan secara ekonomi, sebagian besar dari para penenun tersebut memilih menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di Malaysia dan Brunei Darussalam,

karena menjadi TKI lebih menjanjikan secara ekonomi. Selain persoalan penjualan (distribusi) dan semakin langkanya para penenun akibat menjadi TKI, kendala lain yang menghadang eksistensi Tenun Sambas adalah ketersediaan bahan baku. Benang emas sebagai bahan utama membuat Tenun Sambas sangat sulit diperoleh dan, jikapun ada, harganya relatif mahal. Betapa sulitnya mendapatkan benang emas untuk membuat Tenun Sambas dapat dilihat dalam tulisan Suhaeri, pengrajin tidak bisa mendapatkan benang itu lagi. Sekarang ini, pengrajin menggunakan benang emas dari Jepang dan India. Benang dari Jepang cirinya tahan lama dan warnanya tidak pudar. Benang India kasar dan warnanya gampang berubah. Untuk mendapatkan benang, mesti memesan dari Jakarta. Bila ke sana, dia harus membeli benang minimal 50 kg, supaya tidak tekor uang perjalanannya. Dia tentu saja tidak sanggup membeli benang sebesar itu. Membeli benang secara eceran, tentu saja membuatnya tersendat melakukan proses produksi. Tenun Sambas memiliki warna-warna cerah cukup beragam, seperti warna merah manggis, orange, warna paru (pink), hijau dan hitam. Tenun ini dapat dipakai oleh kaum laki-laki maupun perempuan. Tenun Sambas yang dipakai untuk kaum perempuan biasanya berukuran panjang 200 cm dengan lebar 1,05 cm. Sedangkan Tenun Sambas untuk laki-laki berukuran panjang 150 cm dengan lebar 60 cm. Khusus untuk laki-laki, tenunan ini dipakai di pinggang dan berfungsi seperti sabuk, sehingga sering juga disebut juga kain sabuk. Harga Kain Tenun Sambas bervariasi, tergantung pada kualitas bahan dan tingkat kesulitan motif tenunan. Kain Tenun Sambas untuk perempuan dengan kualitas biasa dan motif sederhana harganya sekitar 200 ribu, sedangkan yang berkualitas bagus dengan motif yang rumit harganya sekitar 1,5 juta. Harga satu lembar Tenun Sambas dapat melonjak hingga 2 juta apabila pelanggan ingin mendapatkan motif khusus. Kain Tenun Sambas untuk kaum laki-laki dengan kualitas biasa harganya minimal 150 ribu, dan harganya 750 ribu untuk yang berkualitas bagus. Agar awet, tahan lama, dan warnanya tidak pudar, Kain Tenun Sambas harus diperlakukan secara khusus. Selain harus hati-hati dalam memakainya, kain ini tidak boleh dicuci dan dikucek. Andaikan terpaksa harus dicuci, maka cara mencucinya cukup dengan dibilas. Pada masa kini, cukup dengan dry laundry. Selain itu, kain ini tidak boleh dijemur di bawah terik matahari langsung, karena warna dan motifnya akan cepat memudar dan rusak. Cara menjemurnya cukup dengan diangin-anginkan saja. Demikian juga cara menyimpannya, harus dilakukan secara hati-hati. Dari pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa Tenun Songket Sambas merupakan hasil pencapaian kreativitas masyarakat Sambas. Sejarahnya Tenun Sambas yang cukup panjang menjadi penutur bahwa keberadaan kain ini sangat penting dalam sejarah perkembangan masyarakat Sambas. Selain mempunyai nilai adat yang tinggi, tenunan ini juga mempunyai nilai ekonomis tinggi yang dapat dikembangkan untuk menopang kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, sudah selayaknya jika para stakeholder terus melestarikan dan mengembangkan tenunan ini. Walaupun memiliki nilai sejarah, budaya, dan ekonomis yang tinggi, ternyata dalam perkembangannya kini eksistensi Tenun Sambas semakin mengkhawatirkan. Hal ini dapat dilihat dari semakin sedikitnya jumlah para pengrajin, bahan baku yang relatif mahal dan semakin sulit didapat, dan distribusi hasil produksi yang kurang diserap pasar. Ketiga hal ini harus segera dicarikan solusinya agar keberadaan Tenun Sambas tidak semakin tergilas oleh zaman, dan atau dilestarikan oleh pihak lain karena kita lalai menjaganya. Ada tiga hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi problem tersebut. Pertama, untuk mengatasi semakin minimnya para pengrajin Tenun sambas, ada tiga hal yang dapat

dilakukan, yaitu: (a) menjamin kesejahteraan pengrajin, sehingga dengan cara ini para pengrajin tidak perlu beralih profesi karena kebutuhan hidupnya terpenuhi. Kasus eksodusnya para pengrajin Tenun Sambas ke Malaysia dan Brunei Darussalam karena pekerjaan menjadi pengrajin tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya merupakan kerugian sangat besar bagi masyarakat Sambas pada khususnya, dan Indonesia pada umumnya. Bukan tidak mungkin, jika suatu saat nanti para pengrajin yang menjadi TKI ini di organisir oleh negara tujuan mereka untuk membuat Tenun Sambas, dalam lima sampai sepuluh tahun ke depan akan bermunculan Tenun Sambas made in Malaysia atau Brunei; (b) menggiatkan pelatihan keterampilan membuat Tenun Sambas. Dengan cara ini, di Sambas akan senantiasa tersedia para pengrajin Tenun Sambas. Ketersediaan para pengrajin ini, merupakan salah satu cara melestarikan dan mengembangkan Tenun Sambas; (c) menanamkan pada diri anak-anak Sambas rasa memiliki terhadap Tenun Sambas. Cara yang dapat dilakukan adalah melalui palajaran muatan lokal. Selain itu, dapat juga dengan melakukan kunjungan rutin ke sentrasentra pengrajin Tenun Sambas. Internalisasi kecintaan anak-anak sekolah terhadap Tenun Sambas merupakan investasi strategis terjaminnya kelestarian tenunan ini, karena merekalah dalam jangka waktu 20 tahun mendatang yang akan membuat kebijakan. Jika mereka mempunyai kecintaan terhadap Tenun Sambas, maka ketika menjadi decision maker tentu keputusan-keputusan yang diambil akan berpihak pada pelestarian tenunan ini. Pemerintah harus membuat regulasi agar para pengrajin Tenun Sambas tidak beralih profesi, dan anakanak tertarik untuk menjadi penenun. Kedua, menjamin ketersediaan bahan baku Tenun Sambas. Ketersediaan bahan baku merupakan salah satu faktor penting bagi berlangsungnya proses produksi Tenun Sambas. Mustahil akan ada Tenun Sambas jika bahan baku yang diperlukan tidak ada. Oleh karena itu, pemerintah harus menjamin ketersediaan bahan baku ini. Jika selama ini para pengrajin harus membeli bahan baku ke luar daerah dengan harga yang mahal, karena selain untuk membeli benang juga harus membayar biaya transportasi yang relatif mahal, sehingga tidak sedikit pengrajin memilih menghentikan produksinya karena tidak sanggup membelinya, maka pemerintah berkewajiban untuk memfasilitasi para pengarajin agar mudah mengakses bahan baku sehingga proses produksi dapat terus berlangsung. Ada banyak cara yang dapat dilakukan pemerintah, misalnya memproduksi sendiri bahan baku Tenun Sambas, sehingga para pengrajin tidak harus membeli ke luar kota, atau memberikan bantuan modal sehingga para pengrajin mampu membeli bahan baku tenunan tersebut. Ketiga, memperluas wilayah distribusi hasil produksi. Hukum pasar mengatakan bahwa barang-barang produksi akan diterima oleh pasar, apabila keberadaan barang tersebut diterima oleh konsumernya. Demikian juga dengan Tenun Sambas. Tenunan ini akan diterima (diserap) pasar apabila keberadaannya diperlukan oleh konsumer. Jika tidak, maka jangan harap pasar akan menerima tenunan ini. Oleh karena itu, pengrajin Tenun Sambas harus mampu mengakomodir selera pasar, tentu saja tanpa meninggalkan ciri khas tenunan ini. Ada tiga hal yang dapat dilakukan agar Tenun Sambas dapat diterima pasar. (a) Mengembangkan motif tenunan. Pengembangan motif merupakan keharusan agar motif Tenun Sambas semakin banyak dan menarik. Dengan cara ini, Tenun Sambas akan mampu bersaing dengan produk-produk kain modern yang biasanya sangat menarik. Salah seorang pengrajin Kain Tenun Sambas misalnya, membuat motif dengan mengadopsi berbagai tanaman maupun hewan yang ada di sekitarnya, salah satu hasilnya adalah motif daun Gali yang bentuknya pipih dan memanjang. Tumbuhan ini banyak tumbuh di sekitar Sungai Sambas. Agar motif hasil kreativitas masyarakat tersebut tidak dklaim oleh pihak lain, maka pemerintah seharusnya memfasiltasi agar motif tersebut mendapatkan perlindungan hukum (memiliki hak cipta). (b) Memperbanyak derivasi jenis produk. Untuk memperluas pasar

Tenun Sambas, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah memperbanyak derivasi produk yang dihasilkan. Jika selama ini hanya digunakan untuk baju bagi kaum perempuan, dan ikat pinggang untuk laki-laki, maka untuk pengembangannya perlu dibuat derivasi produk yang lebih variatif, seperti taplak meja, peci, syal, dasi, sajadah, hiasan dinding, gordyn, hiasan dinding, dan lain sebagainya. (c) Menggencarkan promosi. Setelah motif diperbanyak, dan derivasi produk semakin beragam, maka hal lain yang harus dilakukan adalah mempromosikannya agar tenunan ini semakin dikenal oleh masyarakat. Dengan lebih dikenal, semakin besar peluang Tenun Sambas diminati pemakainya.

Anda mungkin juga menyukai