Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

BATIK TIE DYE

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pendidikan
Keterampilan Membatik

Dengan Dosen Pengampu : Uu Kurniawati, M.Pd.

Asri Maryam Sani (221641035)


Awwalina Zulfah (221641022)
Dinah Solikhah (221641048)
Fitri Linda Lufitasari (221641046)
Joni Nus (221641026)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Batik Ikat celup (tie dye) merupakan jenis seni kria yang pengerjaanya
dengan cara mengikat, menjahit, melipat, menjepit, atau mengaitkan kain
hingga membentuk motif hias.
Tie dye adalah suatu teknik pewarnaan dengan mempergunakan ikatan-
ikatan pada suatu media dengan maksud menghalangi penyerapan warna pada
media tersebut. Dikenal juga dengan nama plangi, umumnya diterapkan pada
media benang dan kain.
Salah satu ciri dari tie dye adalah coraknya yang tak pernah sama antara
satu dengan yang lain. Meskipun ada kemiripan, pasti akan ditemukan
perbedaan di setiap lembaran kainnya
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui lebih dalam tentang Batik Jumputan atau Ikat Celup (Tie
Dye)
2. Untuk menambah wawasan terhadap Batik Jumputan atau Ikat Celup
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peta konsep Batik Jumputan atau Ikat Celup?
2. Apa pengertian Batik Jumputan atau Ikat Celup?
3. Bagaimana sejarah berkembangnya Batik Jumputan atau Ikat Celup?
4. Bagaimana tahapan membuat Batik Jumputan atau Ikat Celup?
5. Apa saja teknik dalam membuat Batik Jumputan atau Ikat Celup

BAB II
PEMBAHASAN

A. Peta Konsep Batik Jumputan atau Ikat Celup

B. Pengertian Batik Jumputan atau Ikat Celup


Jumputan(tie-dye) merupakan salah satu jenis batik yang pembuatannya
dilakukan dengan cara mengikat kencang di beberapa bagian kain kemudian
dicelupkan pada pewarna. Oleh karena itu, sebagian orang juga menyebut
Jumputan sebagai batik ikat celup.Di beberapa daerah di Indonesia, teknik ini
dikenal dengan berbagai nama lain seperti pelangi atau cinde (Palembang), tritik
atau jumputan (Jawa), serta sasarengan (Banjarmasin).
C. Sejarah Batik Jumputan atau Ikat Celup
Menurut sejarah, batik ikat celup berasal dari Tiongkok, batik ini kemudian
berkembang sampai ke India dan wilayah-wilayah nusantara. Batik ikat celup
diperkenalkan ke nusantara oleh orang-orang India melalui misi perdagangan.
Batik ini mendapat perhatian besar terutama karena keindahan ragam hiasnya
dalam rangkayan warna warni yang menawan. Penggunaan batik ikat celup ini
antara lain di sumatra, khususnya palembang, di kalimantan selatan, jawa dan
bali.
Dalam proses pewarnaan batik jumputan, jaman dahulu zat pewarna yang
digunakan berasal dari alam. Namun dengan berkembangnya ilmu pengetahuan
dan teknologi zat pewarna alami mulai ditinggalkan. Hal ini terjadi terutama
karena pewarna sintesis memiliki jumlah warna yang hampir tak terbatas.
Disamping itu juga, proses pewarnaan alam juga lebih rumit daripada pewarna
sintesis. Meskipun demikian, keduanya memiliki keunggulan masing-masing.
D. Tahapan Pembuatan Batik Jumputan atau Ikat Celup
Bahan-bahan yang dibutuhkan:
1. Kain
Kain yang digunakan digunakan untuk proses pembatikan jumputan adalah
kain mori, kain mori adalah bahan yang lazim digunakan dalam pembatikan.
kain mori dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan yang dikehendaki dari
mulai golongan mori yang paling halus sampai mori golongan rendah.
Kain mori dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Mori Primissima adalah mori yang paling halus,
b. Mori Prima adalah mori yang tergolong halus kedua
c. Mori Biru (medium) adalah kualitas ke tiga setelah mori primissima dan
prima.
d. Mori blaco (grey) termasuk golongan paling rendah kualitasnya dan
banyak mengandung kanji sehingga sangat kaku.
Selain mori dalam pembuatan batik jumputan juga bisa menggunakan
kain katun, sutra. Jenis kain ini lembut dan memiliki daya serap yang tinggi,
sehingga memudahkan proses pengikatan dan pencelupan. Ada juga beberapa
jenis kain yang sifatnya tidak cocok untuk proses ikat celup, diantaranya kain
dari benang rayon atau kain yang mempunyai permukaan yang terlalu licin, kain
yang terlalu kaku atau keras, atau tidak memiliki daya serap yang memadai.
2. Dua sendok Garam dan Cuka secukupnya;
3. Dua liter Air untuk satu kemasan warna;
4. Pewarna dan penguatnya dalam satu kemasan (Wenter atau Wantex).
Pewarnaan bertujuan untuk memberi warna pada kain batik sehingga
menghasilkan suatu gabungan warna yang baik. Proses pewarnaan dapat
dilakukan dengan cara celupan, coletan, dan kuasan.
Zat perwarna dibagi menjadi 2 :
a. Zat pewarna alam
Zat pewarna alam ini berasal dari tumbuh-tumbuhan yang dibuat melalui
sistem ekstrasi. Ekstrasi adalah proses yang paling sederhana dilakukan
dengan cara konvensional yaitu dengan merebus tumbuh-tumbuhan
tersebut, bahan yang direbus adalah: bagian daun, batang, buah, kulit
buah, kulit akar, dan bunga. Bahan tumbuh-tumbuhan yang dapat
dijadikan zat pewarna alami diantaranya:
Daun Mangga (hijau), Daun alpokat, daun mahoni,Kunyit, kapur sirih,
Daun jati muda, Daun jarak kepyar dan Kulit bawang merah.
b. Zat pewarna Sintesis
Zat pewarna sintesis adalah zat pewarna buatan terdiri dari :
Cat warna naptol dan garam`
Cat warna ini banyak dipakai dalam pembatikan, Penggunaan yang
mudah cepat dan praktis serta karena memiliki daya serap yang baik
pada katun. Serta daya tahannya yang cukup baik terhadap sinar
matahari dan gesekan.dapat dikombinasikan antara warna yang satu
dengan warna yang lain. Warna naptol juga dapat digunakan untuk
pencelupan dalam keadaan dingin.
Warna naptol ini terdiri dari 2 bagian antara lain,
a) naptol yang selalu menggunaka kode AS, yang penggunaannya di
campurkan dengan soda api kemudian diseduh dengan air panas.
b) garam yang berfungsi untuk membangkitkan warna di seduh dengan
air dingin.
zat warna naptol ini dapat dikombinasikan dari warna satu dengan
warna lainnya yang penting kita bisa mencampurkan antara warna
yang satu dengan warna yang lain, sebelumnya kita harus menganal
duli pencampuran warna, baik itu warna primer, sekunder dan tersier
1) Warna primer adalah warna pokok
Warna primer adalah Merah, Kuning, Biru
2) Warna Sekunder adalah pemcampuran dari warna primer
Misalnya :
· Merah + kuning = 0ranya
· Kuning + Biru = Hijau
· Biru + Merah = Ungu
3) Warna tersier adalah pencampuran antara warna primer dan
warna sekunder
Orange + Merah = Oranye kemerah-merahan
Orange + kuning = Oranye kekuning kuningan
Hijau + Kuning = Hijau kekuning kuningan
Hijau + Biru = Hijau kebirubiruan
Ungu + Biru = Ungu kebiru-biruan
Ungu + Merah = Ungu kemerah merahan.

Alat-alat yang digunakan:

1. Karet gelang;
2. Kelereng, Uang koin, Batu;
3. Kompor;
4. Bejana (Panci)

Digunakan untuk mendidihkan air dan untuk proses pewarnaan dengan


menggunakan pewarna wantek.

5. Sendok kayu sebagai alat pengaduk;


6. Ember.

Digunakan untuk proses pewarnaan


Cara membuatnya:
1. Pastikan kain dalam kondisi bersih;
2. Membuat bentuk/desain motif dengan mengikat Kelereng, Uang koin, atau
Batu pada beberapa bagian kain menggunakan karet secara kencang dan
bervariatif;
3. Rebus air menggunakan Bejana (Panci) hingga mendidih;
4. Setelah mendidih, campurkan pewarna dan penguat yang berada dalam satu
kemasan Wenter ataupun Wantex;
5. Tambahkan garam dua sendok makan dan cuka secukupnya disertai dengan
mengaduk larutan hingga merata;
6. Basahi kain yang telah diikati dan dibuat motif dengan air bersih;
7. Celupkan kain tersebut pada cairan warna. Bila menginginkan satu warna,
celupkan seluruh bagian kain dalam larutan pewarna yang mendidih.
8. Aduk dalam waktu 20-30 menit agar warna merata dan merekat kuat;
9. Bila menginginkan warna lain, langkah pada no. 6 (enam) hanya
mencelupkan sebagian pada cairan pewarna pertama dan mencelupkan kain
yang belum terkena warna pada cairan pewarna lainnya
10. Celupkan berkali-kali sesuai jumlah warna yang dikehendaki;
11. Apabila proses pencelupan warna selesai, kain diangkat dan dibilas
menggunakan air dingin yang bersih.
12. Kemudian sumua ikatan dilepas, kain ditiris dan dikeringkan;
13. Setelah kering, rapikan dengan menyetrika kain tersebut.
14. Suasana praktek Jumputan menggunakan media yang minimalis

NB:
- Karet bisa diganti dengan tali, yang penting ikatannya harus kencang.
- Garam dan cuka digunakan sebagai tambahan penguat agar warna tidak mudah
luntur.
- Gunakan satu wadah (bejana/panci) untuk satu warna saja.
- Pada praktek ini, sebaiknya wadah yang digunakan khusus untuk pembuatan
Jumputan atau batik ikat celup. Namun jika wadah tersebut akan digunakan untuk
keperluan lain, selesai praktek, bersihkan dengan baik bejana/panci yang telah
digunakan sebagai wadah proses mewarnai hingga benar-benar bersih.

E. Teknik Pembuatan Batik Jumputan atau Ikat Celup


Ada dua teknik membuat batik jumputan :

1. Teknik Ikat
Teknik ikat adalah teknik dengan cara ikatan, artinya median yang diikat
akan menimbulkan motif. Cara mengikatnya harus kencang supaya pada
saat dicelup tidak terkena warna, sehingga setelah ikatannya dilepas akan
terbentuk gambarnya. Teknik ikat ini dilakukan dengan memegang
permukaan kain dengan ujung jari, lalu permukaan kain itu di ikat dengan
jelas baik dengan ikatan tunggal maupun jamak. Cara mengikatnya
beragam, ada ikatan datar, miring, dan kombinasi. Adapun teknik lipat dan
gulung. Pada saat mengikat jalinan kain

Langkah-langkan membuat batik jumputan dengan teknik ikatan


a. Sediakan alat dan bahan
b. Ikatlah kain dengan menggunakan tali plastik baik secara langsung
maupun kelereng dimasukan dalam kain kemudian di ikat dengan
kencang menggunakan tali plastik
c. Dalam proses pengikatan benang harus diperhatikan, pakailah tali yang
tidak tembus warna.
2. Teknik Jahit
Teknik jahitan adalah kain diberi pola terlebih dahulu lalu dijahit dengan
menggunakan tusuk jelujur pada garis warnanya dengan menggunakan
banang, lalu benang ditarik kuat sehingga kain berkerut serapat mungkin.
Pada waktu dicelup benang yang rapat akan menghalangi warna masuk ke
kain, benang yang dipakai sebaiknya benang yang tebal dan kuat seperti
benang plastik / sintesis, benang jins, atau benang sepatu. Hasil jumputan
teknik jahitan ini berupa titik-titik yang agak menyambung membentuk
gambar.

Langkah-langkan membuat batik jumputan dengan teknik jahitan


a. Sediakan Alat Dan Bahan
b. Gambar lah pola pada kain dengan menggunakan pensil
c. Jahitlah garis pola dengan tusik jelujur, lebih baik jarak panjang jelujur
di atur antara 2 – 3 mm
d. Setelah selesai di jahit, sisakan benang untuk menarik. Tarik kedua
ujung kuat-kuat tapi jangan sampai putus, buatlah kain serapat mungkin
setelah itu ikatkan benang agar kain yang berkerut tidak lepas lagi.
e. Setelah di ikat kain siap untuk di warna., di sini warna yang akan
digunakan adalah warna naptol
F. Penerapan Batik Jumputan atau Ikat Celup
Batik jumputan atau ikat celup sudah banyak beredar di pasaran. Diantaranya
telah diterapkan pada mukena, jilbab, pakaian, dan lain-lain. Batik ini juga
mempunyai harga jual yang mahal, tetapi memiliki kualitas yang cukup bagus.

Proses Pembuatan

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian sebelumnya, Penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :
1. Batik jumputan atau ikat celup merupakan batik yang cukup mudah dalam
membuatnya
2. Batik jumputan atau ikat celup juga memiliki harga jual yang tinggi
3. Mempelajari batik jumputan atau ikat celup bermanfaat bagi diri sendiri dan
orang lain

Anda mungkin juga menyukai