Anda di halaman 1dari 7

Nama: Aqhlia Nur Fahma

Kelas: X Ips 2

A. Bahan dan alat dalam membatik


1. Kain putih atau kain mori
Pada awalnya kain yang digunakan adalah hasil tenunan sendiri pada abad ke 19 mulai
digunakan kain putih impor saat ini kain yang digunakan tidah hanya kain mori tetapi juga
kain sutra.
a. Kain Mori
Kain mori adalah kain yang berasal dari bahan kapas dan telah mengalami proses
pemutihan dan merupakan kain katun yang memiliki bermacam kualitas.

Klasifikasi kain mori


1. Kain Mori Prisima yaitu kain yang berkualitas tinggi mempunyai serat benang yang
cukup rapat dengan ketebalan yang baik dan lembut. Biasanya dalam bentuk gulungan
ukuran 1,06 m dan panjang 15,5 m. Merek yang terkenal dipasaran crown, kreta kencana
dan bendera.
2. Kain Mori berjenis prima memiliki kualitas sedang dengan benang yang sedikit kasar,
dengan merek yang terkenal kupu, menjangan, ayam mas
3. Kain Santyu kain ini sering digunakan perajin untuk membuat batik karena harganya
yang terjangkau dan termasuk dalam kategori menengah
4. Kain Mori biru merupakan kain dengan kualitas rendah dengan tekstur kasar, merek
dipasaran nanas, cendrawasih
5. Kain Samforis Kain ini merupakan jenis baru yang digunakan untuk membatik, belum
terlalu banyak beredar di pasaran, kualitasnya sedikit lebih bagus dibandingkan katun
santyu
6. Katun Sada Merupakan katun dengan kualitas terendah jenis ini memilki tekstur kasar
dan tipis, jika di pakai akan terasa panas

b. Kain Sutra Kain ini memiliki kualitas yang sangat tinggi dan sering digunakan oleh para
pembatik untuk menghasilkan batik dengan kualitas tinggi, kain ini memiliki tekstur
halus dan lembut
c. Kain Dobi Kain ini sering disebut dengan kain setengah sutra karena memilki tekstur
halus seperti sutra, memilki kualitas dibawah kain sutra. Kulitas batik ditentukan oleh
kain yang digunakan

2. Lilin Malam
Malam untuk membatik bersifat cepat menyerap pada kain tetapi dapat dengan mudah lepas
ketika proses pelorotan. Lilin malam dalam proses pembuatan batik tulis berfungsi untuk
menahan warna agar tidak masuk ke dalam serat kain di bagian yang tidak dikehendaki.
Sedangkan bagian yang akan diwarnai dibiarkan tidak ditutupi lilin.
Beberapa jenis lilin malam:
a. Malan tembokan atau popokan
Jenis ini digunakan untuk menjaga agar kain yang bermotif dapat dirintangi secara
sempurna. Ciri-cirinya sulit di cairkan dan cepat membeku, daya ikat yang kuat sehingga
cepat melekat pada kain, sulit untuk dilorod, tidak meninggalkan bekas ketika selesai
dilorod, berwarna coklat
b. Malam Klowong
Fungsinya untuk menutupi ragam hias dan desain batik yang dilakukan secara reng-
rengan dan nerusi (bolak balik di kedua sisi kain), kerangka morif yang menggunakan
lilin ini adalah isen isen seperti cecek, sawut, dll. Ciri-cirinya : mudah encer dan mudah
membeku, dapat membuat garis motif yang tajam, mudah dilorod dan tidak
meninggalkan bekas ketika dilorod, lilin ini mudah hancur jika salah memberikan
perlakuan pada kain berwarna kuning pucat.
c. Lilin Tutupan
Fungsinya untuk menutupi warna motif tertentu yang dipertahankan pada kain setelah
dicelup atau dicolet, berwarna lebih coklat. Ciri-ciri : mudah cair dan membeku mudad
dilorot, daya lekat cukup kuat, tidah tahan terhadap alkali.

Bahan campuran lilin malam


Parafin, gondorukem, kote/lilin tawon, lemak binatan/kendalg, minyak nabati, damar.

3. Pewarna Batik
Zat pewarna batik terbuat dari bahan alam maupun bahan sintetis (buatan).
a. Bahan alami Warna alam terbuat dari daun-daunan, umbi, akar, kulit kayu. Contoh warna
alam diantaranya adalah : kulit kayu mahoni, jelawe, secang, tegerang, kayu nangka,
hingga bahan jamu, pohon nila, dan daun tom.
b. Warna sintetis Warna sintetis terbuat dari bahan kimia. Warna sintetis yang biasa
digunakan untuk pembuatan batik antara lain Zat warna indigosol, Zat warna Naphtol,
warna rapide, zat warna reaktif

a. Indigosol
 Zat warna indigosol biasa digunakan untuk menghasilkan warna-warna yang
lembut pada kain batik dipakai dengan teknik celup maupun colet (kuas).
 Proses penggunaan zat warna indigosol juga hamper sama dengan
penggunaan Naphtol.
 Pencelupan dibutuhkan dua kali proses.
 Proses pertama sebagai pencelupan dasar dan yang kedua untuk
membangkitkan warna.
 Warna akan dapat muncul sesuai yang diharapkan setelah memasukkan kain
yang telah diberi indigosol ke dalam larutan asam sulfat atau asam florida
(HCI atau H2SO4) ataupun Natrium Nitrit (NaNO2).

b. Naphtol
 Zat pewarna sintetis ini digunakan dalam proses pewarnaan dengan teknik
celup.
 Terdiri dari dua bagian yang memiliki fungsi berbeda yakni naphtol dasar
dan pembangkit warna.
 Naphtol dasar (penaphtolan) biasanya digunakan pertama kali dalam proses
pewarnaan, pada pencelupan pertama ini warna belum nampak dalam kain,
untuk membangkitkan warna dalam kain dibutuhkan larutan garam
diazonium sehingga akan memunculkan warna sesuai yang diinginkan.
 Dalam pewarnaan batik zat ini digunakan untuk mendapatkan warna-warna
tua/dop dan hanya dipakai secara pencelupan.
 Secara teknis Naphtol tidak bisa larut dalam air, untuk melarutkannya
biasanya para perajin menggunakan zat lain seperti kostik soda.
c. Rapid
 Merupakan salah satu zat warna yang biasa dipakai untuk membatik dengan
teknik colet. Terdiri dari campuran naphtol dan garam diazonium yang
distabilkan. Untuk membangkitkan warna biasanya digunakan asam sulfat
atau asam cuka.
d. Zat warna reaktif
 Zat warna reaktif umumnya dapat bereaksi dan mengadakan ikatan langsung
dengan serat sehingga merupakan bagian dari serat tersebut.
 Jenisnya cukup banyak dengan nama dan struktur kimia yang berbeda
tergantung pabrik yang membuatnya.
 Salah satu yang saat ini sering digunakan untuk pewarnaan batik adalah
Remazol.
 Ditinjau dari segi teknis praktis pewarnaan batik dengan remazol dapat
digunakan secara pencelupan, coletan maupun kuwasan.
 Zat warna ini mempunyai sifat antara lain : larut dalam air, mempunyai
warrna yang brilliant dengan ketahanan luntur yang baik, daya afinitasnya
rendah, untuk memperbaiki sifat tersebut pada pewarnaan batik diatasi
dengan cara kuwasan dan fixasi menggunakan Natrium silikat.

Zat-zat pembantu dalam membatik :


1. Caustic soda atau soda api digunakan untuk mengetel mori atau melarutkan lilin batik.
2. Soda Abu atau Na2CO3, digunakan untuk campuran mengetel (mencuci), untuk
membuat alkali pada air lorodan (proses pengelupasan lilin) dan untuk menjadi obat
pembantu pada celupan cat indigosol.
3. Turkish Red Oil digunakan untuk membantu melarutkan cat batik atau sebagai obat
pembasah untuk mencuci kain yang akan di cap.
4. Teepol digunakan sebagai obat pembasah, misalnya untuk mencuci kain sebelum di cap.
5. Asam Chlorida atau air keras digunakan untuk membangkitkan warna indigosol atau
untuk menghilangkan kanji mori.
6. Asam sulfat atau asam keras digunakan untuk membangkitkan warna indigosol.
7. Tawas digunakan sebagai kancingan atau fixer pewarna tumbuhan.
8. Kapur digunakan untuk melarutkan cairan indigo.
9. Obat ijo atau air ijo digunakan agar pewarna mempunyai ketahanan pada proses
pengelupasan lilin.
10. Minyak kacang digunakan untuk mengetel (mencuci) mori sehingga mori menjadi lemas
dan naik daya serapnya.

B. Peralatan membatik
1. Gawangan
Gawangan adalah perkakas untuk menyangkutkan dan membentangkan mori sewaktu dibatik.
Gawangan harus dibuat dari bahan kayu, atau bambu. Gawangan harus dibuat sedemikian
rupa, sehingga mudah dipindah-pindah, tetapi harus kuat dan ringan.

2. Bandul Bandul dibuat dari timah, atau kayu, atau batu yang dikantongi. Fungsi pokok bandul
adalah menahan mori yang sedang dibatik agar tidak mudah tergeser tertiup angina, atau
tarikan si pembatik secara tidak sengaja.

3. Canting
 Canting adalah alat yang dipakai untuk memindahkan atau mengambil cairan.
 Canting berfungsi semacam pena, yang diisi lilin malam cair sebagai tintanya.
 Bentuk canting beraneka ragam, dari yang berujung satu hingga beberapa ujung.
 Canting yang memiliki beberapa ujung berfungsi untuk membuat titik dalam sekali
sentuhan.
 Sedangkan canting yang berujung satu berfungsi untuk membuat garis, lekukan dan
sebagainya.
 CAnting terdiri dari tiga bagian yaitu :
a. Pegangan canting terbuat dari babu (gagang)
b. Terdapat mangkuk sebagai tempat lilin malam (nyamplung)
c. Ujung yang berlubang sebagi ujung pena tempat keluarnya lilin malam (cucuk/carat).
 Jenis canting
a. Berdasarkan fungsinya dibedakan :
1. Canting reng-rengan (untuk membuat desain awal).
2. Canting isen (untuk mengisi bidang yang sudah dibuat polanya.
b. Berdasarkan ukurannya dibedakan :
 Canting kecil.
 Canting sedang.
 Canting besar.
c. Berdasarkan jumlah caratnya dibedakan :
 Canting cecekan (bercarat tunggal kecil) dipergunakan untuk membuat titik-titik
kecil dan garis-garis kecil.
 Canting loron (bercarat 2, berjajar ke atas bawah) dipergunakan untuk membuat
garis rangkap.
 Canting telon (bercarat 3, bersusun bentuk segi tiga) fungsinya sebagai isen-isen.
 Canting prapatan (bercarat 4) dipergunakan untuk membuat empat buah titik
yang membentuk bujursangkar sebagai pengisi bidang.
 Canting liman (bercarat 5) Canting ini bercucuk lima untuk membuat
bujursangkar kecil yang dibentuk oleh empat buah cicik dan sebuah titik
ditengahnya.
 Canting byok Canting byok ialah canting yang bercucuk tujuh buah atau lebih
dipergunakan untuk membentuk lingkaran kecil yang terdiri dari titk-titik ;
sebuah titik atau leboh, sesuai dengan banyaknya cucuk, atau besar kecilnya
lingkaran. Canting byok biasanya bercucuk ganjil.
 Canting renteng atau galaran Galaran berasal dari kata galar, suatu alat tempat
tidur terbuat dari bambu yang dicacah membujur. Renteng adalah rangkaian
sesuatu yang berjejer ; cara merangkai dengan sistem tusuk. Canting galaran atau
renteng selalu bercucuk genap ; empat buah cucuk atau lebih : biasanya paling
banyak enam buah, tersusun dari bawah ke atas.

4. Wajan
Wajan ialah perkakas yang digunakan untuk mencairkan “malam”. Wajan dibuat dari logam
baja, atau tanah liat.
5. Kompor
Kompor adalah alat untuk membuat api untuk memanaskan lilin malam, Kompor yang biasa
digunakan adalah kompor dengan bahan bakar minyak.
6. Saringan “malam”
Saringan ialah alat untuk menyaring “malam” panas yang banyak kotorannya. Sehingga tidak
mengganggu jalannya “malam” pada cucuk canting sewaktu dipergunakan untuk membatik.
7. Taplak
Taplak ialah kain untuk menutup paha si pembantik supaya tidak kena tetesan “malam” panas
sewaktu canting ditiup, atau waktu membatik.
8. Sarung tangan
Digunakan untuk pelindung tangan pada saat proses pewarnaan.
9. Dandang besar
Digunakan untuk mencelup kain yang telah selesai dibatik dalam proses pewarnaan dan
pelarutan lilin.
10. Sterika
Digunakan untuk menghilangkan sisa lilin yang masih menempel denagn cara menyetrika
kain batik dengan kertas Koran diatasnya sehingga lilin akan menempel ke kertas.
11. Dingklek
Dingklik digunakan pembuat batik untuk duduk saat mencanting motif pada kain.

C. Pola Hias
 Pola ialah suatu motif batik dalam mori ukuran tertentu sebagai contoh motif batik yang
akan di buat.
 Ukuran pola ada dua macam. Pola A ialah pola yang panjangnya selebar mori.
 Pola B ialah pola yang panjangnya sepertiga mori, atau sepertiga panjang pola A.
 Gambar-gambar yang digunakan dalam membatik biasanya menggunakan ragam hias.
 Untuk karya seni batik tradisional selalu menggunakan ragam hias tertentu yang telah
lama diterapkan secara turun temurun sejak jaman dulu.
 Ragam hias tersebut mempunyai makna atau simbolik tertentu.
 Namun saat ini sudah banyak dijumpai eagam hias batik dengan pola kreasi yang lebih
bebas.

Pola Hias
Merupakan unsur dasar yang dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam mendesain sebuah hiasan.
Motif Hias Merupakan pokok pikiran dan bentuk dasar dalam ragam hias, meliputi bentuk manusia, alam,
tumbuhan dan hewan.

Ragam Hias
Adalah bentuk susunan pola hias dari satu atau lebih motif hias dengan kaidah estetik tertentu sehingga
menghasilkan bentuk yang indah.

Ragam hias dibedakan menjadi 3 yaitu :


a. Motif geometris (pilih ganda, swastika, tumpal)
 Swastika : menyerupai bentuk dasar huruf Z yang berlawanan
 Pola pilin : mempunyai bentuk dasar huruf S, atau SS untuk pilin ganda
 Pola meander : mempunyai bentuk dasar huruf T
 Pola kawung : ragam hias kawung yang mempunyai wujud menyerupai buah aren yang
dipotong melintang maka nampak empat biji aren
 Pola tumpal : ragam hias tradisional Nusantara yang mempunyai ciri khas berbentuk
dasar segitiga sama kaki
 Motif ceplokan : ragam hias yang terdiri atas satu motif serta sebuah susun berulang-
ulang

b. Motif non geometris (manusia, tumbuhan, hewan)


 Motif manusia

 Motif tanaman
 Motif hewan

c. Motif benda mati (air, awan, batu, gunung, matahari)


 Motif awan

 Motif air

 Motif alam

Anda mungkin juga menyukai